STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

ANALISA FREKUENSI DAN BESARAN NILAI CHANGE ORDER SERTA FAKTOR PENYEBAB NYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus

ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah,

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan

Penerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan di era modern ini semakin banyak dilakukan guna

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green

INSPEKSI PROSES PELAKSANAAN DAN CACAT PADA DINDING PANEL PRACETAK SUATU PROYEK APARTEMEN

KRITERIA BANGUNAN HIJAU DAN TANTANGANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

Implementasi Konstruksi Hijau Pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon Tower Emerald Bekasi

Mada Asawidya [ ] Yusronia Eka Putri, ST, MT Christiono Utomo, ST, MT, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. dimulai, dan kapan harus diselesaikan. Setiap pelaksanaan proyek konstruksi

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005).

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

BAB I PENDAHULUAN. proyek, termasuk menyiapkan dan menangani dokumen (Raharjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Khusus Ibukota Jakarta dalam rentang tahun , dan tidak termasuk. Tabel 1.1 Pertumbuhan Panjang Jalan di Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

ANALISA SISA MATERIAL KONSTRUKSI DAN PENANGANANNYA PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (177K)

MONITORING PENJADWALAN PROYEK & EVALUASI JUMLAH TOWER CRANE PADA PROYEK CONDOMINIUM & PODIUM SEBUAH PLAZA DI TENGAH KOTA

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Banyak Negara sudah mulai menerapkan Green Construction dalam

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

PERANAN KONTRAKTOR DALAM PEKERJAAN GALIAN TANAH BASEMENT TERHADAP ASPEK LINGKUNGAN

Green Building Concepts

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI INDIKATOR PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA BANDA ACEH

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.

PENGARUH PARAMETER BANGUNAN HIJAU GBCI TERHADAP FASE PROYEK

ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Analisa dengan menggunakan Theory Of Constraint (TOC) atau disebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. jenis kontraknya, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

STUDI TENTANG PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERHADAP KEBERHASILAN BANGUNAN HIJAU

ANALISA WAKTU PENGECORAN PADA LANTAI EMPAT PROYEK GEDUNG SEKOLAH DI SURABAYA

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

PENILAIAN INDIKATOR K3L PADA PENGGUNAAN TOWER CRANE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION OLEH KONTRAKTOR DALAM PROYEK GEDUNG DI INDONESIA

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

PENGATURAN RISIKO HUJAN DALAM KONTRAK SERTA DAMPAK DAN KENDALANYA PADAPROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB V Hasil Pembahasan Kontraktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

JENIS SENGKETA YANG SERING TERJADI PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pekerjaan proyek konstruksi, waktu (time) adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian mengenai construction waste yang telah dilakukan melalui

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

TINGKAT KEPENTINGAN FAKTOR FAKTOR PRODUKTIVITAS PEKERJA BERDASARKAN TINGKAT PENGARUH DAN TINGKAT FREKUENSI

STUDI PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA KUPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS MENGENAI UPAYA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI MATERIAL WASTE PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus Ruko San Diego Pakuwon City Surabaya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA RINGAN DAN BATA MERAH PADA PROYEK PERUMAHAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang timbul dalam setiap proyek konstruksi, salah satunya adalah

ANALISIS PRODUKTIVITAS CONCRETE PUMP PADA PROYEK BANGUNAN TINGGI

STUDI KASUS PEKERJAAN PRODUKSI DAN PEMASANGAN DINDING PRECAST PADA PROYEK APARTEMEN

ANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PRODUKTIVITAS KERJA STRUKTUR KOLOM, BALOK, DAN PLAT DI PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Holtekamp dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis didapat bahwa konsep greenroads pada proyek

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Ganjil Tahun 2011/2012

MODEL SUMBER DAN PENYEBAB REWORK PADA TAHAPAN PROYEK KONSTRUKSI

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSULTAN DALAM MENENTUKAN DESAIN DAN JENIS BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN (GREEN BUILDING)

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB, USAHA MINIMALISASI DAN PROGRAM PERHITUNGAN SISA MATERIAL DINDING

PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBELIAN MATERIAL KONSTRUKSI

GREEN CONCRETE. (Beton Hijau) Oleh : Rizky Astria, ST

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil analisis penelitian ini terhadap faktor-faktor penyebab, jenis

BAB I PENDAHULUAN. Sistem akuntansi pada perusahaan merupakan sistem akuntansi yang

