Model-Model Proyeksi Penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
Data dan Informasi dalam Perencanaan

Data dan Informasi dalam Perencanaan

Bab 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Masalah kependudukan sudah merupakan masalah serius yang bukan saja dihadapi

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

Analisis Hubungan Deret Waktu untuk Peramalan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat

BAB 2 LANDASAN TEORI. penduduk, dan Grafein adalah menulis. Jadi demografi adalah tulisan tulisan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota Pematangsiantar setiap tahunnya menunjukkan

Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Hubungan Deret Waktu

PENGEMBANGAN METODE KOMPONEN DALAM PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN MENGGUNAKAN METODE CAMPURAN DENGAN PENDEKATAN DEMOGRAFI MULTIREGIONAL

Perhitungan Jumlah Penduduk

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEDOMAN PENGHITUNGAN PROYEKSI PENDUDUK DAN ANGKATAN KERJA

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemahaman mengenai keadaan penduduk di suatu daerah atau negara diperlukan

Pengembangan Metode Komponen dalam Proyeksi Penduduk Indonesia Menggunakan Metode Campuran dengan Pendekatan Demografi Multiregional

Prosiding SNaPP2010 Edisi Eksakta ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

BAB 2 LANDASAN TEORI

fertilitas, mortalitas dan migrasi Kependudukan semester

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

UKURAN FERTILITAS. Yuly Sulistyorini, S.KM., M.Kes Departemen Biostatistika dankependudukan FKM - Unair

BAB 2 LANDASAN TEORI. satu variabel yang disebut variabel tak bebas (dependent variable), pada satu atau

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran tentang sejarah kehidupan suatu kohor yang berangsur-angsur berkurang jumlahnya karena kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk.

Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri

(MS.6) TAKSIRAN TFR BERDASARKAN HASIL PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA MENGGUNAKAN METODE CAMPURAN

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

proyeksi penduduk Kependudukan semester

BAB 2 LANDASAN TEORI

Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Deret Waktu dengan Microsoft Office Excel

pengisian data dan cara pembuatan grafik. setelah pengolahan dan analisa perhitungan serta saran-saran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk adalah orang-orang yang tinggal atau menetap dalam sebuah wilayah

HASIL DAN ANALISIS DATA. Berikut ini adalah data penjualan besi Wiremesh selama 4 tahun berturutturut.

BAB 2 LANDASAN TEORI

DISAMPAIKAN Oleh : Drs.Soekirno, M.Sc

Pengukuran dalam Demografi

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

Bentuk Fungsional Regresi Linear (Aplikasi Model dengan Program SPSS)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Yunani yaitu Demos yang berarti rakyat atau penduduk dan Grafein yang berarti

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (fertilitas), tetapi secara bersamaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Regresi pertama kali digunakan sebagi konsep statistika pada tahun 1877 oleh sir Francis Galton.

BAB III METODE DEKOMPOSISI. 3.1 Arti dan Pentingnya Analisis Deret Waktu. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB 3 METODE PENELITIAN

TENTANG PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK : URAIAN TAHAPAN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK DAN HASIL PROYEKSI PENDUDUK

BAB 2 LANDASAN TEORI

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang berarti menulis. Jadi demografi adalah tulisan tulisan mengenai rakyat atau

ANALISIS PERAMALAN JUMLAH PENDUDUK KOTA PALOPO TAHUN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. dengan faktor-faktor pengubahnya (mortalitas, natalitas, migrasi dan distribusi).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. estimasi data yang akan datang. Peramalan atau Forecasting merupakan bagian

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Sumber Daya Manusia

UKURAN-UKURAN DEMOGRAFI

PROYEKSI PENDUDUK KOTA BANDUNG Nugraha Setiawan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Struktur dan Distribusi Penduduk. Kependudukan semester

BAB IX ANALISIS REGRESI

ILMU KEPENDUDUKAN: Analisis dengan tujuan:

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. lengkap dari pada sumber-sumber data yang lain karena kemungkinan tercecernya

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

STATISTIKA INDUSTRI 2 TIN 4004

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi.

