Konfigurasi Server Berbasis Linux dengan Koneksi Internet Multi-Homed

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Pratikum Instalasi Jaringan Komputer Routing Static

Jaringan Komputer MODUL 7. Tujuan

Pelatihan Administrasi Jaringan Komputer Berbasis Perangkat Lunak Free & Open Source (Ubuntu Linux)

IP Subnetting dan Routing (1)

MODUL 6 STATIC ROUTING

Sabtu, 29 Januari 2011 FreeBSD 2 TKJ-A Pak Rudi. 2. Tujuan Agar siswa mampu membangun PC router dengan menggunakan OS FreeBSD.

Load Balancing Sambungan ke Internet dan Monitoring Jaringan

Internet Gateway dengan multiple ISP


Pengenalan Linux Konfigurasi TCP/IP

Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages

PENDAHULUAN Internet berasal dari kata Interconnection Networking yang secara bahasa bermakna jaringan yang saling berhubungan, disebut demikian karen

BAB 4. PERANCANGAN.

ROUTING. Pengiriman Langsung & Tidak Langsung

BAB 4 ANALISA DAN EVALUASI

Perancangan dan Implementasi Backup Link dengan Metode Failover (Studi Kasus: SMA Kristen 1 Salatiga)

Konfigurasi Dan Instalasi Jaringan( TCP/IP ) Di Windows Server 2003

Modul Praktikum Mata Kuliah Jaringan Komputer 2

PRAKTIKUM ROUTING STATIK

MODUL 4 PC ROUTER. Gambar 1 Komunikasi dua komputer

DASAR-DASAR ROUTING IP PADA JARINGAN

Linux PC Router Router / /28. Gambar Jaringan yang berbeda. Router

INSTALASI DAN KONFIGURASI DASAR PC-ROUTER DENGAN LINUX REDHAT 9.0

Ada dua Router yang memiliki segmen IP yang berbeda, dimana kedua IP tersebut akan digabung kedalam 1 jaringan sebagaui LOAD BALACING.

Pengantar Open Source dan Aplikasi Jaringan Komputer di Sistem Operasi Linux. Rusmanto at gmail.com Rusmanto at nurulfikri.ac.id

Praktikum III Routing

ROUTING. Melwin Syafrizal Daulay, S.Kom.,., M.Eng.

MODUL TATAP MUKA PRAKTEK JARINGAN KOMPUTER MODUL 02

BAB 4 IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EVALUASI

TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep dasar firewall 2. Mahasiswa mampu melakukan proses filtering menggunakan iptables

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakana dalam penulisan skripsi ini adalah

Aplikasi load-balancer yang akan digunakan oleh aplikasi saat melakukan koneksi ke sebuah system yang terdiri dari beberapa back-end server.

Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing. Border Gateway Protocol

Network Address Translator

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

Routing IP adalah proses pengiriman data dari satu host dalam satu network ke host

Installasi IPRoute2 dapat dilakukan dengan cara : # apt-get install iproute

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Penganalan Routing dan Packet Forwarding

MODUL PRAKTIKUM 09 NETWORK ADDRESS TRANSLATION DAN WIRELESS LAN

Laporan Resmi Praktikum Keamanan Data. Labba Awwabi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

PRAKTIKUM 3 Dynamic Host Configuration protocol pada Linux (Ubuntu) dan Windows 1. Praktikum 4. Dynamic Host Configuration Protocol

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Network Tech Support Inside local address Inside global address Outside local address Outside global address DHCP & NAT

Modul 02 Static Routing. Windows dan Linux

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan internet semakin meningkat dari tahun ke tahun. Internet digunakan

Konfigurasi Dasar PC-Router dengan Windows 2003 Server

Step by Step membangun VPN Server dgn Mikrotik

Implementasi Jaringan Virtual Private Network (VPN) Menggunakan Protokol EoIP

IMPLEMENTASI DAN TESTING

Pendahuluan. 0Alamat IP berbasis kepada host dan network. 0Alamat IP berisi informasi tentang alamat network dan juga alamat host

