JURNAL KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUATAN POROS ALUMINIUM MENGGUNAKAN EMCO T.U CNC -2A SMKN2 PEKANBARU DENGAN ROUNDNESS TESTER MACHINE

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

PENGARUH KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL JIS G-3123 SS 41 DENGAN METODE TAGUCHI

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED, FEED RATE, DAN DEPTH OF CUT TERHADAP GAYA POTONG PADA PROSES BUBUT DENGAN SIMULASI METODE ELEMEN HINGGA

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

PENGARUH VARIASI SUDUT UJUNG MATA POTONG KARBIDA TERHADAP KEKASARAN DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM Al 6061 PADA PROSES PEMBUBUTAN

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

PENGARUH PENGARUH JENIS COOLANT DAN VARIASI SIDE CUTTING EDGE ANGLE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BUBUT TIRUS BAJA EMS 45

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

ANALISA KEAUSAN PERKAKAS POTONG PADA PROSES HOT MACHINING BAJA BOHLER K110 DENGAN 3 VARIASI SPEED MACHINING

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

PENGARUH DEBIT MEDIA PENDINGIN TERHADAP NILAI KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA ST 60

Gatot Setyono 1. 1Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Bab IV Data Pengujian

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN SISI POTONG PAHAT DAN KECEPATAN POTONG TERHADAP KUALITAS KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL PADA SHAPING MACHINE

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

BAB II LANDASAN TEORI

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

UNIVERSITAS DIPONEGORO

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

TUGAS SARJANA PENGUKURAN GAYA PEMOTONGAN PADA PROSES BUBUT DENGAN MENGGUNAKAN DYNAMOMETER

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Berbagai proses pemesinan dilakukan guna mengubah bahan baku

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

JTM. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013, 48-55

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

PENGARUH KEDALAMAN POTONG TERHADAP KEBULATAN PADA PEMBUBUTAN MATERIAL BAJA JISS S45C

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN

PENGARUH FEEDING, KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KUALITAS PEMBUBUTAN BAHAN BAJA S45C. Rizwan Nur Agist, Joko Waluyo, Saiful Huda

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1.

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

PERBANDINGAN PROSES PEMESINAN SILINDER SLEEVE DENGAN CNC TIGA OPERATION PLAN DAN EMPAT OPERATION PLAN ABSTRACT

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

PENGARUH JENIS PAHAT, JENIS PENDINGINAN DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KERATAAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 42 PADA PROSES BUBUT RATA MUKA

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014,

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

MEKANIKA Volume 12 Nomor 1, September Keywords : Digital Position Read Out (DRO)

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

OLEH : I PUTU AGUNG MAHAPUTRA NIM

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

Pengaruh Kedalaman Pemakanan, Jenis Pendinginan dan Kecepatan Spindel

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 38-43

PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP TEMPERATUR PEMOTONGAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

PROSES PEMESINAN. Learning Outcomes. Outline Materi. Proses pada Bendakerja KLASIFIKASI PROSES PEMESINAN

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK SERBUK KAYU DENGAN RESIN POLIMER MENGGUNAKAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan.

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Disusun oleh : Yulius Wahyu Jatmiko NIM : I

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 No. 2, Juli 2017 P-ISSN : E-ISSN :

PENGARUH VARIASI PUTARAN BENDA KERJA DAN PUTARAN TOOL MENGGUNAKAN METODE PEMAKANAN TANGENSIAL PADA PROSES TURN-MILLING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

PENGARUH GRADE BATU GERINDA, KECEPATAN MEJA LONGITUDINAL, DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES GERINDA PERMUKAAN SKRIPSI

M O D U L T UT O R I A L

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL, SUDUT POTONG UTAMA DAN KADAR SOLUBLE OIL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN HASIL PEMBUBUTAN BAJA ST 37

JTM (S-1) Vol. 3, No. 1, Januari 2015:

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

PENGARUH TEKNIK PENYAYATAN PAHAT MILLING PADA CNC MILLING 3 AXIS TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BERKONTUR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Umum Daging Sapi. 2.2 Produk Olahan Daging (Abon)

Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING

Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran Permukaan Kayu Medang pada Proses Pembubutan

PENGARUH JUMLAH MATA SAYAT END MILL CUTTER MENGGUNAKAN KODE PROGRAM G 02 Dan G 03 TERHADAP KERATAAN ALUMUNIUM 6061 PADA MESIN CNC TU-3A

