BAB II LANDASAN TEORI. kecepatan, percepatan, panjang gel acoustic, dll

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor

DISPENSER OTOMATIS MENGGUNAKAN SENSOR DAN GAYA PEGAS PADA GELAS BERBASIS ATMEGA8535. Dhony Kurniadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

PERENCANAAN SIDE BUMPER ADAPTIF PADA TRUK MITSUBISHI COLT DIESEL 100 PS (4 RODA)

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

KELOMPOK 4 JEMBATAN DC

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT SIMULASI. Pesawat simulasi yang di gunakan dalam mendeskripsikan cara kerja simulasi

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

BAB III PERANCANGAN ALAT

Dan untuk pemrograman alat membutuhkan pendukung antara lain :

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

RANCANG BANGUN PERAGA PRAKTIKUM KONTROL LEVEL AIR PADA TANDON DAN BAK MENGGUNAKAN PLC

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN

PERTEMUAN 12 ALAT UKUR MULTIMETER

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

BAB II LANDASAN TEORI

Yudha Bhara P

SIMULASI TIMER DAN COUNTER PLC OMRON TYPE ZEN SEBAGAI PENGGANTI SENSOR BERAT PADA JUNK BOX PAPER MILL CONTROL SYSTEM

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

ANALISA RANCANGAN PENGONTROLAN VOLUME PADA TANGKI AIR DILENGKAPI DENGAN INDIKATOR LED

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad

BAB II SISTEM MESIN LAS DAN POTONG KANTONG PLASTIK BERBASIS PNEUMATIK DENGAN MIKROKONTROLER

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

APLIKASI PLC OMRON CPM 1A 30 I/O UNTUK PROSES PENGEPAKAN BOTOL SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK

BAB III LANDASAN TEORI

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

61 semua siklus akan bekerja secara berurutan. Bila diantara ke -6 saklar diatur secara manual maka hanya saklar yang terhubung ground saja yang akan

Induksi Elektromagnetik

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

RELAY. A. Pengertian Relay

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

Arti Pole dan Throw pada Relay

1. Perhatikan gambar komponen elektronik di atas, merupakan simbol dari komponen. a. b. c. d. e.

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK RELAY

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

TRAFO. Induksi Timbal Balik

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MENGGUNAKAN LASER MATA DIKLAT : SISTEM KENDALI ELEKTRONIKA

RANCANG BANGUN RANGKAIAN PENGENDALI UNTUK VALVE YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SALURAN MASUK GAS N 2 DAN O 2 PADA ALAT KALIBRASI SENSOR OKSIGEN

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

PERTEMUAN KE 3 KOMPONEN ELEKTRONIKA. Create : Defi Pujianto, S,Kom

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER

MESIN PEMBUAT KOPI BERBASIS MIKROKONTROLER

PENGETAHUAN DASAR LISTRIK

Perancangan Pembuatan Pengasut Pada Motor Kapasitor 1 Phase

BAB III. Tinjauan Pustaka

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

USER MANUAL LAMPU TAMAN OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Dalam pembuatan tugas akhir ini peralatan yang kami gunakan adalah sebagai berikut : 2.1 Sensor pendeteksi objek Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu. Hampir seluruh peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya. Pada saat ini, sensor tersebut telah dibuat dengan ukuran sangat kecil dengan orde nanometer. Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian dan menghemat energi. Enam Tipe Isyarat Sensor 1) Mechanical, contoh: panjang, luas, mass flow, gaya, torque, tekanan, kecepatan, percepatan, panjang gel acoustic, dll 2) Thermal, contoh: temperature, panas, entropy, heat flow 3) Electrical, contoh: tegangan, arus, muatan, resistance, frekuensi, dll 4) Magnetic, contoh: intensitas medan, flux density, dll 5) Radiant, contoh: intensitas, panjang gelombang, polarisasi, dll 6) Chemical, contoh: komposisi, konsentrasi, ph, kecepatan reaksi, dll Pada tugas akhir ini kami menggunakan sensor GTE-6 yaitu sensor yang menggunakan infrared. Sensor memiliki jarak deteksi max 30 cm dan memiliki setting sensitivikasi.