Transkripsi:

STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA Austin Vincentius Mastan 1, Hans Pratama Haliman 2, Paul Nugraha 3 ABSTRAK: Perlu ditemukan suatu cara yang dapat secara signifikan mengurangi dampak kerusakan lingkungan dalam proses pembangunan. Salah satunya dengan green specification. Green specification sudah berkembang di negara-negara maju. Sudah banyak peraturan-peraturan dan standar-standar yang dibuat untuk mempermudah dalam pembuatan spesifikasi. Di Indonesia masih belum ada standar green specification yang bisa dipakai sebagai standar. Oleh karena itu, dalam skripsi ini diberikan pengenalan studi literatur yang berguna untuk penelitian tentang penerapannya di Surabaya. Dari studi literatur, dapat disimpulkan bahwa green specification adalah spesifikasi teknis pada proses pembangunan proyek untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Perbedaan green specification dengangreenship rating tools terletak pada waktu penggunaan peraturan. Green specification telah banyak dipakai oleh banyak negara di dunia untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Dari penelitian berupa kuesioner, melalui analisa mean dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel-variabel tersebut mudah diterapkan kontraktor dan konsultan. Kontraktor lebih mudah untuk menerapkan variabel-variabel tersebut daripada konsultan karena memiliki nilai mean lebih besar dari 3,5. Dari uji ANOVA, dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan terdapat kesamaan yang signifikan antara grade kontraktor terhadap variabel yang diuji. Kecuali pada variabel menanamkan kembali pada lahan yang telah dikerjakan, Merelokasikan kembali galian tanah pada proyek yang sama dan menghindari pemakaian bahan coating yang tidak ramah lingkungan. KATA KUNCI: green, green specification, spesifikasi, penerapan 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, green building telah menjadi bagian penting dalam dunia teknik sipil, termasuk dalam bidang konstruksi. Dewasa ini, green building menjadi nilai tambah untuk bangunan itu sendiri. Pembangunan memang sangat baik dalam mendukung perkembangan negara. Di sisi lain, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan kita agar tetap sehat dan hijau, dan kita semua perlu mengambil bagian untuk menjaga bumi kita agar tetap hijau, demi masa depan anak-anak kita. Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kontraktor untuk mengurangi atau bahkan mencegah kerusakan bumi yang disebabkan akibat pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Banyak negara mulai menyadari pentingnya spesifikasi green specification untuk diterapkan dalam kinerja kontraktor. Sehingga tidak hanya saja bangunan tersebut dapat dikatakan green building tetapi kontraktor juga ikut berperan bekerja secara green. Oleh karena itu muncullah green specification dimana kontraktor dapat bekerja secara green sesuai standar dan peraturan yang ada untuk mencapai proses pembangunan yang dapat mengurangi dampaknya terhadap lingkungan. 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, m21410010@john.petra.ac.id 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, m21410017@john.petra.ac.id 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, pnugraha@petra.ac.id 1

