Toksisitas Akut dan Penentuan DL 50 Oral Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) pada Mencit Swiss Webster

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Toksisitas akut isolat fraksi n-hexana dan etanol daun Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. yang mempunyai aktivitas imunostimulan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

pudica L.) pada bagian herba yaitu insomnia (susah tidur), radang mata akut, radang lambung, radang usus, batu saluran kencing, panas tinggi pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI TOKSISITAS AKUT PEMBERIAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI DETAM 1 DAN DAUN JATI BELANDA PADA MENCIT SWISS WEBSTER

Uji Toksisitas UJI TOKSISITAS AKUT. Macam Uji Toksisitas. Beda antara jenis uji toksisitas umum

KARTIKA-JURNAL ILMIAH FARMASI, Des 2015, 3(2), p-issn / e-issn

benua Amerika yang beriklim tropis pada ketinggian m di atas permukaan laut (Faridah, 2007). Tanaman berduri ini termasuk dalam klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH EKSTRAK AIR HERBA PUTRI MALU TERHADAP LD50, AKTIVITAS DAN INDEKS ORGAN PADA TIKUS JANTAN SEBAGAI PENUNJANG UJI TOKSISITAS AKUT

Oleh : Andriantoro Pusat penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding Konferensi Nasional Matematika, Sains dan Aplikasinya Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mansur Ibrahim, Akhyar Anwar, Nur Ihsani Yusuf

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SIRIH MERAH (Piper crocatum Luiz and Pav) PADA MENCIT SWISS WEBSTER

UJI TOKSISITAS AKUT DEKOK DAUN Sonchus arvensis L

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

Pengaruh pemberian oral infusa suatu jamur Panaeolus terhadap aktivitas motorik dan rasa ingin tahu mencit jantan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis panicdata Nees) PADA MENCIT

Ringkasan Uji Toksisitas Akut. e-assignment

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENAPISAN AKTIVITAS FARMAKODINAMIK EKSTRAK ETANOL DAUN AKAR MAMBU (CONNARUS GRANDIS JACK, CONNARACEAE)

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS AKUT RIMPANG LEMPUYANG PAHIT (Zingiber amaricans Bl.) PADA MENCIT Swiss Webster JANTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kedondong hutan (Spondias pinnata), suku Anacardiaceae,

PENENTUAN KETOKSIKAN AKUT PHYLLANTHUS NIRURI ARTIKEL ILMIAH

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50)

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Benalu Mangga (Dendrophthoe petandra) Terhadap Mencit Swiss Webster

UJI TOKSISITAS AKUT SENYAWA ASAM 2-(4-(KLOROMETIL)BENZOILOKSI)BENZOAT PADA TIKUS WISTAR JANTAN

BAB 5 SIMPULAN DAN ALUR PENELITIAN SELANJUTNYA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

Ermin Katrin, Susanto dan Hendig Winarno ABSTRAK ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Kesehatan atau kondisi prima adalah modal yang penting dalam menjalani

Fadhila Assagaf, Adeanne Wullur, Adithya Yudistira Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, ABSTRACT

AINUN RISKA FATMASARI

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat 3.2 Bahan 3.3 Hewan Uji

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

UJI TOKSISITAS AKUT DARI EKSTRAK ETANOL HERBA SEREH (ANDROPOGON CITRATUS D.C ) PADA MENCIT PUTIH SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN TOKSIKOLOGI

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL HERBA PUTRI MALU (MIMOSA PUDICA L.) PADA MENCIT SWISS WEBSTER BETINA FELISITAS APRILIA JAMAN

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Sapu Jagad (Isotoma longiflora (L) Presl.) pada Mencit Galur Mus muculus

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL HERBA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA

*Tutut Hardiyanti Posangi, , **Dr.Widysusanti Abbdulkadir,M.Si.,Apt, ***Robert Tungadi,S.Si.,MSi.,Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi,

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN ANGSANA TERHADAP PERUBAHAN AKTIVITAS MOTORIK DAN BERAT BADAN MENCIT (MUS MUSCULUS) RYAN DJAMIKO

Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol (Eugenia malccensis L.)

Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No. 1, 2012, halaman ISSN :

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari

AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat modern walaupun telah mendominasi dalam pelayanan

Uji Efek Tonikum Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ( Roxb.) terhadap Mencit dengan Metode

Pengaruh Uji Efek Tonikum Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring ( ) Terhadap Mencit

FITA DWI AMIRIA Y

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau) PADA MENCIT SKRIPSI OLEH: DEWI IRA PUSPITA NIM

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. Ar11l ELVIEN LAHARSYAH

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

ABSTRAK. EFEK ANTIDIARE JAMU EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN SWISS WEBSTER DEWASA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI TOKSISITAS AKUT SENYAWA ASAM-(3- KLOROMETIL)BENZOILSALISILAT DAN ASAM-(4- KLOROMETIL)BENZOILSALISILAT TERHADAP MENCIT (MUS MUSCULUS)

Efek Ekstrak Etanol Daun Cacao Theobroma Cacao L. terhadap Aktifitas Sistem Saraf Pusat

PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN

PENGARUH PEMBERIAN INFUS TAPAK DARA (Vinca sp) PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK DAN BERAT HEPAR MENCIT BETINA (Mus musculus)

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari. Abstrak

Efek Teratogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Pule (Alstonia scholaris R.Br) pada Tikus Wistar

FARMAKOLOGI PRAKTIKUM IV MENENTUKAN LD 50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SUTRIN 100 ec) PADA TIKUS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

IRANIUS AGUNG ASTRA AMIJAYA

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa (L.) Hook.f. & Thomson) DENGAN DATA HISTOPATOLOGI GINJAL PADA MENCIT

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis paniculata, (Burm f) Nees) PADA MENCIT BETINA GALUR Swiss-Webster

UJI TOKSISITAS SUBKRONIK PRODUK HERBAL X SECARA IN VIVO SKRIPSI

UJI EFEK TOKSISITAS EKSTRAK DAUN SUKUN [ARTOCARPUS ALTILLIS (PARK.) FOSBERG] TERHADAP GINJAL TIKUS PUTIH GALUR WISTAR

TOKSISITAS AKUT DAUN Justicia gendarussa Burm.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Departemen. Farmasi FMIPA UI dari September 2008 hingga November 2008.

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

Perkembangan pengujian toksisitas akut oral

BAB II METODE PENELITIAN

Uji Ketoksikan Akut Ekstrak Air Daun Singkong (Manihot utilissima Pohl) Dan Gambaran Histopatologi Organ Hati Pada Mencit Jantan Galur Swiss ARTIKEL

UJI TOKSISITAS AKUT SIRUP ZINK EKSTRAK IKAN BILIH (Mystacoleuseus padangensis) TERHADAP MENCIT GALUR SWISS

PENETAPAN PARAMETER STANDARISASI EKSTRAK HERBA PUTRIMALU (Mimosa pudica Linn.) DAN UJI TOKSISITAS AKUT NYA PADA MENCIT*

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK RIMPANG JAHE (Zingiberis rhizoma) SEBAGAI ANALGETIK PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS-WEBSTER

