BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1511 Malaka sebagai pelabuhan terpenting di Nusantara jatuh ke

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini berjudul Perbandingan Pemikiran Musso dan Dipa Nusantara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa peristiwa-peristiwa

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sesuai dengan data-data empirik serta fakta-fakta yang terjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam mengkaji mengenai pandangan yang diperlihatkan oleh surat kabar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandung yang terjadi setelah selesainya pembangunan jalur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Polisi pamong praja sebenarnya sudah ada ketika VOC menduduki Batavia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Peranan George

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

BAB III METODE PENELITIAN

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI PPG SM3T PRODI PENDIDIKAN SEJARAH TAHUN 2014

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB III METODE PENELITIAN. berjudul Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis pada Masa Pemerintahan Louis XV

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rosmiati Lubis, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1511 Malaka sebagai pelabuhan terpenting di Nusantara jatuh ke tangan Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Alburquerque. Peristiwa jatuhnya Malaka ke tangan Portugis membawa pengaruh besar bagi pelayaran dan perniagaan di Nusantara. Pengaruh ini berupa pengalihan rute dagang oleh para pedagang, terutama para pedagang muslim yang banyak melakukan perniagaan di Malaka. Para pedagang muslim yang biasa datang ke Malaka, kemudian harus mencari jalan alternatif untuk menghindari Portugis. Para pedagang muslim itu menghindar bedagang dengan Portugis karena setelah beberapa saat menguasai Malaka, Portugis melakukan monopoli perdagangan dan kemudian mengharuskan pedagang untuk mendapatkan surat izin dari pemerintahan Portugis di Malaka agar tetap dapat melakukan perdagangan. Praktik monopoli itulah yang dihindari oleh para pedagang muslim. Selain karena monopoli yang dilakukan Portugis yang dihindari oleh para pedagang muslim, para pedagang muslim juga menghindari Portugis karena Portugis memiliki hubungan yang kurang baik dengan negara-negara muslim sehubungan dengan penaklukan Turki Ustmani atas Konstatinopel. Cortesao menyebutkan bahwa banyak pedagang muslim yang semula bermukim dan memusatkan kegiatan perniagaannya di Malaka, kemudian berpindah ke kota-kota pelabuhan lain di Nusantara. Tome Pires menyaksikan sendiri adanya beberapa orang 1

pedagang muslim kaya yang semula bermukim di Malaka kemudian pindah ke kota pelabuhan Cirebon (Cortesao dalam Tim Pusat Studi Sunda, 2004:62-63). Peristiwa jatuhnya Malaka ke tangan Portugis itu membawa dampak terhadap kegiatan perniagaan di kota-kota pelabuhan, antara lain di sepanjang pesisir utara tatar Sunda. Rute jalan dagang pun kemudian berubah yang semula lewat Selat Malaka, beralih ke pesisir barat Sumatera dan Selat Sunda. Kota-kota pelabuhan yang mendapatkan dampak adalah kota-kota pelabuhan Kerajaan Sunda. Ada enam pelabuhan yang dimiliki oleh Kerajaan Sunda yang berada di pesisir utara tatar Sunda. Keenam kota pelabuhan itu adalah Bantam, Pomdag, Chegujde, Tamagara, Calapa, dan Chemano. Keenam kota pelabuhan tersebut diidentifikfasi secara berturut-turut sebagai kota pelabuhan Banten, Pontang, Cikande, Tangerang, Kalapa, dan Cimanuk. Identifikasi nama kota pelabuhan itu masih dikenal hingga sekarang sesuai dengan letak geografisnya (Tim Pusat Studi Sunda, 2004:56-90). Setelah kejatuhan Malaka ke tangan Portugis, ke enam kota pelabuhan yang dimiliki oleh Kerajaan Sunda itu memainkan peranan penting dalam pelayaran dan perniagaan, baik di tingkat lokal, regional, maupun internasional. Mengenai bagaimana pentingnya ke enam kota pelabuhan itu, Tim Pusat Studi Sunda menyatakannya sebagai berikut. Keberadaan enam kota pelabuhan di wilayah pesisir utara Kerajaan Sunda menunjukkan bahwa pelayaran dan perniagaan menjadi salah satu kegiatan perekonomian masyarakat kerajaan ini baik dalam ruang lingkup tingkat lokal, regional, maupun internasional. Dalam tingkat lokal, pelayaran dan perdagangan itu berlangsung antar kota pelabuhan di wilayah kerajaan sendiri baik di kota-kota pelabuhan di pesisir utara maupun kota-kota pelabuhan di pedalaman yang berada di daerah sepanjang aliran sungai-sungai yang ada dan dapat dilalui kapal dan 2