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Figure 3.1 Format datagram IP

Praktikum ROUTER DENGAN IP MASQUERADE

Nim : Nama : Agus Nurdin. Tgl : 10 Juni Review Presentasi DHCP di Mikrotik

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI

Certified Network Associate ( MTCNA ) Modul 6

JARINGAN KOMPUTER MODUL 5

Percobaan 4 Jaringan Hybrid: Kabel dan Nirkabel

ABSTRAK. Kata kunci : router, virtual private netwok, point to point protocol, private, server, client, tunnel, failover.

MODUL CISCO STATIC ROUTING

TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep dasar firewall 2. Mahasiswa mampu melakukan proses filtering menggunakan iptables

JARINGAN KOMPUTER. Zaid Romegar Mair, S.T., M.Cs

Simulasi dan Monitoring Protokol Dalam Tes Koneksi

Setting Bandwidth Management di Linux

Network Layer JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom

PENGANTAR LAN (LOCAL AREA NETWORK)

BAB 2: INTRODUCTION TCP/IP

Laporan Pratikum Instalasi Jaringan Komputer Sharing Koneksi Internet

BAB IV HASIL DAN ANALISA

TUGAS 3 JARINGAN KOMPUTER. Analisa: Gambar di atas adalah topologi jaringan VLAN dengan menggunakan dua switch. PC A

MODUL 6 TUNNELING IPv6 OVER IPv4

TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Mahasiswa memahami konsep subnetting 2. Mahasiswa mampu melakukan konfigurasi jaringan memakai IP Subnetting

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

Lampiran 1 Hasil desain antarmuka pengguna

IMPLEMENTASI STATIC NAT TERHADAP JARINGAN VLAN MENGGUNAKAN IP DYNAMIC HOST CONFIGURATION PROTOCOL (DHCP)

Perancangan dan Simulasi Routing Static Berbasis IPV4 Menggunakan Router Cisco

Membuat Router di Debian 5 (Lenny)

JARINGAN KOMPUTER MODUL 9

Internet Protocol (IP)

LINUX. Gambar 1. Komunikasi antar jaringan membutuhkan penghubung (Router)

General Network Troubleshooting

MODUL 7 ANALISA QoS pada MPLS

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. B. Pengenalan Cisco Router

BAB III ANALISIS DAN DESAIN. penyedia jasa internet pada jaringan backbone akan tetapi belum diperuntukkan

Load Balancing. Cara 1 :

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

IP Address. Dedi Hermanto

Mengkonfigurasi system Firewall sebagai Internet gateway pada system operasi Debian 6.0

Membuat Router dengan NAT pada Windows XP

Network Address Translator. Electronic Engineering Polytechnic Institut of Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

JARINGAN KOMPUTER MODUL 3

Ainul Fuad Farhan

Chapter 3 part 2. Internetworking (Internet Protocol) Muhammad Al Makky

Materi Praktikum Studi Kasus Penyelesaian Subnetting dan Routing Static

Translator. Politeknik Elektronik Negeri Surabaya ITS - Surabaya

PRAKTIKUM ADMINISTRASI JARINGAN KOMPUTER DHCP SERVER

Transkripsi:

