BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi sengketa atau permasalahan dalam kehidupannya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

KENDALA KEWENANGAN ABSOLUTE PENGADILAN AGAMA DALAM MENANGANI SENGKETA EKONOMI SYARI AH (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA KOTA MALANG KELAS I A) SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. empiris, yang mencakup, penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis)

KOMPETENSI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA EKONOMI SYARI AH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pelanggaran prosedur perceraian bagi PNS di

BAB I PENDAHULUAN. oleh sektor hukum, yakni dilandasi dengan keluarnya peraturan perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syari ah, terutama perbankan syari ah. Demikian pula Baitul

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. diakui eksistensinya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS KOMPARASI OVERMACHT DALAM PERJANJIAN MUDHARABAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA

BAB III METODE PENELITIAN. yang berasal dari Bahasa Inggris : method, bahasa latin : methodus, Yunani :

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1998 sampai sekarang perbankan syariah di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Pengadilan Agama Kabupaten Kepanjen. untuk perkara perceraian di Pengadilan Agama Kabupaten Malang.

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengolahan dan analisis data, dan uji keshahihan data.

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA. penelitian hukum empiris kualitatif. Penelitian hukum empiris adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB III METODE PENELITIAN. konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Ekonomi, 2005, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah, Cet. III, 2 Ibid. h. 96.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Firdaus, Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2007), h.43

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep anjak piutang ( factoring) yang berdasarkan prinsip syariah sering dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. dari lembaga yang bersangkutan yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala sesuatu agar perekonomian mereka menjadi lebih stabil. Tidak

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah profil pelaku perkawinan poliandri, sebab dan akibat yang

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA BANK SYARI AH DENGAN NASABAH MELALUI PENGADILAN AGAMA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008

BAB III METODE PENELITIAN. cara untuk melakukan penyelidikan dengan menggunakan cara-cara tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB III METODE PENELITIAN. kata kunci yang perlu diperhatian yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka, 1976), hlm ), hlm 6

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah penelitian.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB III METODE PENELITIAN. individu, maupun kelompok tertentu. 1. bahasannya dan dalam peristilahannya. 2. kata-kata, gambar, bukan angka-angka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah penerapan penentuan

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Metode secara etimologi diartikan sebagai jalan atau caramelakukan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. 1

BAB III METODE PENELITIAN. penting karena jenis penelitian merupakan payung penelitian yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yakni pengamatan

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan satu sama lainnya. Begitupun kegiatan manusia sehari-hari yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada kamar kos-kosan yang berlokasi di

BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA. peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. antara suami, istri dan anak akan tetapi antara dua keluarga. Dalam UU

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian studi lapangan yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data yang relevan. 1 Metode yang akan digunakan dalam

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. inkuisi pemahaman berdasarkan pada tradisi-tradisi metodologis yang jelas tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran Islam merupakan ajaran yang lengkap dan sempurna, sehingga. dalam masalah muamalah (hubungan antar makhluk) dibahas secara

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sengketa merupakan bagian yang tak bisa terpisahkan dengan kehidupan manusia di belahan dunia mana pun. Oleh karena itu, sengketa bukan merupakan monopoli oleh masyarakat tertentu saja karena sengketa bisa terjadi di dalam lingkungan masyarakat macam apa pun. Semua lapisan masyarakat sering terjadi sengketa atau permasalahan dalam kehidupannya. Di dalam masyarakat sendiri, banyak sengketa atau permasalahan yang memang dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Namun, di sisi lain juga banyak sengketa yang ketika dicari solusi terbaik dalam menyelesaikan sengketa tersebut, hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ada kalanya sengketa yang terjadi itu tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya, terkadang pula sengketa yang terjadi itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Ketika manusia melakukan kegiatan demi memenuhi kebutuhan hidupnya, maka pasti ada suatu rambu-rambu hukum yang mengaturnya. Rambu-rambu tersebut bisa berupa peraturan yang ada di dalam al-qur an, al-hadits, peraturan perundangan, ijma, qiyas, istihsan, dan lain-lain. Akan tetapi cara manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan mendistribusikan kebutuhan yang diinginkan, tentunya didasari oleh pemikiran yang berbeda antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Hal ini merupakan perbedaan yang sering

terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan dari segi keyakinan agama, ideologi, maupun budaya hukum yang tumbuh dan juga berkembang di dalam lapisan masyarakat. Selain itu, jika kita lihat dalam hal tertentu antara manusia yang satu dengan yang lainnya ketika melakukan kegiatan memenuhi kebutuhan hidupnya, bisa saja mempunyai unsur kesamaan jika menjadikan al-qur an dan as-sunnah sebagai rambu-rambu dalam melakukan kegiatan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun rambu-rambu dalam melakukan kegiatan yang dimaksud, bisa dalam bentuk hukum perbankan, jual beli, asuransi, gadai, utang piutang, dan bisa juga dalam bentuk yang lainnya termasuk dalam bidang ekonomi yang dalam bahasa peraturan perundang-undangan dikenal dengan sebutan Hukum Ekonomi Syari ah. Hukum dan ekonomi dua hal yang tidak boleh dipisahkan, sebab dua hal ini saling melengkapi seperti dua sisi mata uang. Hukum ekonomi merupakan kajian tentang hukum yang berkaitan dengan ekonomi secara interdisipliner dan multidimensional. 1 Hukum adalah suatu kaidah atau peraturan, ekonomi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup, jadi Hukum Ekonomi syari ah merupakan sebuah kaidah yang mengatur segala permasalahan tentang kegiatan yang dilakukan oleh manusia berdasarkan pada syari at Islam yang telah ditentukan oleh Allah SWT. 1 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syari ah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, Cet 1, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2012), hal. 5.

Dalam hukum Islam, penyelesaian sengketa ekonomi syari ah dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu: a. Al-Sulh (Perdamaian) Secara bahasa, sulh berarti meredam pertikaian, sedangkan menurut istilah sulh berarti suatu jenis akad atau perjanjian untuk mengakhiri perselisihan/pertengkaran antara dua pihak yang bersengketa secara damai. 2 Dalam melakukan perjanjian perdamaian itu sendiri ada tiga rukun yang wajib dipenuhi, yaitu ijab, kabul, dan lafaz dari perjanjian damai tersebut. Dari perjanjian damai itulah kemudian lahir suatu ikatan hukum, yang mewajibkan pihak-pihak yang melakukan perjanjian tersebut untuk melaksanakan perjanjian yang disepakati. Perjanjian perdamaian (sulh) yang dilaksanakan sendiri oleh kedua belah pihak yang berselisih atau bersengketa, dalam praktik di beberapa negara Islam, terutama dalam hal perbankan syari ah disebut dengan tafawud dan taufiq (perundingan dan penyesuaian). Kedua hal yang terakhir ini biasanya dipakai dalam mengatasi persengketaan antara intern bank, khususnya bank dan lembaga-lembaga keuangan pemerintah. 3 b. Tahkim (Arbitrase) Secara umum, tahkim memiliki pengertian yang sama dengan arbitrase, yaitu pengangkatan seseorang atau lebih sebagai wasit dari adanya dua orang atau lebih, guna menyelesaikan persengketaan mereka dengan cara damai, dan orang yang menyelesaikan sengketa disebut dengan hakam. 2 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir (Kamus Arab-Indonesia), (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), hal. 843 3 Abdul Manan, Op.Cit, hal. 429

c. Wilayat al-qadha (Kekuasaan Kehakiman) 1. Al-Hisbah Al-Hisbah merupakan lembaga resmi negara yang diberi wewenang untuk menyelesaikan masalah-masalah atau pelanggaran ringan yang menurut sifatnya tidak memerlukan peradilan dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. 2. Al-Madzalim Lembaga ini dibentuk oleh pemerintah tujuannya untuk membela orang-orang yang teraniaya yang disebabkan oleh sikap semena-mena dari pembesar negara atau keluarganya, yang biasanya sulit untuk dapat diselesaikan oleh pengadilan biasa atau kekuasaan hisbah. 3. Al-Qadha (Peradilan) Kata peradilan berasal dari akar kata adil, dengan awalan per dan dengan imbuhan an. Kata peradilan sebagai terjemahan dari qadha, yang berarti memutuskan, melaksanakan, menyelesaikan. 4 Dan ada pula yang menyatakan bahwa umumnya kamus tidak membedakan antara peradilan dengan pengadilan. 5 Ilmu ekonomi syari ah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia sebagai hubungan antara tujuan dan sarana untuk memiliki kegunaan-kegunaan alternatif berdasarkan hukum Islam. Adapun studi ilmu ekonomi syari ah adalah suatu studi yang mempelajari cara-cara manusia mencapai kesejahteraan dan mendistribusikannya berdasarkan hukum Islam. 4 Ahmad Warson Munawir, Op. Cit., hal. 1215. 5 Abdul Mujib Mabruri Thalhah Sapiah AM. Kamus Istilah Fikih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), hal.258.