perahu. Kegiatan perdagangan lokal dapat pula dilakukan dengan daerah-daerah pedalaman melalui jalan darat. Dalam tingkat regional, kegiatan pelayaran dan perdagangan itu berlangsung antar kota pelabuhan di kawasan perairan Nusantara, sedangkan tingkat internasional dilakukan kegiatan pelayaran dan perdagangan antara kota pelabuhan di luar Nusantara, antara lain ke Maladewa, India, Persia,Arab, Cina, dan Jepang (Tim Pusat Studi Sunda, 2004:65). Di antara ke enam kota pelabuhan itu, Banten dan Kalapa -yang kemudian dikenal dengan nama Sunda Kalapa- merupakan pelabuhan terpenting bagi Kerajaan Sunda. Hal itu disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama Sunda Kalapa dan Banten merupakan pelabuhan yang terletak paling dekat dengan Selat Sunda dan kedua Sunda Kalapa sendiri dapat berhubungan langsung dengan ibu kota Kerajaan Sunda yang terletak di hulu Sungai Ciliwung dengan Sunda Kalapa yang berada di hilirnya. Baik secara langsung mupun tidak langsung perubahan rute pelayaran dan perniagaan itu membawa pengaruh terhadap Kerajaan Sunda, pelayaran dan perniagaan di wilayah pesisir Kerajaan Sunda meningkat berkat naiknya jumlah pedagang, barang dangang dan transaksi perdagangan. Walaupun pada akhirnya Banten menjadi pelabuhan yang terpenting, namun sebelum tahun 1527 Banten masih menduduki tempat kedua setelah Sunda Kalapa. Di Sunda Kalapa, pedagang dari barat dan timur Nusantara berkumpul, seperti pedagang-pedagang dari Palembang dan Pariaman, dari Lawe dan Tanjungpura (Kalimantan Selatan), ada juga pedagang dari Malaka, Makassar, Jawa Timur, dan Madura. Selain itu ada juga dari pulau-pulau Maladewa yang datang untuk menjual budak-budaknya (Lapian, 2008:49). Begitu pentingya keberadaan Sunda Kalapa dalam kegiatan pelayaran dan perniagaan di Nusantara, sehingga Portugis pun berencana mendirikan benteng di 3

Pelabuhan Sunda Kalapa. Pendirian benteng itu didasarkan atas perjanjian yang dibuat oleh Sri Baduga Maharaja yang diwakili oleh Surawisesa dengan Portugis di Malaka. Seperti yang dijelaskan oleh Poesponegoro di bawah ini. Walaupun sebelumnya sudah ditetapkan bahwa loji Portugis akan didirikan di Banten, tetapi kenyataanya mereka memilih Kalapa sebagai tempat yang cocok untuk pedirian loji tersebut. Di tempat yang sudah mereka pilih itu, mereka dirikan sebuah padrao yang letaknya di tepi sebelah timur muara sungai (Ciliwing) (Poesponegoro, 1993:374). Kenyataannya pendirian benteng tersebut tidak pernah terwujud, karena Francesco de Saa yang ditugaskan oleh Portugis untuk melaksanakan perjajian tersebut baru berangkat menuju India tahun 1524, dan tiba di pelabuhan Sunda Kalapa tahun 1527. Pelaksanaan perjanjian dengan Kerajaan Sunda tersebut tertunda sampai lima tahun karena Francesco de Saa yang ditunjuk oleh penguasa Portugis untuk membangun benteng di Kerajaan Sunda terlebih dahulu harus menggantikan Vasco da Gama yang meninggal dunia untuk menjadi gubernur Goa yang merupakan pusat perdagangan di India (Rahardjo, 1997:51). Ketika Francesco de Saa tiba di pelabuhan Sunda Kalapa di tahun 1527, pelabuhan Sunda Kalapa sudah dikuasai oleh pasukan Islam yang dipimpin oleh Faletehan. Usaha-usaha Portugis untuk merebut pelabuhan Sunda Kalapa dari tangan Islam tidak pernah berhasil sehingga benteng Portugis pun tidak sempat didirikan. Selama kurun waktu 1527-1535 Surawisesa sebagai Raja Sunda berperang melawan pasukan Islam sendirian yang seharunya dibantu oleh Portugis sesuai isi perjanjian pada tanggal 21 Agustus 1522 di Malaka, yang berisi pernyataan pihak Portugis untuk membantu Kerajaan Sunda jika sewaktu-waktu kerajaan ini diserang oleh orang Islam (Danasasmita, 2003:109). 4

