BAB I PENDAHULUAN. Seni terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Cirebon adalah salah satu daerah yang terletak di ujung timur Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ARIF RAMDAN, 2014

BAB I PENDAHULUAN. masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir utara

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB III METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifanalisis.

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

2015 TARI GATOTKACA BOGOR KARYA WAWAN D EWANTARA

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

2014 TARI WAYANG HIHID DI SANGGAR ETNIKA DAYA SORA KOTA BOGOR

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekarangaman warisan

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Seorang peneliti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

misalnya : puisi, lukisan, tarian, kerajinan, dan sebagainya8. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

2017 TARI SAMBUT SEPINTU SEDULANGDI SANGGAR PESONA WANGKA KOTA SUNGAI LIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB V PENUTUP. 1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Wayang Rumput (Wayang Suket) Menurut berbagai sumber, pada mulanya Wayang Rumput (Wayang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil penelitian mengenai perubahan fungsi seni beluk pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prastyca Ries Navy Triesnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Busana bukanlah sebatas persoalan kain yang dikenakan seseorang,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosial budaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian, sehingga berpengaruh pada banyak bentuk kegiatan diantaranya kegiatan kesenian. Kesenian yang hidup dan berkembang mencerminkan kondisi suatu daerah dan menjadi ciri khas serta identitas suatu etnis masyarakatnya. Oleh karena keberadaannya lahir melalui proses pewarisan, maka kesenian menjadi tradisi turun temurun. Bentuk dan karakteristiknya tidak akan pernah lepas dari pengaruh perubahan sesuai dengan kemajuan jaman dan pola pikir masyarakat. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis kesenian, baik seni tradisi kerakyatan, klasik maupun kreasi baru yang hidup dan berkembang sesuai bentuk dan fungsinya. Bentuk kesenian yang hidup dan berkembang di Jawa Barat, dari mulai seni tari, seni musik, seni rupa juga seni drama. Masing-masing bentuk seni memiliki fungsi yang satu sama lain berbeda. Ada yang berfungsi sakral/suci untuk kepentingan upacara, sebagai media massa penyampai keinginan seniman pada penikmatnya,sebagai media dakwah dalam menyebar agama Islam juga ada yang berfungsi hiburan. 1

2 Cirebon sebagai salah satu daerah di Jawa Barat dengan latar belakang sebagai kota keraton dan kota wali memiliki banyak aneka ragam bentuk kesenian, salah satunya adalah wayang. Wayang bukan merupakan produk impor yang datang secara tiba-tiba tetapi hasil kreasi bangsa Indonesia yang telah mengalami berbagai perubahan bentuk sesuai perkembangan jaman. Wayang sarat dengan nilai filosofis juga sakral, namun nampaknya semakin ditinggalkan karena orang lebih mementingkan faktor hiburan daripada menghayati nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya. Cirebon memiliki berbagai jenis seni pertunjukan, diantaranya pertunjukan wayang, ada Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek Cepak/Papak, Wayang Golek Purwa, Wayang Wong dan Wayang Catur. Wayang Kulit Purwa berasal dari India, membawakan cerita Ramayana karya Walmiki, dan cerita Mahabharata karya Wiyasa. Menurut K.H.R. Moh. Adnan (1993:13), wayang kulit tersebut diciptakan oleh Prabu Jayabaya pada tahun 861. Sedangkan pertama kali disebarkan di pulau Jawa pada jaman Raja Raka Belitung tahun 897 tepatnya di Jawa Tengah. Wayang Golek Cepak/Papak adalah pertunjukan boneka kayu yang cepak/papak/tidak runcing, terlihat dari bentuk mahkota wayang yang tidak sama dengan wayang golek lainnya. Diciptakan oleh Meganggong asal Majalengka hingga melahirkan wayang golek cepak/papak aliran Meganggong. Sedangkan dalang-dalang yang mempopulerkan diantaranya dalang Aliwijaya dari Karangsembung, dalang Kamarudin asal Ciledug. Wayang Golek Purwa atau songgol ulak olek, adalah permainan

