BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun pada anak dengan hambatan tumbuh kembang. Pembangunan. tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh Allah subhanahuwata aladalam Al-Qur an sesuai. firmannya pada surat Al-Mu min ayat 67 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI NASKAH PUBLIKASI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat. maturasi serebral (Mahdalena, Shella. 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak (Needlman, 2000). Perkembangan adalah bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Tubuh memang memerlukan keseimbangan dalam kehidupan. Selain. keseimbangan fisik manusia juga memerlukan keseimbangan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan. kerusakan atau gangguan disel-sel motorik pada susunan

Dr. Soeroyo Machfudz, Sp.A(K), MPH Sub.bag Tumbuh Kembang/Ped. Sosial INSKA RS. Hermina / Bag. IKA FK-UII Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPLEGI TIPE EKSTENSI DI YAYASAN SAYAB IBU YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, Bab 1 Pasal

MANFAAT METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK ATHETOID HEMIPLEGI DEXTRA DI PNTC KARANGANYAR

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

BAB I PENDAHULUAN. yang abnormal, gerakan tak terkendali, dan kegoyangan saat. dengan sifat dari gangguan gerakan yaitu spastic, athetoid,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

PELAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI ATAKSIA DI PEDIATRIC NEURODEVELOPMENTAL THERAPY CENTRE (PNTC) KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

Karina Eka Ratnasari, Nur Susanti Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI UNTUK PENDERITA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Manusia sebagai makhluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan suatu anugerah yang Tuhan berikan untuk orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. serebelum sehingga menyebabkan keterbatasan aktivitas. 1, 2

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

FARDHANA ADI SUSILO J

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

Disusun oleh: AYUNINGTYAS SITADESI SETIAWAN J

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi anak yang menderita autism dan Attention Deficit

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

Ada beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN tahun yang lalu. Pertama kali diduga adanya stroke oleh Hipocrates. pengobatannya (Waluyo, 2013). Di Indonesia stroke

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

PELAKSANAAN NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY DIPLEGI TYPE SPASTIK DI PNTC KARANGANYAR PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Noviana Martiana, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak jenis kecacatan yang terjadi pada anak, diantaranya adalah Cerebral Palsy (CP). CP merupakan sekelompok gangguan gerak atau postur yang disebabkan oleh lesi yang tidak progresif yang menyerang otak yang sedang berkembang atau immatur. Lesi yang terjadi sifatnya menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat proses pertumbuhan dan maturasi otak. Kerusakan jaringan saraf yang tidak progresif pada saat prenatal dan sampai 2 tahun post natal termasuk dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007). Lebih dari dua dari setiap 1.000 kelahiran adalah anak yang lahir dengan CP di Negara-negara kaya. Di negara-negara dengan pelayanan medis yang kurang canggih, jumlahnya lebih tinggi, terdapat satu anak dalam setiap 300 kelahiran menderita CP. Di negara maju, proporsi yang signifikan dari anak-anak dengan CP yaitu mereka yang lahir sangat prematur. Di negara berkembang, bayi sangat prematur yang tidak menerima intervensi medis yang baik yang diperlukan bagi mereka untuk bertahan hidup, pada saat yang sama, kurangnya pelayanan obstetri menjadikan lebih banyak bayi beresiko lahir dengan CP. Di banyak negara ada juga penyakit berisiko tinggi seperti ensefalitis dan meningitis menyebabkan kerusakan otak pada bayi yang sangat muda, menghasilkan 1

2 CP dan masalah yang terkait seperti gangguan visual, pendengaran dan intelektual. (Hinchcliffe, 2007) CP bukanlah termasuk penyakit secara tersendiri, tetapi istilah yang diberikan untuk sekelompok gejala motorik yang bervariasi akibat lesi otak yang tidak progresif. Akibat lesi otak yang bevariasi maka muncul berbagai macam klasifikasi CP. Berdasarkan gangguan motorik yang dominan yaitu spastic, athetoid, ataxia, hypotonia. (Hinchcliffe, 2007). Berdasarkan klasifikasi anatominya yaitu monoplegi, diplegi, hemiplegi, double hemiplegi, triplegi, quadriplegi. (Miller, 2005) CP tipe Spastik adalah CP dengan tonus otot yang tinggi yang di sebabkan oleh kerusakan pada Cortex Cerebrum otak (Hinchcliffe, 2007). Karakteristik CP Spastik menurut Günel (2011), yaitu adanya Abnormal posture, adanya Abnormal movement, adanya peningkatan tonus otot, menetapnya refleks patologis. Gangguan Fungsional CP Spastik menurut Miller (2005), yaitu gangguan untuk transfer, kesulitan untuk duduk dengan nyaman (gangguan keseimbangan duduk), kesulitan dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari (seperti makan dan minum, berpakaian, dan toileting secara mandiri), gangguan berjalan (berjalan dengan spastic gait pattern). CP Spastik Diplegi adalah CP dengan tonus otot yang tinggi dan terdapat keterbatasan gerak pada keempat ekstremitas, namun ekstremitas bawah lebih berat daripada ekstremitas atas. Penyebabnya paling banyak di kaitkan dengan prematuritas dan leukomalacia periventrikular. (Rudolph, et al, 2007).

