BAB I PENDAHULUAN. Melaksanakan nikah adalah ibadah 1, maka tuntunan, aturan, syarat, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT MAZHAB HANAFI DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG WALI NIKAH. A. Analisa Terhadap Mazhab Hanafi Tentang Wali Nikah

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan. 2 Sedangkan Ijbar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. antara suami, istri dan anak akan tetapi antara dua keluarga. Dalam UU

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dianggap batal. Dalam Kompilasi Hukum Islam (pasal 14), rukun

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN WALI BAGI MEMPELAI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA GAJAH MUNGKUR

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN PAKSA DAN IMPLIKASI HUKUMNYA.

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada pula

NURLIA FITRIA NIM:

ABSTRAK. Perlindungan Hukum terhadap Anak Luar Kawin dalam Perspektif Hak Asasi Manusia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disebut sebagai penelitian kepustakaan (library

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

A. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PEMAKSAAN MENIKAH MENURUT HUKUM ISLAM

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

SKRIPSI STUDI ANALISIS HUKUM PERKAWINAN ISLAM MENGENAI HUKUM AKAD NIKAH MELALUI TELEPON

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

ANAK SAH DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN KHI Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK

STUDI ANALISIS PEMAKSAAN MENIKAH MENURUT HUKUM ISLAM

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. menuju zaman modern. Ziauddin Sardar menyebut zaman modern merupakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dan menelaah sejumlah literatur atau bahan pustaka baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

Prosiding SNaPP2014Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Sri Turatmiyah

BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE IJAB QABUL PADA MASYARAKAT SUKU SAMIN

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH MUI JAWA TIMUR TERHADAP PENDAPAT HAKIM PENGADILAN AGAMA PASURUAN TENTANG STATUS ISTRI SETELAH PEMBATALAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. menganjurkan manusia untuk hidup berpasang-pasangan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

Silabi Matakuliah. Alokasi Kompetensi Dasar dan Uraian. Waktu dan Hasil Belajar. Penilaian Materi Pokok

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

PEMBERIAN DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. ( STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA KABUPATEN TEGAL )

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN MEMALSUKAN IDENTITAS WALI NIKAH DI KUA KEC. TAYU KAB. PATI

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II KEDUDUKAN ANAK MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai anak sah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Allah yang antara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Melaksanakan nikah adalah ibadah 1, maka tuntunan, aturan, syarat, dan rukunnya yang merupakan rambu-rambu syar i harus diperhatikan untuk keabsahannya. Salah satu rukun nikah adalah wali, di mana di antara rukun-rukun lainnya wali lebih komplek dan luas pembahasannya di kalangan fuqaha Komplek dan luasnya pembicaraan tentang wali dalam pernikahan 2 terbias dalam pembicaraan keabsahan nikah tanpa wali, dalam hal ini pendapat Abu Hanifah adalah pendapat yang paling berbeda di antara fuqaha, termasuk Asy-Syafi i bahkan jumhur ulama Pendapat Abu Hanifah dan pendapat Asy-Syafi i dalam hal wali nikah merupakan fenomena yang mengemuka dari berbagai perbedaan antara keduanya meliputi hal-hal seperti : Kewenangan ; wali yang memiliki kewenangan dan hak ijbar (otoritas) dalam pelaksanaan akad nikah atau calon mempelai perempuan terutama calon mempelai perempuan yang berstatus janda. 1 Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 menyebutkan Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau misaqan galizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah 2 Penulis menggunakan istilah pernikahan merupakan terjemahan dari kata نكح - ينكح. yang lebih dekat dengan kata,عقد keduanya sering disebutkan bersamaan yakni akad nikah 1

Janda ; yang berhak menikahkan (melaksanakan akad nikah) perempuan berstatus janda apakah dirinya tanpa seizin wali atau boleh menikahkan dirinya dengan seizin wali, atau tidak boleh sama sekali tanpa wali. Perawan ; semua perempuan yang belum pernah menikah (sekalipun hilang keperawanannya dengan sebab selain nikah) dianggap perawan, dan perempuan yang sudah cukup umur bahkan cenderung tua, rasyidah (cakap) tapi karena belum berpengalaman dengan urusan pernikahan juga tetap dikategorikan perawan. Isytirot (di syaratkan) ; wali merupakan salah satu syarat sah nikah, atau hanya izinnya saja yang diperlukan, atau hanya mustahab (sebaiknya), bahkan tidak dibutuhkan sama sekali. Isti mar (mendapat perintah) ; jika wali akan menikahkan perempuan janda (di bawah perwaliannya) apakah harus mendapatkan perintah dari perempuan tersebut atau cukup minta izinnya saja. Perintah tersebut berupa katakata, atau cukup dengan isyarat. Isti zan (mendapat izin) ; jika wali akan menikahkan perempuan perawan apakah harus mendapatkan izin dari perempuan tersebut atau tidak perlu karena wali mempunyai hak ijbar. Izin yang diberikan perawan kepada walinya apakah cukup dengan sukut (diam) atau harus dengan kata-kata. Wali perempuan ; perempuan dewasa, rasyidah, khuriyah (merdeka) apakah boleh menikahkan dirinya sendiri dan perempuan lainnya atau tidak boleh. Kafa ah (kecocokan) ; jika perempuan menikahkan dirinya atas perempuan lainnya dengan dasar adanya kecocokan apakah tidak perlu seizizn wali atau tetap dengan izin wali. 2