1.2.Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan green specification dan perbedaannya dengan greenship rating tools? 2. Sejauh mana perkembangan dan pemakaian green specification di dunia? 3. Sejauh mana perkembangan green specification di Indonesia? 1.3.Tujuan Penelitian 1. Mengetahui arti green specification dan perbedaannya dengan greenship rating tools 2. Mengamati sejauh mana green specification sudah diterapkan di dunia 3. Mengamati sejauh mana spesifikasi green building sudah diterapkan di Indonesia 1.4.Manfaat Penelitian 1. Agar Indonesia tidak ketinggalan dari negara lain dalam bidang green specification. 2. Agar kontraktor dan konsultan mempersiapkan diri dalam menghadapi kontrak dengan pihak luar negeri yang menerapkan green specification. 3. Menjadi awal pengembangan green specification di Indonesia. 4. Menjadi referensi dalam pengembangan green specification di Indonesia. 2. LANDASANTEORI 2.1.Spesifikasi dalam Kegiatan Konstruksi (Ervianto, 2008) Proses merupakan salah satu bagian penting dari input sehingga keluar menjadi output terutama pada industri jasa. Industri jasa merupakan outputnya yang dilaksanakan di kemudian hari atau setelah terjadinya transaksi sehingga masih dipertanyakan tentang kualitas atau hasil kerja para industri jasa. Dengan kondisi demikian oleh karena itu dibutuhkannya suatu standard yang jelas bagi penyedia jasa dalam pemenuhan kualitas yang ditetapkan. Dokumen yang dapat menggambarkan jelas hal-hal tersebut ialah spesifikasi. Pengguna jasa wajib menyediakan dokumen yang dapat menjelaskan rinci semua harapan dari aspek dimensi, bentuk, dan kualitas, sedangkan bagi penyedia jasa dokumen tersebut merupakan sebuah pedoman yang harus dipenuhi. Dokumen yang berfungsi sebagai alat kontrol bagi kedua belah pihak dinamakan spesifikasi teknis. Spesifikasi teknis menjadi sangat penting bagi kedua belah pihak karena diperlukan kecermatan dan ketelitian sehingga tidak merugikan kedua belah pihak. Di dalam dokumen tersebut harus diperhatikan dengan baik kata/kalimat yang dapat merugikan salah satu pihak dalam arti implisit maupun eksplisit, agar tidak menimbulkan konflik dikemudian hari setelah mencapai kesepakatan pada dokumen tersebut. 2.2. Definisi Green Specification Green specification adalah evolusi dari spesifikasi teknis yang ada sebelumnya telah dikembangkan melalui penelitian dan praktek di lapangan. Green specification ada bertujuan untuk mencapai lebih baik lagi sustainable built environment. Tentunya hanya dengan kerja sama kontraktor, penulis spesifikasi dan pemilik proyek untuk berkontribusi dalam pengerjaan dan pengembangan green specification itu sendiri. Green specification ini ditulis untuk perencana, pemilik proyek, dan kontraktor. Spesifikasi bisa menjadi kontrak yang sangat efektif untuk mencapai green construction. Kebanyakan dari material dan sistem yang telah digunakan dapat dilakukan dan secara umum tidak membutuhkan teknologi yang tinggi atau memiliki kegunaan yang sama untuk menjadi pengganti. Minimal mereka merepresentasikan baseline dari green yang harus diperhitungkan disetiap proyek konstruksi. Dengan spesifikasi dapat memberikan hasil terbaik untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Spesifikasi tidak menjanjikan sebuah bangunan yang green building, tetapi lebih ke arah yang sustainable. Sustainable design, dimana jika diintegrasikan pada lingkungan dan dampak ekologinya dari apa yang kita bangun hanya akan menjadi design yang bagus. Sustainable design sudah harus menjadi standard dalam pelaksaan setiap proyek bangunan jika kehidupan di bumi ingin selalu dapat dilestarikan. 2

Di dalam jurnal mengatakan (Lam, 2010) spesifikasi mencakup hal yang cukup luas yaitu mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien sepanjang siklus hidup bangunan dari tampak, desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi dan pembongkaran. Tetapi pada kesempatan kali ini kami hanya ingin menitik beratkan pada proses atau metode membangun dari bangunan itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa spesifikasi dapat mencakup semua proses konstruksi dari awal hingga akhir dari proses siklus hidup bangunan. 2.3 Perbedaan Green Specification dan Green Rating Tools Setelah pengertian green specification diatas apa perbedaanya dengan green rating tools itu sendiri secara garis besar mereka mengatur hal yang sama yaitu penilaian terhadap kegiatan green perbedaan yang mendasari ialah green specification terletak pada awal dari kontrak itu ada sedangkan greenship rating tools menilai setelah bangunan itu selesai. Selain itu, green specification juga tidak harus menghasilkan bangunan yang green tetapi selalu memperhitungkan green di dalam setiap kegiatan konstruksi sedangkan greenship rating tools belum tentu metode pengerjaannya selalu green karena sistem poin dari penilaian pada greenship rating tools itu sendiri. Green specification bersifat lebih mengikat karena terdapat dalam dokumen spesifikasi teknis yang artinya harus dikerjakan dengan sedemikian rupa sedangkan greenship rating tools hanya tidak mendapatkan poin jika tidak melakukan hal tersebut. Biasanya greenship rating tools diperuntukkan hanya menentukan grade dari green contractor dan penilaian tentang sebuah green building sedangkan green specification digunakan oleh setiap kontraktor yang ingin dan peduli akan lingkungan dan selalu senantiasa ingin maju dan melakukan efisiensi dalam bidang konstruksi. Lebih jelas lagi akan dijelaskan dengan Tabel 1. Tabel 1 Perbedaan antara Green Specification dan Greenship Rating Tools Green Specification Green Rating Tools Berada diawal kontrak antara penyedia jasa Berada pada akhir setelah bangunan selesai dan pemakai jasa dibangun Tidak harus menghasilkan bangunan Green Biasanya digunakan untuk menilai Green Buiding Contractor dan sebuah Green Building Selalu memperhitungkan green di dalam setiap Metode pengerjaan tidak selalu green karena fase konstruksi sistem poin dari penilaian Bersifat lebih mengikat karena terdapat dalam Bersifat tidak mengharuskan karena jika tidak dokumen kontrak melakukan hanya tidak diberi poin tambahan Digunakan untuk setiap kontraktor yang ingin Digunakan untuk Green Contractor saja peduli terhadap lingkungan 2.4 Perkembangan Green Specification di Indonesia Di Indonesia belum memiliki standar tentang green specification yang jelas seperti yang dimiliki negara maju sehingga Indonesia harus mengadopsi standar yang sesuai dengan proyek konstruksi yang ada di Indonesia dan sesuai dengan apa yang sudah ada dan diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu kami akan memilih variabel-variabel yang mewakili green specification tersebut sehingga dapat diterapkan di Indonesia. Pertama-tama kami mengadopsi dari peraturan yang dimiliki Indonesia yaitu Greenship Indonesia Setelah kami melihat peraturan yang dimiliki Greenship Indonesia, kami juga melihat hal apa saja yang sudah dilakukan oleh kontraktor di Indonesia dan kami memilih salah satu acuan yaitu guideline yang dimiliki PT. PP yang sudah dikenal menjadi kontraktor nasional yang perduli akan lingkungan. Dan satu lagi yang menjadi yang kami ambil adalah Alternatives Specification for Green Residential Building 3

