DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
*) Dra. Ita Rustiati Ridwan, adalah Dosen PGSD UPI Serang Banten.

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

KAJIAN KELAPA SAWIT DAN PEREKONOMIAN DESA DI DAERAH RIAU 1

Almasdi Syahza 2 Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru

1 ^ PENDAHULUAN Latar Belakang ' Perumusan Model Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemetaan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Agribisnis

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI DAERAH RIAU 1

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

Potensi daerah yang berpeluang pengembangan tanaman hortikultura; tanaman perkebunan; usaha perikanan; usaha peternakan; usaha pertambangan; sektor in

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KELAPA SAWIT DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN DI PROPINSI RIAU 1

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis angka pengganda (multiplier) meliputi value added multiplier

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN PERINDUSTRIAN, TRANSPORTASI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INDUSTRI JASA

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

Sumitro (1994) mengemukakan bahwa, dimensi ekonomi regional dalam. perekonomian antar daerah. Disini kita dihadapkan dengan suatu dilema yang dapat

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis perekonomian Provinsi Riau menggunakan

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

Kata kunci : Pemberdayaan, ekonomi pedesaan, agribisnis

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

terhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

KELAPA SAWIT, DAMPAKNYA TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN 1

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

Lahan Gambut Indonesia

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.

MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERKEBUNAN DALAM MENDUKUNG KEBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Untuk mewujudkan Visi Daerah Kabupaten Temanggung di. atas, pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan dilakukan dalam 6

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Masyarakat di Pulau Bangka pada dasarnya menggantungkan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VI. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP OUTPUT SEKTORAL, PENDAPATAN TENAGA KERJA DAN RUMAH TANGGA

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN USAHA KECIL dan MENENGAH (UKM) UNTUK PERCEPATAN PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROPINSI RIAU

Peran GIZ SREGIP Untuk Mendukung Pengembangan Sektor Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah sebanyak 100 orang yang terdiri dari masyarakat Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGANTAR ILMU PERTANIAN

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

Transkripsi:

DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH 1. Dampak Industry Terhadap Perekonomian Krisis ekonomi menyebabkan turunnya kinerja sektor industri. jumlah unit industri besar berkurang, namun industri kecil dan kerajinan terus bertambah. Misalnya industry tas dan koper yang mengalami pertambahan unit dari tahun ke tahun, bahkan pada saat krisis sekalipun. Pertambahan unit industri tas dan koper tentunya akan berpengaruh kuat dalam pengembangan perekonomian local, bila industri tas dan koper tersebut memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektorsektor ekonomi lokal. Hal ini diungkapkan oleh Yeates dan Gardner dalam Muhajar (1991) bahwa perkembangan industri sering dikaitkan dengan perkembangan suatu wilayah. Hal ini disebabkan oleh adanya efek multiplier dan inovasi yang ditimbulkan oleh kegiatan industri berinteraksi dengan potensi dan kendala. Pertumbuhan industri di suatu wilayah, dalam kenyataannya belum tentu dapat dirasakan dampak positifnya oleh masyarakat di daerah tersebut, bila dalam kenyataannya pertumbuhan industri tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan sektor ekonomi local, seperti yang dinyatakan oleh Irawan dan Suparmoko (1992) didalam Utama (2002) yang terjadi di Pakanbaru dan Dumai dimana terdapat kegiatan yang padat modal seperti tambang minyak. Apa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut hanya semata-mata untuk ekspor dan hubungannya dengan dalam negeri hanya dalam bentuk pembayaran upah-upah buruh. Tidak adanya keterkaitan dengan kegiatan ekonomi local, sehingga menyebabkan daerah tersebut menrupakan daerah kantong cacing (the foreign enclave). Oleh karena itu pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah apakah pertumbuhan industri tas dan koper yang pesat di daerah itu dapat mendukung pengembangan perekonomian lokal di daerah itu? ditinjau dari keterkaitan industri tas dan koper terhadap sektor-sektor ekonomi lokal dan dampak industri tas dan koper terhadap peningkatan kesejahteraan tenaga kerjanya.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan industri tas dan koper relatif kuat dalam mendukung pengembangan perekonomian lokal. Hal ini dapat terlihat dari keterkaitan industri tas dan koper terhadap sektor jasa yaitu ruang pamer yang mengalami pertumbuhan pesat. Selain itu pada saat krisis industri, tas dan koper juga mengalami pertumbuhan unit. Berarti industri tas dan koper menyerap tenaga kerja yang lebih besar dan mengakibatkan adanya perubahan peningkatan kesejahteraan bagi tenaga kerjanya. Selain itu, karena keberadaan industri tas dan koper yang mengalami pertumbuhan yang pesat, mampu menarik minat investor untuk membuka usaha, diantaranya adalah agen perjalanan wisata, mini market dan sebagainya. 2. Dampak Industry Terhadap Pembangunan Daerah Perkembangan sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini cukup menggembirakan, namun tingkat pendapatan masyarakat dari usaha pertanian belum meningkat seperti yang diharapkan. Karena itu Pemerintah mencanangkan sasaran pembangunan di Indonesia harus mengacu kepada Lima Pilar Utama, yaitu: 1) pembangunan ekonomi berbasiskan kerakyatan; 2) pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia; 3) pembangunan kesehatan/olahraga; 4) pembangunan/kegiatan seni budaya; dan 5) pembangunan dalam rangka meningkatkan iman dan taqwa. Pembangunan ekonomi kerakyatan difokuskan kepada pemberdayaan petani terutama di pedesaan, nelayan, perajin, dan pengusaha industri kecil. Setiap pembangunan yang dilaksanakan harus mengacu kepada lima pilar utama. Karena pembangunan daerah sangat ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh suatu daerah, maka kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah harus mengacu kepada potensi daerah yang berpeluang untuk dikembangkan, khususnya sektor pertanian. Potensi tersebut antara lain: 1) tanaman hortikultura; 2) tanaman perkebunan; 3) usaha perikanan; 4) usaha peternakan; 5) usaha pertambangan; 6) sektor industri; dan 7) potensi keparawisataan. Pengembangan

sektor pertanian dalam arti luas harus diarahkan kepada sistem agribisnis dan agroindustri, karena pendekatan ini akan dapat meningkatkan nilai tambah sektor pertanian, yang pada hakekatnya dapat meningkatkan pendapatan bagi pelakupelaku agribisnis dan agroindustri di daerah. Untuk pembangunan ekonomi pedesaan pemerintah daerah telah mengembangkan sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan. Arah kebijaksanaan sektor perkebunan ini adalah melaksanakan perluasan areal perkebunan dengan menggunakan sistem perkebunan inti rakyat (PIR), program kredit koperasi primer untuk anggota (KKPA) serta memberikan kesempatan kepada perkebunan swasta. Sub sektor ini dapat menyerap tenaga kerja, menunjang program permukiman dan mobilitas penduduk serta meningkatkan produksi dalam negeri maupun ekspor nonmigas. Perkebunan yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah perkebunan kelapa sawit, karet, dan kelapa. Misalnya di daerah Riau yaitu perkebunan kelapa sawit. Pembangunan perkebunan kelapa sawit pada hakekatnya adalah pembangunan ekonomi yang berorientasi pedesaan. Sasaran pembangunan sektor perkebunan tersebut adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan. Dengan demikian jumlah masyarakat miskin terutama di pedesaan dapat dikurangi. Tujuan pokok proyek perkebunan yang dilaksanakan itu adalah : pertama, meningkatkan produktivitas kebun-kebun rakyat dengan cara penyuluhan teknologi baru pertanian kepada mereka dan kedua, menjadikan sistem perkebunan tersebut sebagai program pemerataan baik dari segi penduduk maupun sebagai pemerataan pembangunan.