3 boneka kayu yang cara memainkannya dengan menggerakan atau ngulakngolek bagian badan boneka sebelah bawah, biasanya dimainkan oleh dalang. Wayang Wong merupakan pergelaran wayang yang para pelakunya adalah Wong (orang), menggunakan kedok untuk menggambarkan karakter tokoh tertentu. Tahun 1931 Wayang Wong pertama kali dikenalkan oleh dalang topeng Cirebon Bapak Kandeg. Wayang Wong merupakan wujud upaya para dalang topeng/penari topeng un tuk mencari bentuk baru guna mengusir kejenuhan para penonton. Sedangkan Wayang Catur adalah pertunjukan wayang yang mirip wayang kulit tapi terbuat dari kertas, diciptakan oleh Bapak Nasirudin (alm) dari desa Mayung. Dari semua jenis pertujukan wayang yang ada di Cirebon, Wayang Wong adalah topik yang akan diangkat menjadi fokus penelitian. Wayang Wong merupakan wujud upaya para dalang atau penari topeng dalam mencari bentuk baru guna menghindari kejenuhan dari penonton. Menurut Bapak Runtung.S. (1993:18) Wayang Wong lahir sekitar tahun 1931 pernah hidup dan berkembang di daerah Bongas, Palimanan, Suranenggala, Slangit dan Gegesik, akan tetapi semua sudah punah saat ini. Sanggar Seni Wayang Wong yang lahir sekitar tahun 1970 hanya bertahan sampai sekitar tahun 1994 yaitu sanggar Setia Negara dari desa Suranenggala, kecamatan Kapetakan, kabupaten Cirebon, pimpinan Bapak Kandeg (alm).pada tahun 2000 Bapak Sujana Priya asal desa Suranenggala, kecamatan Kapetakan, kabupaten Cirebon mendirikan Sanggar Seni Wayang Wong yang bernama Purwagali, beralamat Gedung Balai

4 Cagar Budaya Jln Raya Sunan Gunungjati Desa Astana Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon., serta masih aktif hingga saat ini. Keberadaan Sanggar Purwagali bagi masyarakat Cirebon sebagai kekayaan yang tak terhingga, karena ditengah keterpurukan kesenian Wayang Wong Cirebon, Sanggar Purwagali mampu bertahan untuk terus berusaha melestarikan budaya daerah. Generasi muda saat ini sangat kurang apresiasinya pada seni pertunjukan Wayang Wong, namun Sanggar Purwagali berupaya membangkitkan kembali kejayaan kesenian Wayang Wong Cirebon, dengan memberdayakan pemuda di sekitar sanggar untuk bergabung menjadi anak wayang. Bahkan sampai penabuh gamelannya tidak hanya generasi lama, sanggar Purwagalih bahkan merekrut nayaga muda, pelajar SMKI Pakungwati Cirebon bergabung, berlatih bersama, membangkitkan seni Wayang Wong Cirebon, sehingga kesenjangan generasi antara pemain dan penabuh gamelan tidak jauh berbeda. Wayang Wong di Sanggar Purwagali memiliki banyak keunikan, baik dari gerak kostum maupun iringan. Wayang Wong Cirebon tidak menggunakan layar sebagaimana Wayang Wong di Jawa, tetapi hanya menggunakan layar netral sebagai latar belakang. Para pelaku harus betul-betul menguasai lakon, sehingga gerakan para pelaku sesuai dengan suara dalang. Tidak ada tata rias kecuali godeg dan lengan. Busana yang dikenakan mirip dengan busana Topeng Cirebon, hanya ditambah ornamen pelengkap saja. Gamelan yang digunakan sama dengan gamelan yang digunakan Wayang Kulit Purwa yaitu Gamelan

5 Cirebonan. Wayang Wong Cirebon saat ini sudah sangat jarang dipertunjukan kecuali pada acara tertentu saja, seperti pada perayaan Badirian/Bancakan yaitu pesta giling pabrik gula atau pada saat ulang tahun kota Cirebon, acara Muludan/sekatenan atau pada acara-acara tertentu yang sering diadakan di Cirebon, misalnya pentas kesenian daerah yang diadakan setahun sekali. Sebagai salah satu bentuk kepedulian dan pelestarian budaya tradisional daerah Cirebon, peneliti memandang perlu untuk mengetahui lebih dekat mengenai wayang wong Cirebon di sanggar Purwagali, dilihat dari latar belakang, struktur penyajian dan struktur gerak dari salah satu tokoh cerita yang dipertunjukan secara langsung.wayang wong Cirebon di sanggar Purwagali memiliki struktur penyajian yang secara umum sama dengan pertunjukan wayang wong kebanyakan. Diawali dengan gending tatalu sebagai gending pembuka dilanjut sajian utama berupa cerita dari lakon yang dipilih dibawakan oleh dalang diakhiri dengan gending bubaran sebagai gending tutupan. Sedangkan dari struktur gerak dari para tokoh yang dimainkan para penari pada pertunjukan wayang wong Cirebon di sanggar Purwagali ini ditata sangat sederhana namun memiliki daya tarik karena masing-masing penari menguasai lakon sehingga ketika dalang bertutur gerak para penari betul-betul pas seoalah-olah mereka bertutur sendiri. Sepanjang pengamatan peneliti, kesenian Wayang Wong Cirebon di Sanggar Purwagali ini belum ada yang meneliti. Atas dasar itu peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Wayang Wong Cirebon di

