Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

dokumen-dokumen yang mirip
TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Kemiringan Lahan KOMPOSISI KELERENGAN KECAMATAN PACET. Sumber : RDTRK Kecamatan Pacet, % 40% keatas. Desa 0-2% 2 8% 8 15%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

19 Oktober Ema Umilia

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Oleh : Slamet Heri Winarno

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO TAHUN

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

LOGO Potens i Guna Lahan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Arahan Adaptasi Kawasan Rawan Tanah Longsor Dalam Mengurangi Tingkat Kerentanan Masyarakat Di KSN. Gunung Merapi Kabupaten Sleman

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

Gambar 2 Peta lokasi studi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) C-134

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

Transkripsi:

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot dengan alat analisis AHP (analytical hierarchy process) dan dengan menggunakan metode pairwaise individual (dari software expert choice 11). Adapun bobot dari masing- masing kriteria adalah sebagai berikut : Nilai/ bobot untuk kriteria pembatas ekologis lingkungan Nilai/ bobot untuk kriteria pembatas fisik lingkungan Sumber : Hasil Analisis, 2011 Sumber : Hasil Analisis, 2011

Nilai/ bobot untuk kriteria pembatas sosial demografi dan ekonomi Total kombinasi nilai/ bobot untuk tiap kriteria pembatas Sumber : Hasil Analisis, 2011 Sumber : Hasil Analisis, 2011 Grafik Out Put Sensitivity AHP dari Seluruh Kriteria Pembatas dalam Penilaian Daya Dukung Lingkungan

Tahap III. Pengklasifikasian Kategori Daya Dukung Lingkungan Kawasan Wisata Alam Desa Padusan Kecamatan Pacet Dari hasil pembobotan pada kriteria pembatas dalam pengklasifikasian kategori daya dukung lingkungan tersebut, dijadikan input bagi analisis overlay weighted dengan menggunakan ArcGIS 9.3 dengan formulasi yang didapat dari analisis AHP. Reclassify tiap komponen pada kriteria pembatas dengan parameter yang ada Proses reclassify tiap komponen Input Data Convert Features to Raster Reclassify Reklasifikasi dan skor pada tiap katagori, dengan 1 menunjukkan nilai paling rendah dalam menilai karakteristik kawasan sedangkan 3 untuk nilai paling tinggi dalam menilai karakteristik kawasan untuk penentuan kategori. Reklasifikasi kriteria pada indikator pembatas kemampuan lahan dan skoring ditiap klasifikasinya. Klasifikasi variabel siap overlay Proses Overlay untuk indikator pembatas kemampuan lahan

Penampalan (Overlay) terhadap seluruh peta reclassify dengan mempertimbangkan nilai/ bobot pada setiap peta Sumber : Hasil Analisis, 2011

Identifikasi Karakteristik Kawasan PengembanganTiap Kategori Daya Dukung Lingkungan Berdasarkan Kriteria Pembatas Ekologis Lingkungan Keanekaragaman Flora berupa tanaman holtikultura dan dataran tinggi Ketersediaan potensi air tanah yang baik untuk konsumsi rumah tangga/ industri daerah resapan yang sangat baik memiliki karakter rawan bencana longsor kemiringan lahan > 40% jenis dan struktur tanah berupa litosol dan mudah tererosi keragaman vegetasi tanaman perdu dengan kerapatan jarang dan tanaman pinus dengan kerapatan lebat penggunaan lahan berupa belukar dan hutan Keanekaragaman Flora berupa padi, tanaman bawang, dan ubi ungu Ketersediaan potensi air tanah yang baik untuk konsumsi rumah tangga/ industri daerah resapan yang sangat baik memiliki karakter rawan bencana terkena dampak gunung berapi kemiringan lahan 15-25% jenis dan struktur tanah berupa litosol dan mudah tererosi keragaman vegetasi tanaman perdu dengan kerapatan jarang penggunaan lahan berupa sawah tadah hujan dan irigasi yang subur Keanekaragaman Flora berupa pinus pada hutan homogen Ketersediaan potensi air tanah yang baik untuk konsumsi rumah tangga/ industri daerah resapan yang sangat baik memiliki karakter rawan bencana banjir jika intensitas hujan meningkat kemiringan lahan 15-25% jenis dan struktur tanah berupa litosol dan mudah tererosi keragaman vegetasi tanaman perdu dengan kerapatan jarang penggunaan lahan berupa sawah tadah hujan dan irigasi yang subur Secara garis besar karakteristik yang membedakan antar satu zona dengan zona yang lain adalah kemiringan lahan, karakter daerah rawan bencana, vegetasi, dan penggunaan lahan

