ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SATU FASE KE TANAH PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP RESPON GANGGUAN PADA SISTEM DISTRIBUSI

ANALISIS DAMPAK PEMASANGAN DISTIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP PROFIL TEGANGAN DAN RUGI-RUGI DAYA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS

ANALISIS HUBUNG SINGKAT 3 FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN ADANYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG)

KARYA ILMIAH ANALISIS HUBUNG SINGKAT LINE TO GROUND

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS HUBUNG SINGKAT TIGA PHASE

BAB I PENDAHULUAN. reasonable, karena kekurangan pasokan daya tentu paling tepat diatasi

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui jaringan distribusi. Jaringan distribusi merupakan bagian

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 9 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7.

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP KARAKTERISTIK KELUARAN GENERATOR INDUKSI 1 FASE ABSTRAKSI

: Distributed Generation, Voltage Profile, Power Losses, Load Flow Analysis, EDSA 2000

BAB I PENDAHULUAN. Semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap energi listrik dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkitan terdistribusi dapat mengurangi rugi-rugi energi pada transmisi

KOKO SURYONO D

II. TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI EKSPANSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv GI SOLO BARU

PENGARUH KAPASITOR BANK TERHADAP OUTPUT DARI GENERATOR INDUKSI 1 FASA

STUDI PENGATURAN TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG TR 5 GI TARUTUNG)

Pemodelan dan Analisis Fault Current Limiter Sebagai Pembatas Arus Hubung Singkat Pada GI Sengkaling Malang

PERANCANGAN GENERATOR INDUKSI MAGNET PERMANEN SATU FASE KECEPATAN RENDAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan penghematan disegala bidang. Selaras dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu energi yang sangat penting dalam

Pengaruh Pemasangan Pembangkit Terdistribusi (Distributed Generation) Terhadap Magnitude Arus Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat di butuhkan pada zaman modern ini, karena saat ini kebutuhan manusia akan teknologi

I Wayan Rinas. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, *

PENEMPATAN FILTER PASIF PARALEL UNTUK MEREDUKSI HARMONISA TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGGERAK MULA MIKROHIDRO TERHADAP KELUARAN GENERATOR INDUKSI 1 FASE 4 KUTUB ABSTRAKSI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tombak pemikulan beban pada konsumen. Gangguan-gangguan tersebut akan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tegangan, disebabkan jarak sumber ke saluran yang sangat jauh ke beban

PUSPA LITA DESTIANI,2014

STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Static Line Rating untuk Integrasi PLTB di Jaringan Tegangan Menengah : Studi Kasus Master Plan Pembangkit Hibrid di Krueng Raya

STUDI KOORDINASI FUSE

ANALISIS SISTEM TENAGA. Analisis Gangguan

EFFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA SISTEM INTERKONEKSI 150 kv NANGGROE ACEH DARUSSALAM MENGGUNAKAN DISTRIBUTED GENERATION (DG)

TUGAS AKHIR. Disusun untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Syarat-syarat untuk. Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

ANALISA GANGGUAN SISTEM TENAGA LISTRIK TEK (2SKS)

REKONFIGURASI RELAI PROTEKSI SETELAH PENAMBAHAN PEMBANGKIT TERSEBAR PADA JARINGAN DISTRIBUSI

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

DAFTAR ISI PUSPA LITA DESTIANI,2014

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

1. BAB I PENDAHULUAN

Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan

ANALISA GANGGUAN SISTEM TENAGA LISTRIK TEK (2SKS)

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH BANK KAPASITOR TERHADAP KELUARAN GENERATOR INDUKSI 1 FASA KECEPATAN RENDAH

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. jarang diperhatikan yaitu permasalahan harmonik. harmonik berasal dari peralatan yang mempunyai karakteristik nonlinier

Analisis Aliran Daya Harmonisa Dengan Metode ZBR Pada Sistem Distribusi Tiga Fasa Weakly Meshed

RANCANG BANGUN GENERATOR MAGNET PERMANEN FLUKS AKSIAL TIGA FASE BERDAYA KECIL

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON-LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA

BAB II LANDASAN TEORI

Simulasi dan Analisis Fenomena Resonansi Akibat Harmonisa Orde Genap dengan Menggunakan Software ETAP

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK...

