PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37 Rusnoto Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1 Tegal ABSTRACT Construction using metal raw materials most of the connections are done by means of the welding process. One type of welding that is often used is the SMAW ( shielded metal arc welding ). This study aims to determine the effect of preheating on the tensile strength of the material results in the SMAW welding steel ST 37. The material used is steel plate ST 37, AWS E6013 electrode diameter of 2.5 mm, the tool SMAW welding machine types of electric current are used 90 A, with the type of seam V. ST 37 steel heat treatment step is performed non preheting and preheting. For preheating treatment is done by heating the specimen in an oven at a temperature of 95, 105, 115 and 125 on hold for 30 minutes, the specimens were removed from the oven and cooled welding then performed using air cooling. Tests were conducted to determine the tensile testing the maximum tensile strength. The results showed that the tensile strength of weld SMAW material non preheating is 237.345 N / mm ², specimen temperature preheating 95 º C at 376.860 N / mm, the specimen temperature preheating 105 º C at 396.32 N / mm ², specimen temperature preheating 115 º C at 374.29 N / mm ², specimens of 125 C at 420.41 N / mm ². So the tensile strength increases with the addition of pre- heating temperature. Here the highest tensile strength occurs at a temperature of 125 preheating. Keywords : SMAW, non preheating, preheating, tensile strength. PENDAHULUAN Pengelasan adalah proses penyambungan logam atau non logam yang dilakukan dengan memanaskan material yang disambung hingga temperatur las yang dilakukan secara, dengan atau tanpa menggunakan tekanan (preasure), hanya dengan tekanan (preasure), atau dengan tanpa menggunakan pengisi (filler) (Amerika Welding Society, 1989). Pengelasan konvensional klasifikasi pengelasan dibagi menjasi 2 golongan : a. Berdasarkan cara kerja las : las cair, las tekan, las patri dll b. Berdasarkan sumber energi yang digunakan: las kimia, las listrik contoh SMAW dan GMAW, las mekanik dll. Las SMAW ( Shilel Metal Arc Welding ) atau las busur elektoroda terbungkus sering disebut dengan nama las listrik. Las SMAW merupakan proses 73
penyambungan 2 buah logam yang sejenis atau lebih dengan menggunakan sumber panas listrik dengan menggunakan elektroda terbungkus sebagai bahan tambahan atau pengisi sehingga akan membuat sambungan tetap. Prinsip kerja las SMAW yaitu saat ujung elektroda didekatkan pada benda kerja terjadi panas listrik ( busur listrik ) yang membuat antara benda kerja dengan ujung elektroda terbungkus tersebut mencair secara bersamaan. Menurut AWS (American Welding Society) prinsip dari SMAW adalah menggunakan panas dari busur untuk mencairkan logam dasar dan ujung sebuah consumable elektroda tertutup dengan tegangan listrik yang dipakai 23-45 Volt, dan untuk pencairan digunakan arus listrik hingga 500 ampere yang umum digunakan berkisar antara 80 200 ampere. Dimana dalam proses SMAW dapat terjadi oksidasi, hal ini perlu dicegah karena oksidasi metal merupakan senyawa yang tidak mempunyai kekuatan mekanis. Adapun untuk mencegah hal tersebut maka bahan penambah las dilindungi dengan selapis zat pelindung yang disebut flux atau slag yang ikut mencair ketika pengelasan. Tetapi karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan metal yang dicairkan, cairan flux akan mengapung diatas cairan metal, sekaligus mengisolasi metal tersebut sehingga tidak beroksidasi dengan udara luar. Sewaktu membeku, flux akan ikut membeku dan tetap melindungi metal dari reaksi oksidasi. Rangkaian dimulai dengan sumber daya listrik dan kabel termasuk pengelasan, pemegang elektroda, sambungan benda kerja, benda kerja (Weldment), dan elektroda las. Salah satu dari dua kabel dari sumber listrik terpasang ke bekerja, selebihnya melekat pada pemegang elektroda. Keuntungan SMAW adalah proses las busur paling sederhana dan paling serba guna, karena sederhana dan mudah dalam mengangkut peralatan dan perlengkapannya membuat proses SMAW ini mempunyai aplikasi luas, Las SMAW dapat dilakukan pada berbagai posisi atau lokasi yang dapat dijangkau dengan sebatang elektroda. Lokasi sambungan pada daerah dimana pandangan mata terbatas masih dapat di las dengan cara membengkokan elektroda. Las SMAW digunakan untuk pengelasan berbagai macam logam ferrous. Kekurangan las SMAW laju pengisian lebih rendah dibandingkan proses pengelasan semi-otomatis, panjang elektroda tetap meskipun pengelasan dihentikan. pada pengelasan SMAW setelah sebatang elektroda terbakar habis putung elektoroda yang tersisa terbuang dan waktu juga terbuang untuk mengganti elektoda, slag atau kerak yang terbentuk harus dihilangkan dari lapiasan las sebelum lapiasan berikutnya, langkah ini mengurangi keefisiensi pengelasan hingga sekitar 50 %. Asap dan gas yang terbentuk merupakan masalah bagi lingkungan sekitar area pengelasan. Material Baja St 37 mempunyai kandungan C, Si, Mn, P, S dan Fe. prosentasi kandungan tersebut berada pada batas toleransi baja ini mempunyai kandungan 74