Konfigurasi Server Berbasis Linux dengan Koneksi Internet Multi-Homed Hendra STMIK IBBI Jl. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail: hendra.soewarno@gmail.com Abstrak Perusahaan yang menyediakan layanan untuk pertukaran data melalui Internet membutuhkan koneksi Internet cadangan untuk tujuan failover, sehingga gangguan terhadap salah satu koneksi tidak menghentikan layanan yang ada. Server yang memiliki koneksi Internet multi-homed membutuhkan konfigurasi tambahan agar permintaan yang masuk ke suatu interface mendapatkan respon melalui interface yang sama. Tulisan ini membahas tentang konfigurasi server Linux yang memiliki koneksi Internet multi-homed dengan memanfaatkan fasilitas policy routing yang terdapat pada kernel 2.2. Berdasarkan hasil pengujian terhadap shell-script hasil rancangan, masing-masing interface pada server dapat secara aktif melayani permintaan Internet. Kata kunci: Policy Routing, Source Routing, Multi-homed Abstract Companies that provide services to exchange data over the Internet requires a backup Internet connection for failover purposes, so that disruption of one of the connections do not stop that service. Server that has multi-homed Internet connections require additional configuration in order to request that goes to an interface to get the response via the same interface. This paper discusses the configuration of the Linux server that has a multi-homed internet connections using policy routing facilities contained in the kernel 2.2. Based on the test results of the designed shell-scripts, each interface on the server can actively serve Internet request. Keywords: policy routing, source routing multi-homed 1. Pendahuluan Perkembangan Internet banyak digunakan oleh perusahaan untuk kepentingan pertukaran data dengan jaringan bisnisnya. Sejalan dengan manfaat yang dirasakan, perusahaan terus mengembangkan berbagai jenis layanan berbasis Internet, sehingga sampai kepada suatu kondisi dimana gangguan pada sistim tersebut dirasakan sebagai gangguan kepada operasi bisnis. Salah satu faktor penyebab yang sering terjadi pada sistim berbasis Internet adalah gangguan pada koneksi internet. Gangguan yang terjadi dapat disebabkan oleh gangguan koneksi antara server perusahaan dengan Internet Service Provider (ISP), maupun gangguan pada internal ISP. Usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan ketersediaan layanan adalah dengan menggunakan ISP yang menawarkan ketersediaan yang tinggi, disamping itu perusahaan perlu juga mempertimbangkan koneksi internet cadangan dari ISP yang berbeda untuk keperluan failover, sehingga jika terjadi gangguan pada salah satu koneksi, maka layanan yang ada dapat segera dialihkan kepada koneksi yang lain melalui failover nama domain yang tersedia di Internet. Pemakaian lebih dari satu ISP untuk tujuan failover memperbolehkan suatu perusahaan untuk melanjutkan bisnis tanpa interrupsi ketika terjadi gangguan pada provider tertentu[1] Konfigurasi sistim server yang memiliki koneksi Internet Multi-homed adalah tidak sesederhana konfigurasi server dengan satu koneksi internet tunggal, secara default konfigurasi kernel linux adalah menggunakan destination routing, sehingga pada satu saat hanya ada satu gateway default yang aktif membalas permintaan dari internet. Agar tujuan penyediaan provider cadangan dapat terwujud, maka pada masing-masing interface harus aktif membalas permintaan yang masuk. Penelitian ini bertujuan mendapatkan suatu rancangan shell script dengan mengaplikasikan fitur policy routing yang tersedia pada kernel Linux 2.2 pada suatu server yang memiliki dua koneksi internet, sehingga masing-masing interface dapat secara aktif melayani permintaan dari internet pada saat yang sama.