Mahar misil ; jika seorang perempuan dinikahi oleh seorang laki-laki dengan mahar misil yang disepakati oleh perempuan tersebut apa juga memerlukan pertimbangan dan izin walinya. Wali mujbir ; yang menjadi wali mujbir (wali yang memiliki otoritas) apakah hanyalah ayah, atau juga kakek, hakim, dan orang yang mendapat wasiat dari ayah. Dan berlaku untuk perawan meskipun cukup umur, dewasa, dan rasyidah (cakap) atau hanya untuk perawan yang belum cukup umur. Dan banyak lagi perbedaan-perbedaan pendapat keduanya (Hanafiyah dan Syafi iyah), terlebih dalam metode istimbat (pengambilan hukum) keduanya dalam masalah wali nikah. Adanya perbedaan pendapat disekitar wali nikah dan perempuan dibawah perwaliannya karena banyaknya pendapat bahwa wali dan calon mempelai perempuan mempunyai hak yang bersekutu antara keduanya. Salah satunya tidak bisa berdiri sendiri (menggunakan) haknya tanpa yang lainnya, tetapi memerlukan pernyataan keridloan keduanya 3 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalah dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kedudukan wali nikah menurut pendapat Abu Hanifah dan Asy- Syafi i? 2. Bagaimana metode istimbath yang dipakai oleh Abu Hanifah dan As-Syafi i dalam pengambilan hukum tentang wali nikah? 3 Mustofa Muhammad Salabi, Ahkam al-usrah fi al-islam, (Beirut : Daar an-nahdhoh al- Arabiyah, 1997) hlm. 264 3

C. TUJUAN DAN URGENSI PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah : a. Untuk mendeskripsikan bagaimana kedudukan wali nikah menurut Abu Hanifah dan Asy-Syafi i b. Untuk mencermati segi-segi perbedaan pendapat keduanya serta alasanalasan yang di jadikan dasar pendapatnya c. Untuk mendeskripsikan metode istimbat yang di pakai oleh Abu Hanifah dan Asy-Syafi i dalam menggali hukum tentang wali nikah dan mencermatinya filosofis 2. Urgensi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat a. Sebagai kontribusi positif bagi upaya menumbuh kembangkan kesadaran umat Islam akan pentingnya penelaahan secara cermat terhadap masalah fiqh klasik yang merupakan hasil ijtihad masa lampau, dan diharapkan ditemukan prinsip hukum Islam untuk mengantisipasi masalah kontemporer b. Pada perkembangan selanjutnya, masalah-masalah dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang dapat membantu umat Islam memecahkan persoalan-persoalan wali dalam nikah c. Dalam kaitannya dengan konteks hukum keluarga, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam rangka menelusuri secara normatif terhadap hukum yang telah ada dan 4

