EXECUTIVE SUMMARY PENOLAKAN PENCANTUMAN ISLAM PADA E-KTP BAGI PENGANUT JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI MANISLOR KUNINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

SKB GAFATAR & SKB AHMADIYAH (TINJUAN TEOLOGIS ) Oleh: Prof. H. Abd. Rahman Mas ud, Ph.D Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama

I. PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat (2) disebutkan, bahwa Negara menjamin

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

AHMADIYAH SEBAGAI PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR

BAB III LATAR BELAKANG DIKELUARKANNYA SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG DAN MENTERI DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Ahmadiyah merupakan suatu gerakan keagamaan yang didirikan oleh

PERAN PEMERINTAH DAERAH SELAKU PENYELENGGARA NEGARA DALAM KONFLIK AHMADIYAH DI KABUPATEN KUNINGAN. Oleh. Siti Khumayah, SE.,M.

Ahmadiyah selalu mencari kesempatan untuk bisa melakukan aktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu.

BAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VI/2008

Jakarta, 6 Agustus Kepada Yang Terhormat:

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS AHMADIYAH DI KABUPATEN PANDEGLANG

Ancaman Kebebasan Beragama Ahmadiyah Achmad Fanani Rosyidi

BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA

Agama Resmi dalam RUU PUB: Solusi konflik agama? Tobias Basuki

SOSIALISASI SKB 3 MENTERI DAN SEB TERKAIT JAI DAN GAFATAR

PEMDA DAN RUU KAMNAS Oleh: Muradi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XV/2017 Kewenangan Pemerintah dalam Menetapkan Aliran Kepercayaan Terlarang

PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta

PANDUAN WAWANCARA. Identifikasi Informan. Nomor : Nama Informan :

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

No. Aturan Bunyi Pasal Catatan 1. Pasal 156 KUHPidana

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NO.188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

HUKUM ACARA PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

POLICY BRIEF. Layanan Adminduk Bagi Kelompok Minoritas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

AGAMA DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

Kekerasan dalam Rumah Tangga

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB IV ANALISIS HUKUM TATA NEGARA INDONESIA DAN FIQH SIYASAH TERHADAP SURAT KEPUTUSAN BERSAMA TENTANG JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

MENYOAL ORGANISASI KEMASYARAKATAN (ORMAS) ANTI-PANCASILA Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 30 Mei 2016; disetujui: 21 Juni 2016

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Mam MAKALAH ISLAM. Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (yang selanjutnya disebut NKRI)

Studi Tahapan Penyelesaian Kasus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)

I. PENDAHULUAN. mayoritas dengan penganut minoritas. Penganut atau golongan agama saling

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

BAB IV RESPON MASYARAKAT GRESIK TERHADAP JEMAAT AHMADIYAH DI DESA SIDOKUMPUL KEC. GRESIK-KAB. GERSIK

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Maret Dipublikasi oleh: Desk KBB Komnas HAM dan HRWG. Pembaca Ahli: M. Imdadun Rahmat. Penulis: Jayadi Damanik

TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006

OLEH : Dr. M. ADI TOEGARISMAN JAKSA AGUNG MUDA BIDANG INTELIJEN.

BAB I PENDAHULUAN. etnis, agama, dan kelompok dengan ideologi 1 masing-masing yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. cukup hangat yang dihidangkan media massa ke hadapan khalayak, terutama berita seputar

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

1. BAB I PENDAHULUAN. tentang kebebasan umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya. Dasar hukum

Mengelola Konflik Keagamaan

Ujaran Kebencian. terhadap Muslim Syiah di Indonesia

BAB l PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Pasal 29 ayat (1) dan (2) Undang-undang Dasar 1945

Benarkah HTI tidak berhak melakukan itu semua dengan alasan tersebut di atas?

ISLAM DAN KEBANGSAAN. Jajat Burhanudin. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM)

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

: Replik Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor 168/ Pdt. G/ 2013/ PN.Jkt.Pst [REPLIK ATAS EKSEPSI DAN JAWABAN PERTAMA TERGUGAT I]

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar)

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

Seolah umat Islam itu jahat dan tidak ada baiknya sedikit pun terhadap mereka. Ini tidak fair.

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN.

PENGGUGAT dengan ini hendak mengajukan GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM terhadap:

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok

BAB II LANDASAN TEORI

Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA IMPLEMENTASI SILA PERTAMA TERHADAP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2016 TENTANG

NASKAH SOSIALISASI PERAT A URAN A B ERSAM A A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Pemerintah setempat awalnya memberi izin dengan dalih kegiatan itu dianggap sejenis acara sosial budaya.

