GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG PROSEDUR PENETAPAN OPERATOR BUS TRANSJAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

GUBERNUR JAWA TENGAH

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor: P.52/Menhut-II/2006 TENTANG PERAGAAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR DILINDUNGI MENTERI KEHUTANAN,

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS

210 TAHUN 2015 PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BE

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 68 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS NOMOR 214 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

MATRIK PERUBAHAN UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2008 KE UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2011 TENTANG PARTAI POLITIK

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

Walikota Tasikmalaya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 17 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG KERJA SAMA PENYELENGGARAAN PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemba

SALINAN NO : 14 / LD/2009

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN IZIN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/8/2012 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Pita Cukai. Cukai Lainnya.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURANGUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBliKOTA JAKARTA NOMOR 170 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN BUS ANGKUTAN PARIWISATA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 75 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesi

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 44 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Presiden Republik Indonesia,

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG DANAA DESA (ADD) DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BUPATI SIDOARJO PER.ATURAN BUPATI SIOOARJO NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2016 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

I SALINAN I GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOM OR 17 TAHUN 2015 TENTANG c PENGADAAN JASA LAYANAN ANGKUTAN UMUM TRANSPORTASI JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Menimbang a. bahwa berdasarkan Peraturan Gubernur Nmr 63 Tahun 2014 telah diatur mengenai Prsedur Penetapan Operatr Bus Transjakarta; b. bahwa dengan berlakunya Peraturan Gubernur Nmr 99 Tahun 2014 tentang Transisi Pengalihan Pengellaan Transjakarta dari Unit Pengella Transjakarta Busway ke Perseran Terbatas Transprtasi Jakarta (Transjakarta), maka Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu disempurnakan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pengadaan Jasa Layanan Angkutan Umum Transprtasi Jakarta; Mengingat 1. Undang-Undang Nmr 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Mnpli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; 2. Undang-Undang Nmr 38 Tahun 2004 tentang Jalan; 3. Undang-Undang Nmr 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Prvinsi Daerah Khusus Ibukta Jakarta sebagai Ibukta Negara Kesatuan Republik Indnesia; 4. Undang-Undang Nmr 22 Tahun 2009 tentang Lalu Untas dan Angkutan Jalan; 5. Undang-Undang Nmr 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 6. Undang-Undang Nmr 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nmr 2 Tahun 2014;