Penelitian mengenai peranan Pelabuhan Sunda Kalapa pada abad ke-16 memang telah ada. Penelitian terdahulu yang telah dibukukan dalam sebuah kumpulan makalah diskusi memang menyoroti peranan Pelabuhan Sunda Kalapa sebagai bandar di Jalur Sutra dari berbagai aspek dari kurun waktu masa pra sejarah sampai pada masa kolonial, hanya saja sayang sekali tulisan-tulisan itu tidak begitu mendalam dan terpisah-pisah dalam beberapa tulisan. Jadi belum ada satu penelitian yang komperhensif dalam membahas peranan Pelabuhan Sunda Kalapa pada abad ke-16. Hal yang membedakan penelitian yang penulis lakukan dan karya historiografi terdahulu adalah kedudukan penelitian itu yang secara khusus membahas mengenai peranan Pelabuhan Sunda Kalapa pada abad ke-16 yang berkaitan dengan tiga kekuatan yang saat itu sedang bersaing untuk menguasai pelabuhan tersebut, yaitu Kerajaan Sunda, Kesultanan Banten, dan Portugis. Penulis akan mencoba menggunakan pendekatan interdisipliner, yaitu pendekatan yang menempatkan sejarah sebagai ilmu utama yang digunakan dengan dibantu oleh ilmu-ilmu lain seperti geografi, politik, dan ekonomi. Dalam penulisan skripsi ini, penggunakaan ilmu geografi dan politik tidak bisa dipisahkan sehingga penulis mencoba melihat pelauhan Sunda Kalapa dengan pendekatan geopolitik yang merupakan sebuah pendekatan yang melihat suatu wilayah dalam posisi strategisnya baik dari segi politik mapun ekonomi. Jika dilihat dari segi geopolitik Pelabuhan Sunda Kalapa memiliki peranan strategis baik bagi Kesultanan Banten maupun bagi Kerajan Sunda, sehingga selama kurun waktu 1522 sampai 1527 kedua kerajaan itu melakukan beberapa 5

kali peperangan memperbutkan pelabuhan Sunda Kalapa sampai akhirnya di tahun 1527 pelabuhan Sunda Kalapa jatuh ke tangan pasukan Islam dan akhirnya dijadikan daerah bawahan oleh Kesultanan Banten. Jatuhnya pelabuhan Sunda Kalapa ke tangan Kesultanan Banten menjadi salah satu faktor yang menyebabkan jatuhnya kekuasaan Kerajaan Sunda sebagai kerajaan bercorak Hindu-Budha terakhir di Nusantara. Hal itu terjadi karena setelah pelabuhan Sunda Kalapa dimiliki oleh Kesultanan Banten, Kerajaan Sunda terkurung dan hanya menguasai daerah-daerah di pedalaman saja, hingga akhirnya Kerajaan Sunda runtuh di tahun 1579. Dalam teoi geopolitik maritim yang dikemukakan oleh Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan menyebutkan bahwa barang siapa yang menguasai lautan akan menguasai perdagangan. Menguasai perdagangan berarti menguasai kekayaan dunia, sehingga pada akhirnya menguasai dunia. Dalam hal ini pelabuhan Sunda Kalapa diasumsikan dapat diasumsikan sebagai lautan atau salah satu bandar dagang yang berada di antara jalur perdagangan laut yang menghubungkan bandar-bandar penting di dalam perdagangan internasional. Jika mengacu pada teori geopolitik maritime di atas maka penguasaan akan pelabuhan Sunda Kalapa menjadi sangat menarik mengingat baik Kerajaan Sunda maupun Portugis tidak lagi menampakkan eksistensinya di Pulau Jawa setelah gagal mempertahankan pelabuhan Sunda Kalapa, sebaliknya Kesultanan Banten justru semakin menampakkan kekuatannya setelah menguasai pelabuhan Sunda Kalapa. Mengapa pelabuhan Sunda Kalapa menjadi begitu penting? Dengan pertimbangan tersebut maka penulis merasa tertarik untuk membahas masalah itu 6

