BAB I PENDAHULUAAN. Tanggung jawab sosial atau sering disebut dengan corporate social

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

I. PENDAHULUAN. untuk menghasilkan laba (profit oriented) agar dapat going concern. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawabannya kepada pihak penyedia dana. Dana dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan bisnis perusahaan. CSR merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban sosial

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini, akuntansi konvensional hanya menyediakan informasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB I PENDAHULUAN. unit defisit (emiten/borrower). Sedangkan untuk menjalankan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibilty atau lebih dikenal dengan CSR adalah bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam pengambilan keputusan di bursa saham. pemicu berkembangnya manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perusahaan dari kegiatan operasi, misalnya limbah, global warming,

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pertumbuhan pendapatan yang terdapat dalam laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak memberikan kontribusi positif kepada aspek sosial dan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. pengungkapan yang sifatnya wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi keuangan dan kinerja suatu perusahaan. suatu laporan yang memberi informasi mengenai laba (earning) yang dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi keuangan perusahaan mengenai laba (earnings) yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memerhatikan dua aspek penting selain keuntungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) diselenggarakan sejak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi hubungan yang tidak harmonis antar perusahaan dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Rerangka Teori dan Hipotesis. Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Corporate social responsiblity

BAB I PENDAHULUAN. termasuk aktivitas tangggung jawab sosial perusahaan dengan cepat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Khoirudin (2013) berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility. berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi perokonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi saat ini sangat pesat, hal ini menyebabkan pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. seperti: kreditur, pemerintah, pemasok, dan lain-lain. Informasi laba

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan. Harga-harga saham turun

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

DAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi. Oleh karena itu, agar laporan keuangan dapat digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan industri di sebuah Negara.Perkembangan perusahaan manufaktur

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini studi tentang tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) semakin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Desember Owen (2005) mengatakan bahwa kasus Enron di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial atau sering disebut dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya (Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 point 3). Berdasarkan Undang Undang tersebut bisa dikatakan bahwa CSR merupakan disclosure yang bersifat mandatory, dimana pada implementasinya diatur dalam Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007, dan pelaksanaannya harus dilaporkan dalam laporan Tahunan perusahaan (pasal 66 ayat 2c). Pengungkapan tanggung jawab sosial di Indonesia pada prakteknya masih sering terjadi permasalahan terkait masalah transparasi, ini dibuktikan melalui isu yang merebak seperti diungkap dalam artikel Wagub Keluhkan Transparansi CSR PTSG (sosialnews, 2012) mengungkapkan permasalahan transparasi aliran dana CSR, dimana ini membuat banyak pihak yang menjadi stakeholder menuntut transparasi terhadap pengungkapan item dan laporan pertanggung jawaban dari CSR. Permasalahan seperti ini sering timbul akibat adanya asimetri informasi yang dimiliki perusahaan yang hanya mementingkan kepentingan manajerial atau pun stockholders, sehingga terkadang CSR ini digunakan untuk memperoleh

2 reaksi positif dari stakeholder. Sejalan dengan penelitiaan terdahulu mengenai pengungkapan informasi mengenai perilaku manajer dan hasil berkenaan dengan tanggung jawab sosial sangat membantu membangun sebuah citra (image) positif diantara para stakeholders (Orlitzky, Schmidt dan Rynes, 2003) Perusahaan akan melakukan pelaporan keuangan sebagai bentuk perwujudan pertanggung jawabannya kepada stakeholders. Tujuan dalam pelaporan keuangan secara jelas dipaparkan dalam SFAC no.1 yaitu (1) menyediakan informasi untuk membantu dalam membuat keputusan investasi dan kredit, (2) membantu para stakeholder yang memerlukan laporan keuangan dalam mengestimasi arus kas dimasa depan, dan (3) menyediakan informasi mengenai sumber - sumber ekonomis dan relevan dalam pengambilan keputusan bagi stakeholder. Informasi yang disediakan ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi para stakeholder dalam mengambil keputusan. Pengungkapan CSR dianggap semakin mengambil peran dalam masa sekarang karena adanya pergeseran konsep profit yang mulai mengarah pada konsep triple bottom line (profit, planet, people) yang digagas John Elkington dan semakin masuk ke mainstream etika bisnis. Penggunaan informasi akan membutuhkan bukan sekedar informasi keuangan namun informasi lain yang relevan yang dapat membantu investor dalam mengambil keputusan. Perusahaan akan memberikan informasi dalam hal ini pengungkapan dalam laporan tahunan, dimana laporan tahunan ini akan berisi pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary) atau pengungkapan yang bersifat wajib (mandatory). Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan

3 pengungkapan yang bersifat wajib namun dalam pengungkapan item item atau isi CSR masih diserahkan kepada pihak perusahaan yang dalam hal ini merupakan disclousure yang bersifat voluntary. Pengungkapan voluntary ini merupakan pilihan bebas yang dipandang pihak manajemen, untuk memberikan informasi akutansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pengambilan keputusan oleh para investor (meek et al. 1995). Bagaimanapun, memaksimakal kinerja keuangan dan nilai perusahaan merupkan kunci utama yang masih dijadikan tujuan bagi seluruh perusahaan publik. Pergeseran konsep tripel bottem line menjadi sebuah faktor yang ingin dipenuhi oleh para manajer namun earnings akan tetap menjadi bagian yang penting dalam bagaimana melihat kinerja perusahaan dan bagaimana masa depan perusahaan. Dorongan tersebut yang membuat pihak manajemen selalu berupaya untuk menemui atau mencapai target yang ditetapkan ini sesuai dengan legitamasi teori dimana organisasi akan bertindak sesuai dengan norma dan ketentuan yang ada untuk memnuhi seluruh ekspektasi stakeholder. Asimetri informasi yang terjadi antara manajer yang memiliki informasi lebih dengan stakeholder sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan stakeholder tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna. Dalam situasi dimana stakeholder memiliki informasi yang lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen laba. Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu stakeholder memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Glosten and Milgrom (1985) dalam Lobo and Zhou

4 (2001) mengatakan bahwa peningkatan informasi dalam pengungkapan laporan keuangan akan menurunkan asimetri informasi. Dengan demikian, peningkatan pengungkapan menyebabkan fleksibilitas manajer untuk melakukan manajemen laba akan berkurang karena berkurangnya asimetri informasi antara manajemen dengan stakeholders. Penelitiaan terdahulu sudah banyak yang bersusaha menggambarkan hubungan antara CSR dengan manajemen laba. Dari beberapa penelitiaan ditemukan inkonsistensi dalam hubungan antara CSR dengan manajemen laba. Pada dasarnya hubungan antara CSR dan manajemen laba dapat didasarkan atas 2 dasar. Dasar etika merupakan dasar pertama yang digunakan dalam menggambarkan bagaimana hubungan antara pengungkapan CSR dengan manajemen laba, beberapa penelitiaan terdahulu yang memberikan gambaran hubungan dengan dasar etika adalah melalui penelitian Garriga dan Mele (2004) yang memetakan CSR kedalam 4 teori yaitu 1) teori etika, 2) teori politik, 3) teori integrative, 4) teori instrumental, dalam penelitiaannya menggambarkan secara deskriptif mengenai bagaimana CSR sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan menjadi suatu hubungan dengan kinerja perusahaan. Penelitiaan kim, park, dan wier (2010) menggambarkan hubungan etika ini dengan menguji hubungan CSR dengan manajemen laba secara langsung melalui hipotesis transparansi laporan keuangan dimana penelitiaannya mendukung hipotesis tersebut dengan menemukan hubungan CSR dengan manajemen laba. Penelitiannya mendukung bahwa perusahaan yang melakukan CSR akan lebih

5 kecil dalam melakukan manajemen laba melalui discretionary accruals dan real activities manipilation. Chun (2005) dalam penelitiaannya menemukan organisasi yang memiliki etika akan memiliki integritas dengan berbuat jujur, tulus, bertanggung jawab sosial, dan dapat dipercaya. Dalam persapektif etika organisasi yang bertanggung jawab secara sosial dan melakukan pengungkapan CSR akan lebih minimal atau tidak melakukan manajemen laba, karena dasar pngembangan dari perspektif etika ini adalah melakukan pelaporan yang jujur dan tulus. Dasar ke 2 yang menjadi dasar pendekatan dalam mengkaji hubungan antara CSR dengan manajemen laba adalah perilaku oprtunistik melalui penelitiaan Chih (2008) mencoba melihat hubungan antara CSR dengan manajemen laba dengan beberapa hipotesis. Dalam penelitiaannya dia menemukan inkonsistensi antara CSR dengan manajemen laba yaitu perusahaan yang melakukan CSR lebih agresif malakukan accruals manajemen namun lebih pasif dalam melakukan earning smoothing dan earnings loss avoidance. Pior (2008) mencoba meneliti hubungan antara CSR dengan manajemen laba dan menemukan hubungan positif antara manajemen laba dengan CSR untuk perusahaan yang mempunyai regulasi khusus dan menemukan hubungan positif. Inkosistensi ini timbul akibat adanya perbedaan standar akutansi di berbagai negara, selain proteksi terhadap investor juga membuat perbedaan standart peraturan mengenai CSR di berbagai negara. Perbedaan cara penghitungan pengungkapan CSR pun memberikan perbedaan terhadap hasil