2 7. Peraturan Pemerintah Nmr 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan; 8. Peraturan Presiden Nmr 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nmr 172 Tahun 2014; 9. Peraturan Daerah Nmr 4 Tahun 2014 tentang Pembentukan aadan Usaha Milik Daerah Perseran Terbatas Transjakarta sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nmr 17 Tahun 2014; 10. Peraturan Daerah Nmr 5 Tahun 2014 tentang Transprtasi; 11. Peraturan Daerah Nmr 10 Tahun 2014 tentang Pengellaan Sistem Bus Rapid Transit; c 12. Peraturan Daerah Nmr 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 13. Peraturan Gubernur Nmr 103 Tahun 2007 tentang Pla Transprtasi Makr; 14. Peraturan Gubernur Nmr 165 Tahun 2012 tentang Pla Pengellaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah; 15. Peraturan Gubernur Nmr 142 Tahun 2013 tentang Sistem dan Prsedur Pengellaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan PeraturCin Gubernur Nmr 161 Tah..m 2014; 16. Peraturan Gubernur Nmr 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Unit Pengella Transjakarta Busway; c' 17. Peraturan Gubernur Nmr 99 Tahun 2014 tentang Transisi Pengalihan Pengellaan Transjakarta dari Unit Pengella Transjakarta Busway ke Perseran Terbatas Transprtasi Jakarta (Transjakarta); MEMUTUSKAN : Menetapkan PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGADAAN JASA LAYANAN ANGKUTAN UMUM TRANSPORTASI JAKARTA. BABI KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Prvinsi Daerah Khusus Ibukta Jakarta. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3 3. Gubemur adalah Kepala Daerah Prvinsi Daerah Khusus Ibukta Jakarta. 4. Dinas Perhubungan dan Transprtasi yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Perhubungan dan Transprtasi Prvinsi Daerah Khusus Ibukta Jakarta. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan dan Transprtasi Prvinsi Daerah Khusus Ibukta Jakarta. 6. Perseran Terbatas Transprtasi Jakarta yang selanjutnya disebut Perseran adalah badan usaha yang didinkan leh Pemenntah Daerah dan Mitra Badan Usaha Milik Daerah sebagai bagian dan Badan Usaha Milik Daerah untuk mengperasikan sistem Bus Rapid Transit. 7. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah. ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar angkutan umum yang ditetapkan Gubernur yang harus dipenuhi leh Operatr Angkutan Transprtasi Jakarta dan Perseran serta pelaksanaannya dituangkan dalam Perjanjian Kerja Sama. 8. Sistem Transprtasi Jakarta adalah suatu sistem transprtasi angkutan umum darat berbasis jalan yang dikella leh Perseran dan merupakan perpaduan dari infrastruktur, prperti, aset, peralatan, instalasi, sistem perasi dan kelldali, termasuk tetapi tidak terbatas pada pengendalian angkutan dan Kndr Busway. 9. Kridr Busway adalah salah satu bagian dari Sistem Transprtasi Jakarta berupa lajur Busway yang steril dan terprteksi sehingga memungkinkan peningkatan kapasitas angkut yang bersifat massal berada pada jalan di Prvinsi Daerah Khusus Ibukta Jakarta. 10. Bus adalah kendaraan angkutan umum bersifat massal yang dirancang dan dibuat khusus untuk memenuhi persyaratan, karaktenstik, spesifikasi teknik dan kndisi yang ditetapkan leh Perseran untuk dapat berperasi pada Kndr Busway. 11. Angkutan Transprtasi Jakarta adalah angkutan umum darat berbasis jalan yang dikella leh Perseran dan merupakan perpaduan dari infrastruktur, prpertj, aset, peralatan, instalasi, sistem perasi dan kendali, termasuk tetapi tidak terbatas pada pengendalian angkutan dan Kridr Busway. 12. Angkutan Umum Busway adalah layanan angkutan massal yang menggunakan Kridr Busway dan/atau jalan umum yang didukung leh angkutan besar dan/atau angklltan gandeng dan/atau angkutan tingkat yang berkapasitas angkut massal. 13. Angkutan Umum Pengumpan adalah layanan angkutan perktaan meliputi layanan yang berhimpitan dengan sebagian kridr angkutan umum massal berbasis jalan dan/atau terkcineksi pada halte angkutan massal tertentu.

4 14. Angkutan Umum Lainnya adalah layanan angkutan darat lainnya baik yang menggunakan lajur khusus atau lajur umum yang diperasikan berdasarkan SPM. 15. Operatr Angkutan Transprtasi Jakarta adalah badan hukum yang mengadakan Perjanjian Ke~a Sama dengan Perseran untuk menyelenggarakan pelayanan Angkutan Umum Busway dan/atau Angkutan Pengumpan dan/atau Angkutan Umum Lainnya. 16. Operatr Angkutan Umum Lama adalah badan hukum yang sebelum Kridr Busway dibangun pemah diberikan izin trayek angkuta~ kta dan pada saat Kridr Busway mulai dibangun masih berperasi sebagai perusahaan peratr angkutan kta bertrayek pada trayek yang berhimpitan dengan Kridr Busway dan/atau gabungan dari 2 (dua) atau lebih badan hukum yang masih menjadi Operatr Angkutan Transprtasi Jakarta saat Peraturan Gubernur ini diundangkan. 17. Operatr Angkutan Umum Baru adalah badan hukum yang terpilih melalui prses pelelangan umum atau seleksi atau mekanisme pengadaan lainnya untuk menjadi Operatr Angkutan Transprtasi.Jakarta. 18. Alkasi Angkutan adalah jumlah kendaraan yang dapat diadakan leh peratr angkutan lama melalui prses p lnunjukan langsung leh Perseran. 19. Siap Guna Operasi yang selanjutny8 disingkat SGO adalah kndisi laik jalan kendaraan sesuai dengan persyaratan siap guna perasi sesuai Standar Operasinal Pelaksanaan (SOP) dan dilengkapi dengan Lembaran Pemeriksaan Sebelum Berperasi (LPSB). 20. Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakella yang selanjutnya disebut Pengadaan Swakella adalah pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya direncanakan. dikerjakan dan/atau diawasi sendiri leh Perseran, sesuai ketentuan dan peraturan perundangundangan. 21. Penyelenggaraan Jasa Layanan Angkutan Umum Secara Swakella yang selanjutnya disebut Swakella Operasi adalah penyelenggaraan perasinal jasa layanan llngkutan umum dimana seluruh kegiatan perasinal dan perawatan dilaksanakan leh Perseran. 22. Agen Pemegang Merek yang selanjutnya disingkat APM adalah suatu badan hukum yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan Perseran serta memilikj kmpetensi dan kredibilitas menyediakan armada kendaraan angkutan, layanan puma jual untuk kmpnen suku cadang asli kendaraan angkutan dan pemeliharaan rutin kendaraan angkutan. 23. Harga Rupiah per Kilmeter yang selanjutnya disebut Rp/km adalah harga per kilmeter tempuh angkutan pada saat berperasi yang dibayarkan leh Perseran kepada Operatr Angkutan Transprtasi Jakarta sesuai kesepakatan dalam Perjanjian Kerja Sama.