6 sanggar Purwagali, yang berkaitan dengan struktur penyajian dan struktur gerak tari tokoh Gatotkaca pada cerita Gatotkaca Sabda Guru di Sanggar Purwagali pimpinan Bapak Sujana Priya, dengan judul penelitian, Wayang Wong Cirebon di Sanggar Purwagali Desa Astana Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon. B. Rumusan Masalah Berdasar pada judul penelitian serta latar belakang yang peneliti sampaikan, maka terdapat beberapa permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang Wayang Wong Cirebon di Sanggar Purwagali desa Astana kecamatan Gunungjati kabupaten Cirebon? 2. Bagaimana struktur penyajian pertunjukan Wayang Wong Cirebon pada cerita Gatotkaca Sabda Guru di Sanggar Purwagali desa Astana kecamatan Gunungjati kabupaten Cirebon? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini bahwa peneliti ingin turut membantu pemerintah dalam upaya melestarikan kebudayaan daerah Jawa Barat

7 khususnya yang berkembang di daerah Cirebon agar kesenian Wayang Wong Cirebon di Sanggar Purwagali tetap dikenal masyarakat luas. Untuk memahami dan mengetahui kesenian Wayang Wong Cirebon kepada masyarakat luas sebagai bentuk usaha pelestarian budaya bangsa secara tertulis. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan latar belakang Wayang Wong Cirebon di Sanggar Purwagali desa Astana kecamatan Gunungjati kabupaten Cirebon. b. Mendeskripsikan pola penyajian pertunjukan Wayang Wong Cirebon pada cerita Gatotkaca Sabda Guru di Sanggar Purwagali desa Astana kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon. c. Mendeskripsikan struktur gerak tokoh Gatotkaca pada cerita Gatotkaca Sabda Guru di Sanggar Purwagali desa Astana kecamatan Gunungjati kabupaten Cirebon. D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini daharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan seni dengan melihat secara langsung proses pertunjukan Wayang Wong Cirebon terutama pada saat Sanggar Purwagali sedang mengadakan pertunjukan sebagai satu bentuk kegiatan apresiasi.

8 2. Pelaku Seni/Seniman Memperkenalkan dan mengangkat keberadaan Sanggar Seni Wayang Wong Purwagali yang hingga kini masih bertahan dalam melestarikan kesenian tradisional yaitu seni Wayang Wong. 3. Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, acuan serta bahan masukan juga referensi kesenian tradisional Cirebon, khususnya bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari dan umumnya bagi seluruh Civitas Akademika. 4. Lembaga Pariwisata Memperkenalkan, mengangkat dan mempromosikan kesenian tradisional Cirebon sebagai salah satu objek wisata yang dapat dijadikan sumber pendapatan daerah. 5. Masyarakat Sekitar Sanggar Memperkenalkan dan menginformasikan keberadaan kesenian tradisional Cirebon yang sudah sangat jarang diketahui masyarakat. E. Asumsi Wayang Wong Cirebon di Sanggar Purwagali, merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang memiliki latar belakang, struktur penyajian dan struktur gerak tari sesuai dengan karakter tokoh yang disajikan.

9 F. Metode Penelitian a. Metode dan Pendekatan Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Analisis dengan pendekatan Kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan secara objektif yang mengungkapkan berbagai temuan dari sejumlah data yang ada, berdasarkan fakta-fakta yang aktual untuk dianalisis, selanjutnya diuraikan secara sistematis menjadi suatu bentuk laporan tertulis tentang Wayang Wong Cirebon di Sanggar Purwagali desa Astana kecamatan Gunungjati kabupaten Cirebon. b. Lokasi dan Subjek Penelitian 1) Lokasi Penelitian Penelitian Wayang Wong Cirebon di Sanggar Purwagali pimpinan Bapak Sujana Priya berlokasi di Gedung Balai Cagar Budaya, Jln Raya Sunan Gunungjati desa Astana kecamatan Gunungjati kabupaten Cirebon. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena Sanggar Purwagali merupakan salah satu sanggar seni tradisional di Cirebon yang sampai saat ini masih tetap membina, melestarikan seni tradisional Wayang Wong Cirebon. 2) Subjek Penelitian Sebagai subjek penelitian ini adalah Sanggar Purwagali pimpinan Bapak Sujana Priya, di Gedung Cagar Budaya, Jln Raya Sunan Gunungjati desa Astana kecamatan Gunungjati kabupaten Cirebon. Sanggar ini dipilih sebagai objek penelitian karena masih aktif dalam pertunjukan seni Wayang Wong,

