Oleh : Komang Meilia In Diana Putri Pratiwi Edward Thomas Lamury Hadjon Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

dokumen-dokumen yang mirip
MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

BAB III PENUTUP. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) saat ini merupakan satu satunya organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

Keywords: Role, UNCITRAL, Harmonization, E-Commerce.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau kegiatan bisnis yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK MELALUI MEDIASI Oleh Ni Made Dewi Juliantini G. Ni Putu Purwanti

PERANAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENJUALAN OBAT-OBATAN MELALUI INTERNET

Artikel 22 ayat 1, DSU Agreement.

III. METODE PENELITIAN. lazim digunakan untuk meneliti ketentuan-ketentuan hukum positif sebagaimana

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

BAB III METODE PENELITIAN

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

KEKUATAN HUKUM PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SEBAGAI LEMBAGA SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN BRISTISH PETROLEUM

III. METODE PENELITIAN

Key Words: Indications, Practice of Dumping, Laws

HAK ISTIMEWA BAGI INVESTOR ASING DALAM BERINVESTASI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK EKSKLUSIF PEMILIK MEREK DI INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN MEREK DALAM BENTUK PERJANJIAN LISENSI

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah

Kesepakatan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang Sanitari dan Fitosanitari

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode

Wirjono Prodjodikoro, 1967, Azas azas Hukum Publik Internasional, P.T. Pembimbing Masa, Djakarta, h.130 3

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

KEDAULATAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ATAS PULAU NIPA DITINJAU BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA (UNCLOS) 1982

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 2

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat cepat mengakibatkan semakin kuatnya tingkat

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014

III. METODE PENELITIAN. Dalam analisa penelitian ini, penulis memilih jenis penelitian normatif, 47 yaitu

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN E-COMMERCE DAN EKSISTENSI ELECTRONIC SIGNATURE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

PERLINDUNGAN HUKUM T ERHADAP KONSUME N AKI BAT PERSAING AN CURANG

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA DI BIDANG PROGRAM KOMPUTER

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEBIJAKAN INTERNASIONAL PENGATURAN LEMBAGA GANTI RUGI DALAM PENYELESAIAN GANTI RUGI AKIBAT PENGOPERASIAN BENDA-BENDA ANGKASA BUATAN.

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum bagi konsumen 1 bertujuan untuk melindungi hak-hak

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MELALUI MEKANISME GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK ( CLASS ACTIONS

Keywords: ASEAN Economic Community, Micro, Small and Medium Enterprises, Monopoly

PELAKSANAAN MEDIASI SENGKETA KONSUMEN OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN

METODE PENELITIAN. menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DANA NASABAH PADA KOPERASI DALAM HAL WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. terhadap negara lainnya merupakan salah satu faktor penyebab semakin maraknya

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL (STUDI KASUS NIKARAGUA AMERIKA SERIKAT)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

HAK VETO DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM KAITAN DENGAN PRINSIP PERSAMAAN KEDAULATAN

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL DALAM WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

Lex et Societatis, Vol. III/No. 5/Juni/2015

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) YANG BERBENTUK BUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT)

2 Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahu

DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DENPASAR TERHADAP PENJABARAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG APBD

PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP INVESTOR ASING JIKA TERJADI SENGKETA HUKUM DALAM PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951

PERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN MELALUI MEKANISME MEDIASI

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA PASAR MODAL OLEH BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA (BAPMI)

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

AKIBAT HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN APABILA TERJADI PEMBATALAN PERJANJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

UPAYA PENERAPAN RETALIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN TRANSAKSI EFEK MELALUI SCRIPLESS TRADING DI PASAR MODAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dari aktivitas yang dilakukan. Tetapi beberapa di antara resiko, bahaya, dan

I. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang

PERLINDUNGAN BAGI PEKERJA YANG MENGALAMI SAKIT SETELAH BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE

Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS

Transkripsi:

