BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang berusia di bawah 5 tahun terdapat kematian di. miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. kedua pada anak dibawah 5 tahun. 1

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang anak-anak adalah diare, pneumonia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan yang terjadi pada masa balita dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang, khususnya jika gangguan tersebut terjadi pada saluran pencernaan yang mempunyai peranan penting dalam penyerapan nutrisi yang diperlukan untuk menunjang tumbuh kembang. Salah satu penyakit infeksi pada saluran pencernaan yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. Berdasarkan publikasi World Health Organization (WHO)/The United Nations Children s Fund (UNICEF) tahun 2009, diare adalah suatu gejala penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai cair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali per hari yang disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh yang disebut dehidrasi yang dapat menyebabkan kematian. 1

Pada tingkat global, diare merupakan penyebab kedua kematian balita setelah pneumonia. Beban global diare pada balita tahun 2011 berdasarkan WHO/UNICEF (2013) adalah 9,0% (760.000 balita meninggal) dan 1,0% untuk kematian neonatus sedangkan berdasarkan Center of Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2013, diare menyebabkan 801.000 kematian anak setiap tahunnya atau membunuh 2.195 anak per harinya. Data WHO juga menyebutkan bahwa malnutrisi adalah faktor yang mendukung sekitar 45,0% dari semua kematian anak. Diare juga terutama disebabkan oleh sumber makanan dan minuman yang terkontaminasi. Diseluruh dunia, 780 juta individu memiliki akses yang buruk terhadap air minum dan 2,5 miliar kekurangan sanitasi yang baik, namun memperbaiki lingkungan dengan sanitasi buruk saja tidak akan cukup selama anak tetap rentan terhadap penyakit, oleh karena itu intervensi peningkatan nutrisi harus diprioritaskan (WHO, 2013). Saat ini morbiditas diare di Indonesia sebesar 195 per 1.000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15,0%-20,0% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008). Angka mortalitas balita di Indonesia juga masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara 2

anggota ASEAN, dan menduduki rangking ke-6 tertinggi setelah Thailand, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Tujuh puluh dua persen kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan anak (Gambar 1.1), sehingga peningkatan pencegahan dan terapi pada neonatus dan anak berumur < 2 tahun sangatlah penting (Walker, 2013). Gambar 1.1: Distribusi Kasus dan Kematian dari Diare pada Anak Berumur 0-4 tahun (Walker, 2013) Pada tingkat regional, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi post neonatal yaitu 31,4% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008). 3

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2012, pada balita, diare menyebabkan kematian sebesar 25,2% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013). Hal ini tentu menjadi masalah yang serius untuk Indonesia dalam rangka mencapai tujuan keempat dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan angka kematian bayi (AKB) menjadi 2/3 dalam kurun waktu 25 tahun (1990-2015) (Stalker, 2008). Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 di pulau Jawa, penderita diare di Jawa Timur menduduki peringkat kedua terbanyak setelah Jawa barat. Penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data KLB (STP KLB) tahun 2010, diare menempati urutan ke-6 frekuensi KLB terbanyak setelah demam berdarah dengue (DBD), chikungunya, keracunan makanan, difteri dan campak. Kejadian luar biasa diare masih sering terjadi terutama di daerah yang pengendalian faktor risikonya masih rendah. Cakupan perilaku higiene dan sanitasi yang rendah sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Adisasmito (2007) melakukan systematic review terkait faktor diare pada bayi dan balita, yang dilakukan terhadap 18 penelitian akademik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia pada tahun 2000-4

2005 yang dilakukan terhadap 3.884 (65-500) subyek penelitian. Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor penyebab diare dapat disimpulkan bahwa penyebab yang paling sering menyebabkan terjadinya diare pada anak adalah faktor sosial ekonomi, pengetahuan dan pemahaman orang tua terhadap diare, perilaku mencuci tangan sebelum memberikan makanan pada anak dan sesudah buang air besar, lingkungan yang tidak sehat dan ketersediaan air bersih. Mansur (2013) juga mendapatkan hasil yang serupa berdasarkan tesisnya mengenai faktor risiko diare akut pada balita yaitu terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif (OR = 7,113), kepemilikan sarana air bersih, kepemilikan jamban, cuci tangan pakai sabun sebelum memberi makan balita (OR = 5,785), kebiasaan cuci tangan pakai sabun sesudah buang air besar dan menceboki balita dengan kejadian diare akut pada balita. Terdapat pula hasil penelitian yang berbeda dari Utomo (2013), hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor-faktor sanitasi lingkungan (sarana air bersih, jamban, sarana pembuangan air limbah) dan perilaku cuci tangan dengan penyakit diare pada kelompok umur balita. Novani (2013) juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Diare merupakan suatu penyakit yang mudah dicegah dan diterapi, namun tingkat mortalitas dan morbiditasnya masih cukup tinggi. 5

