8. Pengertian dalam Hubunngan Geologi

dokumen-dokumen yang mirip
Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity)

7. Peta Geologi Pengertian dan Kegunaan

III. ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

UNTUK MENDAPATKAN MATERI KULIAH. Silahkan kunjungi: kartono.sttnas.ac.id

Asas Stratigrafl, Satuan Pengendapan, dan Karakter Perlapisan

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

GEOLOGI. By : Asri Oktaviani

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

Interpretasi Stratigrafi daerah Seram. Tabel 4.1. Korelasi sumur daerah Seram

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

BAB V SINTESIS GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB V SEJARAH GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

ANALISA BENTANG ALAM

Ciri Litologi

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

KEKAR (JOINT) STRUKTUR REKAHAN PADA BATUAN PALING UMUM, PALING BANYAK DIPELAJARI TIDAK ATAU SEDIKIT MENGALAMI PERGESERAN PALING SULIT UNTUK DIANALISA

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

GEOLOGI STRUKTUR IR. SUKARTONO. MT HERNING DYAH KUSUMA WIJAYANTI, ST

Cara mempelajari Struktur geologi

Struktur Primer (Primary Structures)

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II STRATIGRAFI REGIONAL

STRATIGRAFI KARBONAT FORMASI SELOREDJO ANGGOTA DANDER DI SUNGAI BANYUREJO KECAMATAN BUBULAN KABUPATEN BOJONEGORO, JAWA TIMUR, INDONESIA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR ACARA 1 : MENETUKAN KEDUDUKAN PERLAPISAN BATUAN DARI 2 DIP SEMU

BAB II GEOLOGI REGIONAL

A. PROSES PEMBENTUKAN KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian

BAB V ANALISIS DAN DISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ACARA IV POLA PENGALIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

ANALISIS KEKAR PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIKA FORMASI CINAMBO DI SUNGAI CINAMBO SUMEDANG JAWA BARAT

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara

Bab IV Analisis Data. IV.1 Data Gaya Berat

Bab V Evolusi Teluk Cenderawasih

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB 1. PENDAHULUAN...

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Tugas Akhir Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Zona penelitian ini meliputi Cekungan Kalimantan Timur Utara yang dikenal juga

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

BAB II GOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan. Secara regional ada beberapa Formasi yang menyusun Cekungan Sumatera

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

BAB VI SEJARAH GEOLOGI

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Transkripsi:

8. Pengertian dalam Hubunngan Geologi 8.1 Prinsip dasar perlapisan batuan sedimen Peta geologi umumnya menggambarkan bermacam-macam batuan dan struktur geologinya. Gambaran tersebut mengikuti aturan atau pengertian mengenai hubungan dan kejadian geologi suatu lapisan batuan, serta sifat-sifat hubungannya. Pengertian ini meliputi : umur batuan, urut-urutan kejadian dan sejarah pembentukannya. Dalam membahas urut-urutan kejadian dan sejarah pembentukannya. Dalam membahas urut-urutan satuan batuan sedimen, dikenal beberapa prinsip dasar tentang letak (posisi) lapisan batuan dengan lapisan yang lain. 8.2 Prinsip Superposisi Dalam keadaan normal, suatu lapisan batuan yang letaknya diatas satuan lapisan batuan lain, selalu berumur lebih muda dari lapisan batuan dibawah nya. Pada dasarnya lapisan sedimen diendapkan secara horizontal, kecuali pada lingkungan dimana posisi sedimen terhadap cekungan mempunyai kemiringan asal (initial dip). Pada kedudukan lapisan yang sudah terganggu karena tektonik (miring, terlipat dan terbalik), prinsip ini dapat diterapkan apabila dapat diketahui bagian atas (top) dan bawah (bottom) lapisan, dengan mempelajari struktur sedimennya (lihat Gb. 3.3). 8.3. Prinsip perlapisan sejajar dan kesamaan waktu Lapisan sedimen diendapkan dan membentuk perlapisan yang sejajar. Batas perlapisan (garis pengendapan) merupakan garis kesamaan waktu dari satu tempat ke tempat yang lainnya pada lapisan yang sama. 8.4. Prinsip kesinambungan Lapisan sedimen diendapkan secara menerus atau bersinambungan (continuity), sampai batas cekungan sedimentasinya. Suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, dan berubah menjadi batuan lain dalam keadaan normal. Kecuali apabila sudah dipengaruhi oleh aktifitas tektonik (misalnya sesar), atau memang terjadi penipisan secara berangsur-angsur, kemungkinan adanya perubahan facies, atau hubungan yang tak selaras. Dengan prinsip-prinsip diatas, digunakan cara korelasi yang menghubung kan satuan batuan di suatu tempat dengan satuan batuan di tempat yang lain didasarkan pada kesamaan waktu pembentukannya. Untuk korelasi ini dapat dipakai sifat-sifat batuan (korelasi litologi = kesebandingan) atau sifat kandungan Geologi Dinamik - Geologi ITB 57