Studi Proteksi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator 100% Dengan Metode Tegangan Harmonisa Ketiga

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

PENGARUH SISTEM PENGETANAHAN TERHADAP ARUS GANGGUAN TANAH PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 kv DI PLN PALUR DENGAN MENGGUNAKAN ETAP 12.6

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

PENENTUAN TITIK INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Suplai daya listrik dari pusat-pusat pembangkit sampai ke konsumen

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

DESAIN KAPASITAS DISTRIBUTED GENERATION PADA SISTEM DISTRIBUSI RADIAL GUNA MENGURANGI RUGI DAYA DAN RUGI TEGANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PERHITUNGAN DROP TEGANGAN MENGGUNAKAN RUMUS DAN MENGGUNAKAN APLIKASI ETAP 7.5 PADA PENYULANG SEMERU DI GARDU INDUK SIMPANG TIGA INDRALAYA

Studi Penempatan dan Kapasitas Pembangkit Tersebar terhadap Profil Tegangan dan Rugi Saluran pada Saluran Marapalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan industri serta pertambahan penduduk. Listrik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Energi listrik merupakan suatu element penting dalam masyarakat

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION PADA JARINGAN DISTRIBUSI PUSDIKLAT MIGAS CEPU

Kata kunci : Hubung Singkat 3 Fasa, Kedip Tegangan, Dynamic Voltage Restorer, Simulink Matlab.

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu kebutuhan utama bagi penunjang dan pemenuhan kebutuhan

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

Studi Perencanaan Filter Hybrid Untuk Mengurangi Harmonisa Pada Proyek Pakistan Deep Water Container Port

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesia. Menipisnya bahan bakar fosil sebagai sumber energi, sistem

Bambang Prio Hartono, Eko Nurcahyo, Lauhil Mahfudz Hayusman 1

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRAFO 1 GI SRONDOL TERHADAP RUGI-RUGI AKIBAT ARUS NETRAL DAN SUHU TRAFO MENGGUNAKAN ETAP

ANALISIS RUGI DAYA AKIBAT PENAMBAHAN PENYULANG BARU GI MASARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

Transkripsi:

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SATU FASE KE TANAH PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS Agus Supardi 1, Aris Budiman 2, Fajar Widianto 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta Email : Agus.Supardi@ums.ac.id Abstrak Pada operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan yang mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik ke konsumen. Jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik adalah hubung singkat satu fase ke tanah. Untuk mengatasi gangguan tersebut, perlu dilakukan suatu analisis hubung singkat sehingga sistem proteksi yang tepat pada sistem tenaga listrik dapat ditentukan. Dalam penelitian ini akan dianalisis gangguan hubung singkat satu fase ke tanah pada sistem distribusi standar IEEE 13 bus. Analisis arus hubung singkat satu fase ke tanah pada sistem distribusi dilakukan dengan bantuan software ETAP Power Station 7.0. Penelitian diawali dengan membuat model sistem distribusi standar 13 bus dengan menggunakan ETAP Power Station 7.0. Data-data sistem yang diperlukan kemudian dimasukkan ke dalam model yang terdiri dari data impedansi saluran distribusi, data kapasitor, data trafo, data beban dan data Distributed Generation (DG). Setelah modelnya lengkap kemudian dilakukan simulasi aliran daya untuk mengetahui apakah model yang dibuat sudah sempurna atau belum. Kemudian ditentukan lokasi yang akan terjadi gangguan hubung singkat. Arus hubung singkat pada bus yang terganggu dihitung setelah 30 siklus (kondisi steady state). Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada saat pada saat sistem distribusi belum dipasang DG maka arus gangguan satu fase ke tanah hanya ditentukan oleh lokasi gangguan saja. Gangguan yang terjadi di dekat power grid akan menghasilkan arus hubung singkat yang lebih besar. Pada saat sistem distribusi dipasang DG maka akan terjadi kenaikan arus khususnya bila lokasi gangguannya di dekat DG. Semakin banyak DG yang terpasang pada suatu bus tertentu maka arus gangguannya akan semakin besar. Kata kunci: Hubung singkat 1 fase ke tanah; sistem distribusi standar IEEE 13 bus Pendahuluan Energi listrik merupakan sumber energi utama dunia. Tenaga listrik dibangkitkan di stasiun pembangkit dan disalurkan ke konsumen yang membutuhkan melalui saluran transmisi dan saluran distribusi. Pertimbangan ekonomi dan masalah lingkungan mengakibatkan fasilitas pembangkitan berkapasitas besar biasanya diletakkan di daerah pinggiran yang jauh dari pusat beban. Dengan demikian, diperlukan banyak komponen sistem tenaga untuk menyalurkan energi listrik. Pembangkit listrik yang beroperasi menggunakan batubara atau nuklir menimbulkan permasalahan polusi terhadap lingkungan. Energi yang tersedia dari matahari, air dan angin merupakan energi yang bersih, tidak mengotori lingkungan, dan gratis. Energi ini dapat diubah menjadi listrik dengan menggunakan sel surya, pembangkit listrik mikrohidro dan turbin angin. Di sisi lain, peningkatan permintaan energi listrik tidak dapat dipenuhi oleh pembangkit berkapasitas besar karena adanya keterbatasan saluran transmisi. Oleh karena diperlukan pembangkit yang efisien seperti jenis pembangkit listrik tersebar. Isu lain yang mendorong pengembangan DG (Distributed Generation) adalah tingginya biaya transmisi dan distribusi (Willis and Scott, 2000). Pembangunan saluran transmisi baru membutuhkan biaya investasi yang besar. Dengan demikian diperlukan suatu pembangkit yang bisa dipasang di dekat beban seperti DG. DG dengan kapasitas daya yang kecil dapat digunakan untuk melayani beban puncak yang hanya terjadi pada jam-jam tertentu tiap harinya (Delfino, 2002). Dalam operasi sistem tenaga listrik seringkali dijumpai gangguan. Suatu gangguan di dalam sistem tenaga listrik didefinisikan sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik yang menyebabkan aliran arus listrik tidak melalui saluran yang semestinya. Berdasarkan ANSI/IEEE Std. 100-1992, gangguan didefinisikan sebagai suatu kondisi fisis yang disebabkan kegagalan suatu perangkat, komponen, atau suatu elemen untuk bekerja sebagaimana mestinya. Jenis gangguan yang sering terjadi adalah gangguan hubung singkat antar fase atau hubung singkat fase ke tanah. Fenomena gangguan dalam sistem tenaga listrik merupakan fenomena yang menarik bagi E-107

