Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Oesember 2003 ISSN 1693-7902 KAnANPERANANSUMBERSTANDAR RADIONUKLIDA DI RUMAH SAKIT Hermawan Candra dan Pujadi Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir (P3KRBiN) - BATAN ABSTRAK KAJIAN PERANAN SUMBER STANDAR RADIONUKLIDA DI RUMAH SAKIT. Penggunaan radionuklida di kedokteran nuklir telah meluas ke berbagai bidang, baik untuk diagnosis maupun terapi. Radionuklida ini biasanya berupa radionuklida yang dilabel sesuai tujuannya. Sebelum radionuklida digunakan biasanya diukur terlebih dahulu aktivitasnya menggunakan dose calibrator. Dari penelitian yang telah dilakukan periode tahun 2000 sid 2002, melalui interkomparasi pengukuran aktivitas menggunakan dose calibrator di beberapa rumah sakit, hasil pengukuran aktivitas 99mTcdan 1311, menunjukkan penyimpangan sampai 58,33 % karena alat ukur dose calibrator sebagai alat ukur aktivitas di rumah sakit, tidak dilengkapi dengan sumber standar radionuklida untuk kalibrasi secara rutin oleh pengguna. Pada kenyataannya bahwa di rumah-rumah sakit tidak tersedia sumber standar radionuklida, maka alat terse but tidak pernah dikalibrasi. Makalah ini akan mengkaji peranan sumber standar radionuklida di rumah sakit untuk menjamin keselamatan kesehatan manusia dan lingkungannya. Kata kunci : Sumber Standar Radionuklida, Dose Calibrator ABSTRACT THE ASSESMENT OF RADIONUCLIDE STANDARD SOURCE ROLE IN HOSPITAL. The use of radionuclide in nuclear medicine has been worthwhile in various sector for diagnostic and therapy. This radionuclide is usually labelled in accord with its aim. Before using, the labeled radionuclide is measured by using dose calibrator. Research has been done in the year of 2000 to 2002, by intercomparisons of activity measurement using dose calibrator in several hospitals, the result of 99mTcand 1311 activity measurement showed the discrepancy up to 58,33 % because dose calibrator as activity measurement equipment in hospital, is not equipped with radionuclide standard source for routine calibration by user. In fact, radionuclide standard source is not available in hospitals to calibrate dose calibrator before using. This paper presented the radionuclide standard source role in hospital for personal health safety and environmental assurance. Keywords: Radionuclide Standard Source, Dose Calibrator 183
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tcnaga Nuklir Jakarta, II Desember 2003 A ISSN 1693-7902 PENDAHULUAN Pemanfaatan aplikasi teknik nuklir dalam bidang kedokteran nuklir sudah cukup luas. Dalam perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, ilmu kedokteran nuklir mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan damai. Ilmu kedokteran nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber tenaga nuklir yang didapat dalam bentuk radiofarmaka untuk mempelajari perubahan fisiologi dan biokimia sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnosa, terapi dan penelitian kedokteran. Biasanya untuk keperluan terapi, radionuklida diberikan dalam dosis yang relatif besar dan memanfaatkan sifat-sifat sinar «maupun partikel 13 yang mematikan terhadap sel hidup. Sedangkan untuk keperluan diagnosis biasanya dipilih dosis yang relatif tidak memberikan gangguan biologis yang berarti. Dasar yang dipakai dalam diagnosis pada kedokteran nuklir adalah sifat perunut radioaktif yang dilabelkan pada bahan kimia tertentu. Perunut ini dapat diberikan secara oral, inhalasi atau suntikan intravena. Perjalanan perunut radioaktif dapat diikuti oleh detektor diluar tubuh atau dengan memeriksa cuplikan darah, urin, feces atau udara pemafasan dengan menganalisa radioaktivitasnya. Selain itu perunut radioaktif juga digunakan dalam prosedur in-vitro, sebagai contoh penggunaan dalam radioimmunoassay (RIA), lmunoradiometricassay (IRMA), pada cuplikan darah, urin dan lain-lain(l). Berdasarkan SK Dirjen BATAN No. 84/DJNV1991(2), P3KRBiN BATAN mempunyai tugas pokok melakukan penelitian, pengembangan dan pelayanan di bidang keselamatan radiasi, standardisasi, dosimetri dan kesehatan radiasi dan aplikasi teknik nuklir dalam bidang kedokteran. Sebagai Fasilitas Kalibrasi Tingkat Nasional (FKTN), P3KRBiN BATAN mempunyai tugas dan wewenang : 1. Melakukan sertifikasi terhadap berbagai sumber standar radionuklida yang digunakan di Indonesia; 2. Melakukan standardisasi radiohuklida; 3. Melakukan kalibrasi alat cacah radiasi dengan menggunakan sumber standar radionuklida. 4. Melakukan koordinasi kegiatan antar banding pengukuran aktivitas, laboratoria di BAT AN dan instansi lain (seperti rumah sakit). 184
