Sistem Drainase Sumur Resapan - Part I

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGARUH PERUBAHAN AREAL KEDAP AIR TERHADAP AIR PERMUKAAN. Achmad Rusdiansyah ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di perumahan Villa Pinang Jaya Residence yang

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Mitra

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Diameter Pipa Air Bersih Untuk Bangunan

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB I PENDAHULUAN. penghujan mempunyai curah hujan yang relatif cukup tinggi, dan seringkali

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

I. PENDAHULUAN. rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan bertindak yang diberikan undang-undang yang berlaku untuk

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

DRAINASE PERKOTAAN SUMUR RESAPAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

BAB III METODE ANALISIS

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI. Penyajian metodelogi penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Mulai. Latar Belakang.

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG

~JaIcana PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG SUMUR RESAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

KURANGNYA DAERAH RESAPAN AIR DI KAWASAN BANDUNG UTARA

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Sistem Drainase Sumur Resapan - Part I Author : Architectaria - Arsitek dan Perencana Proses pembangunan perkotaan dan perumahan sungguh merupakan hal yang kontradiksi jika ditinjau dari ketersediaan air tanah dan peningkatan puncak limpasan air permukaan. Perubahan ini disebabkan oleh terjadinya penurunan imbuhan air tanah dan pertambahan pengeluaran air dari dalam tanah, sehingga mengganggu keseimbangan sistem hidrologi air bawah permukaan, dan menghasilkan penurunan paras air tanah. Dinegara yang telah maju, peningkatan kuantitas penduduk tidak mengganggu ketersediaan air tanah, hal ini disebabkan oleh beralihnya atau ditinggalkannya sumur-sumur individu dan ditukar atau berganti kepada sumur umum dalam yang disediakan oleh instansi tertentu seperti PDAM atau semacamnya yang merupakan bagian dari pemerintah local setempat. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi yang terjadi di Indonesia, karena kecenderungan apabila jumlah penduduk makin bertambah, maka jumlah sumur-sumur yang dibuat oleh individu pun makin banyak. Air tanah yang dikeluarkan dari dalam bumi pada dasarnya sama saja dengan pengeluaran bahan/material berharga yang lain seperti : mineral, emas, batu bara, minyak atau gas. Air biasanya mempunyai batasan yang istimewa, yaitu dianggap sebagai sumber alami yang dapat diperbaharui. Angapan ini perlu kiranya untuk dikoreksi..!! Karena sebenarnya anggapan ini hanya dapat berlaku jika terdapat keseimbangan diantara imbuhan air dengan exploitasi didalam kawasan tangkapan/tadahan air. Sumur resapan air tanah adalah salah satu upaya untuk meningkatkan imbuhan air tanah, disamping itu manfaat yang sangat berguna adalah dapat mengurangi banjir akibat limpasan air permukaan. Dengan pembiayaan yang (secara relatif) tidak terlalu tinggi, pengadaan sumur resapan ini dapat dilakukan oleh setiap pembangunan satu rumah tinggal. Prinsip Sumur Resapan Sumur resapan dibuat dengan tujuan untuk mengalirkan air buangan dari permukaan tanah ke akuifer air tanah. Alirannya berlawanan dengan sumur pompa, tetapi konstruksi dan cara pembangunannya mungkin dapat saja sama. Pengimbuhan sumur akan lebih praktis apabila terdapat akuifer tertekan yang dalam dan perlu untuk diimbukan, atau pada suatu kawasan kota yang memiliki lahan yang sempit/terbatas. Gambar dibawah ini menerangkan proses air imbuhan masuk kedalam akuifer bebas dan akuifer tertekan. Untuk Akuifer Bebas memenuhi persamaan :

Sementara untuk Akuifer tertekan memenuhi persamaan :

Dimana : Q = Debit Aliran K = Koefisien Permeabilitas Tanah rw = Jari-jari sumuran ro = Jari-jari pengaruh aliran ho = Tinggi muka air tanah hw = Tinggi muka air setelah imbuhan Mungkin ada yang bertanya-tanya, apa gunanya rumus-rumus diatas, apa gunanya sumur resapan secara kongkrit?? Pada postingan saya yang berikut, akan saya tunjukkan berapa besar nya debit air yang harus terbuang kedaerah limpasan akibat dari pembangunan rumah, jalan dan fasilitas-fasilitas umum lainnya. Tentu anda mengerti maksud saya, jika air hujan yang berasal dari daerah resapan dengan jumlah yang besar dibuang begitu saja tanpa di resapkan kedalam tanah, maka air tersebut akan mengakibatkan banjir yang parah didaerahdaerah limpasan.