Gambar 2.1 Sensor Gte-6 ( Sumber : www.sick.com ) Gambar 2.2 Data Sheet ( Sumber : www.sick.com )

Gambar 2.3 Data Sheet ( Sumber : www.sick.com ) Keterangan : 1. Objek dengan pengurangan 90 % (berdasarkan standar warna putih DIN 5033). 2. Kisaran lama penggunaan 100 jam pada T A = + 25 0 C. 3. Nilai batas reverse-polarity perlindungan operasi kerja dengan jaringan pelindung konsleting max 8 A. 4. Jangan melebihi atau kurang dari tegangan toleransi V s. 5. Tanpa Beban. 6. Waktu signal pemindahan dengan beban resistive. 7. Rasio terang/gelap 1 : 1. 8. Jangan ditempatkan dibawah suhu 0 0 C

Gambar 2.4 Jarak Deteksi Objek ( Sumber : www.sick.com ) Keterangan : 1. Jarak deteksi objek hitam, refleksi 18 %. 2. Jarak deteksi objek putih refleksi 90 %. Gambar 2.5 Grafik Sensitivitas ( Sumber : www.sick.com ) Keterangan : Berdasarkan grafik sensitivitas sensor terhadap jarak, terlihat bahwa semakin jauh jarak sensitivitas semakin berkurang. Sensitivitas tertinggi berdasarkan grafik diatas, sensitivitas tertinggi berada pada jarak 50 mm atau 1,9 inc. 2.1.1 Gangguan Yang Terjadi Pada Sensor

Sebuah sensor akan bekerja optimal, andaikata tidak terdapat beberapa sebab yang dapat mengganggu kinerja sensor tersebut, gangguan tersebut bisa dari luar atau dari dalam, namun umumnya gangguan tersebut berasal dari luar sensor. Maka dari itu diperlukan perawatan agar sensor tersebut selalu dalam keadaan baik/berfungsi dengan semestinya, dengan cara menghilangkan masalah-masalah yang dapat mempengaruhi sensor. Ada beberapa macam gangguan yang menyebabkan sensor tidak bekerja antara lain: Sensor off center, artinya antara pengirim dan penerima tidak center sehingga sinar yang dipancarkan oleh pengirim tidak sampai ke penerima Sensor kotor, ini sering terjadi pada area dimana kandungan debunya sangat banyak, sehingga menutupi bagian permukaan sensor. Usia pakai sensor, terkadang usia pakai yang cukup lama menyebabkan sensor berkurang tingkat efisiensinya. Kabel putus, ini dapat disebabkan oleh kondisi wiring yang tidak rapih, sehingga kabel tertarik benda lain. Sensitivitas kurang, pengaturan sensitivitas yang tidak sesuai dengan jarak yang dibutuhkan menyebabkan sensor tidak bekerja dengan baik. Dengan cara mengontrol kondisi sensor kemudian melakukan tindakantindakan yang diperlukan, maka dengan sendirinya masalah-masalah yang dapat mengganggu kinerja sensor akan hilang. 2.2 Level Switch / Level Sensor Level switch adalah alat yang mendeteksi ketinggian atau level dari suatu volume benda cair pada suatu tabung atau tangki, kita ambil contoh, misalkan level switch dipasang pada tangki air untuk mendeteksi jumlah atau volume air yang masuk kedalam tangki, kemudian alat ini dihubungkan dengan mesin pompa

air, pada saat volume air didalam tabung sudah mencapai level tertentu (high) dan terdeteksi oleh sensor, maka sensor level switch akan bekerja sebab bagian depan dari level switch terendam oleh air, ketika itu pula level switch akan memerintahkan mesin pompa air untuk berhenti berputar, dalam artian level switch akan memutuskan aliran arus yang ke mesin pompa air. mesin pompa air akan bekerja kembali manakala volume air yang ada didalam tangki berkurang akibat pemakaian, dan terdeteksi oleh sensor level switch yang dipasang dibagian bawah tangki ( low ) pada saat itu pula sensor akan memerintahkan mesin pompa air untuk bekerja atau berputar agar mengisi tangki, demikian seterusnya. Sensor level air (Otoelektrod) adalah sensor level air multifungsi yang dipakai untuk aplikasi pengisi galon, tandon air, bak mandi, maupun bak wudhu otomatis. Alat ini bekerja menggunakan stik elektroda stainless steel anti karat sehingga aman untuk depot air minum, tandon maupun bak air. Dengan meniadakan unsur mekanis (seperti bandul, pelampung dan sebagainya), Maka dijamin alat ini anti macet dan sangat presisi dalam mendeteksi level air dengan 3 level deteksi (low medium high). Untuk pengisian galon stik elektrodra dari alat ini dipasang pada mulut galon dan output dari alat ini dihubungkan dengan solenoid valve. Ketika stik stainless steel posisi low dan high tidak mendeteksi air saat galon kosong maka Solenoid Valve akan on. Ketika stik stainless steel posisi low dan high mendeteksi air saat galon penuh maka solenoid valve akan off. LOW HIGH Gambar 2.6 Stik Otoelektrod

