KEGAGALAN STRUKTUR DAN PENANGANANNYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan yaitu Studi Kekuatan Kolom Beton Menggunakan Baja Profil Siku

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

REKAYASA TULANGAN SENGKANG VERTIKAL PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

PERBAIKAN STRUKTUR PELAT LANTAI BANGUNAN PASAR TANJUNG KABUPATEN TABALONG

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada bangunan, seperti: gedung, jembatan, perkerasan jalan, balok, plat lantai, ring balok, ataupun plat atap.

TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN. Kedoya Jakarta Barat, dapat diambil beberapa kesimpulan: ganda dengan ukuran 50x50x5 untuk batang tarik dan 60x60x6 untuk batang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN EKSPERIMENTAL POLA RETAK PADA PORTAL BETON BERTULANG AKIBAT BEBAN QUASI CYCLIC ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

PERHITUNGAN STRUKTUR HOTEL ROYAL TAPAZ PONTIANAK (STRUKTUR BETON BERTULANG 12 LANTAI) TERHADAP GEMPA. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, lebih tahan korosi dan lebih murah. karena gaya inersia yang terjadi menjadi lebih kecil.

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DINDING DINDING BATU BUATAN

Dosen Pembimbing : Ir. Tony Hartono Bagio,MT.,MM. Abstrak

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

memudahkan dan menajamin ketelitian pekerjaan di lapangan. Tahapan pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

Transkripsi:

Jurnal INTEKNA, Tahun XII, No. 2, Nopember 2012 : 103-108 KEGAGALAN STRUKTUR DAN PENANGANANNYA Joni Irawan (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Bangunan yang terdapat di Banjarmasin dan sekitarnya, umumnya menggunakan sistem panggung. Sesuai dengan peraturan daerah Kota Banjarmasin, yang mengharuskan bangunan-bangunan menggunakan sistem panggung. Hal tersebut bertujuan agar keberadaan bangunan tidak mengganggu aliran air. Apabila bangunan tersebut menggunakan sistem panggung, maka di bawah bangunan terdapat ruang yang kosong. Ruang kosong tersebut mengakibatkan kolom bawah tanpa pengaku dinding, sehingga diperlukan sloof sebagai pengaku struktur bawah. Sloof hanya berfungsi untuk menahan beban lateral yang diakibatkan oleh tekanan tanah sekitar bangunan. Pada penelitian ini, menggunakan kasus bangunan yang retak pada dinding bangunan dengan lebar retak 2 cm. Pengumpulan data berdasarkan hasil pengamatan langsung dan gambar rencana dari konsultan perencana. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi bangunan, ternyata pada struktur bawah bangunan tersebut tidak mengunakan sloof, serta dimensi yang terpasang mempunyai ukuran yang sangat kecil dengan konfigurasi yang tidak monolit. Setelah mengetahui semua data yang terpasang pada bangunan, kemudian dimodelkan dengan menggunakan software komputer. Pemodelan dibuat dua macam, model asli sesuai kondisi eksisting dan model dengan beberapa alternatif penanganan. Permodelan model eksisting menunjukkan hasil bahwa displement pada bangunan atas melebihi nilai toleransi. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya sloof pada bangunan bawah, dimensi balok dan kolom baja yang terpasang sangat kecil, serta posisi kolom tidak sentris sampai ke bangunan bawah. Setelah ditambahi dengan sloof dan penambahan balok serta kolom, displacement pada bangunan menjadi berkurang, masih dalam batas toleransi dan tegangan yang terjadi pada profil baja tidak overstress, tidak melebihi tegangan ijin. Kata Kunci : Balok, kolom, sloof, lendutan 1. PENDAHULUAN Kekuatan struktur merupakan hal yang mutlak diperlukan untuk kenyamanan pengguna bangunan tersebut. Terdapat beberapa unsur penting dalam struktur, yaitu balok, kolom, plat, dan pondasi. Kekuatan struktur bangunan atas ditentukan oleh balok dan kolom. Balok dan kolom merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dari bagian struktur utama suatu bangunan. Balok bekerja menahan beban secara menyeluruh yang terdapat tepat di atas balok tersebut, maupun beban yang merupakan distribusi dari plat. Selanjutnya balok menyalurkan beban tersebut ke kolom. Kolom menempati posisi penting di dalam sistem struktur bangunan, sehingga dalam sistem perhitungan struktur harus mengacu pada prinsip strong column weak beam. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur secara keseluruhan. Letak kolom pun harus sentris antar kolom pada setiap lantai. 2. TINJAUAN PUSTAKA Beton didapat dari pencampuran bahan bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat halus dan kasar disebut sebagai bahan susun kasar campuran yang merupakan komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi perawatan pengerasannya. Beton bertulang adalah merupakan gabungan dari dua jenis bahan beton polos, yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi kekuatan tarik yang rendah, sedangkan tulangan baja yang ditanamkan di dalam beton dapat memberi ke-

