A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah melakukan penelitian mengenai proses pelatihan musik bagi anakanak

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

Mandiri dan Berprestasi yang Madani maka untuk terwujudnya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MODEL LEADER CLASS SMA MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN CILACAP. Oleh : Duki Iskandar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

2015 PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYELENGGAARAN PROGRAM DESA VOKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan (dalam sistem sosial)

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembengkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Triatno, (2009:53) menyatakan pendapatnya bahwa tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang. 20 tahun 2003 terdapat tujuan pendidikan nasional yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan proses

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini manusia dihadapkan pada suatu kehidupan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pembangunan bangsa dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, t.t), hlm. 12.

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shinta Yunita, 2013

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

SRI MARDANI A

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pendidikan dibicarakan tiga wadah berlangsungnya pendidikan yaitu pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan ketiga lembaga ini Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagai Tri Pusat Pendidikan. Maksudnya, tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban suatu tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya. (Hasbullah, 2008, hlm. 37) Mengingat pentingnya pendidikan bagi peningkatan kualitas hidup dan mengembangkan manusia yang seutuhnya. Ketiga wadah pendidikan tersebut menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan Nasional di dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 dalam pasal 4 mengenai tujuan pendidikan nasional. Tilaar (1995) menyebutkan sebagai berikut: Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (hlm. 106) Berpijak dari kalimat Mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yang didalamnya terdapat pengetahuan dan keterampilan maka pendidikan nonformal menjadi bagian dari hal tersebut diantara pendidikan keluarga dan sekolah. Selain itu pendidikan nonformal sebagai salah satu wadah dari pendidikan yang merupakan bagian dari pendidikan sepanjang hayat lifelong education menjadi pelengkap pendidikan keluarga dan sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Kamil (2009, hlm. 1) menjelaskan Masyarakat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman lainnya tidak hanya cukup dengan pendidikan formal saja, akan tetapi masyarakat perlu memperoleh pendidikan lain sebagai pelengkap/complementary baik melalui pendidikan keluarga maupun pendidikan nonformal.

2 Masalah lain yang timbul dalam pengamatan peneliti selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal atau sekolah dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak peduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Setiap orang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain. Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan di bidang sosial dan dipaksa mangikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Untuk itu perlu adanya wadah pendidikan yang menyalurkan minat dan bakat peserta didik agar menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, peserta didik tidak hanya bergantung pada pendidikan formal saja. Pendidikan nonformal harus banyak diperhatikan. Lembaga-lembaga nonformal seperti lembaga kursus, kelompok belajar, sampai les privat dapat menyalurkan minat serta bakat peserta didik untuk dapat memiliki kemampuan dan lebih produktif demi persaingan dimasa yang akan datang. Hal yang hampir sama dikatakan oleh Bupati Bandung Barat, Abu Bakar dalam penutupan kegiatan Pendidikan Berbasis Masyarakat (PBM) yang mengatakan Lembaga pendidikan nonformal berkontribusi dalam memberikan pelatihan produktif bagi masyarakat. Dengan berbagai pelatihan ini, diharapkan kesejahteraan masyarakat pun meningkat (http://www.pikiran-rakyat.com/node/129233) Pendidikan nonformal yang sering didengar adalah lembaga yang berada di luar pendidikan formal, hal ini sejalan dengan pendapat Knowles, 1981 dalam Marzuki (2010, hlm. 137) Pendidikan nonformal adalah proses belajar terjadi secara terorganisasikan di luar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang

3 lebih besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula. Sedangkan menurut Sutaryat dalam Kamil (2009) mengatakan bahwa Pendidikan nonformal memiliki tujuan mengemban manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara lebih khusus tujuan itu juga mencakup; pelayanan terhadap warga belajar, pembinaan warga belajar, dan memenuhi kebutuhan warga belajar dan masyarakat yang tidak terpenuhi melalui jalur formal (sekolah). (hlm. 28) Adapun jenis pendidikan nonformal dapat berupa: Pusat kegiatan belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya. (http://m.kompasiana.com/post/read/460462/2/ pendidikan-nonformal.html) Dalam hal ini lembaga-lembaga Nonformal yang menangani bidang sanggar seni lukis yang menjadi sorotan untuk ditelti, kini sanggar seni lukis sudah memberikan fasilitas kepada peserta didik untuk lebih mengeksplorasi bakatnya selain itu sanggar lebih memfokuskan pembelajaran secara mengerucut dan model pembelajarannya ditekankan untuk memenuhi tujuan pembelajaranya. Permasalahan yang ditekankan di sanggar tersebut adalah bagaimana model pembelajaran yang berhasil. Sanggar seni lukis yang menarik untuk diteliti adalah Sanggar Bale Seni Barli Kota Baru Parahyangan. Menurut data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga bagian Pendidikan Nonformal di kabupaten Bandung Barat (17/1/2015) mengatakan Sanggar Bale Seni Barli Kota Baru Parahyangan merupakan sanggar yang satusatunya saat ini terdaftar di kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Bale Seni Barli Kota Baru Parahyangan yang berdiri pada tanggal 21 April 2002, merupakan wadah pembinaan seni nonformal yang diprakarsai oleh Barli Sasmitawinata (1921-2007). Sebagai seorang Maestro Lukis Indonesia, alm. Barli Sasmitawinata memiliki pemikiran dan gagasan bahwa seni lukis mampu meningkatkan keseimbangan pikiran melalui ilmu pengetahuan yang dijiwai oleh kemuliaan hati. (Bandiah, 2004, hal. 111)