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MOBIL KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER PADA INDUSTRI BATIK KAYU

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Transkripsi:

PENGARUH CUTTING SPEED DAN RASIO L/D TERHADAP KESILINDRISAN BENDA KERJA HASIL FINISHING PADA PROSES PEMBUBUTAN TIRUS DIVERGEN DENGAN ALUMINIUM 6061 JURNAL KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: WAHYU DWI ANGGORO NIM. 0910623069-62 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2013

PENGARUH RATIO L/D DAN CUTTING SPEED TERHADAP KESILINDRISAN BENDA KERJA HASIL FINISHING PADA PROSES PEMBUBUTAN TIRUS DIVERGEN DENGAN BAHAN ALUMUNIUM 6061 Wahyu Dwi Anggoro, Endi Sutikno, Erwin Sulistyo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: dwianggoro.sukarsono91@gmail.com ABSTRACT Machining Proccess is one of the main processes in the metal manufacturing industry. The quality characteristic of the ideal geometry is considered as an evaluation of the product. Cutting Parameters and the geometry of the workpiece has influence on the results of the process of lathe (turning). In this research was done lathe process using CNC EMCO Turn 242 as machine that which is purposed to know influence of Ratio L/D and Cutting Speed to cylindrical of a workpiece by using aluminium 6061 as material of workpiece. Cutting speed is used 87.92 mm/min, 100.48 mm/min, 113.04 mm/min and 125,6 mm/min with ratio L/D 3.37, 3.87 and 4.37. From this research are obtained data of the cylindrical from the workpiece. From this research are obtained too the value of upper and lower limit control of the cylindrical from each line. On the line one the value of upper control limit = 0.06 mm and the value of lower control limit = 0.02 mm, on the line two the value of upper control limit = 0.11 mm and the value of lower control limit = 0.04 mm, on the line three the value of upper control limit = 0,11 mm and the value of lower control limit = 0.04 mm, on the line four the value of upper control limit = 0.11mm dan the value of lower control limit = 0.04 mm. The lowest of cylindrical value is cutting speed 87.92 mm/min and ratio L/D 3.37 = 0.016 mm. While The highest of cylindrical value is cutting speed 125.6 mm/min dan ratio L/D 4.37 = 0.0576 mm. So the more larger Cutting speed then the value of cylindrical will be increasing and the more larger ratio L/D then the value of cylindrical will be more increase too. Keyword: aluminium 6061, ratio L/D, cutting speed, cutting force, cylindrical PENDAHULUAN Latar Belakang Proses Pembubutan merupakan salah satu bagian proses utama dalam industri manufaktur logam. Dalam proses pembubutan suatu produk dapat terjadi penyimpangan terhadap karakteristik geometri yang telah ditentukan. Proses pembubutan sendiri tentu dituntut untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan memiliki karakteristik geometri yang ideal dan waktu produksi yang singkat. Suatu Produk memiliki karakteristik geometri yang ideal apabila produk tersebut memiliki dimensi yang tepat, bentuk yang sempurna serta permukaan yang halus. Karakteristik geometri mempunyai pengaruh yang besar atas karakteristik fungsional, tetapi bukan sebagai ukuran kemampuan mesin. Suatu karakteristik fungsional tertentu direncanakan dengan suatu mesin. Karakteristik geometrik yang ideal (ukuran/dimensi yang teliti, bentuk yang sempurna, posisi yang tepat, dan permukaan yang sangat halus) tidak mungkin dapat terpenuhi terutama pada hasil produksi yang mempunyai bentuk dengan tingkat kerumitan yang tinggi, karena selama proses pembuatan produk, terdapat faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan yang tidak dapat dihindari, sehingga terjadinya penyimpangan karakteristik geometri kemungkinan besar akan berpengaruh pada karakteristik fungsional seperti: kekuatan dan perkiraan umur. Pada proses pembubutan terdapat beberapa parameter seperti kecepatan pemakanan, kecepatan pemotongan, kedalaman pemotongan, geometri pahat dan rasio L/D. Semua parameter tersebut berpengaruh pada hasil akhir produk seperti kekasaran permukan dan juga kesilindrisan pada suatu poros. Kualitas hasil produk komponen dapat dicapai 1