Kesejahteraan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai dan harga, mencakup harta kekayaan, baik dalam bentuk menjual dan dibeli oleh para pebisnis, maupun dalam bentuk transaksi lainnya yang sesuai dengan ekonomi syari ah. Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang- Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, telah disahkan oleh Presiden Republik Indonesia. Munculnya Undang-Undang baru ini membawa implikasi besar terhadap perundang-undangan yang mengatur harta benda, bisnis, dan perdagangan secara luas. Pada pasal 49 poin i disebutkan dengan jelas bahwa peradilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang ekonomi syariah. Berdasarkan pada Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 yang diperbaharui atau diamandemen dengan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, maka peradilan agama memiliki kewenangan dalam memeriksa sengketa-sengketa bisnis yang diajukan kepadanya. Satu hal mendasar yang membedakan pengadilan agama dengan pengadilan negeri dalam memeriksa sengketa bisnis adalah basis sengketanya, yaitu lembaga ekonomi syari ah. Wewenang baru yang diberikan kepada pengadilan agama tersebut bisa dikatakan sebagai tantangan bagi lembaga pengadilan. Dikatakan sebagai tantangan karena selama ini sebelum adanya wewenang ekonomi syari ah yang menjadi kewenangan mutlak peradilan agama, belum ada pengalaman bagi

pengadilan agama dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syari ah sehingga jika sekiranya datang suatu perkara yang berkaitan dengan ekonomi syari ah, maka sudah menjadi kewajiban bagi lembaga ini untuk mencari dan mempersiapkan diri dengan seperangkat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan sengketa ekonomi syari ah. Ketika wewenang mengadili sengketa hukum ekonomi syariah menjadi wewenang absolute pengadilan agama, maka dibutuhkan adanya kodifikasi hukum ekonomi syariah yang lengkap agar hukum ekonomi syariah memiliki kepastian hukum dan para hakim memiliki rujukan standar dalam menangani dan menyelesaikan kasus-kasus sengketa dalam bisnis syari ah. Kodifikasi merupakan himpunan berbagai peraturan menjadi undangundang. Dalam sejarahnya, formulasi suatu hukum atau peraturan dibuat secara tertulis yang disebut jus scriptum. Dalam perkembangan selanjutnya lahirlah berbagai peraturan-peraturan dalam bentuk tertulis yang disebut corpus juris. Setelah jumlah peraturan itu menjadi demikian banyak, maka dibutuhkan sebuah kodifikasi hukum yang menghimpun berbagai macam peraturan perundang-undangan. Para ahli hukum dan hakim pun berupaya menguasai peraturan-peraturan itu dengan baik agar mereka bisa menyelesaikan berbagai macam persoalan hukum yang muncul di tengah masyarakat dengan penuh keadilan dan kemaslahatan. Berdasarkan pada dasar pemikiran di atas, dapat diketahui bahwa hukum ekonomi syariah yang berasal dari fiqh muamalah, yang telah dipraktekkan atau diterapkan dalam aktivitas di Lembaga Keuangan Syariah (LKS),

memerlukan wadah peraturan perundang-undangan yang tujuannya agar memudahkan penerapannya dalam kegiatan usaha di lembaga-lembaga keuangan syariah. Wadah peraturan perundang-undangan itulah yang kemudian dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan di pengadilan tentunya dalam bidang ekonomi syariah. Dari latar belakang masalah di atas, peneliti kemudian tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang KENDALA KEWENANGAN ABSOLUTE PENGADILAN AGAMA DALAM MENANGANI SENGKETA EKONOMI SYARI AH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A). B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan atau uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah kewenangan Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A dalam menangani sengketa ekonomi syari ah sudah berjalan efektif? 2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syari ah?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang sejauh mana kewenangan Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A berjalan efektif dalam menangani sengketa ekonomi syari ah. 2. Untuk mengetahui secara jelas tentang penyebab atau kendala-kendala yang dihadapi oleh Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A dalam menangani sengketa ekonomi syari ah. D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang kendala kewenangan absolute Pengadilan Agamadalam menangani sengketa ekonomi syari ah diharapkan memiliki manfaat tertentu. Manfaat tersebut sekurang-kurangnya memiliki dua aspek, yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat Sosial (social value), yang diharapkan berguna untuk: a. Memberi gambaran bagi masyarakat muslim Indonesia tentang bagaimana efektivitas kewenangan Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A dalam menangani sengketa ekonomi syari ah. b. Memberikan gambaran bagi masyarakat muslim tentang kendala yang dihadapi oleh Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A ketika menangani sengketa ekonomi syari ah.