terbingkai dalam pemikiran hukum fiqh, lebih khusus masalah perwalian dalam nikah d. Harapan selanjutnya adalah dapat menjadi stimulasi bagi pengembangan pemikiran hukum Islam 4 (fiqh) di Indonesia D. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model library research dengan klasifikasi dari hasil penelusuran, pengkajian, dan penelaahan terhadap sumber data yang telah ditetapkan. Sumber data tersebut adalah : a. Sumber Data Primer Sumber data ini meliputi bahan yang secara langsung berhubungan dengan pokok-pokok masalah yang menjadi topik penelitian tentang kedudukan wali nikah menurut Abu Hanifah dan Asy-Syafi i. Data primer meliputi kitab fikih Hanafi ( al-jami as-sagir dan al-ikhtiyar lita lil al-mukhtar) dan fikih Syafi i (al-um dan I anat al-talibin ) yang berhubungan dengan wali dalam pernikahan dan juga pendapatpendapat ulama mazhab, jumhur ulama b. Sumber Data Sekunder Yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang tidak secara langsung berkaitan dengan pokok-pokok masalah dalam penelitian ini. 4 Berbicara tentang fiqh di Indonesia dimaksudkan adalah fiqh Indonesia yang diharapkan bisa dipedomani oleh masyarakat, karena secara substansional telah menjadi hukum positif yang berlaku dan diakui keberadaannya (Ahmad Rofiq, Hukum Perdata...hlm.21). Fiqh yang selama ini tidak positif telah ditransformasikan menjadi hukum positif yang berlaku dan mengikat seluruh umat Islam di Indonesia, Kompilasi Hukum Islam diharapkan akan lebih mudah diterima oleh masyarakat Islam Indonesia karena digali dari tradisi-tradisi bangsa Indonesia (Amiur Nuruddin, Azhari Ahamd Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2006) hlm.35 5

Bahan-bahan ini diharapkan dapat menunjang dan melengkapi serta memperjelas data-data primer. Data sekunder diperoleh dari Kitab alfiqh Ala al-mazahib al- Arba ati dan Ahkam al-usrah fi al-islam serta buku-buku yang berkaitan dengan hukum munakahat, ushul fiqh, psikologi sosial, filsafat, sirah, sosiologi, Undang-undang, Peraturan Pemerintah RI, Peraturan Menteri Agama dan lain sebagainya c. Sumber Data Tertier Data tertier adalah bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap data primer maupun data sekunder yaitu berupa kamus-kamus hukum, dan ensiklopedi dibidang hukum 2. Metode Analisa Data Karena sifatnya adalah library research, maka pokok utamanya adalah kepustakaan yaitu kitab-kitab fiqh karya fuqaha, kajian-kajian ushul fiqh dengan pendekatan hermenetik (hermeneutika method) diharapkan dapat mendialogkan teks lama dengan konteks kekinian, tidak pasif, tetapi aktif dan inovatif antara warisan masa lalu dan masa sekarang 5, oleh karena itu Ibn Taymiyah mengatakan bahwa dalam proses penafsiran harus diperhatikan tiga hal, (1) siapa yang mengatakan, (2) kepada siapa diturunkan, (3) ditujukan kepada siapa 6 Penelitian ini menggunakan metode content analysis yakni penelitian teks sebagai analisis muatan. Teks dapat diteliti secara kuantitatif menggunakan metode komparatif. Hal ini dilakukan guna mengungkapkan 5 Sahiraon Syamsudin, Hermeneutika Al-Qur an Mazhab Yogya (Yogya : Islamika, 2003) hlm. 59 6 Ibid, hlm. 62 6

muatan sebuah teks secara obyektif. Dalam memahami ayat-ayat al-qur an yang berkaitan dengan masalah wali nikah juga digunakan pendekatan dengan Asbab an-nuzul, sebagaimana dikatakan oleh Al-Wahidi tidak mungkin (sesorang) memahami tafsir ayat tanpa mengetahui kisahnya dan sebab-sebab turunnya 7. Pendekatan-pendekatan ini sebagai upaya memahami fakta secara obyektif selanjutnya menganalisa dan mengkontruksikan secara cermat sehingga bisa memperoleh hasil yang nyata. E. TINJAUAN PUSTAKA Pembahasan tentang pernikahan secara umum adalah bukan merupakan kajian yang baru, bahkan merupakan syari at yang sudah tua sejak keberadaan manusia itu sendiri. Karenanya literatur hukum (fiqh) tentang pernikahan dengan berbagai corak dan ragam dalam bingkai fiqh munakahat, telah banyak ulama yang menulisnya namun sifatnya umum. Masalah perwalian dalam nikah dengan cara komparasi pendapat ulama mazhab belum banyak yang membahasnya secara komprehensif, terinci dan terfokus Karya-karya para pemerhati hukum dari berbagai kalangan seperti fuqoha, peneliti, dan pengkaji ternyata telah banyak memberikan kontribusi terhadap hazanah keilmuan secara umum dan hukum keluarga pada khususnya. Berbagai penelitian menyoroti hukum pernikahan dengan berbagai macam tinjauan ibarat suatu kesatuan yang saling memenuhi dan melengkapi, tidak ada suatu yang baru dalam kajian hukum. Namun setidaknya faktor pema naan 7 Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalli, Lubab al-nuqul fi Asbab an-nuzul (Semarang : Usaha Keluarga, TT) hlm. 3 7