2 Penelitian ini dilakukan pada server Linux dengan distribusi Ubuntu 10.4 LTS yang memiliki satu koneksi internet dedicated, dan satu internet DSL. 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari referensi dari beberapa sumber yang relevan yang terkait dengan metode routing pada protocol internet, dan fitur advanced routing pada Linux, kemudian dilanjutkan dengan mempelajari arsitektur jaringan intenet yang ada diperusahaan beserta dengan data koneksi seperti: interface, alamat IP, alamat network, dan alamat gateway untuk masing-masing koneksi intenet. Kemudian dilanjutkan dengan perancangan algoritma yang diperlukan yang nantinya akan diimplementasikan dalam bentuk shell-script, pengujian terhadap hasil rancangan setting dilakukan dengan menjalankan shell-script dan menampilkan hasil setting pada sisi server. Pengujian pada sisi klien dilakukan dengan melakukan ping langsung kepada alamat IP publik masing interface. Jika ping mendapatkan respon, maka dapat disimpulkan rancangan shell-script adalah efektif. 2.1. Routing pada Internet Protocol Gateway / router melakukan routing paket data berdasarkan alamat tujuan dari paket. Secara sederhana keputusan routing adalah sebagai berikut: Jika host tujuan berada pada jaringan lokal, maka data langsung dikirim ke host tujuan. Jika host tujuan berada pada jaringan remote, maka data akan dialihkan ke default gateway/router. Keputusan routing IP dilakukan melalui pencarian pada suatu tabel sederhana yang dikenal sebagai tabel routing atau tabel forwarding. Paket akan diarahkan ke tujuan berdasarkan aturan yang ditentukan oleh tabel routing. Tabel routing memetakan berdasarkan alamat tujuan paket data, dan ke gateway/router atau interface yang harus digunakan oleh IP untuk mencapai tujuan. Sesuatu hal yang perlu diperhatikan di dalam suatu tabel routing adalah kata default pada field tujuan. Isian ini adalah untuk default route, dan gateway yang disebut dalam isian ini adalah default gateway. Default gateway digunakan ketika tidak ada daftar route di dalam tabel yang dapat digunakan untuk pembuatan keputusan untuk mencapai alamat tertentu. Semua gateway yang tercantum pada tabel adalah host yang terhubung langsung pada jaringan lokal. Tabel routing tidak menyediakan route dari ujung-ke-ujung. Pada satu route hanya menunjuk kepada satu titik ke gateway berikutnya, yang disebut dengan next hop, yang merupakan perpanjangan jalan menuju ke jaringan tujuan. Suatu host mengantungkan diri pada gateway lokal untuk menyampaikan data, dan gateway yang satu mengantungkan diri kepada gateway lainnya. Ketika suatu datagram bergerak dari satu gateway ke gateway yang lain, akan diakhirnya setelah mencapai gateway yang secara langsung terkoneksi pada jaringan tujuan dimana host tujuan terkoneksi. IP menggunakan bagian network dari alamat IP untuk mengarahkan datagram tersebut antar jaringan, dan alamat lengkap digunakan untuk penyampaian akhir agar mencapai host tujuan. 2.1. Policy Routing Pada umumnya router dikonfigurasikan berdasarkan alamat IP tujuan. Salah satu kemampuan yang ditambahkan pada Kernel Linux 2.2 adalah fitur multiple routing table, Kernel Linux 2.2 keatas mendukung sampai kepada 252 tabel routing tambahan yang mendukung kemampuan policy routing [2], fasilitas ini memperbolehkan pemakai untuk melakukan konfigurasi routing berdasarkan parameter tambahan daripada hanya berdasarkan alamat IP tujuan[3]. Masing-masing tabel routing dapat mengandung sejumlah isian aturan routing lokal yang diatur oleh kernel, dan tabel routing utama yang mana sebagian diatur oleh kernel, semua tabel routing dapat dikendalikan oleh administrator atau software routing dengan cara mengubah maupun menghapusnya. Secara default, konfigurasi pada Linux adalah menggunakan tabel routing utama untuk keputusan routing, atau dengan kata lain hanya terdapat satu default gateway yang dapat digunakan. Pada suatu host yang memiliki satu internet tunggal, maka default gateway adalah menunjuk kepada gateway dari provider Internet. Permasalahan pada suatu host memiliki koneksi Internet multi-homed adalah bagaimana route jawaban terhadap paket yang masuk melalui interface (dalam hal ini provider) tertentu, harus keluar kembali melalui interface yang sama[2] seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.