5 24. KilmElter Tempuh adalah jumlah ttal kilmeter pada saat bus berperasi mengangkut penumpang paja Kridr Busway (kilmeter prduksi) ditambah dengan jumlah ttal kilmeter saat bus berperasi tanpa mengangkut penumpang, yaitu dan pl bus ke Kridr Busway pulang pergi dan dari Kridr Busway ke stasiun pengisian bahan bakar pulang pergi serta dari pl ke stasiun pengisian bahan bakar pulang pergi (kilmeter ksng). 25. Perjanjian Kerja Sama adalah kntrak perjanjian kerja sama antara Perseran dengan Operatr Angkutan Transprtasi Jakarta mengenai pengadaan jasa layanan angkutan umum. 26. Daftar Hitam adalah daftar yang memuat ideiltitas penyedia yang.dikenakan sanksi leh Perseran. c 27. Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan klusi, krupsi dan neptisme dalam pengadaan barang/jasa. Pasal2 (1) Peraturan Gubernur ini dimaksudkan untuk memenuhi SPM yang diselenggarakan leh Perseran, baik melalui Swakella Operasi ataupun melalui Perjanjian Kerja Sama dengan Operatr Angkutan Transprtasi Jakarta. (2) Peraturan Gubernur ini bertujuan untuk menjamin tersedianya jasa layanan angkutan umum pada Sistem Transprtasi Jakarta yang memenuhi SPM. Pasal3 (1) Perseran bertugas menyelenggarakan Sistem Transprtasi Jakarta. (2) Dalam penyelenggaraan Sistem Transprtasi Jakarta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perseran dapat beke~a sama dengan peratr angkutan. (3) Operatr angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdin atas: a. Operatr Angkutan Umum Busway; b. Operatr Angkutan Umum Pengumpan; dan c. Operatr Angkutan Umum Lainnya. (4) Operatr Angkutan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas : a. Operatr Angkutan Umum Lama; dan b. Operatr Angkutan Umum Baru.

