KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JASA TIRTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1982 TENTANG DEWAN GULA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2001 TENTANG DEWAN BIMBINGAN MASSAL KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 132 TAHUN 2001 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1979 TENTANG BADAN KOORDINASI BIMAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2003 TENTANG DEWAN GULA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2006 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN GULA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 109 TAHUN 2000 (109/2000) TENTANG DEWAN GULA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2006 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1979 TENTANG BADAN KOORDINASI BIMAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR : 44 TAHUN : 2000 SERI : D NO.38 GUBERNUR BALI KEPUTUSAN GUBERNUR BALI NOMOR 87 TAHUN 2000 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PEKALONGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1989 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 135/1999, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA KOORDINASI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2003 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 1998 TENTANG BADAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 (13/1994) TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2001 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 62 TAHUN 1983 (62/1983) TENTANG BADAN PENGENDALIAN BIMAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RGS Mitra 1 of 6 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2003 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945; 2.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 6/1992, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 52/1997, SEKRETARIAT BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK *47366 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 52 TAHUN 1997 (52/1997)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TAHUN 1995 TENTANG BADAN URUSAN LOGISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1979 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1997 TENTANG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1984 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2001 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NO. : 37/Kpts/OT.210/2/1998

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANI-SASI, DAN TATA KERJA MENTERI MUDA.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA KERJA DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DAN SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

Perda Kab. Belitung No. 30 Tahun

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1980 TENTANG BADAN KOORDINASI ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CILACAP

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa seiring dengan perubahan pendekatan dan kebijaksanaan pembangunan pertanian, kebijaksanaan otonomi daerah dengan titik berat pada Daerah Tingkat II, serta dalam rangka pencapaian swasembada pangan menuju ketahanan pangan nasional, dipandang perlu menata kembali susunan organisasi Badan Pengendali Bimbingan Massal dengan Keputusan Presiden; Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3135); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373); 5. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen, sebagaimana telah duapuluh sembilan kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 76 Tahun 1997; MEMUTUSKAN : Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan : 1. Bimbingan Massal yang selanjutnya disingkat Bimas, adalah suatu sistem manajemen pembangunan pertanian untuk menggerakkan partisipasi petani secara massal dengan berorientasi pada koordinasi penyelenggaraan fungsi

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan program Bimas; 2. Program Bimas adalah suatu program peningkatan produksi dan usaha pertanian melalui intensifikasi komoditas prioritas yang berwawasan agribisnis di pedesaan dengan sistem Bimas dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, memantapkan swasembada pangan dan pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, dan terdiri dari Program Bimas Nasional dan Program Bimas Wilayah; 3. Program Bimas Nasional adalah program Bimas melalui intensifikasi komoditas prioritas nasional yang strategis yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian; 4. Program Bimas Wilayah adalah program Bimas melalui intensifikasi komoditas unggulan spesifik lokasi yang ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I; 5. Badan Pengendali Bimas adalah wadah koordinasi penyelenggaraan Bimas yang bersifat nonstruktural; 6. Satuan Pembina Bimas Propinsi Daerah Tingkat I adalah wadah koordinasi pembinaan Bimas di tingkat Propinsi Daerah Tingkat I; 7. Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten Daerah Tingkat II adalah wadah koordinasi pelaksanaan Bimas di tingkat Kabupaten Daerah Tingkat II; 8. Satuan Penggerak Bimas Kecamatan adalah satuan tugas yang menggerakkan pelaksanaan Bimas di tingkat Kecamatan; 9. Satuan Penggerak Bimas Desa adalah satuan tugas yang menggerakkan pelaksanaan Bimas di tingkat Desa; 10. Kelompok Tani Nelayan Andalan, yang selanjutnya disingkat KTNA adalah kontak tani yang dapat diandalkan dan dipilih secara periodik menurut kesepakatan dari dan oleh para kontak tani nelayan dalam satu desa, untuk mewakili aspirasi petani nelayan dalam forum dan/atau kelembagaan di tingkat desa/keluarahan maupun tingkat wilayah yang lebih tinggi. BAB II KEDUDUKAN, TUGAS, DAN SUSUNAN KEANGGOTAAN BADAN PENGENDALI BIMAS Pasal 2 (1) Badan Pengendali Bimas, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut Badan, dipimpin oleh seorang Ketua Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. (2) Badan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi perumusan kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaan operasional Program Bimas Nasional, pembinaan koordinasi Program Bimas Wilayah serta pengendalian penyelenggaraan program Bimas. Pasal 3