KESIMPULAN Krisis ekonomi menyebabkan turunnya kinerja sektor industri. jumlah unit industri besar berkurang, namun industri kecil dan kerajinan terus bertambah. Begitupun juga yang terjadi dengan industri tas dan koper yang mengalami pertambahan unit dari tahun ke tahun, bahkan pada saat krisis sekalipun. Pertambahan unit industri tas dan koper tentunya akan berpenganrh kuat dalam mendukung pengembangan perekonomian lokal bila industri tas dan koper tersebut memiliki keterkaitan yang kuat dengan sector-sektor ekonomi local. Hal serupa diungkapkan oleh bahwa perkembangan industri sering dikaitkan dengan perkembangan suatu wilayah. Hal ini disebabkan oleh adanya efek multiplier dan inovasi yang ditimbulkan oleh kegiatan industri berinteraksi dengan potensi dan kendala yang dimiliki wilayah. Pertumbuhan industri di suatu wilayah, dalam kenyataannya belum tentu dapat dirasakan dampak positifnya oleh masyarakat di daerah tersebut, bila dalam kenyataannya pertumbuhan industri tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan sektor ekonomi lokal Seperti yang dinyatakan oleh Irawan dan Suparmoko (1992) didalam Utama (2002) yang terjadi di Pakanbaru dan Dumai dimana terdapat kegiatan yang padat modal seperti tambang minyak. Apa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut hanya semata-mata untuk ekspor dan hubungannya dengan dalam negen hanya dalam bentuk pembayaran upah-upah buruh. Tidak adanya keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lokal menyebabkan daerah tersebut menrpakan daerah kantong acing (the foreign enclave). Oleh karena itu pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah apakah pertumbuhan industri tas dan koper yang pesat dapat mendukung pengembangan perekonomian local, ditinjau dari keterkaitan industri tas dan koper terhadap sektorsektor ekonomi lokal dan dampak industri tas dan koper terhadap peningkatan kesejahteraan tenaga kerjanya.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan industri tas dan koper relatif kuat dalam mendukung pengembangan perekonomian lokal Hal ini dapat terlihat dari keterkaitan industri tas dan koper terhadap sektor jasa yaitu ruang pamer yang mengalami pertumbuhan sebesar yang sangat pesat. Selain itu pada saat krisis industri tas dan koper juga mengalami pertumbuhan unit. Berarti industri tas dan koper menyerap tenaga kerja yang lebih besar dan mengakibatkan adanya perubahan peningkatan kesejahteraan bagi tenaga kerjanya. Selain itu, karena keberadaan industri tas dan koper yang mengalami pertumbuhan yang pesat, mampu menarik minat investor untuk membuka usaha di diantaranya adalah agen perjalanan wisata, mini market. Kawasan perkebunan telah menyebabkan munculnya sumber-sumber pendapatan baru yang bervariasi. Sebelum dibukanya kawasan perkebunan di pedesaan, sampel mengungkapkan sumber pendapatan masyarakat relatif homogen, yakni menggantungkan hidupnya pada sektor primer, memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia seperti apa adanya tanpa penggunaan teknologi yang berarti. Data lapangan mengungkapkan pada umumnya masyarakat hidup dari sektor pertanian sebagai petani tanaman pangan (terutama palawija) dan perkebunan (karet). Pada masyarakat di sekitar aliran sungai mata pencaharian sehari-hari pada umumnya sebagai nelayan dan pencari kayu di hutan. Selain teknologi yang digunakan sangat sederhana dan monoton sifatnya tanpa pembaharuan (dari apa yang mampu dilakukan). Orientasi usahanya juga terbatas kepada pemenuhan kebutuhan keluarga untuk satu atau dua hari mendatang tanpa perencanaan pengembangan usaha yang jelas (subsisten). Kegiatan pembangunan perkebunan telah menimbulkan mobilitas penduduk yang tinggi. Akibatnya di daerah-daerah sekitar pembangunan perkebunan muncul pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya daya beli masyarakat pedesaan, terutama terhadap kebutuhan rutin rumah tangga dan kebutuhan sarana produksi perkebunan kelapa