dalam sebuah karya tulis ilmiah, dalam hal ini tulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul Tiga Peta Kekuatan Di Sunda Kalapa:Persaingan Kerajaan Sunda, Banten, Dan Portugis. 1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah Dalam ajuan kripsi ini yang menjadi masalah utama adalah Bagaimana Kerajaan Sunda, Kesultanan Banten, dan Portugis mengoptimalkan peranan pelabuhan Sunda Kalapa bagi eksistensi mereka dalam pelayaran dan perniagaan di Nusantara? Sedangkan untuk membatasi rumusan masalah tersebut ada beberapa pembatasan masalah dalam beberapa penyataan berikut ini. 1. Bagaimana peranan pelabuhan Sunda Kalapa dalam pelayaran dan perniagaan di Nusantara dilihat dari konsep geopolitik? 2. Bagaimana Kerajaan Sunda, Kesultanan Banten, dan Portugis mengoptimalkan peran strategis pelabuhan Sunda Kalapa? 3. Bagaimana dampak perebutan Pelabuhan Sunda Kalapa oleh pasukan Islam bagi eksistensi Kerajaan Sunda, Kesultanan Banten, dan kongsi dagang Portugis? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pembatasan masalah yang telah dibahas dalam poin sebelumnya, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Mendeskripsikan peranan penting pelabuhan Sunda Kalapa dalam pelayaran dan perniagaan di Nusantara baik dalam konteks ekonomi maupun dalam konteks politik yang dibangun dalam kerangka geopolitik. 7

2. Mendeskripsikan usaha-usaha yang dilakukan oleh Kerajaan Sunda, Kesultanan Banten, dan Portugis dalam rangka mengoptimalkan fungsi dari pelabuhan Sunda Kalapa bagi kepentingan mereka. 3. Mendekskripsikan dampak yang dialami oleh Kerajaan Sunda, Kesultanan Banten, dan Portugis setelah adanya peristiwa perebutan pelabuhan Sunda Kalapa oleh pasukan Islam. 1.4 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut historiografi atau penulisan sejarah. Dengan menggunakan metode sejarah dan historiografi, sejarawan berusaha untuk merekonstruksi sebanyak-banyaknya dari pada masa lampau manusia (Gottschalk, 1986:32). Selanjutnya berdasarkan penjelasan dari Helius Sjamsuddin dalam bukunya Metodologi Sejarah (2007: 86), maka langkah-langkah metode sejarah yang akan dilakukan oleh penulis dalam rangka mengadakan penelitian sejarah adalah. 1. Heuristik Heuristik atau dalam bahasa Jerman ouellendkunde, sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data materi sejarah atau evidensi sejarah. Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji. Usaha yang dilakukan oleh penulis ialah 8

dengan mendatangi instansi seperti: Perpustakaan, Balai Arkeologi Bandung dan Yayasan Pusat Studi Sunda. Kegiatan penulis di instansi-instansi tersebut adalah mencatat informasi dari buku, artikel maupun karya ilmiah termasuk mengadakan diskusi sekitar permasalahan yang akan dikaji. 2. Kritik: Eksternal dan Internal Setelah penulis mendapatkan sumber-sumber sejarah atau lazim juga disebut data-data sejarah, maka penulis melakukan kritik terhadap dokumen-dokumen sekunder. Operasi pertama adalah kritik eksternal ( external criticism ). Ketika sedang memproses evidensi, para sejarawan harus: 1) Menegakkan kembali (re-establish) teks yang benar (criticism of restoration). 2) Menetapkan di mana, kapan, dan oleh siapa dokumen itu ditulis (criticism of origin). 3) Mengklasifikasikan dokumen ini menurut sistem dari kategori-kategori yang diatur sebelumnya (system of preset categories). Setelah menyelesaikan langkah-langkah di atas, penulis melangkah ke kritik internal. Selanjutnya, akan dilakukan cek dalam masalah: 1) Keakuratan (accuracy) dari dokumen-dokumen. 2) Membandingkan mereka satu sama lain, dengan maksud untuk menegakkan fakta individual ( individual fact ) yang menjadi dasar untuk rekonstruksi sejarah. Sebagaimana yang disarankan oleh istilahnya, kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Sebelum semua kesaksian yang berhasil dikumpulkan oleh sejarawan 9