Susunan keanggotaan Badan terdiri dari : a. Ketua: Menteri Pertanian b. Sekretaris merangkap Anggota: Sekretaris Pengendali Bimas c. Anggota: 1. Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian; 2. Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian; 3. Direktur Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian; 4. Direktur Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian; 5. Direktur Jenderal Perkebunan/ Sekretaris Dewan Gula Indonesia,Departemen Pertanian; 6. Kepala Badan Agribisnis, Departemen Pertanian; 7. Kepala Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian; 8. Kepala Badan Pendidikan dan, Latihan,Departemen Pertanian; 9. Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri; 10. Direktur Jenderal Pembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri; 11. Direktur Jenderal Penerangan Umum, Departemen Penerangan; 12. Direktur Jenderal Radio, Televisi dan Film, Departemen Penerangan; 13. Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan; 14. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan; 15. Direktur Jenderal Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan, Departemen Perindustrian dan Perdagangan; 16. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin dan Kimia, Departemen Perindustrian dan Perdagangan; 17. Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Departemen Kehutanan; 18. Direktur Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum; 19. Direktur Jenderal Pembinaan Koperasi Pedesaan, Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil;

20. Asisten III Menteri Koodinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pengawasan Pembangunan; 21. Assisten II Menteri Koodiantor Bidang Produksi dan Distribusi; 22. Assiten III Menteri negara Urusan Pangan; 23. Kepala Badan Urusan Logistik; 24. Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan, Sekretariat Negara; 25. Direktur Perkreditan Bank Indonesia; 26. Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia; 27. Direktur Utama PT. PUSRI; 28. Pimpinan instansi terkait lainnya yang ditetapkan oleh Ketua Badan. Pasal 4 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Ketua Badan dibantu oleh : a. Tim Ahli; b. Sekretariat Pengendali Bimas. Pasal 5 (1) Tim Ahli adalah kelompok tenaga ahli/cendikiawan di bidang-bidang yang berkaitan dengan penyelenggaraan program Bimas. (2) Tim Ahli mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan mengenai penyelenggaraan program Bimas kepada Ketua Badan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan keanggotaan, rincian tugas, dan tata kerja Tim Ahli diatur oleh Ketua Badan. Pasal 6 (1) Sekretariat Pengendali Bimas adalah satuan organisasi ekstra struktural yang berada di lingkungan Departemen Pertanian. (2) Sekretariat Pengendali Bimas dipimpin oleh Sekretaris Pengendali Bimas. (3) Dalam melaksanakan tugas, Sekretaris Pengendali Bimas bertanggung jawab kepada Ketua Badan. Pasal 7

Sekretariat Pengendali Bimas mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Badan. Pasal 8 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Sekretariat Pengendali Bimas menyelenggarakan fungsi : a. koordinasi perumusan program; b. koordinasi perencanaan dan pengendalian sarana produksi dan permodalan; c. koordinasi pelaksanaan dan pengendalian bimbingan intensifikasi; d. memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Sekretariat Pengendali Bimas. Pasal 9 (1) Sekretariat Pengendali Bimas terdiri dari : a. Biro Tata Usaha; b. Biro Program Intensifikasi; c. Biro Sarana Produksi dan Permodalan; d. Biro Bimbingan Intensifikasi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, rincian tugas dan tata kerja Sekretariat Pengendali Bimas diatur oleh Menteri Pertanian selaku Ketua Badan setelah memperoleh persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. Pasal 10 (1) Dalam melaksanakan tugas, Sekretaris Pengendali Bimas dibantu oleh Tim Teknis yang terdiri dari pejabat-pejabat dari instansi terkait dan KTNA Nasional. (2) Tim Teknis mempunyai tugas melakukan identifikasi, pengkajian dan perumusan langkah-langkah operasional penyelenggaraan program Bimas. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan keanggotaan, rincian tugas, dan tata kerja Tim Teknis ditetapkan oleh Ketua Badan atas usul Sekretaris Pengendali Bimas. Pasal 11 Untuk melaksanakan program Bimas, di daerah dibentuk : a. Satuan Pembina Bimas Propinsi daerah Tingkat I; b. Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II; c. Satuan Penggerak Bimas Kecamatan; d. Satuan Penggerak Bimas Desa.