2 dengan merubah cutting speed dan ratio L/D yang merupakan parameter di dalam proses permesinan bidang manufaktur. Kemampuan mencapai kesilindrisan pada suatu produk, merupakan tujuan utama pada proses pembubutan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang hubungan kebulatan benda kerja dengan parameter dasar pada proses pembubutan khususnya pembubutan tirus divergen. Dari beberapa penelitian sebelumnya Anang Nirmadi (2007). "Analisa Pengaruh Kecepatan Potong Tinggi Pada Proses Bubut CNC Dengan Tailstock Terhadap Kesilindrisan Produk", dan B.Budi Mariatanto. (1996). "Pengaruh Kecepatan Pemotongan Dan Gerak Makan Terhadap Penyimpangan Diameter Dan Kebulatan Produk Hasil Permesinan CNC ET 242". Berdasarkan uraian tersebut perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh parameter dasar pada proses pembubutan terhadap kesilindrisan benda kerja pada proses pembubutan tirus divergen, dimana parameter dasar pembubutan yang akan diteliti meliputi pengaruh ratio L/D dan cutting speed terhadap kesilindrisan benda kerja, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ratio L/D dan cutting speed terhadap kesilindrisan benda kerja hasil finishing pada proses pembubutan tirus divergen. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Proses Pemesinan Definisi proses pemesinan adalah proses pembentukan geram (chips) akibat perkakas (tools), yang dipasangkan pada mesin perkakas (machine tools), bergerak relatif terhadap benda kerja (work piece) yang dicekam pada daerah kerja mesin perkakas (Rochim Taufiq, 2007;1). Proses pemesinan termasuk dalam klasifikasi proses pemotongan logam merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengubah bentuk suatu produk dari logam (komponen mesin) dengan cara memotong, mengupas, atau memisah. Tergantung pada cara pemotongannya maka seluruh proses pemotongan logam dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok dasar yaitu: - -Proses pemesinan dengan mesin las - -Proses pemesinan dengan mesin press - -Proses pemesinan dengan mesin perkakas - -Proses pemesinan non konvensional (Electric Discharge Machining dan sebagainya). Pembubutan Tirus Suatu benda kerja dikatakan tirus apabila terdapat perbedaan dimensi pada kedua ujung sisi pada benda yang memiliki bentuk silindris. Pembubutan tirus (Taper), yaitu proses pembuatan benda kerja berbentuk konis. Pembubutan tirus Divergen adalah proses pembubutan benda kerja berbentuk konis yang dimulai dari diameter terkecil dahulu kemudian diameter terbesar. sedangkan. Pembubutan tirus Konvergen adalah proses pembubutan benda kerja berbentuk konis yang dimulai dari diameter terbesar dahulu kemudian diameter terkecil. Parameter Pemesinan Pada proses bubut terdapat tiga parameter yaitu kecepatan potong (V), pemakanan (f), dan kedalaman potong (a). Elemen dasar pada proses bubut dapat diketahui menggunakan rumus yang dapat diturunkan berdasarkan gambar 1 berikut ini. Gambar 1: Proses bubut Sumber: Rochim, 1993 Benda Kerja do = diameter awal (mm)

3 dm = diameter akhir (mm) lt= panjang pemesinan (mm) Pahat ; kr= sudut potong utama ( ) γo = sudut geram ( ) Mesin Bubut ; a = kedalaman potong (mm) Tabel 1 Sifat-sifat fisik aluminium f = gerak makan (mm/rev) n = putaran poros utama (rpm) (1) Kecepatan Pemotongan (Cutting Speed) (2) Sumber: tata surdia (1984:134) Tabel 2 Sifat-sifat mekanik aluminium dengan: = Kecepatan pemotongan (m/min) d = Diameter benda kerja (mm) n = Putaran spindel (rpm) Kecepatan Gerak Makan (Feed Rate) v f = f. n (mm/min) (3) dengan: v f = Kecepatan pemakanan (mm/min) f = Pemakanan (mm) n = Putaran spindel (rpm) Kedalaman Pemakanan (Depth Of Cut) Sumber: tata surdia (1984:134) Toleransi Toleransi adalah perbedaan dua batas ukuran, sehingga ukuran pada benda kerja boleh terletak antara dua batas yang diizinkan. terdapat 3 macam toleransi yaitu toleransi liniear, toleransi sudut dan toleransi geometri. dengan : a = kedalaman pemotongan (mm) D = diameter awal (mm) d = diameter akhir (mm) (4) Aluminium Aluminium merupakan logam ringan mempunyai ketahanan korosi dan hantaran listrik yang baik. Selain untuk peralatan rumah tangga, aluminium dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut, konstruksi dsb (Surdia, 1984:129). Gambar 2: Toleransi Bentuk Sumber : Sato (1999 : 168) Kesilindrisan Kebulatan adalah bentuk melingkar dengan jari-jari yang sama dan berpusat pada satu titik. Suatu benda dapat dikatakan bulat apabila jarak dari semua titik pada keliling benda tersebut terhadap pusatnya (jari-jari) mempunyai panjang yang sama. Kesilindrisan adalah harga kebulatan yang besarnya relativ sama di sepanjang selimut silinder atau pada tiap