Kegagalan Struktur dan Penanganannya (Joni Irawan) kuatan tarik yang diperlukan. Misalnya, kekuatan dari balok yang diperlihatkan pada Gambar 1 secara nyata dipertinggi dengan jalan menambahkan tulangan baja didaerah tarik. Struktur balok dengan model yang lain, nilai lendutan dapat dihitung dengan program analisa struktur. Sedangkan untuk struktur balok menerus dengan beban terbagi merata. Batas nilai lendutan maksimum elemen lentur dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Batas Lendutan Maksimum Arah Vertikal Gambar 1. Kedudukan batang-batang tulangan dalam balok beton bertulang. Baja dan beton dapat bekerja sama atas dasar beberapa alasan: (1) lekatan (bond, atau interaksi antara batangan baja dengan beton keras sekelilingnya) yang mencegah selip (slip) dari baja relatif terhadap beton; (2) campuran beton yang memadai memberikan sifat anti resap yang cukup dari beton untuk mencegah karat baja; dan (3) angka kecepatan muai yang hampir sama. Lendutan Balok Pada balok terlentur, selain dibatasi oleh momen ultimit maksimum yang terjadi tidak boleh melebihi momen nominal, juga dibatasi oleh lendutan maksimum atau lendutan ijin. Besarnya lendutan maksimum elemen lentur ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berupa kenyamanan pemakai bangunan, keselamatan, keindahan dan psikologis. Besar lendutan yang terjadi pada balok tergantung pada panjang bentang, ukuran penampang, material, dan beban yang bekerja. Untuk struktur balok sederhana, besar lendutan yang terjadi dapat dilihat pada persamaan yang terdapat pada Gambar 2. w (a) Lendutan akibat beban terbagi merata P (b) Lendutan akibat beban terpusat Gambar 2. Persamaan besar lendutan pada balok Retak Retakan dapat terjadi pada saat beton belum mengeras (masih plastis) yang sering di - sebut Setting Shrinkage dan Settlement Shrinkage. Retakan ini masih dapat berkembang dan berlanjut walaupun beton sudah mengeras yang biasanya diakibatkan oleh curing/ perawatan yang buruk. Salah satu penyebab utama yang sering dijumpai dilapangan adalah karena terlalu menganggap ringan atau karena kurang paham terhadap perilaku beton akibat Early Thermal Movement Tabel 2 Batasan Lebar Retak Maksimum NO KONDISI LINGKUNGAN LEBAR RETAK MAKSIMUM (mm) 1 Udara kering ada lapisan 0,40 pelindung 2 Udara lembab 0,30 3 Air laut, basah dan kering 0,15 silih berganti 4 Bangunan air 0,10 Sumber : ACI Committee 224 Analisa Tegangan Kriteria leleh untuk kondisi tegangan triaksial menurut Huber-von Mises-Hencky adalah:...(1)