BAB III KEDUDUKAN, TUGAS, DAN SUSUNAN KEANGGOTAAN SATUAN PEMBINA BIMAS PROPINSI DAERAH TINGKAT I Pasal 12 (1) Satuan Pembina Bimas propinsi daerah Tingkat I, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut Satuan Pembina, diketuai oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. (2) Satuan Pembina mempunyai tugas melaksanakan pembinaan penyelenggaraan program Bimas di Daerah Tingkat I, baik Program Bimas Nasional maupun Program Bimas Wilayah. (3) Dalam melaksanakan tugas, Ketua Satuan Pembina bertanggung jawab kepada Ketua Badan. Pasal 13 (1) Susunan keanggotaan Satuan Pembina adalah sebagai berikut : a. Ketua: Gubernur Kepala Daerah Tingkat I; b. Ketua Harian: Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian; c. Wakil Ketua Harian: Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I yang menangani bidang administrasi pembangunan; d. Sekretaris merangkap Anggota: Sekretaris Pembina; e. Anggota: Para pimpinan dari instansi terkait di tingkat Propinsi yang ditetapkan oleh Ketua Satuan Pembina sesuai dengan petunjuk Ketua Badan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan keanggotaan, rincian tugas dan tata kerja Satuan Pembina diatur oleh Ketua Satuan Pembina dengan memperhatikan petunjuk teknis dari Ketua Badan. Pasal 14 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), Ketua Satuan Pembina dibantu oleh : a. Tim Teknis Satuan Pembina; b. Sekretariat Satuan Pembina. Pasal 15

(1) Tim Teknis Satuan Pembina terdiri dari tenaga ahli/cendikiawan di bidang-bidang yang berkaitan dengan penyelenggaraan program Bimas di Daerah Tingkat I serta wakil KTNA tingkat Propinsi. (2) Tim Teknis Satuan Pembina mempunyai tugas melakukan identifikasi, pengkajian, dan perumusan langkah-langkah operasional penyelenggaraan Program Bimas di Daerah Tingkat I berdasarkan penugasan Ketua Satuan Pembina. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan keanggotaan, rincian tugas, dan tata kerja Tim Teknis Satuan Pembina diatur oleh Ketua Satuan Pembina sesuai dengan petunjuk Ketua Badan. Pasal 16 (1) Sekretariat Satuan Pembina adalah satuan organisasi ekstra struktural di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Pertanian. (2) Sekretariat Satuan Pembina mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan pelayanan administrasi terhadap pelaksanaan tugas Satuan Pembina. (3) Sekretariat Satuan Pembina dimpimpin oleh Sekretaris Pembina. (4) Dalam melaksanakan tugas, sekretaris Pembina bertanggung jawab kepada Ketua Harian Satuan Pembina. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, rincian tugas, dan tata kerja Sekretariat Satuan Pembina diatur oleh Menteri Pertanian selaku Ketua Badan setelah memperoleh persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. BAB IV KEDUDUKAN, TUGAS, DAN SUSUNAN KEANGGOTAAN SATUAN PELASKANA BIMAS KABUPATEN/ KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II Pasal 17 (1) Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II, yang selanjunya dalam Keputusan Presiden ini disebut Satuan Pelaksana, diketuai oleh Bupati/Walikotamdya Kepala Daerah Tingkat II. (2) Satuan Pelaksana mempunyai tugas menyelenggarakan program Bimas di Daerah Tingkat II, baik Program Bimas Nasional maupun Program Bimas Wilayah. (3) Dalam melaksanakan tugas, Ketua Satuan Pelaksana bertanggung jawab kepada Ketua Satuan Pembina. Pasal 18