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN

Pertumbuhan Populasi. Aritmetik (Arithmetic growth) Geometrik (Geometric growth) Eksponensial (Exponential Growth)

Menyusun daftar dan membahas sumber-sumber utama calon dari luar.

BAB IV PEMBAHASAN. Model prediksi harga saham yang akan dibuat pada penelitian ini merupakan

MATERI 3 PER E AM A AL A AN

PENERAPAN LEAST SQUARE METHOD UNTUK PERAMALAN PENJUALAN DI HIJABSTORY BANDUNG

PERTEMUAN 2-3 SIFAT DASAR ANALISIS REGRESI

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian yaitu di Kota Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan

Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Deret Waktu dengan Microsoft Office Excel

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan

BAB 2 LANDASAN TEORI

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

BAB 2 LANDASAN TEORI. berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan Sir Francis Galton pada

Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan

Transkripsi:

Model-Model Proyeksi Penduduk Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi) Kebijakan pembangunan seharusnya tidak hanya diarahkan untuk mengatasi permasalahan kependudukan pada saat ini, tetapi juga dilakukan dalam rangka mengantisipasi keadaan dan permasalahan kependudukan pada masa yang akan datang. Oleh karenanya, dalam perumusan kebijakan diperlukan informasi keadaan penduduk pada masa yang akan datang, yang dapat diperoleh melalui proyeksi atau peramalan penduduk. Proyeksi penduduk (population projections) dan peramalan penduduk (population forecast) sering dipergunakan sebagai dua istilah yang sering dipertukarkan. Meskipun demikian, kedua istilah ini sebenarnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Berbagai literature menyatakan proyeksi penduduk sebagai prediksi (ramalan) yang didasarkan pada asumsi rational tertentu yang dibangun untuk kecenderungan masa yang akan datang dengan menggunakan peralatan statistic atau perhitungan matematik. Disisi lain peramalan (forecast) penduduk bisa saja dengan atau tanpa asumsi dan/atau kalkulasi. Tanpa kondisi/syarat tertentu atau pendekatan tertentu. (Smith, et.al 2001). Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa peramalan adalah proyeksi, tetapi tidak semua proyeksi membutuhkan peramalan. Tulisan ini akan membahas beberapa metode proyeksi penduduk. Dari berbagai literature, terdapat banyak metode dalam proyeksi penduduk. Masing-masingnya memiliki asumsi sendiri, kekuatan dan kelemahan. Model-model yang umum yang biasanya digunakan untuk proyeksi penduduk diantaranya adalah: 1. Model ekstrapolasi trend, yang diantaranya terdiri dari: a. Model Linear b. Model Geometric c. Model Parabolic 2. Model Komponen Kohor 3. Model Ratio a. Model Constant Share b. Model Shift Share c. Model Share of Growth 1. Model Ektrapolasi Trend Model ekstrapolasi trend secara sederhana menggunakan trend penduduk masa yang lalu untuk memperkirakan jumlah penduduk masa yang akan datang. Metode ini adalah metode yang mudah digunakan dalam rangka proyeksi penduduk. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk menghitung tingkat dan ratio pada masa yang akan datang berdasarkan tingkat dan ratio pada masa yang lalu. Model ekstrapolasi trend yang banyak digunakan adalah model linear, geometric dan parabolic. Asumsi dasar dari model linear, geometric dan parabolik adalah pertumbuhan atau penurunan akan berlanjut tanpa batas. Namun demikian, asumsi tersebut tidak mungkin Dipublikasikan secara online pertama kali, June 10, 2008 1