4 titik dari diameter awal dan diameter akhir. Kesilindrisan dapat dicari menggunakan persamaan berikut : E = Modulus elastisitas bahan (N/m 2 ) I = Momen inersia (m 4 ) L = Panjang batang (m) ERROR = R1 - R2 (5) Sumber : Sato (2008 : 159) dengan : ERROR R1 R2 = Nilai Kesilindrisan = Nilai jari - jari terbesar (mm) = Nilai jari - jari terkecil (mm) Defleksi Defleksi adalah perubahan bentuk pada jarak pusat kelengkungan batang atau balok terhadap sumbu utama normal batang atau balok akibat adanya pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya defleksi (Munandar, 2011 : 2) yaitu : 1. Kekakuan batang. 2. Besar kecilnya gaya yang diberikan. 3. Jenis tumpuan yang diberikan. 4. Jenis beban yang terjadi pada batang. Gambar 4 : Defleksi Pada Jenis Tumpuan Engsel Sumber : Diktat Kuliah Mekanika Kekuatan Material Hendri Ariful Ansori = ML (7) dengan : M = Momen (Kg m 2 ) E = Modulus elastisitas bahan (N/m 2 ) I = Momen inersia (m 4 ) L = Panjang batang (m) Gambar 5 : Defleksi Pada Proses Pembubutan Dengan Menggunakan Tail Stock Gambar 3 : Balok Kantilever dengan Beban P Sumber : William (1999) Jika sebuah balok kantilever diberi beban maka akan terdapat defleksi ( a ). Untuk mengetahui besarnya defleksi, maka dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut (Timoshenko, 1996 : 144) a = PL 3 3EI (6) dengan : P = Beban terpusat (N) Total = a - (8) Pada proses pembubutan dengan menggunakan tail stock benda kerja dicekam pada chuck yang menunjukkan pada proses ini benda mengalami tumpuan jepit dan tumpuan engsel pada tail stock dan dikenai gaya oleh pahat, maka benda kerja pada proses pembubutan juga akan mengalami defleksi. Defleksi yang terjadi pada saat proses pembubutan tersebut berpengaruh pada kekasaran permukaan dan kesilindrisan yang dihasilkan.

5 METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Metode penelitian eksperimental yaitu melakukan pengamatan untuk mencari data sebab akibat dalam suatu proses melalui eksperimen sehingga dapat mengetahui pengaruh ratio L/D dan cutting speed terhadap kesilindrisan benda kerja pada proses pembubutan. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas Cutting Speed : 87.92 mm/min, 100.48 mm/min, 113.04 mm/min dan 125.6 mm/min Ratio L/D (mm) : 3.37, 3.87 dan 4.37 2. Variabel terikat Kesilindrisan 3. Variabel kontrol Depth of Cut (a) : 0,5 mm Feeding (f) : 0,05 mm/rev Cutting Fluid : Soluble Oil - Tipe : Martol Soluble 1 00 - Viskositas : 164 Ns/ Dimensi Benda Kerja a. Sebelum pembubutan Gambar 8 : Panjang Awal Pembubutan Dengan Rasio L/D 4.37 Keterangan : 100 mm : Panjang benda kerja yang akan dibubut. 25 mm : Panjang benda kerja yang dicekam. 10 mm ; 30 mm ; 50 mm : Panjang benda kerja tersisa di luar pencekam. b. Saat Proses Pembubutan Gambar 9 : Instalasi Proses Pembubutan Dengan Rasio L/D 3.37 Gambar 10 : Instalasi Proses Pembubutan Dengan Rasio L/D 3.87 Gambar 6 : Panjang Awal Pembubutan Dengan Rasio L/D 3.37 Gambar 11 : Instalasi Proses Pembubutan Dengan Rasio L/D 4.37 Gambar 7 : Panjang Awal Pembubutan Dengan Rasio L/D 3.87