PERAN WTO (WORLD TRADE ORGANIZATION ) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL TERHADAP KASUS TINDAKAN FITOSANITASI IMPORT APEL SELANDIA BARU OLEH AUSTRALIA Oleh : Komang Meilia In Diana Putri Pratiwi Edward Thomas Lamury Hadjon Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAC This writing aims to clarify the role of WTO within dispute settlement in phytosanitary measures imposed by Australia on the importance of apples from New Zealand.This writing shall utilize normative legal research combined with statutory, casuistic, and historical approaches. It shall explain the initial and decision of this case. Conclusion drawn through this writing shall be a major role of WTO within dispute settlement conducted to DSB that will help process to dispute settlements appropriate in Dispute Settlement Understanding. Keyword : Dispute Settlement, WTO, Phytosanitary. ABSTRAK Penulisan ini bertujuan membahas peran WTO dalam penyelesaian sengketa perdagangan dalam kasus tindakan fitosanitasi import apel Selandia Baru oleh Australia.Metode penelitian yang digunakan ialah penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus, dan pendekatan historis. Tulisan ini akan menjelaskan kasus awal dari proses penyelesaian sengketa hingga keputusan dari kasus ini. Kesimpulan dari penulisan ini adalah peran WTO dalam penyelesaian sengketa dilakukan oleh DSB dengan melakukan proses penyelesaian sengketa yang telah diatur dalam Dispute Settlement Understanding. Kata Kunci : Penyelesaian Sengketa, WTO, Fitosanitasi. 1. PENDAHULUAN WTO atau yang disebut dengan World Trade Organization merupakan organisasi perdagangan dunia yang secara khusus mengatur perdagangan antar negara. WTO didirikan dengan maksud untuk mencapai suatu perdagangan dunia yang lebih tertib, lancar, bebas, liberal, transparan dan prediktif dengan sengketa yang dapat diselesaikan secara adil. 1 Implementasi dari tujuan berdirinya WTO ditandai dengan diadakannya beberapa kesapakatan diantara negara anggota yang berkaitan dengan peraturan perdagangan internasional. 1 Munir Fuady,2004, Hukum Dagang Internasional (Aspek Hukum dari WTO ), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.24.

Kesepakatan tentang Penerapan Ketentuan Sanitasi 2 dan Fitosanitasi 3 (Agreement on the Application of Sanitary and Phytosanitary Measures) selanjutnya disebut SPS Agreement merupakan salah satu bentuk kesapakatan yang dibuat WTO berkaitan dengan kesehatan dan perdagangan internasional. Kesepakatan SPS ini dibuat dengan maksud anggota WTO dapat melindungi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan dengan menerapkan ketentuan - ketentuan untuk mengelola risiko yang berhubungan dengan impor. 4 Sesuai dengan ketentuan pasal 2(1) SPS Agreement menyebutkan bahwa anggota WTO berhak untuk menetapkan ketentuan SPS didalam negaranya masing masing dengan mengacu pada persyaratan yang ada didalam Kesapakatan SPS. Prinsip utama yang dimuat secara khusus dalam Kesepakatan SPS adalah harmonisasi, kesetaraan, tingkat perlindungan yang sesuai (appropriate level of protection, ALOP), penilaian risiko, kondisi regional dan transparansi. Maka dari itu kesepakatan SPS Agreement mensyaratkan anggota WTO untuk mendasarkan SPS setiap negara pada hasil penilaian risiko sesuai dengan kondisi yang ada, dalam penilaian resiko anggota dihimbau untuk menggunakan teknik penilaian risiko yang dikembangkan oleh organisasi internasional yang relevan. Ketetapan standar internasional untuk ketentuan SPS harus sesuai dengan ketentuan dalam Konvensi Perlindungan Tumbuhan Internasional, Oganisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan, Komisi Kodeks Alimentarius. Kasus yang akan diulas dalam tulisan ini ialah kasus di mana Australia menghentikan impor buah apel dari Selandia Baru dengan alasan apel tersebut terdapat kandungan berbahaya yaitu bakteri fire bright, European canker dan serangga penyebab pest. Penghentian impor apel tersebut sudah dilakukan sejak tahun 1920 dan terulang lagi pada tahun 2007. Tindakan Australia terhadap proses fitosanitasi impor apel tersebut dianggap tidak sesuai dengan ALOP karena penilaian risiko terhadap buah apel Selandia Baru tidak dapat dipertanggungjawabkan karena kurangnya bukti ilmiah. Oleh karena hal itu Selandia Baru mengajukan gugatan terhadap Australia ke WTO dengan alasan Australia tidak konsekuen dalam menerapkan SPS Agreement. 2 Sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia) 3 Fitosanitasi adalah upaya yg mengharuskan pemindahan atau penghancuran tanaman yg terinfeksi atau terserang patogen atau hama 4 Peter Van De Bosche, 2008, The Law and Policy of the World Trade Organization Text, Cases and Materials Second Edition, Cambridge University Press, Cambridge, hl. 832

