KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

EKSPOR CPO (Crude Palm Oil) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DEARAH RIAU. Abstract

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI DAERAH RIAU 1

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN KELAPA SAWIT: DAMPAKNYA TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN DI DAERAH RIAU

KELAPA SAWIT DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN DI PROPINSI RIAU 1

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

terhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.

1.1 Latar Belakang Masalah

RINGKASAN EKSEKUTIF. Tim Peneliti: Almasdi Syahza; Suwondo; Djaimi Bakce; Ferry HC Ernaputra; RM Riadi

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

KAJIAN KELAPA SAWIT DAN PEREKONOMIAN DESA DI DAERAH RIAU 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KAJIAN DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI. ABSTRAKSI Rita Yani lyan, Yusbar Yusuf Susi Lenggogeni

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

MODEL KELEMBAGAAN EKONOMI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI RIAU 1

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERKEBUNAN DALAM MENDUKUNG KEBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI DAERAH RIAU 1 (Export and Economic Growth in Riau Province) A B S T R A K

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

Almasdi Syahza 2 Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

Almasdi Syahza 1 Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU. Henny Indrawati

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia.

SENSITIVITAS PERTUMBUHAN EKONOMI SUMSEL TERHADAP HARGA KOMODITAS PRIMER; PENDEKATAN PANEL DATA

Abstraksi. Rita Yani Iyan, Yusbar Yusuf dan Susi Lenggogeni

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

PELUANG PENGEMBANGAN PABRIK KELAPA SAWIT SKALA KECIL DI DAERAH RIAU 1 (The opportunity in Developing a Small Scale Oil Palm Industry in Riau Region)

ANALISIS DISPARITAS SPASIAL DAN ALIRAN INVESTASI DI DAERAH RIAU (The Analysis of The Spatial Disparity and Investment Flows in The Riau Province)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU Almasdi Syahza 1 dan Rina Selva Johan 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id: syahza@telkom.net Website: http://almasdi.unri.ac.id Abstrak Di daerah Riau sedang berkembang bermacam proyek pertanian khususnya perkebunan baik perkebunan karet maupun perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh pihak swasta dan BUMN. Kegiatan perkebunan kelapa sawit akan berpengaruh pada perkembangan ekonomi daerah (regional) diluar sektor migas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembangunan perkebunan kelapa sawit terhadap ekonomi regional Daerah Riau. Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder, antara lain: investasi perkebunan, PDRB, luas lahan perkebunan, produksi kelapa sawit, data ekspor CPO, data ekspor komoditi perkebunan lainnya. Untuk mengetahui kontribusi ekspor minyak kelapa sawit terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Riau dilakukan dengan analisis regresi. Pembangunan perkebunan kelapa sawit di dearah Riau berdampak terhadap ekonomi regional, antara lain: dapat mengurangi ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat pedesaan; dapat menekan tingkat ketimpangan antar daerah kabupaten/kota di Riau; meningkatkan ekspor nonmigas daerah, yaitu ekspor produk dari kelapa sawit (CPO). Eskpor CPO sangat mempengaruhi PDRB daerah Riau secara signifikan pada tingkat keyakinan 5% (t hitung =2,776>t 5%=2,306). Kata kunci: Kelapa sawit, ekspor CPO, ekonomi regional Pendahuluan Pembangunan ekonomi pedesaan pemerintah daerah telah mengembangkan sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan. Arah kebijaksanaan sektor perkebunan ini adalah melaksanakan perluasan areal perkebunan dengan menggunakan sistem perkebunan inti rakyat (PIR) serta memberikan kesempatan kepada perkebunan swasta. Sub sektor ini dapat menyerap tenaga kerja, menunjang program permukiman dan mobilitas penduduk serta meningkatkan produksi dalam negeri maupun ekspor nonmigas. Dalam rangka menunjang kebijaksanaan pemerintah tersebut, terutama untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat, maka pemerintah Daerah Propinsi Riau mengambil kebijaksanaan pengembangan perkebunan melalui perusahaan inti rakyat perkebunan (PIR-BUN) sebagai salah satu yang 1 Staf pengajar pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Riau; email: syahza@telkom.net; a_syahza@yahoo.com 2 Staf pengajar pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Riau; email: rinaselva@yahoo.com.sg Lembaga Penelitian Universitas Riau 1