6 c. Setelah Pembubutan Gambar 12 : Benda Kerja Hasil Proses Pembubutan Bahan Penelitian : Material yang digunakan yaitu Aluminium 6061 dengan diameter awal sebelum dilakukan proses pembubutan 38 mm dengan desain yang sama pada setiap spesimen dengan panjang tirus 50 mm dan sudut ketirusan 9º. HASIL dan PEMBAHASAN Untuk mendapatkan data penyimpangan kesilindrisan, dilakukan pengambilan data dan pengukuran menggunakan dial indicator. Pengukuran dilakukan pada 2 segmen yang terdiri dari 4 baris pada setiap spesimen dan setiap diameter awal dan diameter akhir dengan 3 kali pengulangan untuk memberikan tingkat ketelitian data pengukuran yang diperoleh, kemudian diambil rata rata dari data hasil pengukuran tersebut. Tabel 3. Data nilai penyimpangan kesilindrisan pada segmen 1 di baris1. Cutting Speed 87.92 100.48 113.04 125.6 Rasio L/D 3.37 3.87 4.37 15.0108 15.0144 15.0172 15.0102 15.0142 15.0166 15.0108 15.014 15.0266 15.0216 15.0224 15.0236 15.0204 15.0216 15.0236 15.0198 15.0222 15.024 15.024 15.0248 15.0256 15.0238 15.0252 15.0272 15.0236 15.0256 15.026 15.0336 15.0378 15.0464 15.0346 15.0372 15.0464 15.0314 15.037 15.0398 total 135.1348 135.1992 135.2258 135.3442 total 180.2646 180.2964 180.343 540.904 Tabel 4. Data nilai penyimpangan kesilindrisan pada segmen 1 di baris2. Cutting Speed 87.92 100.48 113.04 125.6 Rasio L/D 3.37 3.87 4.37 20.024 20.0272 20.0312 20.026 20.0264 20.0312 20.0236 20.0276 20.0284 20.034 20.038 20.0392 20.0336 20.0376 20.0384 20.0348 20.0348 20.0376 20.038 20.0388 20.0404 20.038 20.0396 20.04 20.0384 20.0396 20.0396 20.0452 20.0496 20.052 20.0436 20.0496 20.0524 20.04 20.0496 20.05 total 180.2456 180.328 180.3524 180.432 total 240.4192 240.458 240.48 721.358 Tabel 5. Data nilai penyimpangan kesilindrisan pada segmen 2 di baris 3. Cutting Speed 87.92 100.48 113.04 125.6 Rasio L/D 3.37 3.87 4.37 30.0262 30.027 30.0302 30.0262 30.0274 30.0314 30.0264 30.0266 30.0338 30.0344 30.0352 30.0394 30.0344 30.0352 30.04 30.0342 30.0388 30.0376 30.042 30.0444 30.0488 30.0412 30.044 30.0488 30.0414 30.0448 30.044 30.0488 30.0512 30.0544 30.0488 30.0516 30.0552 30.0468 30.0516 30.0536 total 270.2552 270.32924 270.3994 270.462 total 360.4508 360.478 360.517 1081.44584