Tujuan dari penulisan ini adalah menjelaskan bagaiman peran WTO dalam penyelesaian sengketa diantara Selandia Baru vs Australia serta menjelaskan keputusan WTO terhadap kasus ini. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dalam penulisan ini termasuk ke dalam penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif berarti penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Penelitian hukum normatif sebagai penelitian hukum kepustakaan yang datanya diperoleh dari mengkaji bahan-bahan pustaka, yang lazimnya disebut sebagai data sekunder. 5 Dalam penulisan ini terdapat beberapa pendekatan, antara lain pendekatan undangundang (statute approach), pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan historis (historical Approach). Dalam menganalisis bahan-bahan hukum yang telah diperoleh dilakukan dengan teknik deskripsi, teknik evaluasi, dan teknik argumentasi. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 PERAN WTO DALAM PENYELESAIAN SENGKETA SELANDIA BARU VS AUSTRALIA Sesuai dengan fungsinya yang diatur dalam pasal 3 ayat 3 Agreement Establishing The World Trade Organization menyebutkan bahwa WTO berfungsi mengatur pelaksanaan ketentuan mengenai penyelesaian sengketa perdagangan. Oleh karena itu WTO memiliki Badan Penyelesaian Sengketa yang berwenang untuk menyelesaiakan sengketa para anggotanya yang mengajukan gugatanya ke dalam WTO. Pada tahun 2007 Selandia Baru mengajukan gugatan ke DSB (Dispute Settlemenent Body ) terkait dengan tindakan fitosanitari Australia yang tidak sesuai dengan SPS Agreement. Understanding On Rules and Procedures Governing The Settlement Of Disputes atau lebih dikenal dengan sebutan DSU, mengatur prosedur penyelesaian sengketa melalui WTO dengan beberapa proses yaitu Konsultasi (Consultation), Jasa Baik, Konsultasi dan Mediasi ( Good Office, Consultation and Mediation ), Pembentukan Panel (Estisblishment of Panels), Peninjauan Putusan Banding (Appellate review), Implementasi 5 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 12.