dianggap tepat. Perkebunan yang banyak dikembangkan di daerah Riau adalah perkebunan kelapa sawit, karet, dan kelapa. Untuk sektor perkebunan Pemerintah Daerah Riau menetapkan kelapa sawit sebagai komoditas unggulan daerah. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting dan strategis di daerah Riau karena peranannya yang cukup besar dalam mendorong perekonomian rakyat, terutama bagi petani perkebunan. Hal ini cukup beralasan karena daerah Riau memang cocok dan potensial untuk pembangunan pertanian perkebunan. Dengan luas mencapai 1.486.989 ha pada tahun 2003, maka pada saat ini daerah Riau mempunyai kebun kelapa sawit terluas di Indonesia. Produksi CPO dari daerah Riau pada tahun 2003 telah mencapai 3.832.228 ton (Dinas Perkebunan Propinsi Riau Tahun 2003). Ada beberapa alasan kenapa Pemerintah Daerah Riau mengutamakan kelapa sawit sebagai komoditas utama, antara lain: Pertama, dari segi fisik dan lingkungan keadaan Derah Riau memungkinkan dikembangkan perkebunan kelapa sawit. Kondisi Daerah Riau yang relatif datar akan memudahkan dalam pengelolaan dan dapat menekan biaya produksi; Kedua, kondisi tanah yang memungkinkan untuk ditanam kelapa sawit akan membuat produksi lebih tinggi dibandingkan daerah lain; Ketiga, dari segi pemasaran hasil produksi Daerah Riau mempunyai keuntungan, karena letaknya yang strategis dengan pasar internasional yaitu Singapur; Keempat, Daerah Riau merupakan daerah pengembangan Indonesia Bagian Barat dengan dibukanya kerjasama IMS-GT dan IMT-GT, tentu saja akan membuka peluang pasar yang lebih menguntungkan; dan kelima, berdasarkan hasil yang telah dicapai menunjukkan bahwa kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada petani dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya (Almasdi Syahza, 2002). Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Daerah Riau diharapkan mampu mencapai hal-hal sebagai berikut (Disbun Propinsi Riau, 1994); 1). Peningkatan produksi baik volume maupun mutu hasil-hasil perkebunan sehingga pendapatan petani produsen dapat mencapai US $1,800.00 per KK per tahun; 2). Meningkatkan ekspor hasil perkebunan; 3). Menciptakan dan memperluas lapangan kerja; 4). Memenuhi kebutuhan industri dalam negeri; 5). Memeratakan kegiatan dalam wilayah pembangunan. Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Daerah Riau tujuan akhirnya adalah meningkatkan ekspor nonmigas guna memperoleh sumber devisa. Khususnya ekspor non migas dari sektor perkebunan kelapa sawit adalah ekspor minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) atau CPO. Devisa ini akan digunakan untuk pembangunan perekonomian Daerah Riau melalui pengembangan investasi baik disektor pertanian maupun pada sektor non pertanian. Dalam jangka panjang akan terjadi multiplier effect perekonomian, dan pada akhirnya merangsang pertumbuhan ekonomi regional Daerah Riau (Almasdi Syahza, 2003). Diversifikasi hasil produksi pertanian melalui pembudidayaan kelapa sawit akan lebih meningkatkan produktivitas sektor pertanian serta merupakan akselerator bagi pertumbuhan sektor ekonomi lainnya, seperti perluasan kesempatan kerja, transportasi, peluang usaha, mobilitas penduduk, dan industri yang berkaitan dengan pengolahan kelapa sawit. Dengan demikian sedikit-demi sedikit usaha tersebut akan meluas dan memberikan dampak yang Lembaga Penelitian Universitas Riau 2

positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini hanya mengkaji pengaruh pembangunan perkebunan kelapa sawit terhadap ekonomi regional Daerah Riau. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat metode perkembangan (Developmental Research). Tujuan penelitian perkembangan adalah untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi waktu. Penelitian ini dilakukan di Pekanbaru, waktu penelitian tiga bulan yaitu bulan Juni sampai Agustus 2005. Data yang dianalisis, adalah data sekunder, diperoleh dari instansi terkait mencakup: investasi sektor perkebunan, nilai PDRB, luas lahan perkebunan, produksi kelapa sawit, data ekspor CPO, ekspor komoditi perkebunan lainnya selama periode 1993-2003. Ekspor Riau dari subsektor perkebunan tidak hanya berupa minyak kelapa sawit, tetapi juga dari komoditi karet, kelapa (kopra), dan komoditi lainnya. Pada penelitian ini hanya menganalisis berapa besar kontribusi ekspor minyak kelapa sawit terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Riau. Analisis ini didasarkan kepada rumus berikut: Y = y (X i, X L, I v, e) dimana; Y adalah PDRB daerah Riau, X i merupakan ekspor untuk komoditi subsektor perkebunan, X L adalah ekspor selain subsektor perkebunan, I v merupakan investasi di daerah Riau untuk sektor perkebunan. Investasi yang dipakai adalah T-3, dengan asumsi bahwa investasi pada subsektor perkebunan baru menghasilkan setelah berjalan 3 tahun. Selanjutnya fungsi di atas dapat ditulis dalam bentuk persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X L + I v + e Keterangan; Y=PDRB daerah Riau; X 1 = ekspor minyak kelapa sawit (CPO); X 2 = ekspor karet; X 3 = ekspor kelapa (kopra/minyak kelapa); X L = ekspor di luar subsektor perkebunan; I v =Invesatsi yang dilakukan di daerah Riau pada sektor perkebunan; a=merupakan konstanta; b i =koefisien regresi; dan e=residual (variabel lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, pada analisis ini diasumsikan tidak diperhitungkan). Guna mengetahui besarnya kontribusi dan pengaruh pembangunan perkebunan kelapa sawit terhadap PDRB Riau, dianalisis pada tingkat keyakinan 95 persen. Untuk menentukan komoditi perkebunan yang berpengaruh terhadap PDRB daerah Riau dilakukan dengan uji t. Apbila t hitung besar dari t tabel maka variabel tersebut berpengaruh secara siginifikan terhadap variabel dependennya. Guna mengetahui variasi keterkaitan variabel independen secara keseluruhan dianalisis melalui nilai koefisien diterminan (R 2 ). Selanjutnya juga dapat diketahui apakah semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan dengan uji F. Dari hasil analisis tersebut terlihat kontribusi dan pengaruh ekspor minyak kelapa sawit (CPO) terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB) daerah Riau. Hasil dan Pembahasan Potensi subsektor perkebunan untuk dijadikan andalan ekspor di masa mendatang sebenarnya sangat besar. Persyaratan yang diperlukan hanyalah Lembaga Penelitian Universitas Riau 3

perbaikan dan penyempurnaan iklim usaha dan struktur pasar komoditas perkebunan dari sektor hulu sampai hilir. Mustahil kinerja ekspor akan lebih baik jika kegiatan produksi di sektor hulu, pola perdagangan, dan distribusi komoditas perkebunan domestik masih mengalami banyak hambatan dan distorsi pasar (Bustanil Arifin, 2001). Untuk daerah Riau produk minyak kelapa sawit (CPO) berpotensi besar untuk dijadikan andalan ekpor di luar minyak dan gas bumi, dan bisa menggeser posisi ekspor hasil kayu yang kini sedang mengalami perlambatan. Produk kelapa sawit saat ini menjadi komoditi unggulan daerah Riau selain karet dan kelapa (kopra). Dari sisi penawaran, ekspor CPO mengalami peningkatan yang sangat pesat sekali selama 10 tahun terakhir. Pertumbuhan ekspor CPO meningkat sebesar 32,9 persen per tahun. Kecenderungan ini diyakini akan terus meningkat, mengingat masih adanya lahan yang belum berproduksi dan perkembangan investasi terutama di sektor perkebunan. Begitu juga animo masyarakat di daerah Riau terhadap perkebunan kelapa sawit masih tinggi. Seiring dengan perkembangan ekspor CPO daerah Riau, terlihat juga peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) di luar sektor non migas. Karena itu dalam penelitian ini dianalisis pengaruh komoditi utama perkebunan (kelapa sawit, karet, kelapa) terhadap peningkatan PDRB daerah Riau. Dari ketiga komoditi tersebut akan diketahui komoditi yang mana yang sangat berpengaruh terhadap PDRB dan berapa besar variasi sektor perkebunan tersebut terhadap PDRB di luar migas. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan hasil analisis regresi pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Ekspor Komoditi Utama Perkebunan, Nonperkebunan, dan Investasi Terhadap PDRB Daerah Riau Y = 175.017,165 + 13,682 X 1 + 26,452 X 2 + 6,430 X 3 + 0,062 X L + 2,129 I v SD 4,9283 19,4130 13,6238 0,3921 1,5594 t 2,776 1,363 0,472 0,159 1,365 r 0,4957 0,1884 0,0271 0,0032 0,1890 Adjusted R 2 = 0,7200 F hitung = 7,687 F 5% = 3,69 t 5% = 2,306 Keterangan: Y = PDRB; X 1 = ekspor CPO; X 2 = ekspor karet; X 3 = ekspor kopra; X L =ekspor nonperkebunan diluar migas; I v = investasi sektor perkebunan Hasil analisis regresi pada Tabel 1 memberikan pengertian bahwa kelima variabel (ekspor CPO, ekspor karet, ekspor kopra/kelapa, ekspor non perkebunan, dan investasi di sektor perkebunan) memberikan pengaruh secara bersama-sama terhadap PDRB daerah Riau. Ini dibuktikan dengan uji F, dimana F hitung lebih besar dari F tabel. Artinya semua variabel indenpenden secara simultan merupakan penjelasan signifikan terhadap variabel dependen. Variabel-variabel indenpenden mampu memberikan informasi terhadap variabel dependen (PDRB) sebasar 72,00 persen. Dari semua variabel tersebut ternyata ekspor CPO Lembaga Penelitian Universitas Riau 4