8 Praktikum Geologi Fisik fosilnya (korelasi paleontologi) yang pada dasarnya merupakan petunjuk kesamaan waktu kejadian pembentuknya. Bila di dalam menghubungkan satuan sedimen pada satu garis waktu yang sama terdapat perubahan sifat litologinya, misalnya batugamping disuatu tempat berubah menjadi napal ditempat lain, dikatakan bahwa lapisan batuan tersebut berubah fasies. Fasies menyangkut aspek lingkungan dan biologisnya. 8.5. Keselarasan dan bukan keselarasan Suatu urutan beberapa satuan batuan sedimen dikatakan mempunyai hubungan yang selaras (conformity), apabila pada pembentukannya, urutan satuan-satuan tersebut secara vertikal merupakan hasil pengendapan yang menerus tanpa adanya selang waktu dalam pengendpan. Adanya selang waktu yang hilang (time gap), dan berhentinya pengendapan menyangkut kejadian pengangkatan, perlipatan dan pensesaran isi cekungan, pengikisan (erosi), penurunan dan pengendapan kembali diatas batuan tersebut. Umumnya bidang ketidakselarasan dicirikan oleh suatu batas hasil erosi, dengan endapan lingkungan darat (misal konglomerat dasar). 8.6. Ketidakselarasan bersudut (angular unconformity) Bentuk ketidakselarasan, dimana urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan satuan batuan di atasnya. Dalam hal ini pengangkatan sudah disertai dengan pemiringan lapisan (tilting) atau perlipatan (folding). Hubungan bukan keselarasan (Nonconformity), merupakan hubungan antara batuan beku ataupun metamorf dengan batuan sedimen yang diendapkan diatasnya. pada dasarnya hubungan ini juga merupakan ketidak selarasan, mengingat proses pengendapan diatas batuan jenis lain akan menyangkut proses pengangkatan, pengikisan dan penurunan kembali sehingga merupakan alas bagi batuan sedimen di atasnya. 8.7. Hubungan antar satuan batuan dan struktur Pada keadaan geologi dengan berbagai jenis dan satuan batuan, berlaku aturan yang menyangkut kedudukan batuan (lihat Gb. 7.2) dan hubungan antar satuan batuan tersebut. Hubungan antar satuan batuan bisa merupakan hubungan yang teratur (lihat Gb. 8.1), berupa tidak selaras (lihat Gb. 8.2) dan dapat juga saling berpotongan. Keadaan potong memotong ini berhubungan dengan umur relatif dan waktu kejadiannya (lihat Gb. 8.3). 58 Geologi Dinamik - Geologi ITB

Praktikum Geologi Fisik 8 Pada batuan beku intrusi, dapat dipastikan bahwa umurnya akan lebih muda terhadap batuan yang diintrusi. Suatu intrusi dapat menerobos batuan sedimen, beku metamorf. Dengan demikian hubungan potong memotong akan dapat menjelaskan kejadiannya. Demikian halnya dengan hubungan ketidak selarasan dan juga struktur geologi (sesar). Urutan batuan di atas bidang ketidak selarasan merupakan kejadian berikutnya dari satuan batuan dibawahnya yang memungkinkan juga sudah mengalami beberapa kejadian, misal, perlipatan, pensesaran dsb. Umur sesar umumnya dapat ditentukan berdasarkan satuan batuan paling muda yang ikut tersesarkan. umurnya adalah relatif lebih muda dari satuan batuan tersebut. Menghubungkan lapisan batuan yang sama A B Menghubungkan batas lapisan batuan, satuan batuan berubah fasies Gambar 8.1 : Prinsip kesebandingan dan korelasi pada satuan batuan Geologi Dinamik - Geologi ITB 59

8 Praktikum Geologi Fisik Ketidakselarasan sejajar (paralel unconformity) Ketidakselarasan bersudut (angular unconformity) Tak selaras (non conformity) Gambar 8.2 : Jenis-jenis ketidak selarasan (unconformity) 60 Geologi Dinamik - Geologi ITB

Praktikum Geologi Fisik 8 E D C B A Urutan batuan dari tua ke muda ( A - B - C - D - E ) Umur perlipatan patahan lebih tua dari lapisan di atas bidang ketidakselarasan B D A E C Urutan kejadian perlipatan intrusi ( C - A - B - D ), intrusi E Gambar 8.3 : Hubungan antara struktur dengan satuan batuan serta kejadiannya Geologi Dinamik - Geologi ITB 61