Identifikasi Karakteristik Kawasan PengembanganTiap Kategori Daya Dukung Lingkungan Berdasarkan Kriteria Pembatas Fisik Lingkungan Terdapat jaringan pipa PVC yang mengalirkan air dari mata air pegunungan, namun digunakan untuk pengairan sawah. Jaringan listrik tidak terdistribusi dikarenakan area hutan lindung jaringan telekomunikasi tidak terdistribusi dikarenakan area hutan lindung Tersedia satu unit TPS (tempat pembuangan sementara) yang menampung limbah padat dari 3 desa yakni Claket, Padusan, dan Pacet. Tersedia jaringan jalan dengan lebar perkerasan hanya 2 m dan berkondisi buruk sehingga jalan tersebut digunakan untuk akses menuju persawahan. Aksesibilitas yang ada sangat rendah, karena jaringan jalan pada zona ini hanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian fasilitas pendukung wisata Tidak terdistribusi dikarenakan sebagian area merupakan hutan lindung dan persawahan Jaringan air bersih terlayani hampir di seluruh permukiman warga Jaringan listrik terlayani hampir di seluruh permukiman warga jaringan telekomunikasi Distribusi jaringan telekomunikasiuntuk skala lokal kawasan sudah terlayani namun untuk skala obyek daya tarik wisata blum terlayani pengelolaan limbah padat dan cair terdapat di setiap permukiman, dan obyek wisata Tersedia jaringan jalan yang memiliki lebar perkerasan 4m dan berkondisi rusak tidak dapat menunjang kegiatan pariwisata terutama di hari libur Aksesibilitas yang ada Pencapain mudah karena sdah ada jalan penghubung antar desa/dusun dan tersedia angkutan umum fasilitas pendukung wisata yang ada berupa Kios dan villa/ penginapan tersebar di zona ini dan di sepanjang jalan utama menuju obyek wisata Secara garis besar karakteristik yang membedakan antar satu zona dengan zona yang lain adalah jaringan jalan, aksesibilitas, pesebaran ketersediaan fasilitas pendukung wisata ketersediaan jaringan listrik terdistribusi namun hanya sampai pada jarak 300 m dari jalan utama karena sebagian area merupakan hutan lindung dan persawahan untuk jaringan telekomunikasi, sistem drainase tidak terdistribusi pada zona ini jaringan jalan terdistribusi dengan kondisi yg buruk meskipun sebagian area merupakan hutan lindung dan persawahan Terdapat akses berupa jaringan jalan yg dapat ditempuh dari pintu masuk desa fasilitas pendukung wisata yang ada berupa Kios dan villa/ penginapan hanya tersedia 3 unit dengan letak 400 m dari jalan utama

IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA ALAM DESA PADUSAN KECAMATAN PACET Identifikasi Faktor Penentu Pengembangan Kawasan Wisata Alam Desa Padusan Kecamatan Pacet Untuk mengidentifikasi faktor penentu pengembangan kawasan wisata alam Desa Padusan Kecamatan Pacet akan dilakukan dengan metode deskriptif dimana karakteristik setiap kawasan dengan kategori daya dukung lingkungan yang didapatkan dari hasil analisis sebelumnya akan didiskusikan dan dielaborasi dengan pedoman teknis beserta teori dan studi literature lain yang mendukung. Komponen karakteristik dari hasil analisis sebelumnya yang terbentuk dalam suatu kriteria akan memiliki kemiripan yang berbeda, selanjutnya dikelompokkan dan akan membentuk beberapa faktor yang merupakan faktor penentu pengembangan kawasan wisata alam Desa Padusan Kecamaatan Pacet. Organisasi Faktor dari Hasil Analisis Deskriptif No. Faktor Penentu Pengembangan Komponen Pembentuk Faktor 1. Persebaran daya tarik wisata yang berasal dari sumber daya alam dan kekhasan sosial budaya 2. Ketersediaan prasarana pada skala kawasan yang dapat menunjang kegiatan wisata 3. ketersediaan sarana wisata dengan skala pelayanan kawasan a. Jenis dan persebaran jumlah daya tarik wisata a. Kekhasan sosial budaya masyarakat a. Ketersediaan jaringan listrik a. Ketersediaan jaringan dan sarana telekomunikasi a. Ketersediaan sistem drainase a. Keberadaan pengelolaan limbah padat dan cair a. Ketersediaan jaringan air bersih a. Ketersediaan sarana transportasi a. aksesibilitas a. ketersediaan fasilitas pendukung kegiatan wisata alam 4. perekonomian sosial masyarakat a. Jenis mata pencaharian penduduk lokal Dalam tahapan analisa identifikasi faktor penentu pengembangan kawasan wisata alam tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hal tersebut lokal kawasan disebabkan karena seluruh faktor yang ditanyakan dalam kuesioner telah dianggap penting, berdasarkan hasil analisa penentuan faktor penentu a. Jumlah pendapatan sektor pariwisata pengembangan kawasan wisata alam. Sehingga uji validitas dan reliabilitas tidak diperlukan pada analisa ini, karena faktor-faktor yang dipakai telah dianggap kapasitas memenuhi sosial wisatawan tujuan penelitian dan a. Jumlah wisatawan pada hari maksimum (libur)