Uji Daya Analgetik Ekstrak Etanol Daun Jinten (Coleus Amboinicus L.) Pada Mencit Dengan Metode Rangsang Kimia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Jurnal Matematika dan Sains Vol. 7 No. 2, Oktober 2002, hal 57 62 Toksisitas Akut dan Penentuan DL 50 Oral Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) pada Mencit Swiss Webster Andreanus A. Soemardji, Endang Kumolosasi, Cucu Aisyah Departemen Farmasi FMIPA ITB Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Andre@fa.itb.ac.id Diterima tanggal 12 Maret 2002, disetujui untuk dipublikasikan 17 Mei 2002 Abstrak Telah dilakukan uji toksisitas akut ekstrak air daun gandarusa (Justicia gendarussa Burm F.) pada mencit Swiss Webster dan penentuan dosis letal median (DL 50 ) oral dengan empat metode perhitungan. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak air daun gandarusa memiliki efek toksik pada sistem saraf pusat. Nilai DL 50 oral dengan metode Miller- Tainter, metode Reed-Muench, metode Kärber, dan metode perhitungan menurut Farmakope Indonesia edisi 3 pada mencit jantan sama dengan nilai pada mencit betina yaitu masing-masing 21,00, 21,03, 22,50 dan 21,60 g/kg bobot badan. Metode Miller-Tainter menghasilkan nilai DL 50 terkecil. Kata kunci: efek toksik, sistem saraf pusat, dosis letal median (DL 50 ) oral, gandarusa, metode Miller-Tainter. Abstract Acute toxicity test of water extract of gandarusa (Justicia gendarussa Burm F.) leaves in Swiss Webster mice and oral median lethal dose (LD 50 ) determination by four methods had been performed. Results showed that gandarusa leaves have toxic effect on central nerveus system. Oral LD 50 by Miller-Tainter method, Reed-Muench method, Kärber method, and calculation method of Farmakope Indonesia 3 rd edition in male mice had the same value as that in female mice i.e. 21.00, 21.03, 22.50, and 21.60 g/kg body weight respectively. Miller-Tainter method produced the lowest LD 50 value. Keywords: toxic effect, central nerveus system, oral median lethal dose (LD 50 ), gandarusa, Miller-Tainter method. 1. Pendahuluan Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati berupa tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat tradisional. Tetapi belum banyak dilakukan penelitian untuk mengevaluasi tingkat keamanannya sedangkan pengetahuan tentang potensi efek toksik yang ada dalam tumbuhan obat adalah penting untuk menjamin keamanan dalam penggunaannya. Penentuan DL 50 merupakan tahap awal untuk mengetahui keamanan bahan yang akan digunakan manusia dengan menentukan besarnya dosis yang menyebabkan kematian 50% pada hewan uji setelah pemberian dosis tunggal. DL 50 bahan obat mutlak harus ditentukan karena nilai ini digunakan dalam penilaian rasio manfaat (khasiat) dan daya racun yang dinyatakan sebagai indeks terapi obat (DL 50 / DE 50 ). Makin besar indeks terapi, makin aman obat tersebut jika digunakan. Ada berbagai metode perhitungan DL 50 yang umum digunakan antara lain metode Miller-Tainter, metode Reed-Muench, dan metode Kärber. Dalam metode Miller-Tainter digunakan kertas grafik khusus yaitu kertas logaritma-probit yang memiliki skala logaritmik sebagai absis dan skala probit (skala ini tidak linier) sebagai ordinat. Pada kertas ini dibuat grafik antara persen mortalitas terhadap logaritma dosis. Metode Reed-Muench didasarkan pada nilai kumulatif jumlah hewan yang hidup dan jumlah hewan yang mati. Diasumsikan bahwa hewan yang mati dengan dosis tertentu akan mati dengan dosis yang lebih besar, dan hewan yang hidup akan hidup dengan dosis yang lebih kecil. Metode Kärber prinsipnya menggunakan rataan interval jumlah kematian dalam masing-masing kelompok hewan dan selisih dosis pada interval yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk menguji toksisitas akut secara oral tumbuhan obat yang banyak digunakan oleh masyarakat dan belum memiliki data DL 50, juga membandingkan hasil perhitungan DL 50 dengan metode Miller-Tainter, metode Reed-Muench, metode Kärber, dan metode perhitungan menurut Farmakope Indonesia edisi 3. Pengamatan dilakukan meliputi pengaruh terhadap perilaku, bobot badan dan cara kematian. Bahan yang diuji yaitu daun gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) yang secara empiris berkhasiat sebagai antirematik. 2. Bahan dan Metode Daun gandarusa diperoleh dari Manoko Lembang dan dideterminasi di Herbarium Bandungense Departemen Biologi FMIPA ITB. Setelah dicuci, bahan dikeringkan dan dijadikan serbuk kemudian dibuat ekstrak kering dari infus dengan cara pengeringan beku. Hewan uji adalah mencit jantan dan betina galur Swiss Webster dengan bobot badan 20-30 g, diperoleh dari Departemen Biologi FMIPA ITB. Bahan uji diberikan secara oral terhadap mencit yang dibagi menjadi 5 kelompok dosis, 4 kelompok uji 57

