BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra. karya sastra akan menjadi manusia berbudaya.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ratih Nurhasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB II LANDASAN TEORI. Apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai

tentang Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL BAK RAMBUT DIBELAH TUJUH KARYA MUHAMMAD MAKHDLORI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI-NILAI MORALDALAM NOVEL AYAH MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA AGNES DAVONAR DAN SKENARIOPEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS X

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada Pasal 3 menetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP)

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra pun dapat mempengaruhi individu atau populasi manusia. Asumsi ini lahir karena kita menyadari bahwa sastra merupakan bagian dari kehidupan. Tentang hal ini, Teeuw (1988:7) menyatakan: sastra adalah gejala universal yang terdapat pada setiap manusia. Kaitan erat sastra dengan masyarakat berlaku juga bagi sastra Indonesia. Sastra Indonesia adalah milik masyarakat Indonesia dan juga masyarakat dunia. Sastra ini tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban masyarakat. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Pembelajaran Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia terdiri dari aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya kesusastraan manusia Indonesia (KTSP, 2008:231).

2 Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memiliki dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (KTSP, 2008:231-232). Pembelajaran sastra termasuk pembelajaran yang sudah tua umurnya dan hingga sekarang tetap bertahan dalam kurikulum sekolah. Kekuatan ini disebabkan oleh nilai pembelajaran sastra dalam mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran sastra memiliki peranan di dalam pencapaian berbagai aspek dari tujuan pendidikan dan pembelajaran, seperti aspek pendidikan susila, sosial, perasaan, sikap penilaian, dan keagamaan (Rusyana, 1982:6). Guru diharuskan menciptakan suasana belajar dan mengajarkan sastra yang memberikan kemungkinan anak didik dapat mengapresiasi karya sastra. Siswa harus menikmati karya sastra, melibatkan dirinya secara intelektual, emosional, dan imajinatif dengan karya itu. Mereka pun harus mampu mengkaji makna dan nilai hidup yang terkandung di dalamnya, serta mengaitkan pengalaman itu dengan dunia luarnya (Rusyana, 1984:322-323). Sebelum mengapresiasi karya sastra, guru yang akan menerapkan pengalamannya kepada siswa perlu memahami pendekatan yang melandasi pengapresiasian karya sastra. Pendekatan sebagai suatu prinsip dasar yang

3 digunakan seseorang waktu mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam. Keanekaragaman pendekatan yang digunakan menurut Aminuddin (2004:40) lebih banyak ditentukan oleh (1) tujuan, (2) kelangsungan apresiasi, dan (3) landasan teori. Pendekatan yang berdasar pada tujuan terdiri atas (1) pendekatan parafrastis, (2) pendekatan emotif, (3) pendekatan analitis, (4) pendekatan historis, (5) pendekatan sosiopsikologis, dan (6) pendekatan didaktis (Aminuddin, 2004:40). Dari keenam pendekatan di atas, pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan analitis. Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Nurgiyantoro (2007:5) mengungkapkan bahwa novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan) latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya juga bersifat imajinatif. Novel sebagai karya sastra mendapat tempat tersendiri dalam jenis karya sastra yang dijadikan bahan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. Oleh karena itu, dengan mengapresiasi novel, harapan keberhasilan pembelajaran sastra dapat dipenuhi. Pemilihan novel sebagai bahan ajar harus mempunyai nilai-nilai pendidikan yang baik supaya membuat pembaca termotivasi.

4 Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Samani dan Hariyanto (2011:45) dalam bukunya Konsep dan Model Pendidikan Karakter menyatakan: Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat pula dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik

5 SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pada rangka yang lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung Jawab (Pusat Kurikulum, 2010:9-10). Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain Novita Rihi Amalia dalam penelitian berjudul Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata. Dalam kesimpulannya

6 Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi yaitu: nilai pendidikan religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya, nilai pendidikan moral yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat, nilai pendidikan sosial yaitu suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang, dan nilai pendidikan budaya tingkat yang paling tinggi dan yang paling abstrak dari adat istiadat. Persamaan karya ilmiah Novita Rihi Amalia dengan penulis yaitu sama-sama mengkaji nilai pendidikan dengan judul novel yang sama. Perbedaannya adalah penulis mengkaji nilai pendidikan karakter. Penelitian berikutnya, Neng Mari Nurmarilin (2009) Kajian Pendekatan Didaktis dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata sebagai Alternatif Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA. Simpulan yang ditulisnya yaitu Novel Laskar Pelangi bisa dijadikan bahan ajar karena sesuai dengan prinsipprinsip dan kriteria bahan ajar apresiasi sastra di SMA. Persamaan penelitian karya ilmiah Neng Mari Nurmarilin yaitu menjadikan novel sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra. Perbedaannya terletak pada objek yang dikaji dan jenjang sekolah. Objek dalam penelitian Neng Mari Nurmarilin adalah novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMA, sedangkan yang dikaji penulis objek penelitiannya adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sebagai bahan ajar apresiasi sastra di SMP. Kedua penelitian di atas terbatas pada kajian nilai pendidikan dan kajian pendekatan didaktis tanpa menganalisis unsur-unsur yang terdapat pada novel