banyak peneliti. Crossley and Crossley (2003) memaparkan pengaruh impedansi gangguan terhadap operasi peralatan proteksi dengan menggunakan bantuan PSCAD. Heine and Lehton (2003) memaparkan pengaruh gangguan terhadap tegangan pada berbagai lokasi di saluran distribusi. Suatu model matematis dari sistem dibuat dan voltage sag pada berbagai tingkat gangguan diamati. Kondisi jaringan tegangan rendah pada saat terjadi gangguan terjadi di beberapa lokasi di jaringan tegangan tinggi juga diamati. Celi and Pilo (2001) memaparkan pengaruh DG terhadap sistem tenaga. Dengan menggunakan algoritma genetik, dibuat suatu software yang dapat menentukan alokasi pembangkitan optimal dengan memperhatikan kekangan teknis, seperti kapasitas saluran, profil tegangan dan arus hubung singkat 3 fase pada saluran tenaga. Dengan adanya DG ini, kondisi sistem tenaga menjadi lebih rumit untuk dipahami. Oleh karena itu, sangat diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemasangan DG terhadap perubahan apapun di dalam sistem. Secara konvensional, dianggap bahwa tenaga listrik pada sistem distribusi selalu mengalir dari gardu induk ke ujung penyulang baik dalam operasi dan perencanaannya. Pengoperasian DG mengakibatkan aliran daya terbalik dan profil tegangan yang kompleks pada sistem distribusi. Kesulitan yang muncul dalam sistem tergantung pada strategi penempatan DG. Berkaitan dengan sistem proteksi biasanya didesain dengan menganggap sistemnya adalah radial. Dengan adanya pengoperasian DG, sebagian sistem tenaga berubah menjadi tidak radial lagi, yang berarti koordinasi antar peralatan proteksinya berubah (Girgis and Brahma, 2001). Dalam paper ini akan dipaparkan tentang analisis arus gangguan satu fase ke tanah pada sistem distribusi standar IEEE 13 bus yang dipasang DG pada lokasi tertentu. Metodologi Penelitian Bahan utama penelitian ini adalah sistem distribusi standard IEEE 13 bus dengan diagram garis tunggal seperti gambar 1. Sistem distribusi standar IEEE 13 bus memiliki 2 kapasitor yang terhubung pada bus 611 dan bus 675 serta memiliki konfigurasi fase yang berbeda-beda pada tiap-tiap busnya. Ada yang menggunakan sistem 3 fase 3 kabel, sistem 3 fase 4 kabel, sistem 1 fase 2 kabel dan sistem 2 fasa 3 kabel. 10 bus terletak pada sistem distribusi 4.16 kv, 2 bus (611 dan 652) terletak pada sisi tegangan 2.4 kv, dan 1 bus (634) pada tegangan 0.48 KV dari trafo gardu induk yang disuplai dari bus 633. Sistem distribusi ini bertipe radial dengan 2 penyulang utama. Beban yang dihubungkan pada sistem distribusi ini juga tidak seimbang. DG yang dipakai dalam simulasi ini adalah turbin mikro 480 V, 250 kw seperti yang digunakan oleh Kirawanich et al (2004). Tegangan keluaran turbin mikro ini tidak sinusoidal murni tetapi terdapat distorsi yang ditunjukkan dengan THD-v (Total Harmonic Distortion of Volt) sebesar 5,94%. Gambar 1 Diagram garis tunggal sistem distribusi standar IEEE 13 bus Jalannya penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dimulai dengan pembuatan model sistem distribusi standar IEEE dengan menggunakan ETAP Power Station. 2. Data-data sistem distribusi dimasukkan ke dalam model yang meliputi nilai impedansi saluran distribusi, data kapasitor, data transformator, data bus dan data power grid. 3. Simulasi gangguan hubung singkat satu fase ke tanah dilakukan setelah modelnya lengkap. Besarnya arus gangguan yang mengalir pada sistem distribusi dapat diketahui dari hasil simulasi. 4. Simulasi dilanjutkan dengan mengubah lokasi gangguan, menambah DG dan mengubah lokasi pemasangan DG pada sistem distribusi. 5. Setiap langkah simulasi diikuti dengan pencatatan nilai arus gangguan pada sistem. Analisis gangguan dilakukan berdasarkan data data tersebut. E-108