diberlakukan jika proyeksi yang disusun adalah proyeksi jangka panjang. Misalnya jika populasi di suatu daerah berkurang, dalam jangka panjang model ini akan memproyeksikan penduduk menjadi nol, dan bahkan menjadi negative. Demikian juga, jika jumlah penduduk di suatu daerah yang meningkat, tidak mungkin akan meningkat pada jumlah yang tanpa batas. Dalam kenyataannya, penduduk hanya akan meningkat sampai suatu tingkat dengan kapasitas yang maksimum dan kemudian akan kembali turun atau stabil dalam kaitannya dengan kepadatan penduduk, biaya hidup dan kualitas hidup. Oleh karenanya, penggunaan model ekstrapolasi trend membutuhkan pemahaman yang baik tentang kecenderungan pertumbuhan masa lalu untuk membuat estimasi dengan batasan yang masuk akal (reasonable). a. Model Linear (Aritmethic) Model linear menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi yang paling sederhana dari seluruh model trend. Model ini menggunakan persamaan derajat pertama (first degree equation). Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari waktu, dengan persamaan: P t =α + βt Dimana : Pt = penduduk pada tahun proyeksi t α = intercept = penduduk pada tahun dasar β = koefisien = rata-rata pertambahan penduduk T = periode waktu proyeksi = selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi bahwa penduduk akan bertambah/berkurang sebesar jumlah absolute yang sama/tetap (β) pada masa yang akan datang sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada masa lalu. Ini berarti bahwa, jika P t+1 dan P t adalah jumlah populasi dalam tahun yang berurutan, P t+1 P t yang adalah perbedaan pertama yang selalu tetap (konstan). Klosterman (1990), mengacu pada Pittengar (1976), mengemukakan bahwa model ini hanya digunakan jika data yang tersedia relatif terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan model lain. Selanjutnya, Isserman (1977) mengemukakan bahwa model ini hanya dapat diaplikasikan untuk wilayah kecil dengan pertumbuhan yang lambat, dan tidak tepat untuk proyeksi pada wilayah-wilayah yang lebih luas dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi. b. Model Geometric. Asumsi dalam model ini adalah penduduk akan bertambah/berkurang pada suatu tingkat pertumbuhan (persentase) yang tetap. Misalnya, jika P t+1 dan P t adalah jumlah penduduk dalam tahun yang berurutan, maka penduduk akan bertambah atau berkurang pada tingkat pertumbuhan yang tetap (yaitu sebesar P t+1 /P t ) dari waktu ke waktu. Menurut Klosterman (1990), proyeksi dengan tingkat pertumbuhan yang tetap ini umumnya dapat diterapkan pada wilayah, dimana pada tahun-tahun awal observasi pertambahan absolut penduduknya sedikit dan menjadi semakin banyak pada tahun-tahun akhir. Model geometric memiliki persamaan umum: P t =α + β T Persamaan diatas dapat ditransformasi kedalam bentuk linear melalui aplikasi logaritma, menjadi sebagai berikut: LogP t =Logα + T.logβ Dipublikasikan secara online pertama kali, June 10, 2008 2

d. Model Parabolik Model parabolic seperti model geometric berasumsi bahwa penduduk suatu daerah tidak tumbuh dalam bentuk linear. Namun demikian, tidak seperti model geometrik (yang berasumsi tingkat pertumbuhan konstan dari waktu ke waktu), pada model parabolic tingkat pertumbuhan penduduk dimungkinkan untuk meningkat atau menurun. Model ini menggunakan persamaan derajat kedua yang ditunjukkan sebagai berikut: P t =α + β 1 T + β 2 T 2 Model parabolic memiliki dua koefisien yaitu β 1 dan β 2. β 1 adalah koefisien linear (T) yang menunjukkan pertumbuhan konstan, dan β 2 adalah koefisien non-linear yang (T 2 ) yang menyebabkan perubahan tingkat pertumbuhan. Tanda positif atau negatif pada β 1 dan β 2 bervariasi tergantung pada apakah tingkat pertumbuhan tersebut akan meningkat atau menurun. Berdasarkan variasi pada tanda β 1 dan β 2, model akan menghasilkan empat scenario sebagai berikut: Tabel. Skenario dalam Model Parabolik β 1 β 2 Efek terhadap pertumbuhan penduduk + + Pertambahan yang semakin meningkat Penduduk bertambah Kurva cekung ke atas (Concave upward) + - Pertambahan yang semakin berkurang Penduduk berkurang Kurva cekung ke bawah (concave downward) - + Pertambahan yang semakin berkurang Penduduk bertambah Kurva cekung ke atas (Concave upward) - - Pertambahan yang semakin meningkat Penduduk berkurang Kurva cekung ke bawah (concave downward) Klosterman (1990), menyarankan demographer untuk terlebih dahulu mencermati (menguji coba) model ini ketika akan diaplikasikan pada suatu daerah. Menurutnya, meskipun model ini baik untuk daerah dengan pertumbuhan atau penurunan yang cepat, namun demikian proyeksi jangka panjang akan menghasilkan angka yang sangat besar atau sangat kecil. 2. Model Komponen Kohor Model-model ekstrapolasi trend yang didiskusikan diatas mengacu pada perkiraan penduduk secara agregat, sementara model komponen kohor mengacu pada perubahanperubahan komponen penduduk (yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi) secara terpisah. Penduduk secara keseluruhan dibagi kedalam beberapa kohor/kelompok umur. Interval (k) dari Dipublikasikan secara online pertama kali, June 10, 2008 3