dapat digunakan untuk merekonstruksi masa lampau, maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang ketat. Sedangkan kritik internal, sebagaimana yang disarankan oleh istilahnya, menekankan aspek dalam yaitu isi dari sumber: kesaksian (testimony). Setelah fakta kesaksian (fact of testimony) ditegakkan melalui kritik eksternal, lalu penulis mengadakan koreksi apakah kesaksian itu dapat diandalkan (reliable) atau tidak. 3. Penulisan Sejarah (historiografi): Penafsiran, Penjelasan, Penyajian. Pada tahap ini, ada tiga proses yang harus dilalui oleh penulis sebagai peneliti sejarah. Ketiga proses itu adalah: 1. Penafsiran Penafsiran merupakan proses menafsirkan data-data yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Wujud dari penafsiran itu berupa penulisan hasil penelitian. Peneliti harus dapat memberikan pemaknaan terhadap data, fakta, yang kemudian disusun, dihubungkan satu sama lain dan ditafsirkan. Data dan fakta yang telah diseleksi dan ditafsirkan, selanjutnya dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan laporan penelitian. 2. Penjelasan (eksplanasi) Penjelasan mempunyai arti yang luas yang mencakup pula apa yang khusus dikenal oleh para sejarawan dengan sebutan kausalitas (causation) serta bentukbentuk penghubung lain (connection) yang digunakan oleh para sejarawan ketika mereka menyintesiskan fakta-fakta. Jadi dalam tahap ini, penulis berusaha untuk menghubungkan fakta-fakta sejarah dalam sebuah tulisan dengan penjelasanpenjelasan yang bersifat analisis. 10

3. Penyajian (eksposisi) Pada penulisan sejarah, wujud dari penulisan sejarah (historiografi) itu merupakan paparan, penyajian, presentasi atau penampilan (eksposisi). Jadi, pada tahap akhir ini penulis berusaha untuk menyajikan atau memaparkan hasil-hasil temuannya. Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan teknik penelitian studi literatur. Studi literatur adalah suatu teknik pengumpulan sumber penulisan sejarah yang dilakukan dengan cara mencari, membaca, meneliti, dan mengaji sumber-sumber tertulis berupa naskah,buku, artikel, arsip, majalah, Koran, dan dokumen yang relevan dan menunjang studi mengenai Pelabuhan Sunda Kalapa, Kerajaan Sunda, Kesultanan Banten, dan Portugis pada abadke 16-17. Teknik penulisan sumber kutipan (referensi) dari berbagai sumber literatur dalam skripsi ini digunakan system Harvard. Teknik penulisan ini menempatkan referensi di dalam teks atau diantara teks. Dalam system ini hanya disebutkan nama pengarang, tahun terbit, dan halaman saja secara singkat, serta penulisannya ditempatkan dalam kurung (Sjamsuddin, 1996:156). 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut Bab Pertama. Bab ini berisi mengenai latar belakang ketertarikan penulis dalam melakukan penelitian tentang hubungan antara pelabuhan Sunda Kalapa, Kerajaan Sunda, Kesultanan Banten, dan Portugis pada abad ke-16 baik dalam konteks ekonomi maupun dalam konteks politik. Latar belakang masalah kemudian diperjelas dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah yang 11

relevan sehingga dapat dikaji dalam penulisan skripsi. Bab satu berisi mengenai tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian akhir bab ini berisi mengenai metode dan teknk penelitian serta sistematika penulisan yang akan dijadikan kerangka dalam menuliskan kajian sejarah yang akan dibahas beserta dengan sistematika penulisan. Bab Kedua merupakan penelaahan kepustakaan yang di dalamnya berisi tentang landasan teori penelitian. Pada bab ini terdapat kajian teori dari para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Bab Ketiga akan menjelaskan tentang serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penulisan guna mendapatkan sumber yang relevan dengan masalah yang sedang dikaji penulis. Diantaranya heuristik yaitu proses pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Tahap kedua setelah heuristik adalah kritik yang merupakan proses pengolahan data sejarah sehingga menjadi fakta yang reliable dan otentik. Tahap selanjutnya adalah interpretasi yaitu penafsiran sejarawan terhadap fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan dan metode penafsiran tertentu, serta historiografi yaitu proses penulisan fakta-fakta sejarah ke dalam suatu bentuk tulisan berupa skripsi Bab Keempat merupakan isi dari penulisan skripsi. Di dalamnya akan diuraikan mengenai fungsi dan peranan pelabuhan Sunda Kalapa dalam perniagaan dan pelayaran baik di Nusantara maupun dalam jalur perdagangan internasional. Selain itu juga akan dijelaskan keterkaitan fungsi pelabuhan Sunda 12

Kalapa dalam konsep geopolitik dan keterkaitannya dengan Kerajaan Sunda, Kesultanan Banten, dan kongsi dagang Portugis. Bab Kelima merupakan kesimpulan akan dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yag diajukan. Dalam bab lima pula akan ditulis inti dari pembahasan yang telah ada pada bab-bab sebelumnya juga menguraikan hasil penemuan penulis tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini. 13