3. METODOLOGI PENELITIAN Secara garis besar alur program yang dibuat untuk melakukan analisis mengenai penerapan spesifikasi green specification di Indonesia dengan menggunakan metode kuesioner yang dibagikan kepada berbagai pihak yang terkait dengan pembangunan di Indonesia, seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Mulai Studi literatur mengenai perkembangan green specification di dunia Menyusun variabel penelitian untuk melihat sejauh mana green specification sudah diterapkan di Indonesia Penyusunan kuestioner dan penyebaran kuestioner Analisa hasil kuestioner Menarik kesimpulan dari data hasil kuestioner Gambar 1.Diagram Alir Metode Studi Literatur dan Kuesioner 4. HASIL DAN DISKUSI 4.1 Analisa Mean Pertama-tama kami melakukan analisa mean terhadap kuestioner yang kami sudah sebarkan. Analisa mean akan dilakukan untuk memperlihatkan hasil jawaban responden yang diberikan pada tiap-tiap variabel yang akan diuji. Hasil mean akan ditunjukkan dengan menggunakan Tabel. (Tabel 2) Tabel 2 Hasil Mean dari Variabel No. Variabel Penelitian Kontraktor Konsultan Total I Pekerjaan Persiapan 1 Penanaman pohon di wilayah kontraktor keet 3,796 3,091 3,63 2 Penggunaan container untuk kantor lapangan proyek 3,755 3,273 3,67 3 Pengukuran kualitas udara secara berkala (air quality meter) 2,429 2,273 2,4 4 Monitoring/Pencatatan sampah yang dikeluarkan 3,633 3,182 3,55 5 Mengurangi produksi debu dikembangkan dalam perencanaan proyek 2,408 2,909 2,50 II Pekerjaan Tanah 6 Meminimalkan pembukaan galian pada tanah yang mudah tererosi. 2,306 1,717 2,20 7 Melakukan penanaman kembali pada lahan yang telah dikerjakan. 3,633 3,545 3,62 8 Merelokasikan / menggunakan kembali galian tanah pada proyek yang sama. 3,612 3,273 3,55 9 Membuat sumur/resapan untuk pembuangan/limpasan air. 4,02 3,545 3,93 4