c. Memberi informasi kepada masyarakat muslim pada umumnya, khususnya bagi para pelaku bisnis syari ah dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syari ah melalui Pengadilan Agama. d. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat muslim tentang ekonomi syari ah. 2. Manfaat Akademik (academic value) a. Diharapkan penulisan skripsi tentang kendala kewenangan absolute Pengadilan Agama dalam menangani sengketa ekonomi syari ah ini dapat dijadikan sebagai pemenuhan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana S-1 Syari ah Universitas Muhammadiyah Malang. b. Diharapkan dengan adanya penulisan skripsi ini, bisa menambah khazanah keilmuan dalam bidang ekonomi syari ah yang pada saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. E.Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research), yaitu semua jenis penelitian yang memerlukan kancah sebagai obyek penelitian. 6 Dapat diketegorikan juga sebagai penelitian empiris sosiologis, yaitu penelitian yang diteliti pada 26. 6 Endang Poerwanti, Dimensi-dimensi Riset Ilmiah (Malang: UMM PRESS, 1998), hal.

awalnya adalah data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan atau masyarakat. 7 2. Obyek Penelitian Sesuai dengan judul dan rumusan masalah yang diambil peneliti, maka lokasi penelitian adalah Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A. Hal ini dikarenakan data-data maupun sumber yang terkait dengan kasus yang diambil oleh peneliti tentang sengketa ekonomi syari ah terdapat di Pengadilan Agama Kota Malang Kelas 1 A. 3. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif diartikan dengan penelitian dengan sasaran penelitian yang terbatas, tetapi dengan keterbatasan sasaran penelitian yang ada itu digali sebanyak mungkin data mengenai sasaran penelitian. 8 Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun veriabel tertentu. 9 Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dikarenakan sasaran dalam penelitian ini terbatas, namun dengan adanya keterbatasan itulah peneliti akan menggali data sebanyak mungkin yang 7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI-PRESS1986), hal. 52. 8 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hal. 29. 9 Ibid, hal. 48

kemudian peneliti akan menggambarkan situasi, kondisi yang timbul pada objek penelitian itu. 4. Sumber Data a. Data Primer Yang dimaksud data primer dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari subyek penelitian yaitu dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Hakim Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A. b. Data Sekunder Yang dimaksud data sekunder dalam penelitian ini adalah data pendukung yang diperoleh dari beberapa literatur yang ada, seperti: buku, majalah, atau lainnya yang masih terkait dalam penelitian ini. c. Data Tersier Data Tersier adalah penjelasan terhadap data primer dan data sekunder seperti kamus, ensiklopedi, dan indeks kumulatif. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. 10 10 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cet.IV (Bandung: IKAPI, 2002), hal. 130.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. 11 Wawancara tersebut dilakukan kepada narasumber yaitu Hakim Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A. Sebelum melakukan wawancara, peneliti minta waktu terlebih dahulu, kapan dan dimana bisa melakukan wawancara. Dengan cara ini, maka suasana wawancara akan lebih baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid. 12 b. Observasi Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. 13 Observasi dalam penelitian ini merupakan observasi tidak terstruktur, yaitu peneliti melakukan pengamatan dengan terlebih dahulu mempersiapkan dan mencatat hal-hal yang dibutuhkan dari obyek penelitian tersebut. 11 Ibid,. 12 Ibid., hal. 134 13 Ibid., hal. 139

c. Dokumentasi Teknik dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teknik yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Peneliti akan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang di dapatkan dari Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A seperti prosedur penyelesaian sengketa ekonomi syari ah yang diajukan ke Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A, alasan yang melatarbelakangi kendala yang dihadapi oleh Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syari ah, dan lain sebagainya. 6. Analisa Data Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisa data yang diperoleh. Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 14 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisa data deskriptif kualitatif. Peneliti akan menganalisa data yang diperoleh di lapangan, yakni Pengadilan Agama Kota Malang Kelas I A dalam jumlah yang terbatas. Namun dengan adanya keterbatasan itu, peneliti akan berusaha menggambarkan situasi atau kondisi yang terjadi di lapangan. 2005), hal. 191. 14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,