Sistem Drainase Sumur Resapan - Part II Pada postingan saya yang sebelumnya saya sudah mengenalkan tentang sistem drainase sumur resapan. Seperti yang sudah saya janjikan sebelumnya, pada postingan saya kali ini saya akan menunjukkan pada anda tentang berapa volume air yang hilang akibat proses pembangunan kawasan perumahan dan sarana publik lainnya seperti jalan raya. Prinsipprinsip dalam dunia konstruksi biasanya mengalami kontradiksi dengan konservasi sumber daya air, contohnya pada proses pembangunan jalan raya.. Lapisan Surface/Pavement pada jalan raya dibuat dengan tujuan agar air dari luar permukaan langsung dialirkan ke saluran drainase disisi kiri dan kanan jalan sehingga tidak masuk ke dalam struktur perkerasan jalan dibawah pavement. Akibatnya pada musim hujan, air dalam volume yang besar tidak diresapkan kedalam tanah dan langsung dibuang/dilimpaskan ke daerah limpasan. Akibatnya, pada musim hujan akan terjadi masalah banjir di daerah-daerah limpasan dan pada musim kemarau, daerah potensial tadahan air menjadi kekurangan air karena air yg harusnya disimpan sebagai cadangan pada musim hujan langsung dilimpaskan begitu saja. Tanpa banyak berbasa-basi saya akan langsung menunjukkan bagaimana sumber daya air yang seharusnya begitu berharga malah berbalik menjadi sumber masalah yang rutin terjadi.. 1. Kehilangan Air Akibat Konstruksi Rumah Tinggal (Gbr 1 : Denah bangunan rumah tinggal ) Dari gambar diatas diketahui Panjang : 15,00 m dan lebar 10,00 m. Luas Bangunan : 10 m x 15 m > A = 150 m 2 Jika Tanah seluas 150 m 2 dibebani hujan dengan intensitas (I) : 180 mm/hr, maka jumlah air hujan yang hilang akibat lahan yang tertutup bangunan adalah sebesar : I : 180 mm/hr : 0.18/(24 x 60) : 0.000125 m/jam

Jumlah (Volume) air hujan yang hilang sebesar : V = 0.000125 x 150 V = 0.01875 m 3 Jika dalam 1 kawasan hunian terdapat 1000 rumah, maka Volume air yang berpotensi untuk hilang akibat lahan yang tertutup oleh bangunan adalah sebesar : V lost = 0.0001875 m 3 x 1000 = 18,75 m 3 V lost = 18.750 liter > Debit air yang hilang = 18,75 m 3 / jam = 18.750 liter/jam Kalau diasumsikan hujan terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar: V lost = 18.750 liter x 10 V lost = 187.500 liter Sekarang coba kita asumsikan jika hujan tersebut terjadi diaerah (yang seharusnya menjadi daerah ) imbuhan air hujan seperti misalnya kota Bogor. Dari data didapatkan luas wilayah Kota Bogor sebesar : 118 km 2 = 118.500.000 m 2. Kita asumsikan 80% wilayah kota Bogor telah dimanfaatkan untuk bangunan dan fasilitas publik, maka volume air yang yang hilang akibat bangunan dan fasilitas publik adalah sebesar : V lost = (0,8 x 118.500.000 m 2 ) x 0,000125 m = 94.800 m 2 x 0,000125 m = 11.850 m 3 V lost = 11.850.000 liter Equivalent dengan Debit air (Q) yg hilang = 11.850 m 3 /jam = 11.850.000 liter/jam Jika Hujan terjadi selama 5 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar : V lost = 11.850.000 liter/jam x 5 jam = 59.250.000 liter Jika hujan terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar : V lost = 11.850.000 liter/jam x 10 jam = 118.500.000 liter ~ 119.000.000 liter Mungkin sebagian dari yang membaca hasil perhitungan diatas menganggap angka-angka diatas tidak terlalu signifikan, tetapi saya katakan bahwa angka-angka tersebut baru mencari volume air yang hilang akibat bangunan (rumah tinggal), selanjutnya akan saya munculkan besar nya volume air yang hilang akibat sarana publik, dalam hal ini saya mengambil konstruksi jalan raya antara Bogor-Jakarta.