7 tersebut. Selain itu, sejauh ini penulis belum menemukan penelitian yang mengkaji nilai pendidikan karakter dalam sebuah novel. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Novel Sang Pemimpi diterbitkan pertama kali tahun 2006. Novel Sang Pemimpi merupakan buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi. Sama halnya dengan Laskar Pelangi, novel Sang Pemimpi juga mendapatkan tanggapan positif dari penikmat sastra. Sampai saat ini novel Sang Pemimpi sudah dicetak ulang sebanyak empat belas kali dari tahun 2006 2008. Membaca novel Sang Pemimpi membuat pembaca seolah-olah melihat potret nyata kehidupan masyarakat Indonesia. Hal itu seperti tanggapan salah seorang penikmat novel Sang Pemimpi, yaitu Harnowo (editor senior dan penulis buku Mengikat Makna) ia mengatakan bahwa, kata-kata Andrea Hirata berhasil menyihir jiwaku. Dia dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengolah kata sehingga memesona yang membacanya (Sang Pemimpi: sampul depan). Alasan dipilih dari segi nilai pendidikan karena novel Sang Pemimpi diketahui banyak memberikan inspirasi bagi pembaca, hal itu berarti ada nilainilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka, khususnya dalam hal pendidikan. Pradopo (2000: 94) mengungkapkan bahwa suatu karya sastra yang baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral.

8 1.2 Batasan Masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini terbatas pada analisis unsur dan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi Andrea Hirata yang kemudian dilakukan pengkajian terhadap kesesuaiannya dengan kriteria bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP dan menentukan model pembelajarannya. 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana unsur-unsur dan hubungan antarunsur yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? 2) Nilai pendidikan karakter apakah yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? 3) Bagaimana tingkat kesesuaian novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP? 4) Bagaimana model pembelajaran apresiasi novel dengan menggunakan bahan ajar novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mendeskripsikan berkenaan dengan.

9 1) Unsur-unsur dan hubungan antarunsur yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. 2) Nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. 3) Tingkat kesesuaian novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP. 4) Model pembelajaran apresiasi novel dengan menggunakan bahan ajar novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik manfaat praktis maupun manfaat teoretis. 1) Bagi Peneliti Penelitian yang penulis lakukan bisa dijadikan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia kualitatif. 2) Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat mengetahui kemampuan siswa dan menambah keterampilan siswa dalam mengapresiasi karya sastra serta menarik minat baca siswa terhadap karya sastra khususnya novel.

10 3) Bagi Guru Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru bahasa Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas keterampilan mengapresiasi karya sastra bagi siswanya. 1.6 Definisi Operasional Untuk memudahkan pembaca dalam memahami judul penelitian ini dan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkannya, penulis jelaskan secara operasional istilah yang terdapat dalam judul penelitian sebagai berikut. 1) Nilai pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa (Samani, 2011:45). 2) Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, baik berupa bahan yang tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. 3) Apresiasi novel adalah kegiatan menggauli karya sastra (novel) secara sungguh-sungguh sehingga menimbulkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik (Effendi dalam Aminuddin, 2004:35). 4) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

11 perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992:38). 1.7 Anggapan Dasar Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti (Surakhmad, 1994:40). Bertolak dari pendapat tersebut, penulis menyajikan anggapan dasar sebagai berikut. 1) Pembelajaran apresiasi novel merupakan bagian dari pembelajaran apresiasi sastra dan pembelajaran apresiasi novel harus dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-baiknya. 2) Novel yang akan dijadikan bahan pembelajaran apresiasi novel harus mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Novel sebagai bahan pembelajaran apresiasi novel juga harus sesuai dengan kriteria pemilihan bahan pembelajaran apresiasi novel di sekolah, dalam penelitian ini di SMP. 4) Novel Sang Pemimpi dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran apresiasi novel di SMP karena terdapat nilai-nilai pendidikan dan terdapat kesesuaian dengan kriteria pemilihan bahan pembelajaran apresiasi novel di sekolah.