6 (5) Operatr Angkutan Umum Lama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hurut a dapat berdiri sendiri dan/atau membentuk badan hukum baru yang merupakan penggabungan (Knsrsium) dari 2 (dua) atau lebih Operatr Angkutan Lama. (6) Selain melalui Operatr Angkutan Transprtasi Jakarta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perseran dapat ditugaskan menyelenggarakan sendiri jasa layanan Angkutan Transprtasi Jakarta dengan memperhatikan SPM dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB II PENGADAAN SARANA ANGKUTAN UMUM Pasal4 (1) Dalam rangka melaksanakan penyelenggaraan Sistem Transprtasi Jakarta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Pemerintah Daerah menugaskan Perseran untuk mengadakan sarana dan prasarana jasa layanan Angkutan Transprtasi Jakarta. (2) Perseran menetapkan jumlah sarana dan prasarana jasa layanan Angkutan Transprtasi Jakarta sesuai kebutuhan Sistem Transprtasi Jakarta dan/atau sesuai penugasan Pemerintah Daerah. (3) Dalam rnelaksanakan pengadaan sarana dan prasarana jasa layanan Angkutan Transprtasi Jakarta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Perseran dapat bekerja sama dengan pihak ketiga yang berkmpeten seperti Lembaga Kebijakan Pengadaan Barangl Jasa Pemerintah (LKPP) dan/atau lembaga lainnya. (4) Pengadaan sarana dan prasarana jasa layanan Angkutan Transprtasi Jakarta leh Perseran dilakukan dengan cara : a. pelelangan umum atau pelelangan terbatas (seleksi) untuk angkutan baru; b. penunjukan langsung untuk Operatr Angkutan Lama; c. Pengadaan Swakella; dan/atau d. metde pengadaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal5 (1) Untuk menjamin ketersediaan jasa layanan Angkutan Transprtasi Jakarta, Perseran wajib melakukan pengadaan kendaraan melalui Pengadaan Swakella dengan jumlah paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari seluruh jumlah angkutan umum yang harus dilakukan sesuai rencana perasinal Perseran..

7 (2) Terhadap sisa dari jumlah angkutan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pengadaan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) h'uruf a dan huruf d dengan jumlah dan prsi pembagiannya ditentukan leh Perseran dengan tetap mempertimbangkan alkasi angkutan yang telah ditetapkan leh Dinas kepada Operatr Angkutan Lama. (3) Pengadaan melalui pelelangan umum atau pelelangan tematas (seleksi) sebagaimalla dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) huruf a diselenggarakan untuk memilih peratr yang berkualitas dan mendapatkan Rp/km yang bersaing dan kmpetitif berdasarkan kewajaran harga pasar. (4) Rp/km yang diperleh berdasarkan hasil pelelangan umum atau pelelangan terbatas (seleksi) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau nilai kntrak/perjanjian Kerja Sama sejenis sebelumnya digunakan sebagai dasar prses negsiasi Rp/km dengan Operatr Angkutan Lama dengan tetap mempertimbangkan situasi dan kndisi serta faktr eknmi lainnya. Pasal6 (1) Jumlah kendaraan Angkutan Transprtasi Jakarta yang diberikan kepada masing-masing Operatr Angkutan Lama sesuai dengan jumlah kepemilikan kendaraan pada Operatr Lama yang telah memiliki izin trayek pada saat Peraturan Gubemur ini diundangkan, dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan pelayanan Angkutan Umum Busway. (2) Perseran dapat menambah jumlah alkasi kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai kebutuhan pelayanan. (3) Apabila terdapat Operatr Lama yang tergabung dalam perusahaan knsrsium menyatakan diri keluar dari knsrsium dan bermaksud menjadi Operatr Angkutan Mandiri 'dengan menggunakan izin trayek yang pernah dimilikinya, maka jumlah alkasi pada Operatr Knsrsium dimaksud menjadi berkurang. (4) Berkurangnya jumlah alkasi pada peratr sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebesar jumlah alkasi yang diberikan pada Operatr Angkutan yang keluar. Pasal7 (1) Operatr Angkutan Lama kehilangan hak untuk mengikuti pengadaan dengan cara' penunjukan langsung dan atas alkasi.angkutan dalam hal: a. menlak Rp/km berdasarkan hasil pelelangan umum dan/atau pelelangan terbatas (seleksi) yang telah dinegsiasikan dengan Perseran; O. mengundurkan diri dari prses penunjukan langsung; dan/atau c. tidak mampu memenuhi persyaratan.