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

ISLAM DI ANTARA DUA MODEL DEMOKRASI

Konflik Antar Agama dan Intra Agama di Indonesia

MENGAWAL KONSTITUSI DALAM MENJAMIN KEHIDUPAN BERAGAMA Oleh: Arfan Faiz Muhlizi *

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

151 Perda yang Bias Agama. Oleh Victor Silaen

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-XV/2017

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas Agama Menghadapi Kekerasan dan Diskriminasi Atas Nama Agama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

Transkripsi:

EXECUTIVE SUMMARY PENOLAKAN PENCANTUMAN ISLAM PADA E-KTP BAGI PENGANUT JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI MANISLOR KUNINGAN Pasca terbitnya SKB 3 Menteri Tahun 2008 terkait Ahmadiyah, kasus terkait Ahmadiyah di Indonesia cenderung menurun. Dengan SKB ini pengikut Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dilarang menyebarkan paham kenabiannya, dan warga masyarakat dilarang melakukan kekerasan terhadap warga JAI. Dua-sisi larangan ini menyebabkan semua pihak menahan diri. Namun demikian, dua-tiga tahun kemudian, terjadi lagi satu-dua kasus terkait Ahmadiyah, antara lain penyerangan warga JAI dan perusakan rumah ibadat. Yang terjadi tahun 2015 ini adalah kasus penolakan warga masyarakat atas pencantuman kata Islam pada kolom agama pada KTP warga JAI di Desa Manislor, Kuningan. Warga menolak status Islam bagi Ahmadiyah, karena memandang Ahmadiyah bukan bagian dari Islam. Di sisi lain, pihak JAI merasa dan menyatakan diri Muslim, dengan syahadat dan berbagai aktivitas ibadat Islamnya. Warga JAI di Manislor yang notabene mayoritas kemudian mengadukan perihal hak sipilnya ini ke pemerintah setempat. Bupati Kuningan lalu menyampaikan surat kepada Menteri Agama dan Menteri ~ 1 ~

Dalam Negeri, meminta arahan dan kebijakan terkait persoalan ini. Terhadap kasus ini Puslitbang Kehidupan Keagamaan melakukan penelitian, yang mengungkap dinamika hubungan antara warga JAI dan masyarakat, khususnya terkait kasus penolakan warga masyarakat atas pencantuman kata Islam pada e-ktp warga Ahmadiyah. Secara terperinci, pertanyaan penelitian ini, sbb: (1) Bagaimana dinamika penolakan pencantuman kata Islam pada e-ktp warga JAI Manislor? Siapa aktor utamanya? Apa latar belakang dan motivasinya?; (2) Bagaimana posisi keyakinan dan kemasyarakatan warga JAI pasca SKB 3 Menteri, apakah sesuai atau tidak dengan 12 butir klausul penjelasan PB JAI? Lalu, apakah tuntutan SKB terpenuhi?; dan (3) Faktor apa yang mendorong bergulirnya kasus ini, adakah isu-isu non agama? Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini mengumpulkan data dan informasi dengan mewawancarai sejumlah pihak baik di kalangan JAI, masyarakat sekitar Manislor, aparat keamanan, maupun tokoh kunci lainnya. Selain itu, studi dokumentasi atas berkas-berkas dan referensi terkait Ahmadiyah pun dilakukan. Observasi ke Desa Manislor, Kuningan, dan sekitarnya dilakukan selama tujuh hari, pada 12-18 Mei 2015. Penelitian ini menemukan dan memaparkan kronologi penolakan warga Kuningan atas warga pengikut JAI di Manislor, mulai dari kedatangannya ke Kuningan, rangkaian ~ 2 ~

penolakan dari masa ke masa, hingga kasus penolakan pencantuman kata Islam pada e-ktp warga JAI tersebut. Bahwa penolakan terhadap eksistensi Ahmadiyah di Kuningan telah terjadi sejak kedatangan tahun 1954, khususnya di Desa Manislor, di mana banyak sekali warganya yang menjadi pengikut JAI. Bahkan pada tahun 2002 ada Pernyataan Bersama MUI, Ormas Agama Islam, dan Pimpinan Pondok Pesantren se-kabupaten Kuningan tentang Pembekuan dan Pembubaran Ahmadiyah di Kabupaten Kuningan. Bahkan telah terbit juga Keputusan Bersama Muspida, DPRD, MUI, Pimpinan Pondok Pesantren dan tokoh masyarakat yang hendak melarang dan membubarkan JAI. Dalam momentum adanya keharusan membuat identitas dalam e-ktp, maka aspirasinya adalah pelarangan warga JAI menuliskan kata Islam pada e- KTP-nya, karena dipandang bukan Islam. Jika diberikan, ada ancaman terjadinya gesekan atau konflik horizontal. Di sisi lain, ketika tidak diberikan status Islam di e-ktp, sesuai keinginan dan pengakuan yang bersangkutan, maka Pemerintah Daerah (Bupati dan/atau Dukcapil) terancam di- PTUN-kan atas kelalaian pelayanan hak warga negara. Untuk itu, pertanyaannya, apakah JAI Islam atau bukan Islam? Untuk ini, penelitian ini mencoba menjawabnya dengan menguji 12 butir penjelasan PB JAI dan implementasi SKB 3 Menteri. Setelah dievaluasi dan dianalisis kesesuaian antara diktum-diktum tertulis (12 butir) dengan fakta di lapangan dan dalil-dalil teoritik terkait, ditemukan bahwa secara umum telah sesuai atau dapat dipahami, kecuali dua hal. Pertama, ganjalan ~ 3 ~