berbengaruh secara signifikan terhadap PDRB (t hitung =2,776>t tabel =2,306) pada taraf kepercayaan 5 % (uji dua arah). Ekspor kopra, karet, dan non perkebunan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB. Tidak berpengaruhnya ekspor ketiga komoditi ini terhadap PDRB daerah Riau disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1) ekpsor kopra mengalami kemerosotan sejak krisis ekonomi, ini disebabkan karena kalah bersaingnya produk minyak kelapa oleh minyak kelapa sawit. Kondisi ini menyebabkan turunnya nilai tukar yang diterima oleh eksportir, yang berakibat turunnya harga kelapa di tingkat petani. Secara simultan akan menyebabkan menurunnya tingkat pendapatan petani kelapa; 2) ekspor karet mengalami penurunan volume yang berakibat turunnya nilai ekspor. Turunnya volume ekspor karet lebih disebabkan karena penurunan produksi karet itu sendiri yang disebabkan terjadinya alih fungsi lahan dari kebun karet menjadi kebun kelapa sawit dan sebagian besar karet masyarakat pada kondisi produksi mulai menurun karena sudah tua. Pengaruh investasi subsektor perkebunan terhadap PDRB tidak signifikan, ini dibuktikan dengan kecilnya hasil t hitung dari t tabel. Namun koefisien regresinya bernilai 2,129. Artinya setiap kenaikan nilai investasi subsektor perkebunan sebesar US $ 1,00 akan meningkatkan PDRB sebesar Rp 2129. Kecilnya angka ini lebih disebabkan karena selama lima tahun terakhir tingkat pertumbuhan investasi subsektor perkebunan menunjukkan penurunan sebesar 32,22 persen. Penyebabnya pengaruh krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997. Apabila dianalisis tanpa investasi subsektor perkebunan, maka hasilnya mengalami perubahan, sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Ekspor CPO pada model ini memberikan pengertian bahwa pengaruh CPO terhadap PDRB daerah Riau cukup signifikan. Sedangkan variabel lain (karet, kopra, non perkebunan) secara statistik tidak berpengaruh pada tingkat keyakinan 5 persen. Ini dibuktikan dengan kecilnya nilai t hitung yang diperoleh. Secara bersama-sama semua variabel ini memberikan pengaruh terhadap PDRB daerah Riau. Hasil menunjukkan juga besarnya variasi variabel indenpenden menjelaskan PDRB sebesar 69,32 %. Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Ekspor Komoditi Unggulan Perkebunan dan Noperkebunan Terhadap PDRB Riau Y = 1623521,3524 + 12,142 X 1 + 6,475 X 2 + 15,213 X 3 + 0,1697 X L SD 5,0225 13,3559 12,5727 0,3699 t 2,418 0,485 1,210 0,459 r 0,3937 0,0254 0,1399 0,0229 Adjusted R 2 = 0,6932 F hitung =8,342 F 5% = 3,64 t 5% = 2,262 Pengaruh ekspor komoditi unggulan daerah Riau yaitu CPO, karet, dan kopra disajikan pada Tabel 3. Pada model ini ekspor CPO masih mempengaruhi PDRB daerah Riau secara signifikan pada tingkat keyakinan 5 %. Dua komoditas Lembaga Penelitian Universitas Riau 5

lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. Begitu juga ketiga komoditas unggulan ini secara bersama-sama sangat berpengaruh terhdap kontribusi PDRB daerah Riau. Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Ekspor Komoditi Unggulan Perkebunan Terhadap PDRB Daerah Riau Y = 1645035,8693 + 14,0948 X 1 + 7,8687 X 2 + 17,1390 X 3 SD 2,5605 12,4818 113738 t 5,505 0,630 1,507 r 0,7519 0,0382 0,1850 Adjusted R 2 = 0,7174 F hitung = 11,999 F 5% = 3,71 t 5% = 2,228 Menurut Bustanul Arifin (2001), sebenarnya masih terdapat banyak ruang untuk memanfaatkan potensi dan peluang ekspor komoditas perkebunan Indonesia. Pertama, perbaikan efisiensi kegiatan pemasaran (transportasi, logistik, dan administrasi) mengingat Indonesia telah dikenal sebagai planter yang paling efisien dibandingkan beberapa produsen komoditas perkebunan seperti Amerika Latin dan Afrika. Keunggulan komparatif karena rendahnya biaya produksi di tingkat kebun ini seharusnya dapat ditransfer sampai pada kegiatan pemasaran dengan cara mengurangi faktor nontektis, seperti biaya siluman dan bahkan pajak ekspor di bidang perdagangan. Kedua, upaya pendalaman (deepening) pada beberapa komoditas strategis dengan meningkatkan programprogram diversifikasi produk dan percepatan pertumbuhan sektor hilir. Upaya ini, walaupun berskala jangka panjang, sangat bermanfaat untuk menambah daya tahan industri komoditas perkebunan dari gejolak pasar internasional produk hilir. Selain meningkatkan nilai tambah (added-value), dapat dilaksanakan di dalam negeri, dan dapat menyerap tenaga kerja produktif yang sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi. Dari apa yang diuraikan di atas membuktikan bahwa, produk kelapa sawit yang diekspor (CPO) dapat merangsang pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) Riau. Kesimpulan Kegiatan perkebunan menyebabkan mata pencaharian masyarakat tidak lagi terbatas pada sektor primer dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi telah memperluas ruang gerak usahanya pada sektor tertier. Kegiatan ini menimbulkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di sekitarnya. Manfaat kegiatan perkebunan ini terhadap aspek ekonomi pedesaan, antara lain: 1) memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha; 2) peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar; dan 3) memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah. Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Riau telah meningkatkan ekspor nonmigas daerah, yaitu ekspor produk dari kelapa sawit (CPO). Eskpor Lembaga Penelitian Universitas Riau 6

CPO sangat mempengaruhi PDRB daerah Riau secara signifikan pada tingkat keyakinan 5% (t hitung =2,776>t 5%=2,306). Dua komoditas unggulan perkebunan Riau (karet, kopra) tidak berpengaruh secara signifikan. Namun ketiga komoditas unggulan (CPO, karet, kopra) secara bersama-sama sangat berpengaruh terhdap kontribusi PDRB daerah Riau (F hitung =11,999>F 5% = 3,71). Ucapan Terimakasih Rasa terimakasih disampaikan kepada Ketua Lembaga Penelitian Universitas Riau, yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis melalui pemberian dana penelitian SPP/DPP tahun anggaran 2005. Daftar Pustaka Almasdi Syahza., 2002. Potensi Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Daerah Riau, dalam Usahawan Indonesia, No. 04/TH XXXI April 2002, Lembaga Manajemen FE UI, Jakarta. --------------------., 2003. Rancangan Model Pemberdayaan Ekonomi Pedesaan Melalui Pembangunan Agroestat Kelapa Sawit di Daerah Riau, dalam Jurnal Ekonomi, Th. VIII/02/November/2003, halaman 194-205, PPD&I Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, Jakarta. Bustanul Arifin., 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia, Erlangga, Jakarta. Dinas Perkebunan Propinsi Riau., 1994, Laporan Tahunan, Dinas Perkebunan Propinsi Riau, Pekanbaru. --------------------------------------------------., 2003, Laporan Tahunan, Dinas Perkebunan Propinsi Riau, Pekanbaru. Lembaga Penelitian Universitas Riau 7