(1) Susunan keanggotaan Satuan Pelaksana adalah sebagai berikut : a. Ketua: Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II; b. Ketua Harian: Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II yang menangani bidang administrasi pembangunan; c. Wakil Ketua Harian:Kepala Dinas lingkup Pertanian yang ditunjuk oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II; d. Sekretaris merangkap Anggota: Sekretaris Pelaksana; e. Anggota: Para pimpinan dari instansi terkait dan KTNA tingkat Kabupaten/Kotamadya yang ditetapkan oleh Ketua Satuan Pelaksana sesuai dengan petunjuk Ketua Badan (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan keanggotaan, rincian tugas dan tata kerja Satuan Pelaksana diatur oleh Ketua Satuan Pelaksana dengan memperhatikan petunjuk teknis Ketua Badan. Pasal 19 (1) Dalam melaksanakan tugas Satuan Pelaksana dibantu oleh Sekretariat pelaksana Bimas Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut Sekretariat Satuan Pelaksana. (2) Sekretariat Satuan Pelasana adalah satuan organisasi yang berada di lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II. (3) Sekretariat Satuan Pelaksana mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan pelayanan administrasi terhadap pelaksanaan tugas Satuan Pelaksana. (4) Sekretariat Satuan Pelaksana dipimpin oleh Sekretaris pelaksana yang diangkat dan diberhentikan oleh Bupati/Walikotamdya Kepala Daerah Tingkat II atas usul Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II yang menangani bidang administrasi pembangunan dengan memperhatikan petunjuk teknis Ketua Badan. (5) Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Satuan Pelaksana mendapat bimbingan teknis dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian. Pasal 20 Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, rincian tugas dan tata kerja Sekretariat Satuan pelaksana ditetapkan oleh Ketua Satuan pelaksana dengan memperhatikan petunjuk teknis Ketua Badan. BAB V KEDUDUKAN, TUGAS, DAN KEANGGOTAAN SATUAN PENGGERAK BIMAS KECAMATAN DAN DESA

Pasal 21 (1) Satuan Penggerak Bimas Kecamatan adalah penggerak operasional program Bimas ditingkat Kecamatan dipimpin oleh Camat selaku Ketua. (2) Satuan Penggerak Bimas Kecamatan mempunyai tugas menggerakkan seluruh unsur yang terkait untuk pelaksanaan program Bimas, baik Program Bimas Nasional maupun Program Bimas Wilayah. (3) Dalam melaksanakan tugas selaku Ketua Satuan Penggerak Bimas Kecamatan bertanggung jawab kepada Ketua Satuan Pelaksana. Pasal 22 (1) Susunan keanggotaan Satuan Penggerak Bimas Kecamatan adalah sebagai berikut : a. Ketua: Camat; b. Sekretaris merangkap Anggota: Pejabat Pertanian di Tingkat Kecamatan; c. Anggota: Pimpinan instansi terkait dan Catur Sarana serta KTNA tingkat Kecamatan. (2) ketentuan lebih lanjut mengenai susunan keanggotaan, rincian tugas dan tata kerja Satuan Penggerak Bimas Kecamatan diatur oleh Ketua Satuan Pelaksana atas usul Ketua Satuan Penggerak Bimas Kecamatan. Pasal 23 (1) Satuan Penggerak Bimas Desa adalah penggerak operasional program Bimas di tingkat Desa dipimpin oleh Kepala Desa selaku Ketua. (2) Satuan Penggerak Bimas Desa mempunyai tugas menggerakkan seluruh unsur dan petugas yang terkait dalam pelaksanaan program Bimas, baik Program Bimas Nasional maupun Program Bimas Wilayah. (3) Dalam melaksanakan tugas, Ketua Satuan Penggerak Bimas Desa bertanggung jawab kepada Ketua Satuan Penggerak Bimas Kecamatan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, rincian tugas dan tata kerja Satuan Penggerak Bimas Desa diatur oleh Ketua Satuan Pelaksana atas usul Ketua Satuan Penggerak Bimas Kecamatan. BAB VI TATA KERJA Pasal 24