kohor ini umumnya dalam satu tahunan (0-1, 1-2, 2-3 dst), lima tahunan (0-4, 5-9, 10-14 dst), atau 10 tahunan (0-9, 10-19, 20-29. Selanjutnya, kohor dibagi lagi berdasarkan gender dan etnis. Pengelompokan penduduk berdasarkan komponen-komponen yang mempengaruhi perubahan penduduk, kelompok umur, gender dan etnis akan membantu untuk membangun pemahaman yang lebih baik mengenai dinamika penduduk suatu daerah. Karena ukuran kohor semakin kecil, maka akan semakin terperinci informasi yang dapat digunakan dalam analisis. Misalnya, bayi dan penduduk umur-umur tua akan memiliki persentase kematian yang lebih tinggi dibandingkan penduduk usia muda. Jumlah kelahiran akan bervariasi berdasarkan umur dan etnis dari penduduk wanita. Demikian juga, migrasi akan bervariasi menurut umur, gender dan etnis individu. Persamaan dalam model komponen kohor adalah: Dimana: Pt = penduduk tahun t pada kohor di interval k t = tahun n = umur awal dari kohor k = jumlah tahun dalam kohor (interval kohor umur) DTH = total kematian IR = total kelahiran NMIG = total migrasi bersih Karena penduduk kohor n pada tahun sebelumnya ( ) dikurangi dengan jumlah kematian dalam kohor tersebut ( ) adalah jumlah penduduk yang bertahan hidup ke kohor n pada tahun t ( ), maka persamaan dapat ditulis ulang sebagai berikut: Berikut diberikan perhitungan-perhitungan untuk ketiga komponen dalam metode ini: a. Mortalitas-Tingkat Survival Mortalitas dihitung dalam model sebagai jumlah penduduk dalam kohor tertentu n-k pada tahun t-k, yang bertahan hidup ke kohor berikutnya (n) pada tahun t. Dimana: n-ksrv k penduduk dari kohor n-k pada tahun t-k = tingkat bertahan hidup (survival) b. Kelahiran- Tingkat Fertilitas Fertilitas adalah jumlah bayi yang dilahirkan wanita usia subur (biasanya antara 15-44 tahun). Tingkat fertilitas diberikan melalui persamaan berikut: Dipublikasikan secara online pertama kali, June 10, 2008 4

Dimana: tingkat fertilitas wanita dalam kohor n dari interval k jumlah kelahiran oleh wanita pada kohor n jumlah wanita dalam kohor n Tingkat fertilitas yang diperoleh dari rumus diatas dapat digunakan untuk menghitung jumlah kelahiran dalam interval waktu yang sama sesuai dengan ukuran kohor. Misalnya, jika ukuran kohor adalah lima tahunan (0-4, 5-9, 10-14), maka proyeksi dapat dilakukan untuk interval lima tahunan (2005, 2010, 2015). Selanjutnya, jika wanita-wanita pada kohor umur tertentu tidak memiliki kelahiran, maka untuk keakuratan perhitungan, tingkat fertilitas perlu disesuaikan. Tingkat fertilitas yang disesuaikan adalah rata-rata dari dua tingkat fertilitas yang berurutan. Dimana: tingkat fertilitas yang disesuaikan dari wanita dalam kohor n dengan interval k Total kelahiran selanjutnya dibagi atas kelahiran bayi laki-laki dan bayi perempuan berdasarkan sex ratio waktu lahir dari data masa yang lalu. c. Migrasi bersih (Net Migration). Migrasi bersih adalah perbedaan antara jumlah penduduk yang masuk dengan jumlah penduduk yang keluar dari suatu daerah, dengan persamaan: 3. Model Ratio Menurut Smith, Tayman dan Swanson (2001), model ratio-sebagaimana model ekstrapolasi trend- juga didasarkan pada trend masa lalu. Model ratio menggunakan konsep bahwa penduduk (atau perubahan penduduk) pada suatu wilayah yang lebih kecil (wilayah studi) merupakan proporsi dari penduduk (perubahan penduduk) dari wilayah yang lebih luas, atau wilayah basis (base area). Model ini sederhana dan mudah dalam perhitungannya serta membutuhkan data yang relative lebih sedikit. Meskipun demikian, model ini membutuhkan proyeksi penduduk dari wilayah basis tersebut. Model ratio mencakup model constant share, shift share dan model share of growth. a. Model Constant Share Model ini berasumsi bahwa share penduduk dari daerah studi merupakan suatu proporsi yang konstan dari daerah basis dan proyeksi dilakukan berdasarkan proporsi konstan tersebut. Model disajikan dalam bentuk persamaan berikut: Dipublikasikan secara online pertama kali, June 10, 2008 5