Hal ini dikarenakan masih banyak faktor penyebab diare yang belum dipahami sepenuhnya dan penatalaksanaan diare yang kurang tepat dimasyarakat. Data hasil SDKI tahun 2007, menunjukkan > 90,0% ibu mengetahui tentang paket oralit, namun hanya satu dari tiga (35,0%) anak yang menderita diare diberi oralit, oleh karena itu WHO/UNICEF (2009) dalam laporannya menetapkan 7 poin strategi untuk mengontrol diare secara komprehensif yang mencakup paket pengobatan untuk mengurangi mortalitas anak, dan paket pencegahan untuk mengurangi morbiditas diare selama tahun-tahun mendatang. Pilihan terapi diantaranya larutan rehidrasi oral osmolalitas rendah dan tablet zink serta langkah-langkah pencegahan seperti vaksin rotavirus dan campak, promosi inisiasi menyusui dini dan eksklusif, suplemen vitamin A, promosi mencuci tangan dengan sabun, meningkatkan ketersediaan air baik dari segi kuantitas dan kualitas termasuk perawatan dan penyimpanan yang aman dari air rumah tangga dan promosi sanitasi pada masyarakat luas. Rumah sakit Gotong Royong merupakan salah satu rumah sakit swasta di daerah Surabaya yang memiliki jumlah kunjungan pasien anak terbanyak dibandingkan pasien dewasa dan diare menempati 10 besar penyakit rawat inap, rawat jalan, dan unit gawat darurat (UGD). Angka morbiditas diare pada balita rawat jalan periode Januari-Desember 2012 adalah sebanyak 3.133 penderita (12,45%), sedangkan pada periode 6

Januari-Desember 2013 meningkat menjadi 3.321 penderita (13,5%) (Rekam Medis Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya tahun 2012 dan 2013). Tingginya tingkat morbiditas dan belum adanya data tentang profil penderita diare di Rumah Sakit Gotong Royong mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada populasi di rumah sakit ini. Adanya profil tentang diare akut balita dari segi faktor resiko penyebab diare dan tatalaksana, akan membantu pemberian terapi pencegahan dan pengobatan yang lebih baik kedepannya sehingga angka morbiditas diare balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya dapat dikurangi. 1.1 Rumusan Masalah Bagaimana profil penderita diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya? 1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum Mempelajari profil penderita diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya periode Juni-Juli 2014. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mempelajari faktor umur balita pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 2. Mempelajari faktor jenis kelamin balita pada kejadian diare akut 7

balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 3. Mempelajari faktor status gizi pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 4. Mempelajari faktor pemberian ASI eksklusif pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 5. Mempelajari faktor pemberian MP-ASI pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 6. Mempelajari faktor status imunisasi campak pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 7. Mempelajari faktor umur ibu pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 8. Mempelajari faktor tingkat pendidikan ibu pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 9. Mempelajari faktor tingkat pengetahuan ibu pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 10. Mempelajari faktor higiene ibu pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 11. Mempelajari faktor tingkat pendapatan keluarga pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 12. Mempelajari faktor urutan balita pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 8

13. Mempelajari faktor jumlah anak dalam keluarga pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 14. Mempelajari faktor sarana air bersih pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 15. Mempelajari faktor jamban keluarga pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 16. Mempelajari derajat dehidrasi pada kejadian diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 17. Mempelajari penatalaksaan diare akut pada balita (pemberian oralit, pemberian tablet zink 10 hari, antibiotik sesuai indikasi, meneruskan ASI/makanan selama anak diare) di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1 Bagi peneliti Dapat dijadikan sebagai suatu pengalaman dan proses belajar dalam menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 1.3.2 Bagi rumah sakit Peneliti dapat memberikan informasi mengenai profil penderita diare akut balita di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. 9

1.3.3 Bagi masyarakat ilmiah dan dunia kedokteran Dapat dijadikan sebagai sumber atau referensi untuk menjajaki penelitian dengan tingkatan yang lebih lanjut serta dapat menambah pengetahuan, wawasan di bidang kesehatan terutama mengenai penyakit diare akut pada balita. 10