7 Tabel 6. Data nilai penyimpangan kesilindrisan pada segmen 1 di baris1. Cutting Speed 87.92 100.48 113.04 125.6 Rasio L/D 3.37 3.87 4.37 35.0266 35.0302 35.033 35.0266 35.0282 35.034 35.0286 35.0316 35.0316 35.039 35.043 35.0408 35.0402 35.0384 35.0402 35.039 35.0414 35.0436 35.0424 35.0466 35.0476 35.0418 35.0458 35.0474 35.0436 35.0458 35.0514 35.0498 35.0548 35.0576 35.0504 35.0544 35.0576 35.0516 35.054 35.0576 total 315.2704 315.3656 315.4124 315.4878 420.4796 420.514 420.542 1261.5362 Gambar 13 : Grafik Hubungan Interaksi Antara Cutting Speed dan Rasio L/D Dengan Kesilindrisan Rata- Rata Pada Baris 1 Dari grafik hubungan interaksi antara cutting Speed dan Rasio L/D terhadap kesilindrisan rata-rata pada segmen 1 di baris 1terlihat bahwa terjadi interaksi antara cutting speed dan rasio L/D terhadap kesilindrisan permukaan benda kerja pada segmen 1 di baris 1. Semakin besar cutting speed dan rasio L/D, maka penyimpangan kesilindrisan pada permukaan benda kerja segmen 1 di baris 1 akan semakin meningkat. Nilai kesilindrisan terendah didapat pada variasi cutting speed 87,92 mm/min dan rasio L/D 3,37 sebesar 0.016 mm. Sedangkan Nilai kesilindrisan tertinggi didapat pada variasi cutting speed 125,6 mm/min dan rasio L/D 4,37 sebesar 0.0442 mm. Hal ini dikarenakan defleksi yang ditimbulkan oleh pertambahan panjang benda kerja karena peningkatan nilai rasio L/D semakin meningkat dan karena pencekaman benda kerja yang tidak stabil yang menyebakan benda bergeser saat proses pembubutan yang karena semakin meningkatnya cutting speed. Gambar 14 : Grafik Hubungan Interaksi Antara Cutting Speed dan Rasio L/D Dengan Kesilindrisan Rata- Rata Pada Baris 2 Dari grafik hubungan interaksi antara cutting Speed dan Rasio L/D terhadap kesilindrisan rata-rata pada segmen 1 di baris 2 terlihat bahwa terjadi interaksi antara cutting speed dan rasio L/D terhadap kesilindrisan permukaan benda kerja pada segmen 1 di baris 2. Semakin besar cutting speed dan rasio L/D, maka penyimpangan kesilindrisan pada permukaan benda kerja segmen 1 di baris 2 akan semakin meningkat. Terjadi peningkatan nilai kesilindrisan di baris 2 dibanding nilai kesilindrisan di baris1. Hal ini dikarenakan posisi baris2 lebih dekat dengan chuck (pencekaman) sehingga defleksinya lebih besar daripada baris1, yang menyebabkan nilai kesilindrisannya meningkat. Nilai kesilindrisan terendah didapat pada variasi cutting speed 87,92 mm/min dan rasio L/D 3,37 sebesar 0.0245 mm. Sedangkan Nilai kesilindrisan tertinggi didapat pada variasi cutting speed 125,6 mm/min dan rasio L/D 4,37 sebesar 0.0515 mm.

8 Gambar 15: Grafik Hubungan Interaksi Antara Cutting Speed dan Rasio L/D Dengan Kesilindrisan Rata- Rata Pada Baris 3 Dari grafik hubungan interaksi antara cutting Speed dan Rasio L/D terhadap kesilindrisan rata-rata pada segmen 2 di baris 3 terlihat bahwa tidak terjadi interaksi antara cutting speed dan rasio L/D terhadap kesilindrisan permukaan benda kerja pada segmen 3 di baris 2. Hal ini dapat dilihat dari grafik hubungan interaksi antara cutting Speed dan Rasio L/D terhadap kesilindrisan ratarata pada segmen 2 di baris 3 yang cenderung sejajar. Semakin besar cutting speed dan rasio L/D, maka penyimpangan kesilindrisan pada permukaan benda kerja segmen 2 di baris 3 akan semakin meningkat namun tidak signifikan dibanding pada segmen 1. Hal ini dikarenakan selisih antara nilai kesilindrisan pada diameter awal (r1) dan diameter akhir (r2) tidak terlalu besar. Terjadi peningkatan nilai kesilindrisan di baris 3 dibanding nilai kesilindrisan pada segmen 1. Hal ini dikarenakan posisi baris 3 lebih dekat dengan chuck (pencekaman) sehingga defleksinya lebih besar daripada segmen 1, yang menyebabkan nilai kesilindrisannya meningkat. Nilai kesilindrisan terendah didapat pada variasi cutting speed 87,92 mm/min dan rasio L/D 3,37 sebesar 0.0263 mm. Sedangkan Nilai kesilindrisan tertinggi didapat pada variasi cutting speed 125,6 mm/min dan rasio L/D 4,37 sebesar 0.0544 mm. Gambar 16 : Grafik Hubungan Interaksi Antara Cutting Speed dan Rasio L/D Dengan Kesilindrisan Rata- Rata Pada Baris 4 Dari grafik hubungan interaksi antara cutting Speed dan Rasio L/D terhadap kesilindrisan rata-rata pada segmen 2 di baris 4 terlihat bahwa tidak terjadi interaksi antara cutting speed dan rasio L/D terhadap kesilindrisan permukaan benda kerja pada segmen 3 di baris 4. Hal ini dapat dilihat dari grafik hubungan interaksi antara cutting Speed dan Rasio L/D terhadap kesilindrisan ratarata pada segmen 2 di baris 4 yang cenderung sejajar. Semakin besar cutting speed dan rasio L/D, maka penyimpangan kesilindrisan pada permukaan benda kerja segmen 2 di baris 3 akan semakin meningkat namun tidak signifikan dibanding pada segmen 1. Hal ini dikarenakan selisih antara nilai kesilindrisan pada diameter awal (r1) dan diameter akhir (r2) tidak terlalu besar. Nilai kesilindrisan pada baris 4 memiliki nilai yang paling besar dibandingkan dengan semua baris pada tiap segmennya. Hal ini dikarenakan posisi baris 4 yang paling dekat dengan chuck (pencekaman) sehingga defleksinya lebih besar paling besar dibandingkan dengan semua baris pada tiap segmennya, yang menyebabkan nilai kesilindrisannya meningkat. Nilai kesilindrisan terendah didapat pada variasi cutting speed 87,92 mm/min dan rasio L/D 3,37 sebesar 0.0273 mm. Sedangkan Nilai kesilindrisan tertinggi didapat pada variasi cutting speed 125,6 mm/min dan rasio L/D 4,37 sebesar 0.0576 mm.