Pembobotan Keberadaan Faktor Penentu Pengembangan Kawasan Wisata Alam Desa Padusan Kecamatan Pacet terhadap Zona yang terbentuk dari Daya Dukung Lingkungan No. Kawasan Faktor Penentu Pengembangan Skala Nilai BobotFaktor Total Nilai Faktor 1 2 3 1 Zona dengan Daya Dukung Lingkungan Rendah Persebaran daya tarik wisata yang berasal dari sumber daya alam dan kekhasan sosial budaya 1 3 2 1 6 6 2,67 5,76 2 Zona dengan Daya Dukung Lingkungan Sedang 3 Zona dengan Daya Dukung Lingkungan Tinggi Ketersediaan prasarana pada skala kawasan yang dapat menunjang kegiatan wisata ketersediaan sarana wisata dengan skala pelayanan kawasan 3 2 1 3 4 3 3 3 0 3 6 0 perekonomian sosial masyarakat lokal kawasan 6 0 0 6 0 0 kapasitas sosial wisatawan dan masyarakat lokal 6 0 0 6 0 0 Persebaran daya tarik wisata yang berasal dari 0 4 2 sumber daya alam dan kekhasan sosial budaya Ketersediaan prasarana pada skala kawasan yang dapat menunjang kegiatan wisata ketersediaan sarana wisata dengan skala pelayanan kawasan 0 8 6 0 1 5 0 2 15 0 1 5 0 2 15 perekonomian sosial masyarakat lokal kawasan 3 3 0 3 6 0 kapasitas sosial wisatawan dan masyarakat lokal 1 3 2 1 6 6 Persebaran daya tarik wisata yang berasal dari 0 4 2 sumber daya alam dan kekhasan sosial budaya 0 8 6 2,5 4,15 4,24 2,83 1,66 1,66 1,66 1,66 2,67 6,22 2,5 7,07 2,83 8 1,66 2,49 1,66 3,58 2,67 6,22 Ketersediaan prasarana pada skala kawasan yang dapat menunjang kegiatan wisata ketersediaan sarana wisata dengan skala pelayanan kawasan 0 3 3 0 6 9 0 4 2 0 8 6 2,5 6,25 2,83 6,22

Identifikasi Keberadaan Faktor Penentu Pengembangan Kawasan Wisata Alam Desa Padusan Kecamatan Pacet terhadap Zona yang terbentuk dari Daya Dukung Lingkungan No. Kategori Kawasan Alasan Responden Menilai : Faktor Penentu Utama Faktor Penentu k-2 1 Zona dengan Daya Dukung Lingkungan Rendah pada zona tersebut memiliki karakteristik penggunaan lahan sebagian besar merupakan hutan pinus yang masih asri dan ladang. Sehingga potensi tersebut sangat mendukung terbentuknya daya tarik wisata sangat minimnya ketersediaan sarana wisata yang mampu menarik pengunjung sehingga dikhawatirkan hal ini menjadi penghambat pengembangan 2 Zona dengan Daya Dukung Lingkungan Sedang zona tersebut memiliki karakteristik zona dekat dengan pusat kecamatan yang sehingga nilai aksesibilitas tinggi atau mudah dicapai. Dalam pengembangan kawasan wisata kemudahan aksesibilitas akan mempengaruhi ketersediaan sarana wisata ketersediaan prasarana skala kawasan sudah tersedia dan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat ataupun kegiatan pariwisata Sehingga pada zona ini sangat mudah jika dilakukan pengembangan kawasan wisata, namun jika pada zona ini mengalami penurunan pelayanan/ ketersediaan prasarana akan berpengaruh pada tehambatnya pengembangan Berdasarkan hasil analisa tersebut didapatkan nilai total tiap zona yang merupakan total dari perkalian nilai faktor dengan bobot faktor di tiap zona. Dari analisa tersebut dapat teridentifikasi faktor penentu pengembangan di setiap zona kategori daya dukung lingkungan yang pada akhirnya akan dijadikan input dalam perumusan konsep pengembangan kawasan wisata alam. 3 Zona dengan Daya Dukung Lingkungan Tinggi sebagian dari zona tersebut belum tersedia jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan Faktor penentu kedua pada zona ini memiliki kesamaan bobot sehingga kedua faktor tersebut