58 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002 dan 1 kelompok kontrol. Tiap kolompok terdiri dari 10 ekor mencit, masing-masing 5 ekor mencit jantan dan betina. Ekstrak daun gandarusa diberikan dengan dosis 10, 15, 22,5 dan 33,75 g/kg bb, sedangkan kelompok kontrol hanya diberi air suling. Semua diberikan dengan volume 1 ml per 20 g bobot badan. Sebelum diberikan bahan uji, mencit diamati perilakunya. Setelah pemberian, efek diamati pada menit ke-30, 60, dan 120. Efek yang diamati meliputi rasa ingin tahu, aktivitas motorik, fenomena straub, piloereksi, ptosis, refleks pineal, refleks kornea, lakrimasi, midriasis, katalepsi, sikap tubuh, menggelantung, retablis men, fleksi, Hafner, grooming, urinasi, defekasi, mortalitas. Mencit yang mati segera dibedah untuk mengamati penyebab kematian. Data kematian hewan uji diolah untuk menentukan nilai DL 50 oral yang dihitung dengan metode Miller-Tainter, metode Reed-Muench, metode Kärber, dan metode perhitungan menurut Farmakope Indonesia edisi 3. Bobot badan mencit yang bertahan hidup diamati setiap hari sampai hari ke-14. Data dibuat grafik perubahan rata-rata bobot untuk melihat pengaruh bahan uji terhadap perkembangan bobot badan. 3. Hasil dan Pembahasan Pada mencit jantan dan betina yang diberi ekstrak air daun gandarusa terjadi penurunan jumlah jengukan mencit pada meja skrining mulai dosis 10 g/kg bb pada menit ke-30, 60, dan 120 yang menunjukkan adanya penurunan rasa ingin tahu mencit. Gejala lain yang ditunjukkan adalah perubahan aktivitas motorik yang menurun mulai dosis 10 g/kg bb dan lebih menurun lagi pada dosis 15 g/kg bb. Gejala tersebut dapat merupakan manifestasi adanya aktivitas penenang, depresan saraf pusat, relaksan otot, paralisis, atau anestesi. Mencit jantan sebanyak 60% menunjukkan piloereksi pada dosis 15 g/kg bb. Terjadinya piloereksi dapat merupakan kompensasi terhadap suhu rendah atau menunjukkan aktivitas simpatomimetik. Pada dosis 22,5 g/kg bb, 20% mencit betina menunjukkan hilangnya refleks kornea dan pada dosis 33,75 g/kg bb menunjukkan hilangnya refleks pineal, sedangkan pada mencit jantan 20% pada dosis 33,75 g/kg bb menunjukkan hilangnya refleks kornea dan refleks pineal, pada dosis 22,5 dan 33,75 g/kg bb, 20% menunjukkan hilangnya righting reflex yaitu refleks mengembalikan posisi tubuh ke posisi normal. Hilangnya refleks dapat menunjukkan adanya penghambatan saraf sensorik, sinap spinal, atau jalur eferen. Menurunnya kemampuan menggelantung dan retablismen terlihat mulai dosis 10 g/kg bb pada mencit jantan (80%) dan mulai dosis 15 g/kg bb pada mencit betina (60%). Menurunnya kemampuan ini dapat menunjukkan adanya aktivitas relaksan otot, penghambatan neuromuskular, atau depresan saraf pusat. Urinasi dan defekasi terjadi pada beberapa mencit pada semua kelompok dosis termasuk kelompok kontrol, kemungkinan ekskresi tersebut bukan karena pengaruh pemberian ekstrak. Ekstrak air daun gandarusa mempunyai efek toksik terhadap sistem saraf pusat pada dosis tinggi. Kematian 20% mencit betina teramati mulai dosis 22,5 g/kg bb pada menit ke-60 dan dosis 33,75 g/kg bb pada menit ke-30, sedangkan pada mencit jantan teramati mulai dosis 22,5 g/kg bb (20%) dan dosis 33,75 g/kg bb (40%) pada menit ke-30. Dari pembedahan diketahui jantung masih berdenyut dan tidak ada kelainan organ yang teramati. Penyebab kematian kemungkinan karena depresi pernapasan. Seperti terlihat pada Gambar 1 dan 2, perkembangan atau perubahan bobot badan selama 14 hari setelah pemberian dosis tunggal ekstrak air daun gandarusa pada kelompok mencit jantan maupun betina tidak berbeda dibandingkan kelompok kontrol dan penurunan bobot badan yang terjadi kurang dari 10%. Nilai DL 50 oral ekstrak air daun gandarusa antara mencit jantan dan betina tidak ada perbedaan, artinya mencit jantan dan betina memiliki kepekaan yang sama terhadap bahan tersebut dengan demikian tidak ada pengaruh variasi jenis kelamin. Nilai DL 50 sebaiknya diambil dari hasil perhitungan yang memberikan nilai terkecil karena semaki kecil nilai DL 50 menunjukkan tingkat toksisitas yang semakin tinggi sehingga penggunaan nilai DL 50 terkecil akan lebih menjamin keamanannya. Perhitungan DL 50 dengan metode Miller-Tainter menghasilkan nilai terkecil dibanding ketiga metode lainnya yaitu 21,00 g/kg bb. Hasil perhitungan DL 50 dengan beberapa metode perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4. 4. Kesimpulan dan Saran Ekstrak air daun gandarusa memiliki efek toksik pada sistem saraf pusat mencit. DL 50 oral ekstrak air daun gandarusa pada mencit jantan maupun betina adalah 21,00 g/kg bobot badan menurut metode Miller- Tainter. Untuk menjamin keamanan pada penggunaan terapi, perlu ditentukan dosis efektif mediannya (DE 50 ) sehingga jika nilai DL 50 dibandingkan terhadap DE 50 akan diperoleh indeks terapi. Referensi 1. Ditjem POM, Depkes RI, Farmakope Indonesia, ed. 3, Depkes RI, Jakarta, 1979, 12, 910-911. 2. Turner, R.A., Screening Methods in Pharmacology, Academic Press, New York, 1965, 28-34, 61-64. 3. Domer, F.R., Animal Experiments in Pharmacological Analysis, Charles C. Thomas Publ., Springfield, 1971, 58-61. 4. World Health Organization, Research Guidelines for Evaluating the Safety and Efficacy of Herbal Medicine, Regional Office for the Western Pacific, Manila, 1993, 35-36.

JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002 59

60 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002

JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002 61

62 JMS Vol. 7 No. 2, Oktober 2002