3 Gambar 1. Host dengan dua koneksi internet (Sumber: Bert Hubert, et. al., 2002) Agar permasalahan tersebut diatas mudah dipahami, akan dibuat beberapa nama simbolik, misalkan $IF1 adalah untuk interface pertama, dan $IF2 untuk interface kedua, kemudian $IP1 adalah alamat IP yang berasosiasi dengan $IF1 dan $IP adalah alamat IP berasosiasi dengan $IF1, selanjutnya $P1 adalah alamat IP untuk gateway Provider1 dan $P2 adalah alamat IP untuk gateway provider 2, dan akhirnya $P1_NET adalah network untuk $P1, dan $P2_NET adalah IP network untuk $P2. Agar masing-masing koneksi Internet dapat aktif membalas koneksi yang masuk, maka perlu dibuat dua tabel routing tambahan yaitu T1 dan T2 yang ditambahkan pada /etc/iproute2/rt_tables. Pada masing-masing tabel routing dibuat default route melalui gateway masing-masing provider dengan script sebagai berikut: ip route add $P1_NET dev $IF1 src $IP1 table T1 ip route add default via $P1 table T1 ip route add $P2_NET dev $IF2 src $IP2 table T2 ip route add default via $P2 table T2 Selanjutnya anda membuat tabel routing utama, agar melakukan routing secara langsung ke jaringan melalui interface yang terkoneksi langsung pada jaringan tersebut seperti script yang ditunjukan berikut: ip route add $P1_NET dev $IF1 src $IP1 ip route add $P2_NET dev $IF2 src $IP2 Kemudian, tambahkan default route sesuai dengan keinginan anda: ip route add default via $P1 Akhirnya anda membuat aturan routing untuk memilih tabel routing yang digunakan untuk keputusan routing berdasarkan sumber interface agar trafik yang masuk ke suatu interface akan mendapatkan jawaban dari interface tersebut. ip rule add from $IP1 table T1 ip rule add from $IP2 table T2 Secara ringkas dapat dikatakan bahwa anda membutuhkan dua routing tabel tambahan diluar dari tabel routing utama. Kemudian membuat suatu route ke gateway dan membuat suatu default route melalui gateway tersebut, dan membuat aturan pemakaian masing-masing tabel 3. Pembahasan dan Hasil 3.1. Arsitektur Jaringan Adapun konfigurasi jaringan yang ada di perusahaan, yaitu terdiri dari satu Web server yang memiliki dua koneksi internet yaitu koneksi dedicated yang menggunakan provider LintasArta, dan satu Konfigurasi Server Berbasis Linux (Hendra)

4 lagi koneksi internet yang menggunakan provider Telkom speedy yang mendapat alokasi alamat IP tetap sebagaimana yang ditunjukan pada Gambar 2. Gambar 2. Arsitektur jaringan di perusahaan Berdasarkan arsitektur tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Web server memiliki konfigurasi koneksi mutli-homed, dimana terdiri dari interface jaringan internet Lintasarta (eth0), interface jaringan internet telkom Speedy (eth1 --> ppp0), dan interface ke LAN (eth2). Pada masingmasing interface memiliki pengalamatan seperti yang ditunjukan pada Tabel 1. Tabel 1. Setting pada jaringan perusahaan Interface Iface Pengalamatan Keterangan eth0 IP Address: 182.23.35.xxx Mask: 255.255.255.248 Network Address: 182.23.35.xxx Default GW: 182.23.35.xxx Koneksi ke ISP LintasArta ppp0 eth2 IP Address: 125.165.41.xxx Mask: 255.255.255.255 P-t-P: 125.165.40.1 Default GW: 125.165.40.1 IP Address:192.168.0.1 Netmask: 255.255.255.0 Koneksi ke ISP Telkom Speedy (eth1-->ppp0) Koneksi ke LAN Secara default sistim operasi Linux hanya dapat berlaku satu default gateway. Sehingga menyebabkan permintaan yang masuk dari eth0 (182.23.35.xxx) maupun ppp0 (125.165.41.xxx) hanya akan keluar melalui interface yang berlaku sebagai default gateway. Kondisi ini menyebabkan hanya satu koneksi internet yang efektif melayani permintaan dari internet dengan kata lain koneksi yang masuk dari interface yang berlaku sebagai default gateway, maka akan dibalas oleh interface yang sama, sedangkan koneksi yang masuk dari interface provider yang kedua, maka akan dibalas oleh interface yang berlaku sebagai default gateway. 3.2. Algoritma Agar kedua koneksi yang tersedia dapat secara aktif melayani permintaan dari Internet, maka perlu ditambah dua tabel routing yang nantinya akan digunakan menjadi aturan routing bagi masingmasing interface (dalam hal ini alamat IP untuk masing-masing interface). Adapun algoritma yang digunakan pada proses konfigurasi ditunjukan pada Gambar 3.