6 karena intepretasi dari peneliti mengenai CSR akan sangat menentukan dalam menghitung CSR tersebut. Di Indonesia sendiri CSR ini merupakan pengungkapan wajib namun tingkat pengungkapan itemnya yang menjadi pengungkapan voluntary. Penelitiaan ini mencoba ingin mengetahui pengaruh antara tingkat pengungkapan CSR dengan manajamen laba berdasar teori etika. Penelitian ini menguji pengaruh karena dalam peraturan di Indonesia yang dinyatakan dalam Undang Undang 40 mengenai perseroaan terbatas pasal 74 ayat dua yang menyatakan tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang biayanya dianggarkan dan diperhitungkan. Dalam BAS 8 mengenai pencatatan CSR, dikatakan tanggung jawab sosial diakui sebagai beban pada tahun berjalan. Sehingga berdasarkan dasar peraturan tersebut dapat dikatakan CSR ini akan mempengaruhi laba bersih yang akan menjadi dasar dari penghitungan total accrual dalam menghitung manajemen laba menggunakan modified Jones. Francis (2008) dalam penelitiannya mengenai kualitas laba dikatakan bahwa perusahaan kualitas labanya tinggi maka memiliki pengungkapan sukarela (voluntary) yang tinggi dan ketika kualitas labanya rendah akan memiliki pengungkapan sukalera (voluntary) yang rendah. Jika dikaitkan dengan hubungan antara manajemen laba dengan CSR maka dapat dijelaskan dengan perusahaan yang melakukan pengungkan item CSR yang tinggi akan mempengaruhi manajemen laba, dimana manajemen laba itu sendiri berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Sehingga dengan pengungkapan item CSR yang tinggi akan memberikan kualitas laba yang dapat digunakan untuk memprediksi arus kas

7 dimasa yang akan datang. Kualitas laba disini merujuk pada kredibilitas angka laba yang dilaporkan. Berdasarkan penelitiaan terdahulu yang menguji hubungan CSR dengan manajemen laba. Maka melalui penelitian ini menguji pengaruh CSR terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks SRI KEHATI selama 3 tahun dari 2009 2011. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut : Apakah pengungkapan item corporate social responsibility perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba? 1.3. Tujuan Penelitiaan Penelitiaan ini mencoba menemukan hubungan antara pengungkapan item tanggung jawab sosial dengan manajemen laba. Berdasarkan rumusan masalah tujuan yang ingin dicapai melalui penelitiaan ini yaitu : Untuk mengetahui pengaruh pengungkapan item corporate social responsibility terhadap manajemen laba. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitiaan maka manfaat yang diharapkan oleh penelitiaan ini adalah:

8 1. Manfaat bagi penulis, penulis menjadikan penelitian ini sebagai media dalam mencari pengalaman dalam melakukan penelitiaan. 2. Manfaat bagi penulis berikutnya, penelitiaan ini dapat memberikan acuan dan tambahan dan pembuktiaan secara empiris terhadap hubungan antara pengungkapan Corporate social responsibility dengan manajemen laba. 1.5. Analisis Data Analisis data dalam penelitiaan ini dilakukan secara bertahap yaitu : 1. Pengumpulan laporan tahuanan dari perusahaan yang ada dalam indeks SRI KEHATI selama tahun 2007 2011 2. Pemilihan laporan berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan 3. Melakukan penghitungan discretionary accrual menggunakan model modified Jones 4. Melakukan penghitungan pengungkapan item laporan pertanggungjawaban perusahaan menggunakan metode check list dengan kriteria yang ditetapkan oleh Global Reporting Indeks (GRI). 5. Melakukan penghitungan terhadap variabel kontrol yaitu dan Profitabilitas 6. Melakukan uji asumsi klasik. 7. Melakukan regresi model dari nilai nilai yang diperoleh. 8. Melakukan Intepretasi dan analisis dari penelitiaan.

9 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pengantar yang menjelaskan mengapa penelitian ini menarik untuk diteliti dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi landasan teori yang memperkuat teori dan argumen dalam penelitian ini, berbagai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis yang ada pada penelitian ini. Bab III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis data dan sumber data, metode pengumpulan, serta metode analisis data yang termasuk pengujian hipotesis dan uji asumsi klasik. Bab IV HASIL DAN ANALISIS Bab ini berisi tentang analisis menyeluruh atas penelitian yang dilakukan. Hasil-hasil statistik diinterpretasikan dan pembahasan dikaji secara mendalam hingga tercapai hasil analisis dari penelitian. Bab V PENUTUP Bab ini akan memaparkan kesimpulan analisis penelitian yang telah dilakukan, berbagai keterbatasan pada penelitian ini, serta saran-saran

10 yang berguna bagi berbagai pihak yang memiliki kepentingan dengan hasil penelitian ini.