Mulai Pemodelan sistem distribusi standar IEEE 13 bus pada software ETAP Simulasi aliran daya Simulasi hubung singkat Simulasi Berjalan dengan baik? tidak ya Hasil simulasi program ETAP Analisis hasil simulasi Selesai Gambar 2 Diagram alir penelitian Gambar 3 Model sistem distribusi IEEE 13 dalam ETAP E-109

Tabel 1 Arus gangguan pada sistem pada saat 1 buah DG dipasang pada bus tertentu Lokasi Arus gangguan (ka) dengan adanya 1 buah DG di Gangguan Tanpa DG Bus 632 bus 633 bus 634 bus 671 bus 675 Bus 680 bus 692 Bus 632 7,12 7,35 6,99 7,53 7,33 7,33 7,33 7,33 Bus 633 5,12 5,24 5,35 5,55 5,23 5,23 5,23 5,23 Bus 634 16,55 16,69 16,82 19,47 16,68 16,68 16,67 16,68 Bus 671 3,21 3,25 3,25 3,29 3,46 3,46 3,45 3,46 Bus 692 3,21 3,25 3,25 3,29 3,46 3,46 3,45 3,46 Bus 675 2,94 2,98 2,98 3,01 3,15 3,19 3,15 3,15 Bus 680 2,92 3,25 2,54 2,56 2,67 2,67 2,77 2,67 Gambar 3 Arus gangguan yang terjadi pada sistem saat tanpa DG dan saat ada 1 buah DG Hasil Dan Pembahasan Program analisis hubung singkat dalam ETAP dapat menganalisis gangguan 3 fase, gangguan saluran ke tanah, gangguan saluran ke saluran, dan gangguan saluran ganda ke tanah pada sistem distribusi. Program akan menghitung arus hubung singkat kontribusi dari motor, generator dan sistem utility. Analisis hubung singkat yang dilakukan pada penelitian ini adalah gangguan hubung singkat satu fase ke tanah. Arus hubung singkat pada bus yang terganggu dihitung setelah 30 siklus (kondisi steady state). Generator dan saluran dimodelkan dengan reaktansi urutan positif, negatif dan urutan nol. Pentanahan generator dan transformator, dan hubungan belitan transformator juga dimasukkan pada saat membangun jaringan urutan positif, urutan negatif dan urutan nolnya. Perhitungan arus hubung singkatnya menggunakan standar ANSI/IEEE, dimana sumber tegangan ekuivalen pada lokasi ganguan, yang sama dengan tegangan sebelum terjadi gangguan, menggantikan semua sumber tegangan eksternal dan sumber tegangan internal mesin. Dianggap bahwa tidak terjadi busur api pada tempat terjadinya hubung singkat sehingga resistans busur api tidak diperhitungkan. Impedans sistem dianggap seimbang dan metode komponen simetris digunakan untuk perhitungan gangguan tak seimbang. Besarnya impedansi saluran antar bus pada sistem distribusi standar IEEE 13 bus berbeda-beda nilainya. Impedansi totalnya akan semakin besar bila jaraknya semakin jauh dari power grid. Adanya gangguan tak simetris pada sistem distribusi yang berupa gangguan satu fase ke tanah mengakibatkan terjadinya perubahan aliran daya. Arus yang semula mengalir menuju masing-masing bus, berubah arah dan magnitudenya menuju ke bus yang terganggu. Dalam penelitian ini simulasi gangguan hanya dilakukan pada sistem distribusi 3 fase. Pada saat sistem tanpa DG, arus gangguan yang terjadi hanya merupakan kontribusi dari power grid saja. Magnitude arus gangguannya ditentukan oleh impedansi antara power grid dengan lokasi terjadinya gangguan. Impedansi ini meliputi impedansi urutan positif, urutan negatif dan urutan nol dari power grid, transformator, dan saluran. Tabel 1 dan gambar 3 menunjukkan magnitude arus gangguan pada saat sistem distribusi tanpa DG. Magnitude arus gangguan akan bervariasi tergantung pada lokasi gangguan. Untuk level tegangan yang sama (4,16 kv) maka arus gangguan yang paling kecil dihasilkan oleh gangguan pada bus no 680 (bus yang terjauh dari power grid), sedangkan arus gangguan paling besar dihasilkan oleh gangguan pada bus no 632 (bus yang terdekat dengan power grid). Magnitude arus gangguannya, ditentukan oleh impedansi antara power grid dengan lokasi terjadinya gangguan. Semakin jauh dari power grid, maka impedansi totalnya akan semakin besar sehingga arus gangguannya akan semakin kecil. Untuk keseluruhan sistem, arus gangguan terbesar dihasilkan oleh gangguan pada bus 634. Hal ini disebabkan bus ini dihubungkan dengan terminal sekunder dari transformator step down yang mempunyai level tegangan yang lebih kecil dibanding dengan bus lainnya yaitu sebesar 0,48 V. Arus gangguan yang dihasilkan pada E-110