(1) Badan mengadakan rapat-rapat pleno yang langsung dipimpin oleh Ketua Badan yang berisfat berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun dan bersifat sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. (2) Apabila dipandang perlu, Ketua Badan dapat mengundangan Menteri atau Pejabat lain yang ada kaitannya dengan penyelenggaraan program Bimas. (3) Kehadiran Anggota Badan dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pada dasarnya tidak dapat diwakilkan dan apabila karena sesuatu hal berhalangan hadir, maka harus menunjuk Pejabat lain yang mewakili dengan mandat penuh. Pasal 25 Setiap satuan organisasi di lingkungan Sekretariat Pengendali Bimas dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi di dalam dan di luar Departemen Pertanian. Pasal 26 (1) Satuan Pembina/Satuan Pelaksana mengadakan rapat-rapat pleno sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun. (2) Kehadiran Anggota Satuan Pembina/Satuan Pelaksana dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pada dasarnya tidak dapat diwakilkan, dan apabila karena sesuatu hal berhalangan hadir, maka harus menunjuk Pejabat lain yang mewakili dengan mandat penuh. Pasal 27 (1) Ketua Satuan Penggerak Bimas Desa wajib menyampaikan laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu mengenai pelaksanaan program Bimas, baik Program Bimas Nasional maupun Program Bimas Wilayah yang disertai hambatan atau masalah yang dihadapi kepada Ketua Satuan Penggerak Bimas Kecamatan. (2) Ketua Satuan Penggerak Bimas Kecamatan wajib menyampaikan laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu mengenai pelaksanaan program Bimas, baik Program Bimas Nasional maupun Program Bimas Wilayah yang disertai hambatan atau masalah yang dihadapi kepada Ketua Satuan pelaksana. (3) Ketua Satuan Pelaksana wajib menyampaikan laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu mengenai pelaksanaan program Bimas, baik Program Bimas Nasional maupun Program Bimas Wilayah yang disertai hambatan atau masalah yang dihadapi kepada Ketua Satuan Pembina. (4) Ketua Satuan Pembina wajib menyampaikan laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu mengenai pelaksanaan program Bimas, baik Program Bimas

Nasional maupun Program Bimas Wilayah yang disertai hambatan atau masalah yang dihadapi kepada Ketua Badan. BAB VII KEPANGKATAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN Pasal 28 Penetapan eselon bagi Sekretaris Pengendali Bimas, Kepala Biro di lingkungan Sekretariat Pengendali Bimas, Sekretaris Pembina Bimas dan Sekretaris Pelaksana Bimas dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 29 (1) Sekretaris Pengendali Bimas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua Badan. (2) Kepala Biro di lingkungan Sekretariat Pengendali Bimas diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Badan. (3) Sekretaris Pembina Bimas diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Badan atas usul Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian. BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 30 (1) Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Badan dibebankan pada anggaran belanja Departemen Pertanian. (2) Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Satuan Pembina dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tingkat I dan anggaran belanja Departemen Pertanian. (3) Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Satuan Pelaksana dibebankan pada APBD Tingkat II, APBD Tingkat I dan anggaran belanja Departemen Pertanian. (4) Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Satuan Penggerak Bimas Kecamatan dan desa dibebankan pada APBD Tingkat II dan APBD Tingkat I. BAB IX KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31 Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, maka Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Badan Pengendali Bimas sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 1993 dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 32 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 September 1997 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. SOEHARTO