9 KESIMPULAN Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Cutting Speed berpengaruh terhadap kesilindrisan permukaan benda kerja hasil finishing pada proses pembubutan tirus pada Aluminium 6061. Rasio L/D berpengaruh terhadap kesilindrisan permukaan benda kerja hasil finishing pada proses pembubutan tirus pada Aluminium 6061 Interaksi antara Cutting Speed dan Rasio L/D berpengaruh secara nyata terhadap kesilindrisan permukaan benda kerja hasil finishing pada proses pembubutan tirus pada Aluminium 6061. Pada Cutting Speed yang rendah, yaitu pada variasi cutting speed 87.92 mm/min dan rasio L/D 3.37 sebesar 0.0106 mm. Sedangkan Nilai kesilindrisan tertinggi didapat pada variasi cutting speed 125.6 mm/min dan rasio L/D 4.37 sebesar 0.0576 mm. SARAN Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh cutting speed dan Rasio L/D terhadap gaya yang terjadi selama proses pemotongan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh cutting speed dan Rasio L/D terhadap kekasaran permukaan benda kerja dengan setting nilai parameter pemesinan yang tinggi. Daftar Pustaka Arizal. 2013. Penagruh kecepatan dan panjang pemotongan terhadap kebulatan poros S45C proses bubut konvesional. Mariatanto, Budi. 1996. Pengaruh kecepatan pemotongan dan gerak makan terhadap penyimpangan dan kebulatan produk hasil pemesinan cnc turn 242. Nirmadi, Anang. 2007. Analisa pengaruh kecepatan potong tinggi pada proses bubut cnc dengan tail stock terhadap kesilindrisan produk. Rilley,William F., Sturges, Leroy D. danmorris, Don H. 1999. Mechanic of Materials,,fifth edition, New York : John Willey & Sons, Inc. Rochim, Taufiq. 2007. Klasifikasi proses, gaya dan daya pemesinan, buku 1, Bandung : ITB. Sato G. Takhesi & H. N. Sugiarto. 1999. Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, edisi kedelepan, Jakarta : PT. Parandya Paramita. Siregar, Syofian. 2012. Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif, Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sumitomo, 20 Insert D-Type-Positive Catalog. Japan : sumi-tomo site. Tata Surdia, Shinroku Saito, Pengetahuan Bahan Teknik, PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 1995. Walpole, Ronald. 1992. Pengantar statistika, edisi ketiga, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum. Widarto, Sentot B., Wijanarka, Sutopo, Paryanto. 2008. Teknik Pemesinan, Jalarta : Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDirektorat Pembinaan Sekolah Menengah KejuruanDepartemen Pendidikan Nasional. www.sumitomotool.com/upload/katalog/2 011/START.pdf www.stembayocnc.com/files/panduanbelajar-bubut.pdf