Gambar 2.7 Otoelektrod sensor level air multifungsi ( Sumber : http://otosensing.blogspot.com/2010/11/prinsip-kerja-sensor.html ) Gambar 2.8 Skema Kerja Alat Sumber : (www.sick.com ) Cara kerja alat ini yaitu naik-turunnya level air ada di antara ujung elektroda high dan low, artinya ketika level air turun di bawah elektroda low maka pompa

akan ON, dan ketika level air naik sampai menyentuh ujung elektroda high maka pompa akan OFF. 2.3 Solenoid Valve Solenoid Valve adalah katup yang digerakan oleh energi listrik, mempunyai kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakkan piston yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC. Solenoid Valve atau katup solenoida mempunyai lubang keluaran, lubang masukan, dan lubang exhaust. Lubang masukan berfungsi sebagai tempat cairan masuk, lalu lubang keluaran berfungsi sebagai tempat cairan keluar yang dihubungkan ke beban, sedangkan lubang exhaust berfungsi sebagai saluran untuk mengeluarkan cairan yang terjebak saat piston bergerak atau pindah posisi ketika solenoid valve bekerja. Prinsip kerja dari solenoid valve yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supplay tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakkan piston pada bagian dalamnya. Ketika piston berpindah posisi maka pada lubang keluaran dari solenoid valve akan keluar cairan yang berasal dari supplay. Pada umumnya solenoid valve mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga yang mempunyai tegangan kerja DC. Gambar 2.4 solenoid valve

Gambar 2.9 Struktur Fungsi Solenoid Valve (Sumber : http://meriwardana.blogspot.com/2011/11/solenoid-valve.html) Keterangan Gambar : 1) Valve Body 2) Terminal masukan (Inlet Port) 3) Terminal keluaran (Outlet Port) 4) Koil / koil solenoid 5) Kumparan gulungan 6) Kabel suplai tegangan 7) Plunger 8) Spring 9) Lubang / exhaust Katup Listrik / Solenoid valve atau sv adalah katup yang digerakan oleh energi listrik, mempunyai koil sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakan piston yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC, sv mempunyai lubang keluaran, lubang masukan dan lubang exhaust, lubang masukan diberi kode P, berfungsi sebagai terminal / tempat udara masuk atau supply, lalu lubang keluaran, diberi kode A dan B, berfungsi sebagai terminal atau tempat udara keluar yang dihubungkan ke beban, sedangkan lubang exhaust diberi kode R, berfungsi sebagai saluran untuk mengeluarkan udara terjebak saat piston bergerak atau pindah posisi ketika sv ditenagai atau bekerja. Cara kerja Solenoid valve adalah salah satu alat atau komponen kontrol yang salah satu kegunaannya yaitu untuk menggerakan tabung cylinder, sv adalah katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya yang mana ketika koil mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakan piston pada bagian dalamnya ketika piston berpindah posisi maka pada lubang keluaran A atau B dari sv akan keluar udara yang berasal dari P atau supply, pada umumnya sv mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga yang mempunyai tegangan kerja DC.

Solenoid valve dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu sv single coil (satu kumparan) dan sv double coil (dua kumparan) tapi mempunyai cara. 2.4 Relay Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC). Relay yang paling sederhana ialah relay elektromekanis yang memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara sederhana relay elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut : 1) Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau membuka) kontak saklar. 2) Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik. Dalam pemakaian biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbaik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya. NO (normally open) dan NC (normally close) adalah penamaan kondisi atau keadaan switch saat switch belum dipasang atau belum in-service atau belum ada aksi dari parameter yang dideteksinya. Selain NO(normally open) dan NC(normally close) ada istilah lain untuk dunia per-switch-an, NE (Normally Energize) dan ND (Normally De-energize) adalah istilah lain tersebut. NE adalah keadaan switch yang close ketika parameter yang dideteksinya sedang dalam keadaan normal, switch akan open jika parameter

yang dideteksinya menjadi tidak normal (pressure low atau high, sebagai contohnya). Sedangkan ND adalah keadaan switch yang open ketika parameter yang dideteksinya sedang dalam keadaan normal, switch akan close jika parameter yang dideteksinya menjadi tidak normal (pressure low atau high, sebagai contohnya) perhatikan gambar berikut : A Gambar 2.10 NO dan NC B Pada gambar diatas sebuah LS (level switch) dipasang untuk mendeteksi ketinggian cairan yang berada di dalam sebuah tangki. LS tersebut misalnya dipakai untuk mendeteksi level high (LSH=Level Switch High). Gambar A menunjukkan level dalam keadaan normal atau dalam keadaan tidak high. Terminal Common (C) akan terhubung ke terminal NC, atau C-NC dalam keadaan energize, dan C-NO dalam keadaan deenergize. Gambar B menunjukkan level dalam keadaan tidak normal atau dalam keadaan high. Terminal Common (C) akan terhubung ke terminal NO, atau C-NO dalam keadaan energize, dan C-NC dalam keadaan deenergize. Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body relay. Misalnya relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan sebagai pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu men-switch arus listrik (maksimal) sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi lebih aman. Relay jenis lain ada yang namanya reedswitch atau relay lidi. Relay jenis ini berupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang

dililitkan kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan menjadi magnet dan saling menempel sehingga menjadi saklar yang on. Ketika arus pada lilitan dihentikan medan magnet hilang dan kontak kembali terbuka (off). Gambar 2.11 Relay ( Sumber : http://meriwardana.blogspot.com/2011/11/prinsip-kerja-relay.html ) Prinsip Kerja Relay Relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC). Relay yang paling sederhana ialah relay elektromekanis yang memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara sederhana relay elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut : 1) Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau membuka) kontak saklar. 2) Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik. Dalam pemakaiannya biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbaik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada

tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya. Konfigurasi dari kontak-kontak relay ada tiga jenis, yaitu: 3) Normally Open (NO), apabila kontak-kontak tertutup saat relay dicatu. 4) Normally Closed (NC), apabila kontak-kontak terbuka saat relay dicatu Change Over (CO), relay mempunyai kontak tengah yang normal tertutup, tetapi ketika relay dicatu kontak tengah tersebut akan membuat hubungan dengan kontak-kontak yang lain. Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada bodi relay. Misalnya relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan sebagai pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu menswitch arus listrik (maksimal) sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi lebih aman. Relay jenis lain ada yang namanya reedswitch atau relay lidi. Relay jenis ini berupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang dililitkan kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan menjadi magnet dan saling menempel sehingga menjadi saklar yang on. Ketika arus pada lilitan dihentikan medan magnet hilang dan kontak kembali terbuka (off). Gambar 2.12 Prinsip Kerja Relay

( Sumber : http://meriwardana.blogspot.com/2011/11/prinsip-kerja-relay.html ) 2.5 Power Supply ( adaptor ) Adaptor adalah pengganti batteray maupun aki dengan alat ini disebut adaptor karena berasal dari kata to adapt yang berarti menyesuaikan dari tegangan bolak-balik (AC) kepada suatu pesawat elektronika yang memerlukan tegangan searah (DC). Jadi adaptor adalah suatu alat yang berfungsi merubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) dengan tegangan tertentu. Gambar 2.13 Gambar Adaptor 12 volt Gambar 2.14 Rangkaian Power Supply Keterangan : 2. Trafo Engkel = 1 Ampere Transformator atau sering disebut trafo adalah alat untuk mentransfer tegangan AC dari gulungan kawat ke gulungan kawat lainya.

Kawat yang dipakai biasanya menggunakan kawat email, sedangkan untuk inti besi biasanya menggunakan lapisan-lapisan pelat besi. Selain itu trasformator juga berfungsi untuk menaikan tegangan listrik. Trafo jenis ini disebut trafo step up. Dan yang menurunkan tegangan listrik disebut Trafo step down. Komponen yang dihubungkan dengan tegangan input disebut komponen primer, sedangkan komponen yang dihubugnkan dengan tegangan output disebut komponen sekunder. Adapun tegangan untuk satu daya cenderung kecil, yaitu sekitar 3; 4,5; 6; 7,5; 9; 12 maka trafo ini disebut trafo step down. 3. Didoda 4 buah = 1 ampere Diode berfungsi sebagai penyearah yang dapat mengubah tegangan AC menjadi DC. Rangkaian penyearah dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh. 4. Resistor (R 1 ), (R 2 ) = 561 Ω, 1 kω Sebuah resistor adalah terminal dua komponen elektronik yang menghasilkan tegangan pada terminal yang sebanding dengan arus listrik melewatinya sesuai dengan hukum Ohm R 1 R 2 R total = R 1 + R 2 = 561 Ω + 1 kω = 562 kω 5. Kapasitor = 1000 mf. 25 volt

Kapasitor atau kondensator adalah komponen listrik yang digunakan untuk menyimpan muatan listrik. Dan secara sederhana terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh bahan penyekat (bahan dielektrik), Tiap konduktor disebut keping. Simbol yang digunakan untuk menampilkan sebuah kapasitor dalam suatu rangkaian listrik adalah Dalam pemakaian normal, satu keping diberi muatan positif dan keping lainnya diberi muatan negatif yang besarnya sama. Antara kedua keping tercipta suatau medan listrik yang berarah ke keping positif menuju keping negatif C = 1000 = 40 mf/volt 25 C = Q V C = kapasitas kapasitor satuannya dalam SI (Farad disingkat F), 1 Farad = 1 Coulomb/Volt. satuan lain μf (microfarad) 1 μf = 10-6 F. Q = muatan listrik sataunnya Coulomb, dan -V = beda potensial satunnya Volt. V = tegangan listrik 6. Saklar Saklar adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk memutuskan jaringan listrik, atau untuk menghubungkannya. Jadi saklar pada dasarnya adalah alat penyambung atau pemutus aliran listrik.