Dimana: P = jumlah penduduk pada daerah studi P j = penduduk pada daerah basis atau daerah yang lebih luas yang didalamnya terdapat daerah studi l = tahun akhir dari observasi t = tahun proyeksi Jika data wilayah studi menunjukkan kecenderungan yang sama seperti wilayah basis, penggunaan model ini akan menghemat waktu dan lebih sederhana dalam penerapannya. Namun demikian, jika daerah studi dan daerah basis memiliki trend pertumbuhan yang berlawanan, artinya jika daerah studi mengalami penurunan penduduk dan daerah basis mengalami peningkatan penduduk, atau sebaliknya, proyeksi ini tidak dapat diaplikasikan b. Model Shift Share Model shift share mencoba mengoreksi kelemahan dari model constant share dengan memasukkan indeks pergeseran (shift term) untuk menghitung perubahan share penduduk dari waktu ke waktu. Jika pertumbuhan daerah studi lebih cepat dari daerah basis maka shift term akan positif. Sebaliknya jika pertumbuhan daerah studi lebih lambat dari daerah basis, maka shift termnya akan negative. Persamaan dalam metode ini adalah sebagai berikut: Dimana: b = tahun awal observasi s = shift term z = jumlah tahun dalam proyeksi (t-1) y = jumlah tahun dalam periode observasi (1-b) Satu kelemahan utama dari metode ini adalah jika terjadi pertumbuhan atau pengurangan yang tinggi pada tahun dasar, hal ini dapat menyebabkan bertambahnya atau berkurangnya penduduk dalam jumlah yang sangat besar pada tahun proyeksi. Oleh karenanya, penggunaan metode ini untuk proyeksi penduduk jangka panjang harus dilakukan secara hati-hati. c. Metode share of growth Metode ini menggunakan share dari pertumbuhan penduduk bukannya share dari jumlah penduduk seperti yang digunakan dua model ratio sebelumnya. Asumsi dasar dari model ini adalah bahwa share pertumbuhan penduduk daerah studi pada periode observasi akan berlaku sama dalam periode proyeksi. Model ini disajikan dalam bentuk persamaan berikut: Metode ini akan lebih tepat diterapkan jika trend pertumbuhan penduduk pada daerah studi sama dengan trend pertumbuhan pada daerah basis. Misalnya jika pertumbuhan penduduknya sama-sama meningkat atau sama-sama menurun. Dipublikasikan secara online pertama kali, June 10, 2008 6

REFERENCES Isserman, Andrew. 1977. Accuracy of Population Projections for Sub-county Areas,Journal of American Institute of Planners. Vol 43, pp- 247-59. Klosterman, Richard E. 1990. Community Analysis and Planning Techniques. Savage.Rowman & Littlefield, c1990. Smith, Stanley, Jeff, Tayman, and David, Swanson. 2001. State and Local PopulationProjections: Methodology and Analysis. New York. Kluwer Academic/ Plenum Publishers. Dipublikasikan secara online pertama kali, June 10, 2008 7