yang menjadikan teks-teks, ilmu pengetahuan serta peradaban yang telah ada menjadi lebih hidup. Bahkan al-qur an adalah teks yang diam dan hanya manusialah yang membuatnya hidup dan berbicara 8 Kajian sebelumnya yang telah ditulis oleh beberapa peneliti yaitu, sebuah tesis yang berjudul Peranan Wali Nikah Dalam Perkawinan Dan Pengaruh Psikologis Adanya Wali Nikah Dalam Perkawinan Menurut KHI, didalam tesis ini Etty Murtiningdyah menjelaskan tentang dampak pengaruh psikologi seorang wali nikah dalam kehidupan rumah tangga bagi perempuan dibawah perwaliannya, karena pengucap akan ijab qabul merupakan lambang penyerahan tugas orang tua (wali) kepada seorang laki sebagai suaminya. Dalam bukunya Hukum Perkawinan Nasional, Sudarsono menyoroti masalah perkawinan menurut hukum dan perundang-undangan perkawinan nasional yang mengakomodir berbagi sistem (perkawinan) adat dan cara perkawinan masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah muslim. Dalam membahas masalah syarat-syarat dan rukun nikah, yang diantaranya adalah wali dibahasnya wali menurut pendapat mazahib al- arba (mazhab Syafi i, Maliki, Hambali, dan Hanafi). Namun tidak mendasarkannya pada nash al-qur an maupun hadis apalagi metode istimbathnya Buku Hukum Perdata Islam, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih karya Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan lebih berkonsentrasi pada perkembangan konseptual hukum perdata Islam di Indonesia yang pada bagiannya berbicara rukun dan syarat perkawinan perspektif fikih yang dalam hal ini mengutip pendapat ulama Syafi iyyah dan 8 Nashr Hamid Abu Zaid mengutip kata-kata sahabat Ali ra (sebagaimana dikutip oleh Abu Yasid dalam Nalar dan Wahyu, Interrelasi Dalam Proses Pembentukan Syari ah (Jakarta : Erlangga, 2002) hlm 69 8

Malikiyah tentang kedudukan wali dan syarat-syaratnya. Juga dibahas tentang kedudukan wali menurut perspektif Kompilasi Hukum Islam Selanjutnya, dalam buku Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, Asrorun Ni am Sholeh menfokuskan kajiannya pada masalah dalam perspektif fikih, yang meliputi aturan hukum sebelum pernikahan, syarat dan rukunnya. Buku ini menganalisa fatwa-fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang pernikahan dalam hukum keluarga Ada segi kesamaan pada pembahasan dibagian buku-buku tersebut diatas yakni perkawinan dari berbagai pandangan, fikih, Kompilasi Hukum Islam, dan Hukum Perundang-undangan. Pada kajian tesis ini penulis terfokus pada kedudukan wali nikah yang mengkomperasikan pendapat Abu Hanifah dan Asy-Syafi i dan metode penggalian hukum dari keluarga F. SISTEMATIKA PENULISAN Secara keseluruhan tesis ini, penulis kelompokkan kedalam lima yang dijabarkan dalam pokok-pokok bahasan sebagai berikut : Bab pertama adalah bab pendahuluan yang didalamnya mencakup beberapa paparan yaitu : latar belakang masalah yang menguraikan abstraksi yang melatar belakangi ide penulisan tersebut, rumusan masalah, tujuan dan urgensi penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan Bab kedua, menggambarkan secara umum tentang urgensi wali nikah yang didalamnya mencakup arti, hikmah, dan hukum pernikahan, pelaksanaan 9

aqad nikah, rukun nikah, aturan hukum sebelum pernikahan, akad nikah, serta arti dan syarat wali Bab ketiga secara khusus akan membahas tentang kedudukan wali menurut Abu Hanifah dan Asy-Syafi i yang meliputi biografi singkat Abu Hanifah dan Asy-Syafi i serta manhaj keduanya, dasar-dasar hukum perwalian yang berisi kedudukan wali menurut Hanafiyah dan Syafi iyah, serta yang dapat diambil dari pendapat keduanya. Metode istimbath juga berada pada pembahasan bab ini. Bab keempat merupakan bagian yang mengkaji tentang wali nikah dalam perundang-undangan dengan bahasan perspektif Undang-undang No 1 Th 1974 dan KHI, perwalian dalam qanun dibeberapa Negara Muslim serta batasan usia nikah Bab kelima merupakan bagian penutup dari rangkaian uraian pembahasan dan analisis yang mencakup kesimpulan, saran dan penutup 10