4 Sanggar Bale Seni Barli Kota Baru Parahyangan mengkategorikan peserta didiknya menjadi tiga usia, yaitu anak-anak, remaja, dan dewasa. Dalam penelitian ini penulis memilih kategori anak-anak sebagai objek penelitian hal tersebut dikarenakan masa anak-anak (usia 7-12 tahun) merupakan tahap operasi konkrit (Piaget: 1950) dimana penanaman pendidikan dan pelatihan pada periode ini sangat penting untuk masa depan anak itu sendiri. Menurut Piaget dalam Meggit (2013, hlm. 164) mengatakan anak-anak mulai mampu berpikir logis dan abstrak pada usia 7 tahun. Piaget juga mengatakan bahwa dalam tahap operasi konkret ini mereka mengembangkan kemampuan untuk menyortir objek atau situasi menurut beberapa karakteristiknya, seperti ukuran, warna, bentuk atau tipe. Penyortiran ini maksudnya adalah kemampuan mengatur benda, bentuk, warna dalam urutan yang logis. Permasalahannya anak yang berhasil membuat karya lukis tentu di belakangnya terdapat Model pembelajaran yang berhasil pula, instruktur di sanggar tersebut dituntut untuk merangcang model pembelajarannya. Model pembelajaran merupakan rancangan yang mempunyai tujuan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, dalam hal ini khususnya di Sanggar Bale Seni Barli. Soekamto dalam Trianto (2000, hlm. 10) mengatakan bahwa Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Oleh karena itu penulis mengangkat judul Sanggar Seni Lukis Bale Seni Barli Sebagai Pusat Minat Belajar Anak-Anak (Kajian Model Pembelajaran Seni Lukis dan Analisis Karya lukis Anak-Anak usia 7-12 tahun) yang lebih khususnya sebagai wujud keingintahuan penulis mengenai model pembalajaran di sanggar tersebut, dan lebih umumnya ingin mengangkat anggapan bahwa pendidikan nonformal itu adalah bagian dari pendidikan sepanjang hayat lifelong education.

5 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana model pembelajaran seni lukis di Sanggar Seni Rupa Anak dan Remaja Bale Seni Barli Kota Baru Parahyangan? 2. Bagaimana visualisasi tema, teknik, dan estetik seni lukis anak-anak (usia 7-12 tahun) berdasarkan model pembelajaran pada program umum di Bale Seni Barli Kota Baru Parahyangan? C. TUJUAN PENELITIAN Berpijak pada rumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan yang menarik untuk dianalisis. Untuk lebih jelasnya penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi model pembelajaran seni lukis di Sanggar Seni Rupa Anak dan Remaja Bale Seni Barli Kota Baru Parahyangan. 2. Untuk mengetahui visualisasi tema, teknik, dan estetik karya lukis anak-anak (usia 7-12 tahun) berdasarkan model pembelajaran pada program umum yang diterapkan. D. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, peneliti berharap penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat khususnya bagi : 1. Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang nantinya akan diamalkan pada masyarakat. 2. Lembaga Pendidikan Dapat menambah khasanah kepustakaan khususnya di Departemen Pendidikan Seni Rupa dan untuk kepentingan Akademik. 3. Masyarakat Umum Dapat menambah wawasan dan menjadi referensi tambahan mengenai sanggar seni rupa.

6 4. Lembaga terkait Membangkitkan semangat dan motivasi untuk melahirkan model-model pembelajaran yang baru. 5. Dunia Kesenirupaan Bertambahnya lembaga kesenirupaan untuk mewadahi peserta didik dalam mendalami ilmu seni rupa. 6. Institusi UPI Bertambahnya koleksi pustaka mengenai model pembelajaran Seni Lukis. E. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini akan dibagi ke dalam beberapa bab, yaitu: Bab I. Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II. Kajian teori, akan membahas dan menjelaskan perihal pendidikan luar sekolah, pendidikan nonformal. Model pembelajaran berisi tentang pengertian, dan macam-macam model pembelajaran. Pendidikan Seni Lukis, berisi tentang pendidikan seni, seni lukis, dan perkembangan seni lukis anak. Bab III. Metode dan Teknik Penelitian, akan membahas seputar metode dan teknik yang digunakan dalam proses penelitian. Bab IV. Gambaran umum, berisi tentang letak geografis sanggar Bale Seni Barli, Struktur Organisasi, penghargaan yang pernah diraih oleh sanggar, kurikulum, dan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran seni lukis di sanggar Bale Seni Barli, berisi tentang identifikasi model-model pembelajaran Seni Lukis, dan Analisis Karya Lukis Anak usia 7-12 tahun berdasarkan model pembelajaran program umum yang diterapkan. Bab V. Simpulan dan Rekomendasi.