Jurnal INTEKNA, Tahun XII, No. 2, Nopember 2012 : 103-108 Dengan 1, 2, 3 adalah merupakan tegangan tegangan utama, sedangkan c adalah tegangan efektif. Banyak dalam perencanaan struktur 3 mendekati nol atau cukup kecil sehingga dapat diabaikan. Dan persamaan (1) dapat direduksi menjadi: atau dapat dituliskan pula sebagai berikut: 3. KONDISI EKSISTING, RETAK DAN PENYEBAB RETAK b) Angkur dari kolom terhadap dinding (hebel) jarak 1 m, seharusnya jarak antar angkur maksimal 40 cm, sehingga apabila terdapat beban lateral, akan mengakibatkan dinding kurang kaku dan simpangan (displacement) menjadi besar. c) Dimensi kolom dan balok profil baja 120x 120x4, setelah dimodelkan pada program computer, tegangan yang terjadi melampaui tegangan yang diijinkan, simpangan (displacement) yang terjadi cukup besar. d) Terdapat beberapa kolom yang tidak lurus terhadap neut (tiang bawah), sehingga menyebabkan puntir pada balok lantai. e) Sambungan antara neut (tiang bawah) de - ngan balok tidak sempurna : - Ujung neut tidak menempel pada balok lantai 1 - Selimut beton terlalu tipis, terdapat tulangan yang keluar, sehingga dapat mengakibatkan terjadi korosi pada tulangan yang dapat memperlemah balok dan neut. f) Terdapat beberapa neut yang miring, akibat kesalahan pada saat pelaksanaan. g) Dinding sebelah dalam pada lantai 2 tidak tepat berada dibawah tembok pada lantai 1, sehingga akan menyebabkan puntir pada balok dan dinding lantai 1. h) Letak Tangga tidak tepat di atas neut, dan pada sisi samping hanya menempel pada dinding, tidak terdapat balok tangga. Gambar 3. Kondisi saat pelaksanaan bangunan Berdasarkan pemeriksaan terhadap kondisi eksisting, kemungkinan penyebab keretakan pada bangunan adalah sebagai berikut : a) Pada struktur bangunan bawah tidak terdapat sloof, sehingga apabila terdapat beban lateral (horizontal), goyangan yang terjadi pada bangunan struktur atas akan besar, dikarenakan neut (tiang bawah) tanpa pengaku lateral. Gambar 4. Kondisi retak bangunan

Kegagalan Struktur dan Penanganannya (Joni Irawan) 3. METODE PENELITIAN Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut : a. Permodelan kondisi eksisting b. Analisis kondisi eksisting c. Permodelan perbaikan struktur d. Analisis hasil perbaikan 4. HASIL DAN ANALISIS Permodelan Kondisi Eksisting Permodelan kondisi eksisting dengan menggunakan software komputer. Model kondisi eksisting seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Pada kondisi eksisting kolom yang digunakan profil baja 120x120x4, dan pemasangan sloof tidak menyeluruh, hanya keliling bagian luar bangunan saja. Anaisis Kondisi Eksisting Bangunan Setelah bangunan eksisting dimodelkan, maka didapatkan hasil analisis dari kondisi eksisting tersebut. Hasil analisis seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Gambar 5. Kondisi eksisting bangunan Permodelan perbaikan struktur Perbaikan struktur dengan menambahkan balok dan kolom dangan dimensi yang lebih besar, yaitu baja profil H 150x150x10 dan Kolom beton 30/30. Serta penambahan sloof pada semua arah, yang menghubungkan semua kolom. Model perbaikan terlihat pada Gambar 8. Tabel 3. Analisa tegangan baja pada balok eksisting. BALOK (Ton) No. Frame Total Ratio P Ratio Mmajor Ratio Mminor Ratio Ratio Limit Status Check 1. 1418 1,409 0,000 1,408 0,000 1,000 overstress 2. 1417 1,868 0,000 1,866 0,000 1,000 overstress 3. 1416 2,132 0,000 2,131 0,000 1,000 overstress 4. 1415 2,271 0,000 2,269 0,002 1,000 overstress 5. 1414 2,268 0,000 2,266 0,000 1,000 overstress 6. 1413 1,527 0,000 1,526 0,000 1,000 overstress 7. 1411 1,569 0,000 1,568 0,000 1,000 overstress 8. 1410 2,910 0,000 2,909 0,000 1,000 overstress 9. 1718 2,257 0,004 2,252 0,002 1,000 overstress 10. 1719 1,846 0,003 1,842 0,000 1,000 overstress 11. 1721 1,031 0,003 1,029 0,000 1,000 overstress 12. 1440 1,306 0,009 1,293 0,004 1,000 overstress 13. 1444 1,268 0,004 1,263 0,000 1,000 overstress 14. 1445 1,315 0,003 1,311 0,000 1,000 overstress 15. 1446 1,315 0,002 1,312 0,000 1,000 overstress 16. 1447 1,235 0,002 1,233 0,000 1,000 overstress 17. 1908 1,130 0,000 1,098 0,032 1,000 overstress 18. 1664 1,170 0,001 1,168 0,000 1,000 overstress 19. 1665 1,606 0,000 1,601 0,004 1,000 overstress 20. 1666 1,398 0,000 1,396 0,001 1,000 overstress 21. 1680 1,264 0,008 1,253 0,004 1,000 overstress 22. 1255 1,430 0,005 1,419 0,005 1,000 overstress 23. 1256 1,353 0,007 1,344 0,002 1,000 overstress Tabel 4. Analisa tegangan baja pada kolom eksisting KOLOM (Ton) No. Frame Total Ratio P Ratio Mmajor Ratio Mmijor Ratio Ratio Limit Status Check 1. 7 1,223 0,494 0,095 0,634 1,000 overstress 2. 9 1,115 0,549 0,061 0,505 1,000 overstress 3. 76 1,360 0,048 1,231 0,082 1,000 overstress 4. 173 2,498 1,296 0,559 0,643 1,000 overstress