Putusan dan Rekomendasi (Implementation of rulings and recommendations), Arbitrase (Arbritation). 6 Dalam kasus ini peran WTO dalam penyelesaian sengketa yang mana dilakukan oleh DSB ialah menfasilitasi Selandia Baru dengan Australia beberapa prosedur penyelesaian sengketa dalam hal konsultasi yang dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2007, karena konsultasi dianggap tidak memberi titik cerah, DSB dengan permintaan Selandia Baru pada tanggal 17 Desember 2007 membentuk suautu panel yang bertugas sebagai dewan penengah serta memberi keputusan terhadap kasus ini. Panel tersebut merupakan negara anggota antara lain Chile, the European Communities, Japan, Chinese Taipei and the United States dan Pakistan. Panel tersebut yang melakukan penelitian dan memberi laporan tiap bulanya terkait dengan sengketa impor apel. DSB juga dalam kasus ini memberikan hak banding terhadap pihak yang ingin mengajukan banding terhadap isu isu hukum yang didasarkan pada laporan panel dan interpretasi hukum yang dikembangkan oleh panel. 2.2.2 KEPUTUSAN WTO TERHADAP KASUS SELANDIA BARU VS AUSTRALIA Dengan proses yang panjang pada tanggal 9 Agustus 2010 panel melaporkan bahwa terdapat 16 tindakan fitosanitari yang diadopsi oleh Australia untuk impor apel Selandia Baru tidak berdasarkan pada prinsip pengkajian resiko yang sesuai, langkah tersebut terlihat tidak konsisten terhadap pasal 5 (1) dan 5 (2) dari SPS Agreement. Dalam laporan panel juga menambahkan bahwa Australia tidak konsisten terhadap pasal 2 ( 2 ) SPS Agreement, dimana mensyaratkan bahwa ketentuan SPS harus berdasarkan prinsip prinsip ilmiah dan tidak dapat dipertahankan apabila tidak terdapat cukup bukti ilmiah. Panel menyimpulkan bahwa tindakan Australia lebih mengarah kepada menghambat perdagangan ketimbang perlindungan fitosanitari itu sendiri. Dimana Australia dianggap tidak konsisten dengan pasal 5 (6 ) SPS Agreement. Dengan penjabaran hasil laporan oleh panel, DSB memutuskan bahwa langkan langkah yang telah diambil Australia tidak konsisten terhdap pasal pasal yang telah diatur dalam SPS Agreement serta riset ilmiah yang dilakukan juga tidak sesuai dengan standard yang ditetapkan WTO terkait dengan pencegahan masuk dan menyebarnya penyakit yang dibawa oleh hewan 6 Merrills, 2005, International Dispute Settlement Fourth Edition, Cambridge University Press, New York, hlm. 215-231

atau tanaman. 7 DSB menerapkan prosedur tidak memberikan hukuman terhadap pihak yang kalah melainkan memberi jangka waktu terhdap pihak yang kalah untuk merubah aturanya agar sesuai dengan SPS Agreement. Maka dari itu DSB memberikan waktu untuk Australia merubah sistem aturanya agar sesuai dengan SPS Agreement. III. KESIMPULAN Sesuai fungsinya, WTO menyediakan wadah untuk menyelesaiakan sengketa diantara anggotanya yang mengajukan gugutan ke WTO. Peran WTO dalam kasus ini yang mana dilakukan oleh DSB sangat terlihat sekali dengan dilakukanya proses konsultasi antara Selandia Baru dengan Australia selanjutnya pembentukan panel yang berwenang untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus ini serta DSB menyediakan hak banding terhadap pihak yang merasa laporan panel tidak sesuai. Hasil laporan panel menyebutkan bahwa, SPS yang diadopsi Australia tidak sesuai dengan SPS Agreement. langkah tersebut terlihat tidak konsisten terhadap pasal 2 ( 2 ), pasal 5 (1) dan 5 (2) dari SPS Agreement. DAFTAR PUSTAKA Merrills, 2005, International Dispute Settlement Fourth Edition, Cambridge University Press, New York Munir Fuady,2004, Hukum Dagang Internasional (Aspek Hukum dari WTO ), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Syaiful Watni dan Nursalam Sianipar, 2004, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Non Trade Issues Dalam Perjanjian Internasional Di Bidang Perdagangan, Badan Pembina Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI. Peter Van De Bosche, 2008, The Law and Policy of the World Trade Organization Text, Cases and Materials Second Edition, Cambridge University Press, Cambridge Agreement Establishing The World Trade Organization Agreement on the Application of Sanitary and Phytosanitary Measures Understanding On Rules and Procedures Governing The Settlement Of Disputes 7 Australia Measures Affecting the Importation of Apples from New Zealand, (Cited 2011 Oct. 21), available from: URL: http://www.wto.org/english/tratop_e/dispu_e/cases_e/ds367_e.htm