bus 671 sama dengan arus gangguan yang dihasilkan pada bus 692. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa di antara kedua bus ini hanya terdapat sebuah saklar dan tidak terdapat impedansi penghantar. Pada saat sistem distribusi dipasang sebuah DG maka terjadi perubahan nilai arus gangguan. Arus gangguan yang terjadi pada suatu bus merupakan kontribusi dari power grid dan DG. Nilai arus gangguannya, ditentukan oleh impedansi antara power grid dengan lokasi terjadinya gangguan serta ditentukan oleh impedansi antara DG dengan lokasi terjadinya gangguan. Kontribusi DG terhadap arus gangguan lebih kecil dari kontribusi power grid. Tabel 1 dan gambar 3 juga menunjukkan bahwa spemasangan sebuah DG pada suatu bus tertentu dalam sistem distribusi mengakibatkan kenaikan magnitude arus gangguan. Variasi lokasi pemasangan sebuah DG pada salah bus mengakibatkan perubahan magnitude arus gangguan. Semakin dekat lokasi pemasangan DG dengan lokasi terjadinya gangguan maka arus gangguannya akan semakin besar. Hal ini disebabkan semakin dekat dengan DG, maka impedansi salurannya akan semakin kecil sehingga kontribusi DG terhadap arus gangguan juga akan semakin besar. Jumlah DG yang terpasang pada sistem juga berpengaruh terhadap magnitude arus gangguan. Tabel 2 menunjukkan bahwa pemasangan 2 buah DG mengakibatkan arus gangguan di suatu bus menjadi lebih besar dari saat hanya 1 buah DG yang terpasang. Hal ini disebabkan karena arus gangguan yang terjadi merupakan kontribusi dari 3 buah sumber yaitu dari power grid dan 2 buah DG. Kedua DG yang dipasang pada sebuah bus dalam sistem tersebut mempunyai kapasitas sama sehingga kontribusinya terhadap arus gangguan adalah sama besar. Impedansi urutan dari kedua DG adalah konstan walaupun lokasi terjadi gangguannya berubah-ubah. Dengan demikian, impedansi saluranlah yang akan menentukan kontribusi dari masing-masing DG. Pada saat kedua DG dipasang pada bus yang berbeda, juga mengakibatkan kenaikan arus gangguan seperti ditunjukkan pada gambar 5. Kontribusi masing-masing DG terhadap arus gangguan menjadi tidak sama. Kontribusinya juga ditentukan oleh besarnya impedansi antara DG tersebut dengan lokasi terjadinya gangguan. Semakin dekat DG dengan lokasi terjadinya gangguan maka kontribusinya akan semakin besar. Berdasarkan gambar 5, arus gangguan terbesar yang dihasilkan oleh setiap bus terjadi ketika kedua DG dipasang pada bus 633 dan 634. Arus gangguannya akan semakin kecil bila salah satu DG dipasang menjauhi lokasi terjadinya gangguan. Tabel 2 Arus gangguan yang terjadi pada sistem saat 2 buah DG dipasang pada 1 bus tertentu Lokasi Arus gangguan (ka) dengan adanya 2 buah DG di Gangguan Tanpa DG Bus 632 bus 633 bus 634 bus 671 bus 675 Bus 680 bus 692 Bus 632 7,12 7,56 7,55 7,82 7,51 7,51 7,49 7,51 Bus 633 5,12 5,35 5,57 5,87 5,32 5,32 5,31 5,32 Bus 634 16,55 16,81 17,06 22,11 16,79 16,78 16,77 16,79 Bus 671 3,21 3,29 3,29 3,34 3,7 3,69 3,67 3,7 Bus 692 3,21 3,29 3,29 3,34 3,7 3,69 3,67 3,7 Bus 675 2,94 3,01 3,01 3,05 3,35 3,42 3,33 3,35 Bus 680 2,92 2,57 2,56 2,59 2,81 2,8 3,01 2,81 Gambar 4 Arus gangguan yang terjadi pada sistem dengan adanya 2 buah DG E-111

Gambar 5 Arus gangguan yang terjadi pada sistem dengan adanya 2 buah DG Kesimpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada saat sistem distribusi belum dipasang DG maka arus gangguan satu fase ke tanah hanya ditentukan oleh lokasi gangguan saja. Gangguan yang terjadi di dekat power grid akan menghasilkan arus hubung singkat yang lebih besar. 2. Pada saat sistem distribusi dipasang DG maka akan terjadi kenaikan arus khususnya bila lokasi gangguannya di dekat DG. 3. Semakin banyak DG yang terpasang pada suatu bus tertentu maka arus gangguannya akan semakin besar Daftar Pustaka Celli G. and Pilo, F., (2001), Optimal distributed generation allocation in MV distribution networks, Proceedings of the 2001 IEEE/PES Conference on Power Industry Computer Application, pp. 81 86 Delfino, B., (2002), Modeling of the integration of distributed generation into the electrical system, Proceedings of the 2002 IEEE Power Engineering Society Summer Meeting, Volume 1, pp. 170 175 Erezzaghi, M. E. and Crossley, P. A., (2003), The effect of high resistance faults on a distance relay, Proceedings of the IEEE Power Engineering Society General Meeting, Volume 4, 13-17 July 2003, pp. 2133 Girgis A. and Brahma, S., (2001), Effect of distributed generation on protective device coordination in distribution system, Proceedings of the 2001 Large Engineering Systems Conference, pp. 115 119 Grady, W.M., Samotyj, M.J., and Noyola, A.H, (1992), The application of network objective functions for minimizing the impact of voltage harmonics in power systems, in IEEE Trans. on Power Delivery, vol.7. no.3, pp. 1379 1385 Heine P. and Lehtonen, M., (2003), Voltage sag distributions caused by power system faults, IEEE Transactions on Power Systems, Volume 18, Issue: 4, pp. 1367 1373. Kirawanich, P., O Connell, R.M., and Brownfield, G., (2004), Microturbine harmonic impact study using ATP- EMTP, in 2004 11 th International Conf. on Harmonics and Quality of Power, pp. 117 122 Willis, H. L. and Scott, W. G., (2000), Distributed Power Generation Planning and Evaluation, Marcel Dekker, Inc. E-112