3 Fisioterapi berperan penting untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada CP, sesuai dengan peran fisioterapi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 80 tahun 2013 bab 1 pasal 1 ayat 2 tentang penyelenggaraan pekerjaan dan praktik fisioterapis. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukkan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik, mekanik), pelatihan fungsi komunikasi. Berdasarkan definisi diatas, maka fisioterapis sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang sangat besar untuk mengembangkan, mencegah, mengobati dan mengembalikan gerak dan fungsi seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Fisioterapis mempunyai peranan yang sangat besar dalam peningkatan kemampuan fungsional duduk pada kasus CP tipe spastik diplegi. Untuk meningkatkan kemampuan fungsional duduk pada kasus CP tipe spastik diplegi. Seorang fisioterapis bisa memberikan intervensi berupa Trunk Balance Exercise dan Head Control Exercise. Balance adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh yang dikendalikan ketika melakukan tugas (statis atau dinamis). Keseimbangan statis melibatkan kemampuan untuk mempertahankan suatu posisi, sedangkan keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk

4 mempertahankan keseimbangan ketika terlibat dalam gerakan.(gendelman, 2013) Trunk Balance Exercise merupakan salah satu metode fisioterapi untuk meningkatkan balance di tulang belakang dengan cara mengaktifkan otot-otot stabilitas postural untuk menimbulkan respon otot-otot postural yang sinergis, sehingga terjadi stabilisasi dari otot-otot trunk (Gatti, 2011). Head Control Exercise merupakan salah satu metode fisioterapi untuk meningkatkan kontrol kepala. Kontrol kepala merupakan komponen penting dalam memulai suatu gerakan. Kontrol kepala yang baik di perlukan agar seorang anak dapat mencapai perkembangan motorik kasar lainnya seperti merayap, merangkak, duduk dan berjalan (Butterworth, 2007). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat topik mengenai penambahan intervensi Head Control Exercise pada Trunk Balance Exercise terhadap peningkatan kemampuan fungsional duduk anak CP spastik diplegi dalam bentuk penelitian. B. Identifikasi Masalah Masalah yang paling utama pada CP adalah gangguan gerak dan fungsi yang di sebabkan oleh tonus postural yang abnormal. CP dapat di klasifikasikan menjadi 4 bagian berdasarkan tonus posturalnya yaitu CP tipe Spastic, Athetoid, Ataxia, dan hypotonia. Perbedaan tonus postural pada CP tergantung kepada bagian otak yang memiliki kerusakan. Karena

5 adanya tonus postural yang abnormal, menyebabkan anak dengan CP memiliki keterlambatan perkembangan motorik kasar. Kemampuan fungsional duduk merupakan salah satu komponen penting yang harus di capai dalam perkembangan motorik kasar pada anak dengan CP, agar dapat mencapai ke perkembangan motorik kasar dan kemampuan fungsional yang lebih tinggi. Oleh karena itu tujuan fisioterapi dalam hal ini adalah untuk membandingkan efek penambahan intervensi Head Control Exercise pada intervensi Trunk Balance Exercise dengan intervensi Trunk Balance Exercise saja dalam meningkatkan kemampuan fungsional duduk pada anak dengan CP tipe spastik diplegi. Dalam hal ini pengukuran dilakukan dengan Gross Motor Function Measure (GMFM) yang telah dimodifikasi untuk melihat peningkatan skor dalam kemampuan fungsional duduk seorang anak dengan CP tipe spastik diplegi dengan butir-butir poin yang telah di tentukan, sebelum dan setelah dilakukan intervensi. C. Perumusan Masalah 1. Apakah Trunk Balance Exercise dapat meningkatkan kemampuan fungsional duduk pada anak Cerebral Palsy tipe spastik diplegi usia 3-10 di klinik Happy Kids Therapy? 2. Apakah penambahan Head Control Exercise pada intervensi Trunk Balance Exercise dapat meningkatkan kemampuan fungsional duduk pada anak Cerebral Palsy tipe spastik diplegi usia 3-10 tahun di klinik Happy Kids Therapy?

6 3. Apakah penambahan Head Control Exercise pada intervensi Trunk Balance Exercise lebih baik dalam meningkatkan kemampuan fungsional duduk pada anak Cerebral Palsy tipe spastik diplegi usia 3-10 tahun di klinik Happy Kids Therapy? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan fungsional duduk antara pemberian penambahan Head Control Exercise pada intervensi Trunk Balance Exercise dengan Trunk Balance Exercise pada anak Cerebral Palsy tipe spastik diplegi usia 3-10 tahun di klinik Happy Kids Therapy. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan fungsional duduk anak Cerebral Palsy tipe spastik diplegi usia 3-10 tahun di klinik Happy Kids Therapy pada pemberian Trunk Balance Exercise. b. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan fungsional duduk anak Cerebral Palsy tipe spastik diplegi usia 3-10 tahun di klinik Happy Kids Therapy dengan penambahan Head Control Exercise pada intervensi Trunk Balance Exercise.

7 E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada institusi mengenai pengaruh intervensi Trunk Balance Exercise dan Head Control Exercise terhadap kemampuan fungsional duduk pada anak Cerebral Palsy tipe spastik diplegi, khususnya usia 3-10 tahun. 2. Bagi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam peningkatan kemampuan fungsional duduk pada anak Cerebral Palsy tipe spastik diplegi usia 3-10 tahun dan diharapkan menjadi bahan kajian untuk di teliti lebih lanjut. 3. Bagi Peneliti Adanya penelitian ini, membuat peneliti dapat mengetahui sejauh mana pengaruh intervensi yang diberikan pada anak Cerebral Palsy tipe spastik diplegi usia 3-10 tahun.