10 sanggar ini juga dinilai paling kooperatif dan peneliti pernah bekerjasama dengan Sanggar Purwagali pada kegiatan pertunjukan. c. Tehnik Pengumpulan Data Fase terpenting dalam penelitian adalah pengumpulan data, karena mustahil seorang peneliti menghasilkan temuan kalau tidak memperoleh data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sesuai dengan metode yang digunakan, dan diharapkan memperoleh data yang aktual baik di lapangan atau dari sumber lainnya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Observasi Dari beberapa jenis observasi, peneliti menggunakan Observasi Partisipasi Lengkap. Spradley (Komariah.A, 1998:10) Djam an Satori (2010:115) mengungkapkan, Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti harus terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasana sangat natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Peneliti mempelajari suati situasi yang telah diakrabinya dan hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktifitas kehidupan yang ditelitinya, seperti misal seorang penari meneliti sebuah tarian. Dengan teknik seperti ini diharapkan memperoleh data yang aktual dari permasalahan yang telah dirumuskan oleh peneliti selengkap mungkin.

11 Sehingga permasalahan tersebut dapat terjawab dengan benar berdasarkan makna dan teori yang tepat. 2. Wawancara Pengumpulan data dari kegiatan penelitian tidak cukup hanya dengan menggunakan satu teknik saja. Setiap teknik pengumpulan data memiliki kelebihan dan kekurangan. Teknik observasi keterbatasan dalam mengungkap informasi. Karena itu, untuk mengungkap dan menggali data secara mendalam peneliti menggunakan teknik wawancara. Hal ini diperjelas oleh Esterberg (2002) Djam an Satori (2010:130) yang mengatakan bahwa, Wawancara merupakan pertemuan untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.. Mengutip pendapat Esterberg (2007) Djam an Satori (2010:130) mengemukakan bahwa, Wawancara dapat dilaksanakan secara berstruktur, semi struktur dan tidak berstruktur. Wawancara berstruktur dilakukan kepada nara sumber yang betul-betul mengetahui sejarah Wayang Wong Cirebon khususnya di Sanggar Purwagali, seluk beluknya dari mulai berdiri hingga sekarang, yaitu Bapak Sujana Priya selaku pendiri juga pimpinan sanggar. Sedangkan wawancara tidak berstruktur dilakukan kepada para nayaga, para anak wayang sebagai penari dan masyrakat sekitar sanggar, dilakukan seperti mengobrol biasa.

12 3. Studi Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar atau katya-karya monumental dari seseorang. Pendokumentasian merupakan pelengkap dari teknik pengumpulan data observasi dan wawancara, dimana hasilnya akan lebih kredibel dan dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto atau media audio visual. Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data atau pendokumentasian adalah sebagai berikut : a. Kamera foto digunakan untuk menghasilkan gambar yang dibutuhkan dalam penelitian yang akan dijadikan data dan merupakan bukti otentik. b. Tape recorder digunakan untuk merekam pembicaraan pada saat wawancara dilakukan antara peneliti dengan nara sumber. c. Handycam digunakan untuk menghasilkan gambar-gambar secara audio visual yang diliput untuk melengkapi data sebagai bukti penelitian. 4. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari berbagai sumber bacaan yang berupa dokumen, naskah, karya ilmiah maupun buku-buku yang berhubungan, menunjan maupun mendukung dalam kegiatan penelitian sesuai dengan objek penelitian. d. Teknik Analisis Data Melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka seluruh data yang diperoleh dilapangan dikumpulkan. Kemudian data tersebut

13 dipisahkan dengan mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan kebutuhan penelitian. Selanjutnya dianalisa sesuai dengan kebutuhan permasalahan yang ditemukan dilapangan. Dalam hal ini Sugiono (2007:83) mengatakan bahwa, Teknik pengumpulan data dengan menggabungkan beberapa teknik pengumpulan data dari data yang ada atau sama merupakan teknik triangulasi. Analisa data dilakukan untuk memperoleh gambaran akhir mengenai data-data yang berhasil dikumpulkan dilapangan. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah menemukan informasi yang bermakna serta mampu mengatasi permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu. Adapun data yang dianalisa diantaranya : 1. Mendeskripsikan data tentang latar belakang Wayang Wong Cirebon di sanggar Purwagali. 2. Mendeskripsikan struktur penyajian Wayang Wong Cirebon di sanggar Purwagali. 3. Mendeskripsikan struktur gerak tokoh Gatotkaca pada cerita Gatotkaca Sabda Guru di sanggar Purwagali.. 4. Menarik kesimpulan dari data yang telah diperoleh dan data yang telah diolah secara tersusun.