5 Gambar 3. Langkah-langkah setting Pada awalnya akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah tabel routing yang dibutuhkan untuk masing-masing koneksi Internet telah tersedia, jika belum maka akan dibuat masing-masing tabel routing. Selanjutnya akan dibuat setting routing pada masing-masing tabel routing, selanjutnya dilakukan setting routing untuk tabel routing utama, dan setting default gateway untuk tabel routing utama (hal ini diperlukan untuk kebutuhan koneksi dari server ke internet), selanjutnya dibuat aturan pemakaian masingmasing tabel routing untuk masing-masing interface yang terkoneksi ke internet melalui alamat IP masing-masing 3.2. Shell Script Berdasarkan algoritma yang telah dirancang sebelumnyanya, maka dapat dibuat shell script yang nantinya dapat aktifkan setiap kali proses startup server sebagai berikut: rc.local #!/bin/sh #interface IF1=eth1 IF2=ppp0 #ips IP1=182.23.35.114 IP2=125.165.41.65 #gateways P1=182.23.35.113 P2=125.165.40.1 #ip network Konfigurasi Server Berbasis Linux (Hendra)

6 P1_NET=182.23.35.112 P2_NET=125.165.40.1 sudah=$(cat /etc/iproute2/rt_tables grep 'LINTAS') #tabel routing hanya perlu dibuat satu kali if [ "$sudah" = "" ] then #buat dua routing table untuk masing2 interface echo 1 LINTAS >> /etc/iproute2/rt_tables echo 2 TELKOM >> /etc/iproute2/rt_tables fi #create routing tables ip route add $P1_NET dev $IF1 src $IP1 table LINTAS ip route add default via $P1 table LINTAS ip route add $P2_NET dev $IF2 src $IP2 table TELKOM ip route add default via $P2 table TELKOM #main routing table ip route add $P1_NET dev $IF1 src $IP1 ip route add $P2_NET dev $IF2 src $IP2 #default route preference ip route add default via $P1 #routing rules untuk masing-masing IP koneksi internet ip rule add from $IP1 table LINTAS ip rule add from $IP2 table TELKOM Agar script ini dapat dieksekusi setiap saat pada booting server, maka dapat diletakkan pada file rc.local. 3.3. Pengujian 3.3.1. Pengujian pada Sisi Server Pengujian terhadap efektifitas shell-script hasil rancangan dilakukan dengan proses boot ulang server, dan dilakukan pemeriksaan hasil pembuatan table local dengan menampilkan isi file rt_tables dengan perintah cat sebagaimana yang ditunjukan sebagai berikut: server@idnet:~$ cat /etc/iproute2/rt_tables # # reserved values # 255 local 254 main 253 default 0 unspec # # local # #1 inr.ruhep 1 LINTAS 2 TELKOM Berdasar hasil tampilan tersebut diatas menunjukkan bahwa terdapat dua table routing local dengan nama LINTAS dan TELKOM, kemudian ditampilkan aturan route untuk masing-masing tabel routing dengan perintah ip route show sebagai berikut: server@idnet:~$ ip route show table LINTAS 182.23.35.112 dev eth1 scope link src 182.23.35.114