teologis karena warga JAI tidak bersedia bermakmum dengan umat Islam lain. Dan kedua, persoalan krusial konsep kenabian Muhammad sebagai nabi penutup. Analisis peneliti, kedua hal ini dapat masuk dalam ruang perbedaan pemahaman dalam Islam, dan tidak harus sampai pada pengkafiran. Ada dalil, misalnya, sepanjang seseorang masih bersyahadat maka dia adalah Islam. Penelitian ini menyimpulkan: (1) dinamika penolakan pencantuman kata Islam pada e-ktp warga JAI Manislor merupakan satu babak dari rangkaian penolakan warga masyarakat Kuningan terhadap eksistensi JAI di Manislor. Para aktor, yakni umat Islam Kuningan, melakukan penolakan karena memandang Ahmadiyah bukan Islam. (2) Posisi keyakinan dan kemasyarakatan warga JAI pasca SKB 3 Menteri umumnya sesuai kecuali dua hal krusial, yakni soal konsep khatamun nabiyyin dan keengganan bermakmum. Keduanya masih dapat dijelaskan dalam kerangka keragaman pemahaman. Dan (3), faktor apa yang mendorong bergulirnya kasus ini, adakah soal pemahaman keagamaan, dan tidak terlalu menonjol adanya isu-isu non agama. Dari penelitian ini dapat dipertimbangkan untuk warga JAI Manislor diberikan e-ktp dengan pencantuman Islam dalam kolom agamanya. Hal ini ini didasari atas beberapa pertimbangan yaitu: pertama, semata-mata dalam rangka memenuhi hak-hak konstitusional warga JAI Kuningan dan menjalankan peraturan perundangan yang ada (UU HAM, UU Adminduk, dan lainnya), sehingga akan lebih bersifat ~ 4 ~

memberikan kepastian hukum. Persetujuan atas status Islam itu memang bukan wilayah justifikasi Negara, namun Negara sesuai konstitusi, harus memberikan perlindungan dan jaminan atas kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Kedua, dalam lingkup sosial kemasyarakatan, kehidupan masyarakat di Manislor khususnya dan di Kabupaten Kuningan pada umumnya relatif semakin membaik, pengurus JAI Manislor sering melakukan kunjungan dan silaturahmi dengan banyak pihak di Kab. Kuningan, khususnya yang selama ini menentang mereka, meski sebaliknya (dari pihak luar JAI) justru minim. Ketiga, penolakan pencantuman Islam dalam kolom agama di e-ktp bagi warga JAI saat ini hanya terjadi di Manislor Kabupaten Kuningan saja, dan yang menolak itupun tidak bisa dikatakan semua warga Kuningan. Sebelumnya warga JAI sebenarnya sudah mencantumkan Islam dalam KTP mereka (KTP biasa bukan e-ktp) dan tidak bermasalah. Secara komparatif-pun penolakan e-ktp bagi JAI, tidak terjadi di daerah lain di luar Kab. Kuningan. Atas dasar pemikiran tersebut, selanjutnya perlu penguatan keamanan pasca keputusan pemberian e-ktp kepada warga Manislor Kab. Kuningan, sehingga pihak Kominda harus dapat berperan maksimal. Dalam persoalan yang menyangkut aspek teologi, hingga kini diakui berdasarkan kajian ini, masih terdapat pemahaman keagamaan yang berbeda antara keyakinan/faham JAI Manislor dengan pandangan mayoritas umat Islam, yaitu soal ~ 5 ~

Khatamun Nabiyyin dan status Mirza Gulam Ahmad. Perbedaan tersebut karena adanya interpretasi yang berbeda atas nash (al-quran dan al-hadits). Untuk itu hasil kajian ini merekomendasikan, jika pandangan JAI tersebut dianggap kontroversial dan karenanya dinilai meresahkan oleh mayoritas umat Islam, maka dibutuhkan proses dialog yang tenang tanpa intimidasi (tekanan) untuk mengajak mereka (JAI) untuk mengklarifikasi dan berdiskusi, sehingga dapat dicapai kesepahaman dalam menafsirkan pemahaman tentang Islam yang tidak kontroversial. ~ 6 ~