2. Kehilangan Air Akibat Konstruksi Jalan (Gbr 2 : Potongan melintang Konstruksi Jalan dan Tampak Atas) Diasumsikan Type jalan adalah : Arteri ; 2 Jalur 2 Arah Lebar Jalan ; 12,00 m Panjang Badan Jalan ( Bogor-Jakarta ) : 88 km > 88.000 m Luas Badan Jalan = 88.000 m x 12 m A = 1.056.000 m 2 Jika Konstruksi jalan tersebut dibebani hujan dengan intensitas (I) : 180 mm/hr I ; 0,000125 m/jam. Berarti tinggi muka air akibat hujan : 0,000125 m. Volume air yang hilang (V lost ) = 1.056.000 m2 x 0,000125 m = 132 m 3 = 132.000 liter Equivalent dengan Debit air (Q) yang hilang = 132 m 3 /jam > 132.000 liter/jam. Jika hujan yang terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar : > V lost = 132.000 liter/jam x 10 jam > V lost = 1.320.000 liter Direncanakan penggunaan sumur resapan untuk mengimbuhkan air hujan kedalam tanah, diasumsikan dimensi sumur resapan yang akan dipergunakan adalah : diamater (d) : 40 cm dan tinggi (h) : 100 cm.

Volume Sumur Resapan = (1/4 x 3,14 x 0,4 2 ) x (1) = 0,126 m 3 = 126 liter. Cara (1) Cek dgn rumus :? x r 2 x h Volume Sumur Resapan = 3,14 x 0,004 2 x 1 = 0, 1256 m 3 ~ 0,126 m 3 Vol Sumur = 126 liter. Cara (2) Kontrol > Cara (1) dan Cara (2) hasilnya sama : 0,126 m 3 = 126 liter > Ok..!! Jika volume hilang air hujan akibat perumahan dan akibat jalan dijumlahkan, maka total volume air hujan yang hilang akibat hujan selama 10 jam adalah sebesar : V lost = (119.000.000 liter + 1.320.000 liter) = 120. 320.000 liter, jika dalam meter kubik (m 3 ) > V lost = 120.320 m 3 Jumlah Sumur Resapan yang dibutuhkan sepanjang 88 km : n = (120. 320.000 liter /126) / 88 = 10.851,37 ~ 10.852 buah Jika sumur resapan akan dipasang pada saluran drainase sisi kiri dan sisi kanan jalan, maka pada saluran drainase kiri dipasang 5.426 buah sumur resapan dan dibagian kanan juga 5.426 buah. Jarak antar sumur resapan (s) = 88.000 m / 5.426 buah = 16, 22 ~ 16,20 meter > Jadi sumur resapan dipasang dengan jarak antar sumur (s) : 16,20 meter. Saya sempat berhenti sejenak ketika melihat angka-angka diatas, Saya yakin anda mengerti maksud saya, hanya dengan durasi hujan 10 jam saja, volume air yang akan dilimpaskan ke Jakarta sudah sebesar : 120. 320.000 liter / 120.320 m 3. Pertanyaan yang muncul di otak saya adalah : Bagaimana jika daerah-daerah tangkapan air hujan yang lain (selain Bogor) juga ikut mengirimkan air limpasan dengan volume yang (mungkin) lebih besar ke Jakarta..? Bagaimana jika volume air limpasan dari daerah-daerah tangkapan air hujan yang lain juga dimasukkan sebagai variabel dalam perencanaan sistem drainase sumur resapan part II ini..? Bagaimana jika hujan di daerah-daerah imbuhan/tangkapan air terjadi selama 1 hari penuh (24 jam)..? Bagaimana jika hujan terjadi selama 2 hari penuh (48 jam)..? Tentu Volume air yang akan dikirim Jakarta akan jauh lebih besar.. Tapi untuk menjawab 3 pertanyaan diatas tentu tidak sesederhana yang dibayangkan, butuh variabel-variabel data yang akurat dan proses perhitungan/perencanaan yang lebih kompleks tentunya.. Hasil dari perhitungan-perhitungan (perencanaan) diatas, selanjutnya di integrasikan dalam bentuk gambar seperti gambar dibawah ini :

