PENYUSUNAN RUU TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN * Oleh : F.X. Soekarno, SH

dokumen-dokumen yang mirip
2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEBIDANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PP PPNI 3/24/2012. UU praktik keperawatan? UU keperawatan? Perbandingan dengan RUU Kep di Negara lain Resistensi profesi lain Fokus hanya praktik

ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2 secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman oleh Perawat yang telah mendapatkan registrasi dan izin praktik. Praktik keperawatan sebagai

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG PRAKTIK KEPERAWATAN Rancangan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. A. LATAR BELAKANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani*

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1392/Menkes/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan

ASPEK LEGAL KEPERAWATAN. Prof. Dr. Syaiful Bakhri, SH. MH Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum UMJ Rektor Univ Muhammadiyah Jakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya ini dimaksudkan untuk menunjang pencapaian cita-cita bangsa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 112 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 14/PUU-XII/2014 Tindak Pidana Dalam Kedokteran

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lain yang diperlukan. orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK FISIOTERAPIS

Transkripsi:

PENYUSUNAN RUU TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN * Oleh : F.X. Soekarno, SH A. PENDAHULUAN Pasca amandemen UUD 1945, jaminan hak asasi manusia di Indonesia semakin kuat karena pengaturannya telah mendapat tempat tidak hanya dalam undang-undang tetapi juga sudah dirumuskan secara eksplisit dalam konstitusi. Khusus dibidang kesehatan, dalam Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 ditentukan bahwa Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sebagai salah satu hak asasi manusia, maka perlu diwujudkan dalam bentuk pemberian upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyeleggaraan pembangunan kesehatan. Salah satu upaya dalam pembangunan kesehatan dimaksud adalah pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik pelayanan tenaga kesehatan maupun administrasi kesehatan di tempat penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut. Sebagaimana diketahui, ada beberapa jenis yang termasuk dalam kategori tenaga kesehatan, yaitu: a. dokter; b. dokter gigi; c. perawat; d. bidan; e. dan lain-lain. Semua tenaga kesehatan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dalam bekerjanya sebuah sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikan, tenaga perawat sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat juga memiliki peran penting karena terkait langsung dengan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang dimilikinya. * Disampaikan dalam Seminar Gabungan FSP FARKES dan PPNI tentang RUU tentang Keperawatan, di Cisarua, Bogor, 23 Agustus 2009. 1

Bagaimana penting dan besarnya kontribusi perawat dalam mengemban tugas pelayanan kesehatan jelas tidak diragukan lagi. Bahkan sejak masa kolonial sampai Indonesia merdeka sejak 17 Agustus 1945 hingga saat ini, perawat telah berperan penting dalam menopang sistem pelayanan kesehatan. Sebab, sebagaimana diketahui bahwa baik di rumah sakit pemerintah maupun swasta, baik di perkotaan maupun di pelosok desa terpencil sekalipun, peranan perawat senantiasa memberi andil yang signifikan dalam menunjang pelayanan kesehatan masyarakat. Oleh karenanya harus diakui bahwa memang sangat diperlukan suatu landasan hukum dalam bentuk undang-undang yang mengatur profesi atau praktik keperawatan. Dengan adanya undang-undang ini, diharapkan dapat mengatur paling tidak dua hal pokok, yaitu : a. perlindungan hukum atas bekerja/berpraktiknya profesi keperawatan; dan b. mendorong profesionalitas perawat. Sehubungan dengan itu, dalam penyusunan Program Legislasi Nasional Prioritas Tahun 2009, DPR dan Pemerintah telah sepakat bahwa RUU yang mengatur mengenai praktik keperawatan merupakan salah satu RUU yang menjadi prioritas tahun 2009. Hal ini telah dituangkan dalam Keputusan DPR RI Nomor 02A/DPR RI/II/2009 tentang Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun 2009, dimana dari 35 RUU yang ditetapkan sebagai perioritas terdapat RUU tentang Praktik Keperawatan (sebagaimana terdapat dalam nomor urut 26). B. PROSES PENGAJUAN RUU Mengenai pengajuan sebuah Rancangan Undang-Undang (RUU) dari DPR, diatur dalam Pasal 130 Peraturan Tata Tertib DPR RI. Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut: a. Rancangan Undang-Undang dari DPR dapat diajukan oleh Komisi, Gabungan Komisi, atau Badan Legislasi (Pasal 130 ayat (2) Peraturan Tata Tertib DPR). b. Usul inisiatif RUU tersebut beserta penjelasan dan naskah akademik-nya disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPR (Pasal 130 ayat (3) Peraturan Tata Tertib DPR). 2