7 default via 182.23.35.113 dev eth0 server@idnet:~$ ip route show table TELKOM 125.165.40.1 dev ppp0 scope link src 125.165.41.65 default via 125.165.40.1 dev ppp0 Berdasarkan hasil tampilan tersebut diatas menunjukan bahwa route pada masing-masing tabel routing telah berhasil dikonfigurasi, dimana untuk eth0 akan menggunakan default melalui 182.32.345.113, sedangkan untuk pp0 akan menggunakan default melalui 125.165.40.1, dan akhirnya ditampilkan rule routing pada host tersebut sebagai berikut: server@idnet:~$ ip rule show 32764: from 125.165.41.65 lookup TELKOM 32765: from 182.23.35.114 lookup LINTAS 32766: from all lookup main 32767: from all lookup default Berdasarkan hasil tampilan tersebut diatas menunjukan bahwa aturan pemakaian tabel routing adalah, jika koneksi masuk dari alamat IP 125.165.41.65 (ppp0) maka keputusan routing akan dicari ke tabel routing TELKOM, kemudian jika koneksi masuk dari alamat IP 182.23.35.114 (eth0) maka keputusan routing akan dicari ke tabel routing LINTAS, kemudian semua koneksi lainnya akan menggunakan tabel routing utama dan default. 3.3.2. Pengujian pada Sisi Klien Untuk melakukan pengujian terhadap hasil setting, maka akan dilakukan ping dari sisi internet menggunakan koneksi internet eksternal. Proses ping dilakukan terhadap masing-masing alamat IP untuk masing-masing interface sebagai berikut: server@idnet:~$ ping 182.23.35.114 PING 182.23.35.114 (182.23.35.114) 56(84) bytes of data. 64 bytes from 182.23.35.114: icmp_seq=1 ttl=49 time=922 ms 64 bytes from 182.23.35.114: icmp_seq=2 ttl=49 time=245 ms 64 bytes from 182.23.35.114: icmp_seq=4 ttl=49 time=1103 ms server@idnet:~$ ping 125.165.41.65 PING 125.165.41.65 (125.165.41.65) 56(84) bytes of data. 64 bytes from 125.165.41.65: icmp_seq=1 ttl=62 time=514 ms 64 bytes from 125.165.41.65: icmp_seq=2 ttl=62 time=605 ms 64 bytes from 125.165.41.65: icmp_seq=3 ttl=62 time=514 ms Berdasarkan hasil ping tersebut diatas, maka terlihat bahwa hasil konfigurasi dapat efektif sehingga permintaan yang masuk ke masing-masing interface akan mendapat jawaban dari masingmasing interface. 4. Kesimpulan Server Linux yang memiliki koneksi internet multi-homed untuk tujuan failover layanan membutuhkan masing-masing interface koneksi internet dapat aktif menjawab permintaan yang masuk melalui interface masing-masing. Untuk tujuan tersebut dapat menggunakan fitur policy routing yang tersedia sejak kernel Linux 2.2. dengan menambahkan tabel routing lokal untuk masing-masing interface yang dilanjutkan dengan pembuatan aturan routing yang berlaku bagi masing-masing interface. Shell-script hasil rancangan dapat digunakan untuk konfigurasi suatu server Linux yang memiliki dua koneksi ke internet sehingga masing-masing koneksi dapat aktif melayani permintaan koneksi dari internet pada saat yang sama. 5. Saran Agar penyediaan hasil setting dapat efektif untuk tujuan failover, maka perusahaan perlu berlangganan fasilitas failover nama domain yang tersedia secara komersil. Konfigurasi Server Berbasis Linux (Hendra)

8 Daftar Pustaka [1] Marc Goodman, SMEs Use Multiple ISPs for Greater Internet Reliability, Disaster Recovery Journal, Spring 2010 Volume 23 Number 2, 2010. [2] Bert Hubert et. al., Linux Advanced Routing & Traffic Control How To Ver 1.0, http://www.opencontent.org/openpub/, 2002. [3] Craig Hunt, TCP/IP Network Administration Thrid Edition, O'Reilly Media, Inc., United States of America. 2002. [4] Martin A. Brown, Guide to IP Layer Network Administration with Linux, http://linuxip.net/html/index.html, March 2007.