Gbr3 : Konstruksi Jalan Potongan melintang, tampak atas, penempatan sumur resapan dan dimensi) Pada proses perencanaan diatas, saya menyebutkan kota Bogor sebagai daerah imbuhan (tangkapan) air hujan, dan Jakarta sebagai kota limpasan. Pertanyaan yang muncul dari hal tersebut adalah, apakah perencanaan diatas dapat dijadikan solusi mengatasi masalah banjir yang belakangan sering melanda kota Jakarta? Jawaban saya adalah : Kota Jakarta sendiri berhadapan dengan bahaya banjir akibat beban guyuran air hujan yang melanda kota tersebut. Selain itu, masalah lain kota Jakarta adalah kondisi tanah dan topografi daerah yang berbentuk cekungan. Untuk masalah ini, tentunya perencanaan diatas tidak dapat dipergunakan sebagai solusi..apakah ada solusi yang lain..?? Yah tentu saja ada, karena solusi masalah berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teknis..dan setiap insinyur dan perencana diarahkan dan dikondisikan untuk selalu bisa menyelesaikan masalah-masalah teknis. Untuk masalah banjir di Jakarta yang diakibatkan karena topografi daerahnya yang berbentuk cekungan, solusi yang mungkin adalah sistem drainase pipa resapan atau dengan membuat sistem kanal banjir seperti yang sudah ada saat ini. Tetapi sistem kanal banjir juga harus didukung oleh perilaku masyarakat untuk tertib menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tidak membuang sampah ke daerah kanal banjir yang aslinya diperuntukkan sebagai sistem drainase pencegah banjir. Sementara perencanaan sistem drainase sumur resapan diatas dimaksudkan hanya untuk mengurangi volume air hujan kiriman dari daerah imbuhan seperti Bogor ke daerah limpasan seperti Jakarta, yang mana selama ini dianggap bahwa banjir di kota Jakarta terjadi akibat air hujan kiriman dari daerah-daerah tangkapan /imbuhan di kota-kota sekitarnya. Diakhir tulisan ini, saya kembali menekankan bahwa angka-angka hasil perhitungan diatas bukanlah hasil yang absolut. Kenapa saya katakan demikian? karena variabel-variabel yang dipergunakan mungkin saja kurang lengkap dan dapat berubah. Seperti prosentase penggunaan lahan sebagai area imbuhan air hujan, dimensi jalan raya, intensitas hujan,

durasi hujan, dimensi sumur resapan yang akan dipergunakan, ketelitian saat menghitung angka-angka (saya sendiri juga tidak yakin apa hitungan-hitungan diatas sudah teliti atau belum ), dsb. Satu hal yang bisa saya pastikan pada anda semua adalah, variable-variabel yang dipergunakan dalam proses perencanaan sistem drainase sumur resapan dapat saja berubah, dirubah, atau dimodifikasi.. Tetapi prinsip perencanaan nya adalah seperti yang sudah yang saya tunjukkan diatas. Akhirnya, saya hanya bisa berkata : semoga tulisan saya hari ini bisa memberikan sedikit manfaat pada kita semua. Tidak ada motifasi apapun dibalik tulisan saya kali ini, bukan bermaksud menggugat ataupun menggurui, saya pribadi pun masih harus banyak belajar..karena pemilik ilmu yang hakiki adalah Dia.. Allah, Zat yang maha tinggi lagi maha bijaksana..