Jurnal INTEKNA, Tahun XII, No. 2, Nopember 2012 : 103-108 Jadi, lendutan yang terjadi setelah perbaikan aman karena masih dalam batas kurang dari lendutan yang diijinkan. Lendutan setelah adanya penambahan struktur kolom dan balok dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 6. Tegangan baja overstress kondisi eksisting. Gambar 9. Grafik lendutan setelah perbaikan Gambar 7. Nilai tegangan baja overstress kondisi eksisting Tegangan Balok dan Kolom Baja Setelah dilakukan perbaikan pada eksisting maka tegangan juga tidak lagi mengalami overstress. Hal tersebut terlihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Gambar 10. Tegangan baja OK didenah perbaikan. Gambar 8. Permodelan perbaikan struktur Analisis Hasil Perbaikan Perhitungan Lendutan Tipe elemen struktur : Lantai yang tak memikul/ dipasang pada elemen non struktural yang cenderung rusak oleh lendutan yang besar. Lendutan maksimum : 1/360xL, L maks = 3,26 m, Lendutan ijin = 326/360 = 0,906 cm, Lendutan eksisting = 3,5 cm (diukur di lapangan), melebihi batas lendutan ijin. Lendutan perbaikan = 0,0285 cm. Gambar 11. Nilai tegangan baja OK didenah perbaikan

Kegagalan Struktur dan Penanganannya (Joni Irawan) Kondisi Pelaksanaan Perbaikan Setelah dianalisis penambahan balok dan kolom dengan dimensi 150x150x4, Penambahan kolom beton 30/30 dan penambahan sloof. Kemudian dilakukan tahapan-tahapan pelaksanaan perbaikan. Pelaksanaan perbaikan seperti terlihat pada Gambar 12. 5. PENUTUP Kesimpulan a. Pada struktur bangunan bawah tidak terdapat sloof, sehingga apabila terdapat beban lateral (horizontal), goyangan yang terjadi pada bangunan struktur atas akan besar, dikarenakan balok neut (tiang bawah) tanpa pengaku lateral. Sehingga untuk kasus ini diperlukan tambahan sloof secara menyeluruh sebagai pengaku lateral. b. Setelah meninjau dan mengevaluasi serta menganalisa perencanaan ulang dengan menggunakan program software komputer dan peninjauan lapangan, struktur balok, kolom beton serta balok dan kolom baja eksisting tidak aman, sehingga harus diperkuat dengan penambahan kolom dan balok. c. Terdapat beberapa kolom yang tidak sentris terhadap neut yang menghubungkan dengan fondasi, hal tersebut dapat menimbulkan momen yang cukup besar pada balok penumpu dan mengakibatkan lendutan yang melebihi nilai toleransi. Perkuatan dengan memberikan bracing pada posisi bawah kolom dengan neut. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum. (1983). Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, Bandung : Offset. 2. Dipohusodo, Istimawan. (1994). Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta : PT. Gramedia. 3. Nawi, Edward G. (1998). Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung PT. Rafika Aditama. 4. Schodek, Daniel L. (1991). Struktur. Bandung: PT. Eresco. 5. W.C, Vis dan Gideon H Kusuma. (1995). Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang SK SNI T-15-1991-03. Jakarta: Erlangga. 6. Wigroho, Haryanto Yoso. (2001). Analisis dan Perancangan Struktur Frame Menggunakan SAP 2000. Yogyakarta: Andi. Gambar 12. Kondisi pelaksanaan perbaikan struktur INT 2012