B (2) Dalam hal terdapat Operatr Angkutan Lama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, telah kehilangan hak dan/atau melepaskan haknya sebagai Operatr Angkutan Lama, maka status peratr yang bersangkutan sebagai Operatr Angkutan Lama akan dihapuskan. (3) Dalam hal terdapat Operatr Angkutan Lama statusnya dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan/atau terdapat Operatr Angkutan Lama yang tidak mampu menyerap alkasi angkutan yang diberikan, maka alkasi angkutan tersebut akan diberikan kepada Operatr Angkutan Lama lainnya. (4) Apabila tidak ada Operatr Angkutan Lama lainnya yang mampu menyerap alkasi angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),. maka akan ditawarkan melalui mekanisme pelelangan umum, pelelangan terbatas (seleksi) atau dengan metde pengadaan lainnya. BAB III PERSYARATAN PasalB Untuk dapat mengikuti prses pengadaan jasa Angkutan fransprtasi Jakarta, caln peratr harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. memiliki izin usaha/izin penyelenggaraan angkutan umum yang masih berlaku; b. menandatangani Pakta Integritas; c. memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dkumen pengadaan; d. memiliki mdal kerja paling sedikit sebesar jumlah biaya perasinal, biaya perawatan, biaya verhead dan biaya pajak selama 3 (tiga) bulan berdasarkan dkumen sald pada rekening bank perusahaan Operatr Angkutan Lama atau Garansi Bank yang telah tersedia pada saat mendaftarkan diri untuk prses pengadaan sampai dengan diterbitkannya surat penunjukan sebagai Operatr Angkutan; e. memiliki kemampuan keuangan yang sehat yang dibuktikan dengan surat dukungan keuangan dari bank dan melampirkan dkumen pendukung; f. memiliki lapran keuangan yang telah diaudit leh kantr akuntan publik paling sedikit 2 (dua) tahun terakhir; g. memiliki kemampuan untuk menyediakan angkutan paling lambat 12 (dua belas) bulan setelah ditandatanganinya Pe~anjian Kerja Sama atau sesuai persyaratan yang ditetapkan Perseran yang dibuktikan dengan surat kesanggupan dari APM;

9 h. memiliki dan/atau menguasai lahan di Daerah dengan luas yang paling sedikit mampu menampung angkutan sejumlah yang harus disediakan; i. tidak sedang dalam prses atau dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; j. melakukan kntrak perawatan angkutan jangka panjang dengan APM atau pihak yang merupakan mitra resmi yang mendapatkan rekmendasi tertulis dari APM; k. men,ediakan jaminan pelaksanaan berupa Garansi Bank senilai 5% (lima persen) dari ttal nilai Pe~anjian Ke~a Sama yang wajib diperpanjang setiap tahunnya dan berlaku dari awal sampai dengan akhir peride Perjanjian Kerja Sama; dan I. tidak termasuk ke dalam daftar hitam sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah. Pasal9 (1) Operatr Angkutan Transprtasi Jakarta wajib menyiapkan SGO sebanyak 100% (seratus persen) dari jumlah angkutan yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja Sama. (2) Selama peride Perjanjian Kerja Sama, Operatr Angkutan Transprtasi J.akarta wajib mengperasikan secara rata-rata harian sejumlah 90% (sembilan puluh persen) dari jumlah SGO sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Pengperasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan diawasi secara terus menerus dan dievaluasi setiap 3 (tiga) bulan sekali leh Perseran. (4) Dalam melaksanakan pengawasan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Perseran dapat bekerja sama dengan pihak ketiga yang berkmpeten sesuai bidangnya. BABIV.. PERJANJIAN KERJA SAMA DAN RP/KM Pasal 10 (1) Berdasarkan hasil prses pengadaan sarana dan prasarana jasa layanan Angkutan Transprtasi Jakarta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) Perseran melakukan Perjanjian Ke~a Sama dengan Operatr Angkutan Transprtasi Jakarta. (2) Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 15 (lima belas) tahun ditambah masa tunggu penyediaan sarana angkutan umum baru paling lama 12 (dua belas) bulan dari tanggal ditandatanganinya Perjanjian Kerja Sama.