karbon ( C ) dibawah 0,35 %, jadi termasuk dalam baja karbon rendah. Baja st 37 mempunyai arti baja dengan tensile strength (tegangan tarik) sebesar 37 Mpa atau 37 kg/mm² sampai 45 Kg/ mm². Preheat atau pemanasan mula awal dilakukan untuk mencegah terjadinya retak las. preheated diperlukan untuk menghilangkan tegangan sisa (residual stress), meningkatkan ketangguhan dan mengendalikan sifat-sifat metalurgi di daerah HAZ (Heat Affected Zone). METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan adalah pelat baja st 37, elektroda AWS E6013 diameter 2,5 mm, alatnya jenis mesin las SMAW arus listrik yang digunakan 90 A, dengan jenis kampuh V. Tahapan penelitian adalah baja st 37 dilakukan langkah heat treatment yaitu non preheting dan preheting. Untuk perlakuan preheating dilakukan dengan memanaskan specimen dengan oven pada suhu 95, 105, 115 dan 125 ditahan selama 30 menit, specimen dikeluarkan dari oven kemudian dilakukan pengelasan dan didinginkan menggunakan pendinginan udara. Spesimen uji tarik yang dibuat menggunakan standard DIN 50 120. Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan atau meterial dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (askeland, 1985). Tujuan diadakannya uji tarik adalah untuk mengetahui sifat sifat kekuatan mekanik (kekuatan tarik). Gambar 1. Diagram Tegangan-Regangan Tegangan dapat diperoleh dengan membagi beban dengan luas penampang mula benda uji. (1) Dimana : σ = Tegangan nominal (kg/mm 2 ) P = Beban maksimal (kg) A 0 = Luas penampang mula dari penampang batang (mm 2 ) Regangan yang digunakan adalah regangan linear rata - rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan panjang ukur (gauge length) benda uji dengan panjang awal. Besarnya regangan dihitung dengan persamaan di bawah ini : (2) Dimana: ε = Regangan (%) L = Panjang akhir (mm) Lo= Panjang awal (mm) Bentuk dan besaran pada diagram tegangan regangan suatu logam tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik 75
yang pernah dialami, laju regangan, suhu, dan keadaan yang menentukan selama pengujian. Parameter - parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva teganganregangan logam adalah : - Kekuatan tarik (Tensile strength) - Batas luluh atau titik luluh (Yield point) - Persen perpanjangan - Pengurangan luas Gambar 2. Spesimen uji tarik menggunakan standar DIN 50 120. penampang mula benda uji seperti pada Persamaan (1). Hasil pengujian tarik diberikan dalam Tabel 1 dan kekuatan tarik maksimum rata-rata diberikan dalam Tabel 2. Pengaruh suhu preheating terhadap kekuatan tarik las diberikan dalam Gambar 3. Dari Tabel 2 Dan Gambar 3 terlihat bahwa hasil uji kekuatan tarik tertinggi pengelasan SMAW dengan variasi suhu 125 C diperoleh sebesar 420,41 N/mm², dan hasil kekuatan tarik terendah pada pengelasan non Preheating yaitu sebesar 357.26 N/mm². HASIL DAN PEMBAHASAN Tegangan tarik dapat diperoleh dengan membagi beban dengan luas Tabel 1. Hasil pengujian tarik pengelasan baja ST 37 pada pengelasan SMAW. Spesimen Non preheting Preheating Suhu 95 Rata-rata = 357,26 1 20.28 182.522 77.44 424.29 2 20.20 181.8 67.89 373.44 3 21.41 192.699 64.10 332.67 Rata-rata = 376.80 1 21.65 194.044 72.58 372.48 2 20.41 183.6 71.43 388.87 3 20.69 186.211 79.63 427.62 Rata-rata = 396.32 1 20.76 186.84 68.69 367.66 2 20.54 184.86 65.78 355.86 3 20.62 185.588 74.13 399.37 Rata-rata = 374.29 1 20.79 187.111 76.33 407.93 2 19.87 178.83 76.66 428.69 3 19.79 178.111 75.63 424.63 Rata-rata = 420.41 preheating Suhu 105 preheating Suhu 115 Preheating Suhu 125 1 Panjang (mm) Ao ( mm² ) P ( KN) σt (N/mm²) σt= 20.06 180.54 64.50 357.26 Tabel 2. Kekuatan tarik maksimum rata-rata. Kekuatan Tarik Las N/mm² 76
Spesimen 357.26 Kekuatan tarik rata-rata ( N/mm² ) σt= Non preheating 357,26 376.860 95 C 105 C 115 C 125 C 376.86 396.32 374.29 420.41 396.32 Suhu preheating ( C) 374..29 4 Disini kekuatan tarik tertinggi terjadi pada suhu preheating 125. DAFTAR PUSTAKA Daryanto, 2001, Teknik mengelas dan mematri logam, semarang, PT. Aneka Ilmu. Maman Suratman, 2001, Teknik mengelas las busur listrik, Bandung, pustaka grfika. Harsono Wiryo Sumarto dan Toshi Okumura, 2008, Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta. PT Pradnya Paramita Mengenal Proses Post Weld Heat Treatment,http://www.bainitahe at.com, diakses pada tanggal 18 Maret 2011. Rusdianto, Jaka, Analisa Pengaruh Parameter Pengelasan GMAW Terhadap Distorsi yang Terjadi Pada Pengelasan Baja SS400 Ketebalan 12[mm], ITS, Surabaya. Gambar 3. Pengaruh suhu preheating terhadap kekuatan tarik las. KESIMPULAN Dari penjelasan diatas kekuatan tarik hasil pengelasan SMAW material non preheating adalah 237,345 N/mm², specimen suhu preheating 95ºC sebesar 376,860 N/mm, specimen suhu preheating 105ºC sebesar 396,32 N/mm², specimen suhu preheating 115ºC sebesar 374,29 N/mm², spesimen 125 C sebesar 420,41 N/mm². Jadi kekuatan tarik meningkat seiring dengan penambahan suhu pre heating. 78