sawit. Dari sisi kebutuhan rumah tangga rata-rata pengeluaran petani setiap bulannya sebesar Rp 1.183.288. Apabila dikaji dari struktur biaya pengusahaan perkebunan kelapa sawit yang teknis operasionalnya dirancang lebih banyak menggunakan teknik manual, biaya yang berkaitan dengan tenaga kerja langsung serta tenaga teknis di lapangan memiliki porsi yang cukup besar. Berdasarkan hal tersebut, perputaran uang yang terjadi di lokasi dalam jangka panjang diperkirakan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah ini dengan tumbuhnya perdagangan dan jasa. Hal ini memberikan arti bahwa kegiatan perkebunan kelapa sawit di pedesaan menciptakan multiplier effect, terutama dalam lapangan pekerjaan dan peluang berusaha. Suatu peluang usaha akan menjadi sumber pendapatan yang memberikan tambahan penghasilan kepada masyarakat jika mampu menangkap peluang usaha yang potensial dikembangkan menjadi suatu kegiatan usaha yang nyata. Dengan demikian kemampuan masyarakat memanfaatkan peluang yang ada akan dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat dalam menangkap peluang itu sendiri. Hal kedua adalah kemampuan mengorganisir sumberdaya yang dimiliki sedemikian rupa sehingga peluang yang potensial menjadi usaha yang secara aktual dapat dioperasikan (Basri, 2003). Dengan menggunakan rumus angka pengganda diperoleh nilai MPC = 0,8415 dan nilai PSY =0,7079. Sehingga diperoleh angka pengganda sebesar 2,48. Nilai ini dapat memberikan arti bahwa setiap pembelanjaan oleh petani kelapa sawit di lokasi dan sekitarnya sebesar Rp 100, secara sinerjik menjadikan perputaran uang di lokasi tersebut dan sekitarnya sebesar Rp 248,00 melalui bentuk-bentuk..usaha..baik..riil..maupun..jasa.

Nilai-nilai tersebut diperoleh dengan dasar dan asumsi sebagai berikut: Persentase pendapatan petani sawit dibelanjakan di wilayah setempat (MPC) sekitar 84,15 %. Kebutuhan kegiatan perkebunan kelapa sawit yang dapat dipenuhi di wilayah setempat (PSY) sebesar 70, 97 %, antara lain: 1. Kebutuhan peralatan pertanian ringan yang digunakan dalam kelola teknis diproyeksikan mampu dipenuhi oleh wilayah setempat. 2. Pengadaan sarana prasarana penunjang yang disediakan oleh perusahaan perkebunan dan koperasi dapat dipenuhi oleh wilayah setempat. Jadi dampak industri secara umum dapat berdampak berdampak positif maupun negatife,dintaranya: 1) Dampak positif pembangunan industri: a. menambah penhasilan penduduk b. menghasilkan aneka barang c. memperluas lapangan pekerjaan d. mengurangi ketergantungan dengan Negara lain e. memperbesar kegunaan bahan mentah f. bertambahnya devisa Negara 2) Dampak negatife pembangunan industri: a. terjadinya arus urbanisasi b. terjadinya pencemaran lingkungan c. adanya sifat konsumerisme d. lahan pertanian semakin kurang e. cara hidup masyarakat berubah f. limbah industri menyebabkan polusi tanah g. terjadinya peralihan mata pencaharian

http://www.bunghatta.info/content.php?article.212 http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpl-gdl-s1-2003- rizaagusir-16&q=usaha lembar kerja siswa Sakti geografi SMA kelas 3 Semester 1