Tabel 2 Hasil Mean dari Variabel (lanjutan) III Pekerjaan Beton Kontarktor Konsultan Total 10 Menggunakan fly ash pada material beton sehingga dapat mengurangi volume semen. 4 4 4,00 11 Transportasi beton yang dimasukkan dengan truk mixer maksimum 90% dari kapasitas mixer untuk menghindari beton tumpah selama 3,653 3,636 3,65 perjalanan. 12 Perencanaan pengecoran yang terstruktur sehingga apabila terjadi sisa dari pengiriman beton dapat dialihkan kepekerjaan lain. 3,082 2,182 2,92 13 Menggunakan bahan bekisting sebagai pengganti plywood yang bias digunakan kembali untuk daur pemakaian sampai 100 kali. 2,551 2,364 2,52 IV PekerjaanBesi 14 Memakai kembali besi/baja bekas yang masih layak pakai. 3,2861 3,182 3,27 15 Hindari pemakaian bahan coating yang tidak ramah lingkungan. 3,02 1,818 2,80 16 Pekerjaan besi dengan system pra- fabrikasi. 3,122 2,18 2,95 17 Mengolah limbah besi yang tidak terpakai menjadi material yang berguna dan tidak mencemari lingkungan 2,163 2 2,13 V Pekerjaan Finishing 18 Menggunakan material-material bekas yang masih layak digunakan dan pengelolaan limbah. 2,714 3,182 2,8 19 Pengelolaan pembuangan sampah dari pengumpulan sampai pada pembuangan akhir. 2,432 2,545 2,68 20 Menggunakan material yang ramah lingkungan sehingga tidak menambah kerusakan pada lingkungan sekitar. 3,413 2,273 2,98 Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil dari analisa mean dilihat bahwa rata-rata jawaban keseluruhan: Dari nilai mean pekerjaan persiapan penanaman pohon disekitar kontraktor keet, Penggunaan kontainer untuk kantor lapangan proyek, dan monitoring sampah yang dikeluarkan mendapatkan nilai mean total sebagai mudah untuk dikerjakan sedangkan pengukuran kualitas secara berkala dan mengurangi produksi debu dikembangkan dalam rencana proyek memiliki mean total yang masih sulit untuk dikerjakan. Dari nilai mean pekerjaan tanah melakukan penanaman kembali pd lahan yang telah dikerjakan, merelokasikan / menggunakan kembali galian tanah pd proyek yg sama dan membuat sumur/resapan utk pembuangan/limpasan air mendapatkan nilai mean total sebagai pekerjaan yang mudah untuk dikerjakan sedangkan meminimalkan pembukaan galian pada tanah yang mudah tererosi mendapatkan nilai mean total sebagai pekerjaan yang sulit dikerjakan. Dari nilai pekerjaan beton menggunakan fly ash pada material beton sehingga dapat mengurangi volume semen, transportasi beton yang dimasukkan dengan truk mixer maksimum 90% dari kapasitas mixer untuk menghindari beton tumpah selama perjalanan. Sedangkan perencanaan pengecoran yang terstruktur sehingga apabila terjadi sisa dari pengiriman beton dapat dialihkan ke pekerjaan lain dan menggunakan bahan bekisting sebagai pengganti plywood yang bisa digunakan kembali untuk daur pemakaian sampai 100 kali masih memiliki nilai mean total yang masih sulit untuk dilakukan. Dari nilai mean total dari variabel pekerjaan besi semua variabel masih sulit untuk dilakukan Dari nilai mean total dari variabel pekerjaan finishing semua variabel masih sulit untuk dilakukan Rata-rata dari nilai mean dari konsultan lebih kecil dari kontraktor yang menandakan kontraktor lebih optimis lebih mudah melaksanakan variabel green specification 4.2 Uji Anova (Analysis of Variance) Uji anova/uji beda dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara variabel grade kontraktor dengan variabel yang diuji. Perhitungan menggunakan program SPSS akan menghasilkan nilai F hitung dan nilai signifikansi. 5