c. Kemudian dalam rapat paripurna berikutnya, Pimpinan DPR memberitahukan kepada Anggota tentang masuknya usul inisiatif RUU tersebut dan dibagikan kepada seluruh Anggota (Pasal 130 ayat (4) Peraturan Tata Tertib DPR). Dalam rapat paripurna ini masing-masing fraksi menyampaikan pendapatnya kemudian diambil keputusanapakah usul inisiatif tersebut dapat diterima menjadi RUU usul DPR atau tidak dapat diterima (Pasal 130 ayat (5) dan ayat (6) Peraturan Tata Tertib DPR). C. PENGATURAN DALAM UU TERKAIT Beberapa pasal dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan mengatur mengenai keperawatan, yakni sebagai berikut: a. Mengenai Hak, Kewajiban, dan Tindakan Disiplin Hal ini diatur dalam Pasal 53 dan Pasal 54. Pasal 53 mengatur mengenai hak dan kewajiban Tenaga Kesehatan, yang berbunyi sebagai berikut: (1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. (2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. (3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pcmbuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan. b. Mengenai Tindakan Disiplin Pasal 54 menentukan sebagai berikut: (1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin. (2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kalalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan. (3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin Tenaga Keschatan ditetapkan dcngan Keputusan Presiden. 3

Selanjutnya, dalam penyusunan RUU tentang Praktik Keperawatan dapat pula dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Hal-hal yang diatur dalam UU ini adalah sebagai berikut: a. Konsil Kedokteran Indonesia, meliputi perihal: - Nama dan kedudukan; - Fungsi, Tugas, dan Wewenang; - Susunan Organisasi dan Keanggotaan; - Tata Kerja; dan - Pembiayaan. b. Standar Pendidikan Profesi Kedokteran Dan Kedokteran Gigi c. Pendidikan Dan Pelatihan Kedokteran Dan Kedokteran Gigi d. Registrasi Dokter Dan Dokter Gigi Penyelenggaraan Praktik Kedokteran, meliputi perihal: - Surat Izin Praktik; - Pelaksanaan Praktik; - Standard Pelayanan; - Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi; - Rekam Medis; - Rahasia Kedokteran; - Kendali Mutu dan Kendali Biaya; - Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi; - Hak dan Kewajiban Pasien; - Pembinaan. e. Disiplin Dokter dan Dokter Gigi, meliputi: - Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia; - Pengaduan; - Keputusan; - Pemeriksaan. f. Pembinaan dan Pengawasan. g. Ketentuan Pidana. 4

D. POKOK-POKOK MATERI RUU Berkaitan dengan penyusunan RUU dimaksud, Badan Legislasi telah menerima masukan dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) yakni berupa konsep draf awal RUU tentang Praktik Keperawatan. Dalam konsep yang yang disampaikan oleh PPNI, hal-hal pokok yang ingin diatur dalam RUU tentang Keperwatan adalah sebagai berikut: 1. Lingkup Praktik Keperawatan, meliputi: a. memberikan asuhan keperawatan dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks; b. memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling; c. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya; d. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal, dan menulis permintaan obat/resep; dan e. Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter. 2. Konsil Keperawatan Indonesia Konsil Keperawatan Indonesia adalah sebuah wadah/badan yang berfungsi melakukan pengaturan, pengesahan serta penetapan kompetensi perawat yang menjalankan praktik keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Badan ini berkedudukan di Ibukota dan dapat mempunyai perwakilan di daerah jika diperlukan serta bertanggung jawab kepada Presiden. 3. Standard Pendidikan Profesi Keperawatan Standard pendidikan profesi keperawatan disusun oleh organisasi profesi keperawatan dan disahkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia. 4. Pendidikan dan Pelatihan Keperawatan Berkelanjutan Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan bertujuan untuk memberikan kompetensi kepada perawat dan dilaksanakan sesuai dengan standard pendidikan keperawatan berkelanjutan. 5. Registrasi Keperawatan 5

Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat (STRP), yang terdiri dari dua kategori: a. Licensed Practical Nurse (LPN) untuk perawat vokasional; dan b. Registered Nurse (RN) untuk perawat profesional. 6. Penyelenggaraan Praktik Keperawatan Praktik keperawatan dilakukan berdasarkan kesepakatan antara perawat dengan klien dan atau pasien dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan. 7. Pembinaan, Pengembangan, dan Pengawasan Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, yang meliputi perihal karir dan profesi, jabatan fungsional perawat, kenaikan pangkat dan promosi, kualifikasi akademik perawat pada institusi baik pemerintah dan swasta, kebijakan angggaran untuk meningkatkan profesionalitas perawat pada institusi pemerintah dan swasta. 8. Ketentuan Pidana Perawat yang melanggar ketentuan dalam aturan RUU ini, akan dikenakan sanksi baik sanksi administratif maupun sanksi pidana, sesuai jenis aturan yang dilanggarnya. E. BEBERAPA CATATAN Berdasarkan uraian sebagaimana dipaparkan di atas, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam rangka penyusunan RUU tentang Praktik Keperawatan. Pertama, berkaitan dengan eksistensi perawat sebagai profesi yang terkait dengan profesi dokter. Sebagaimana diketahui bahwa perawat dalam menjalankan tugasnya sangat terkait dengan pelaksanaan tugas dari dokter, dimana dokter memberikan tindakan medik sedangkan perawat melakukan tindakan keperawatan. Tindakan medik ini termasuk dalam hal mendiagnosa penyakit yang diderita pasien hingga memberikan pengobatan (resep) 6

berdasarkan hasil diagnosa tersebut. Dalam naskah RUU sebagai masukan yang disampaikan oleh PPNI, perawat juga dapat memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal, dan menulis permintaan obat/resep. Dengan demikian, apakah hal ini tidak menyebabkan kerancuan mengingat perawat bertugas dalam bidang keperawatan, sedangkan yang sebenarnya bertugas dibidang pengobatan adalah dokter? Memang dalam masukan PPNI tersebut disebutkan bahwa pengobatan yang diberikan perawat adalah berupa pengobatan dan tindakan medik terbatas. Tetapi apakah batasan terbatas dalam hal ini sudah baku? Apakah sudah dipahami sebagai suatu standar profesi yang diterima berdasarkan ilmu kedokteran? Semua permasalahan ini tentu perlu dikaji lebih jauh agar menjadi jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kedua, secara formal, RUU tentang Praktik Keperawatan dapat dipahami sebagai proses legislasi yang bertujuan mengatur keperawatan sebagai sebuah profesi, sehingga dipandang perlu diatur dengan undangundang seperti profesi kedokteran yang sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Akan tetapi secara materil, terhadap masukan yang disampaikan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dalam rangka penyusunan RUU tentang Keperawatan, dapat dilihat dua hal: 1) Materi RUU tentang Keperawatan yang mengadopsi materi UU Nomor 29 Tahun 2004, perlu disesuaikan dengan profesi keperawatan. Yang diadopsi antara lain mengenai pembentukan Konsil Keperawatan, standar pendidikan dan pelatihan profesi, registrasi dan lisensi, dan lain-lain. Apakah pembentukan Konsil Keperawatan sedemikain penting, apakah harus berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, dan apakah harus pembiayaannya juga pada APBN? Hal ini tampaknya juga perlu dikaji lebih mendalam lagi. 2) Materi UU Nomor 29 Tahun 2004 tidak dimasukkan dalam RUU tentang Keperawatan, antara lain disiplin perawat yang termasuk didalamnya mengenai majelis kehormatan disiplin, pengaduan, keputusan, dan pemeriksaan atas pelanggaran disiplin yang dilakukan perawat. 7

Ketiga, Sebagaimana dipaparkan sebelumnya bahwa pada dasarnya bidan juga termasuk dalam kategori profesi perawat. Apakah tidak dimungkinkan penggabungan dua profesi (bidan dan perawat) dirumuskan dalam satu RUU? Hal ini dirasa penting mengingat penyusunan dan pembentukan suatu undang-undang berkaitan juga efisiensi dan efektivitas waktu dan tenaga, termasuk dalam sosialisasi dan penegakan di lapangan setelah ditetapkan menjadi undangundang. D. PENUTUP Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyusunan RUU tentang Praktik Keperawatan masih memerlukan pendalaman secara lebih komprehensif, dengan tujuan agar RUU tentang Praktik Keperawatan benarbenar memiliki konsep pengaturan yang jelas dan tegas sehingga perlindungan hukum profesi perawat benar-benar terjamin dengan baik dan profesionalitas perawat juga dapat tercipta demi terwujudnya pelayanan kesehatan yang bagi masyarakat di masa yang datang. Demikianlah beberapa hal yang dapat kami sampaikan, berkaitan dengan penyusunan RUU tentang Praktik Keperawatan. Kiranya dapat memberi manfaat dalam rangka penyempurnaan RUU tentang Praktik Keperawatan. Jakarta, 23 Agustus 2009. 8