10 (3) Ketentuan mengenai perpanjangan dan jangka waktu ke~a sama diatur lebih lanjut dalam Perjanjian Kerja Sama. Pasal11 (1) Terhadap Operatr Angkutan Umum Lama yang melakukan Pe~anjian Kerja Sama melalui prses penunjukan langsung dan masa bertaku Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 telah berakhir, dapat diberikan kesempatan untuk kembali. menjadi Operatr Transprtasi Jakarta dengan rnemenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. (2) PerTnhnan Operatr Angkutan Umum Lama untuk kembali menjadi Operatr Transprtasi Jakarta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diajukan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku Perjanjian Kerja Sama berakhir atau sesuai ketetapan Perseran. (3} Dalam hal Kilmeter Tempuh belum tercapai sebagaimana yang dipe~anjikan, sedangkan masa Perjanjian Kerja Sama sudah berakhir maka peratr diberikan perpanjangan perasi sampai terpenuhinya Kilmeter Tempuh. (4) Dalam hal Kilmeter Tempuh tetah tercapai sebagaimana yang dipe~anjikan,: sedangkan masa Perjanjian Kerja Sama belum berakhir maka peratr tetap melanjutkan perasinalnya sampai masa Perjanjian Kerja Sama berakhir. Pasal 12 Terhadap Operatr Angkutan Umum B3ru yang melakukan Perjanjian Kerja Sama melalui mekanisme pelelangan, seleksi atau pengadaan lainnya setelah jangka waktu Perjanjian Kerja Sama telah berakhir, dapat diberikan kesempatan kembali untuk menjadi Operatr Angkutan Transprtasi Jakarta dengan mengikuti prses pelelangan, seleksi atau pengadaan lainnya dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. Pasal 13 (1) Besaran Rp/km ditetapkan dengan memperhitungkan kmpnen : a. biaya perasinal; b. biaya perawatan; c. biaya verhead; d. laba perasinal; e. biaya pajak; dan/atau f. biaya investasi pengadaan angkutan. (2) Rp/km dapat diubah dengan mempertimbangkan 3 (tiga} faktr, yaitu:

11 a. harga bahan bakar; b. besaran upah minimum prvinsi berdasarkan dmisili penerimaan persnil; c. nilai tukar valuta asing; dan d. perhitungan inflasi tahunan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan yang rumusnya mengacu pada tingkat inflasi yang diakui leh Pemerintah Daerah dan/atau indeks inflasi umum tahunan yang ditetapkan Badan Pusat Statistik (BPS). BABV SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 14 (1) Operatr Transprtasi Jakarta yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa : a. peringatan secara tertulis; b. denda administratif; c. pembatalan/pemutusan Perjanjian Kerja Sama; dan/atau d. dimasukkan datam Daftar Hitam. (2) Ketentuan teknis tentang prsedur dan mekanisme pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan leh Perseran. BABVI KETENTUAN PERALIHAN Pasal15 Dalam rangka memberikan kesempatan kepada Operatr Angkutan Lama untuk mernenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal 8, Perseran dapat memperpanjang jangka waktu Pe~anjian Ke~a Sama denganoperatr Angkutan Lama yang akan segera berakhir dengan mempertahankan nilai dan ketentuan Pe~anjian Kerja Sama sebelumnya untuk jangka inaktu paling lama 12 (dua betas) bulan setelah Perjanjian Kerja Sama sebelumnya berakhir. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal16 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Nmr 63 Tahun 2014 tentang Prsedur Penetapan Operatr Bus Transjakarta, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

12 Pasal 17 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap rang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Prvinsi Daerah Khusus Ibukta Jakarta. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2015 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, ttd c Diundangkan di Jakarta pada tangga! 2 Februari 2015 BASUKI T. PURNAMA SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, ttd SAEFULLAH BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAf<ARTA TAHUN 2015 NOMOR 71007. Salinan sesuai dengan aslinya Plh. KEPALA BIRO-I:IUKUM SEKRETARIAT DAERAH PROVIN~~:If~'R~Pi'~SUS IBUKOTA JAKARTA, $ ",.""~~ ~;:;",\\ ~ t, '\. \t7,i(.. / w ~'f J' ;'~AH'\IbNO J~I~t~~1993031006 ~~. Q. ~;". I