PERUMUSAN KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA ALAM DESA PADUSAN KECAMATAN PACET DIDASARKAN ATAS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN Konsep pengembangan kawasan wisata alam Desa Padusan Kecamatan Pacet didasarkan atas daya dukung lingkungan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis perumusan konsep dilakukan setelah melakukan analisis identifikasi faktor-faktor penentu dalam pengembangan kawasan wisata alam yang sebelumnya juga diidentifikasi melalui hasil analisis penilaian daya dukung lingkungan. Teknik analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengkolaborasikan studi literatur, kebijakan terkait pengembangan kawasan wisata alam, dan kompilasi hasil analisis penelitian. Zona dengan Daya Dukung Lingkungan Rendah faktor utama penentu pengembangan yakni persebaran daya tarik wisata. Berdasarkan fakta empiris karakteristik kawasannya, pada zona tersebut penggunaan lahan yang ada sebagian besar berupa hutan pinus yang khas dan masih asri namun keberadaannya mulai punah, tidak tersedia prasarana dan sarana lainnya selain jaringan jalan. Sehingga dengan pertimbangan tersebut konsep yang sesuai bagi pengembangan kawasan wisata pada zona dengan kategori daya dukung lingkungan rendah adalah memfungsikan zona tersebut sebagai zona konservasi/ zona pelestarian alam. konsep tersebut didukung oleh kebijakan dari peraturan Undangundang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya Zona dengan Daya Dukung Lingkungan Sedang faktor utama penentu pengembangan yakni ketersediaan sarana wisata dengan skala pelayanan kawasan. Berdasarkan salah satu fakta empiris karakteristik kawasan berdasar fisik lingkungan dan kemampuan ekologis kawasan pada zona tersebut sebagian besar penggunaan lahannya berupa sawah, ladang, dan kebun yang sangat produktif namun, di satu sisi pada zona tersebut terdapat sarana pendukung wisata seperti penginapan, dan resto sebesar 10% dari penggunaan lahan sawah. Melihat fenomena tersebut berdasarkan kriteria teknis Permen PU No.41 tahun 2007 yang menyatakan bahwa kawasan peruntukkan wisata seharusnya tidak berada pada lahan pertanian produktif yang subur sehingga, konsep pengembangan yang sesuai bagi karakteristik zona yang demikian adalah memfungsikan zona tersebut sebagai zona ekonomi yang berasazkan pada wisata agro atau zona rekreasi semi intensif. Zona dengan Daya Dukung Lingkungan Tinggi faktor utama penentu pengembangan yakni ketersediaan prasarana pada skala kawasan yang dapat menunjang kegiatan wisata. Berdasarkan karakteristik ekologis lingkungan kawasan terutama kemiringan lahan dan daerah rawan bencana pada zona tersebut merupakan zona yang cukup layak dikembangkan untuk kegiatan pariwisata namun, jika dilihat ketersediaan prasarana dan sarana dapat dikatakan masih belum memadai. Sehingga faktor penentu pengembangan pada zona ini berfokus pada ketersediaan prasarana penunjang pariwisata. Dengan karakteristik yang demikian konsep yang sesuai bagi zona dengan kategori daya dukung lingkungan tinggi adalah memfungsikan zona tersebut sebagai zona intensif rekreasi yang tetap mempertimbangkan kondisi sosial budaya masyarakat lokal. Konsep tersebut dipertegas dengan adanya kebijakan dalam Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata

Konsep Pengembangan Kawasan Wisata Alam Desa Padusan Kecamatan Pacet pada Masingmasing Zona Berdasarkan Daya Dukung Lingkungan DDL TINGGI memfungsikan zona ini sebagai zona intensif dengan kegiatan wisata aktif namun tetap menekankan pada sifat alami seperti bersepeda gunung, berkemah, dan melakukan kegiatan wisata pada area pertanian ataupun peternakan (agrowisata). DDL SEDANG memfungsikan zona wisata sebagai zona semi intensif dengan kegiatan wisata yang menekankan pada kegiatan wisata aktif dan pasif yang dibatasi (berenang, playground, berkemah, menikmati panorama alam, menikmati seni pertunjukkan yang khas, jalan dan berbelanja). DDL RENDAH Konservasi yang masih memungkinkan diselenggarakan kegiatan wisata minat khusus seperti eco- education.