Apabila nilai signifikansi pada sebuah variabel < 0.05 (nilai signifikansi untuk one way anova adalah 0.05 dengan nilai kepercayaan 95%) maka terdapat perbedaan yang signifikan diantara grade kontraktor tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap variabel green specification. Tabel 3 Hasil Rekapitulasi ANOVA dengan Grade Kontraktor No VariabelPenelitian F Sig H0 1 Penanaman pohon di wilayah konstruksi 0.379 0.342 2 Penggunaan container untuk lapangan proyek 0.265 0.432 3 Pengukuran kualitas udara secara berkala (air quality meter) 0.893 0.088 4 Monitoring/Pencatatan sampah yang dikeluarkan 0.567 0.395 5 Mengurangi produksi debu dikembangkan dalam perencanaan proyek 2.353 0.347 6 Meminimalkan pembukaan galian pada tanah yang mudah tererosi. 1.79 0.636 7 Melakukan penanaman kembali pada lahan yang telah dikerjakan.** 5.32 0.002 Ditolak 8 Merelokasikan / menggunakan kembali galian tanah pada proyek yang Ditolak 8.21 0.001 sama.** 9 Membuat sumur/resapan untuk pembuangan/limpasan air. 2.51 0.71 10 Menggunakan fly ash pada material beton sehingga dapat mengurangi 0.244 0.06 volume semen. 11 Transportasi beton yang dimasukkan dengan truk mixer maksimum 90% 0.368 0.342 dari kapasitas mixer untuk menghindari beton tumpah selama perjalanan. 12 Perencanaan pengecoran yang terstruktur sehingga apabila terjadi sisa dari 0.778 0.78 pengiriman beton dapat dialihkan kepekerjaan lain. 13 Menggunakan bahan bekisting sebagai pengganti plywood yang bias 0.752 0.471 digunakan kembali untuk daur pemakaian sampai 100 kali. 14 Memakai kembalibesi/baja bekas yang masih layak pakai. 1.089 0.432 15 Hindari pemakain bahan coating yang tidak ramah lingkungan.** 3.9 0.003 Ditolak 16 Pekerjaan besi dengan system prafabrikasi. 2.446 0.454 17 Mengolah limbah besi yang tidak terpakai menjadi material yang berguna 1.31 0.092 dan tidak mencemari lingkungan 18 Menggunakan material-material bekas yang masih layak digunakan dan 0.258 0.062 pengelolaan limbah. 19 Pengelolaan pembuangan sampah dari pengumpulan sampai pada 0.758 0.248 pembuangan akhir. 20 Menggunakan material yang ramah lingkungan sehingga tidak menambah 0.657 0.153 kerusakan pada lingkungan sekitar. Catatan : ** = variable dengan nilai signifikansi < 0.05 Tabel 3 Berdasarkan hasil komputerisasi ANOVA pada Tabel 3 menunjukkan hampir seluruh variabel memiliki nilai signifikansi > 0.05. Dengan tes ini maka dapat disimpulkan ternyata mayoritas variabel diterima sehingga dapat dianggap tidak ada perbedaan yang signifikan tentang mengenai variabel green specification berdasarkan dari tingkatan grade kontraktor. Kecuali pada variabel menanamkan kembali pada lahan yang telah dikerjakan, Merelokasikan kembali galian tanah pada proyek yang sama dan menghindari pemakaian bahan coating yang tidak ramah lingkungan. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Studi Literatur : Green Specification ialah spesifikasi teknis yang berbasis green yang berguna untuk proses pembangunan proyek konstruksi untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Perbedaan utama dari green specification dan green rating tools adalah terletak pada waktu penggunaan peraturan. Green specification mengatur di awal proses pembangunan berupa kontrak sedangkan green rating tools mengatur di akhir setelah bangunan tersebut selesai. 6

Green specification telah mengalami kemajuan pesat dan dipakai oleh banyak negara di dunia terutama negara maju yang bertujuan untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan Penelitian kami yang berupa kuesioner : Di Indonesia, green specification masih belum dapat diterapkan oleh kontraktor-kontraktor karena masih belum ada peraturan yang spesifik mengatur tentang green specification, sehingga sementara peraturan green specification masih diambil dari Greenship Indonesia. 5.2. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya mengenai penerapan spesifikasi green building di Indonesia adalah: 1. Selain melihat pengaruh tingkatan grade kontraktor dalam melakukan penerapan mereka dalam bangunan dengan konsep Green Specification, pada penelitian selanjutnya dapat ditinjau juga pengaruh dari jabatan responden/ pengalaman bekerja dan beberapa hal lain yang dapat mempengaruhi kontraktor dalam melakukan penerapan mereka dalam bangunan dengan konsep Green Specification. 2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kontraktor dalam melakukan tiap penerapannya seperti keputusan owner, biaya, standar dan lain-lain dapat dibahas dalam penelitian selanjutnya. 6. DAFTAR REFERENSI Lam, P.T.I., Chan, E.H.W., Chau, C.K., Poon, C.S. and Chun, K.P.,(2010) A Sustainable Framework of Green Specification for Construction in Hong Kong, Journal of Facilities Management, Hongkong, pp. 17-26. Ervianto, W.I., Spesifikasi dalam Proyek Konstruksi, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, Indonesia. 7