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Oesember 2003 ISSN 1693-7902 Tujuan penulisan makalah ini adalah mengkaji peranan snmber standar radionuklida pada bidang kedokteran nuklir di rumah sakit. Kajian ini diharapkan dapat memberikan pengertian pada pihak rumah-rumah sakit bahwa perlunya tersedia sumber standar radionuklida untuk mengkalibrasi secara rutin peralatan alat ukur aktivitas yang dimilikinya sehingga keselamatan dan kesehatan pasien pengguna fasilitas kedokteran nuklir di rumah-rumah sakit dapat lebih terjamin. RADIONUKLIDA YANG DIGUNAKAN DI KEDOKTERAN NUKLIR Di rumah sakit, penggunaan radionuklida atau isotop dapat dikelompokkan dalam berbagai bidang kedokteran seperti kardiologi, onkologi, thyroidologi dan lainlain. Beberapa penggunaan isotop dalam bidang-bidang tertentu disajikan pada Tabel 1. Tabcll. Bcbcrapa Contoh Pcnggunaan isotop di Kedokteran nuklir 1) Bidang 'NTc-methylendi ILJI LU1TI_ Isotop Keterangan. sestamibi Myocardial Diagnosa MIBG Metabolic Bone Galium scan phosphonate kelenjar imaging perfusion Tyroid imaging WI ride rofosmin MIBG IL)I 1231 -BMIPP dan IPPA Bahan perunut radioaktif biasanya diberikan secara oral, suntikan atau inhalasi. Sebelum digunakan diukur aktivitasnya menggunakan dose calibrator, untuk mendapatkan harga aktivitas yang diinginkan dan sesuai dengan kebutuhan maka diperlukan dose calibrator yang terkalibrasi. Perjalanan perunut radioaktif di dalarn tubuh dapat diikuti dengan mengukur dan menganalisa kandungan radioaktivitasnya biasanya menggunakan sumber standar detektor NaI(Tl). Detektor ini tentunya perlu dikalibrasi dengan 185
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693-7902 SUMBER ST ANDAR RADIONUKLIDA Sumber standar radionuklida adalah sumber radionuklida yang diketahui jenis radionuklida, aktivitas, sifaat fisika dan kimia, jenis peluruhan serta komposisi fisika dan kimia yang terkandung dalam sumber radionuklida tersebut. Proses pembuatan sumber standar radionuklida disebut standardisasi radionuklida dimana proses ini meliputi penyiapan sumber, penetapan aktivitas, sifat fisika dan kimia dari sumber radionuklida tersebut. Pada pembuatan sumber standar radionuklida harns disesuaikan dengan tujuan pemakaian dan sistem peralatan yang akan digunakan. Secara umum pengukuran aktivitas sumber standar radionuklida dapat dilakukan dengan 2 cara(3),yaitu: a. Secara absolut, yaitu menggunakan sistem pencacah detektor 4np-y koinsidensi, (y-y) koinsidensi atau (x-y) koinsidensi. b. Secara relatif menggunakan perangkat spectrometer-y, kamar pengion atau pencacah kelip cair (LSC). Berdasarkan cara pengukuran aktivitas terse but di atas sumber standar radionuklida yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai standar primer apabila diukur secara absolut dan sumber standar sekunder apabila diukur menggunakan sistem pencacah relatif. Sumber standar radionuklida secara fisik dapat berbentuk padat, cair maupun gas. Sumber standar radionuklida bentuk padat biasanya dalan1 bentuk titik atau luasan, seperti disajikan pada Gambar 1, sedangkan sumber standar radionuklida dalam bentuk cair dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai wadahnya seperti ampul gelas, vial, marinelli, disajikan pada Gambar 2. Dan sumber standar dalam bentuk gas biasanya dikemas dalam ampul gelas dengan berbagai volume. Gambar 1. Sumber standar bentuk titik dan luasan 186
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11,Desember 2003 ISSN 1693-7902 Gambar 2. Sumber standar cair pada marinelli, ampul gelas, vial KALIBRASI DOSE CALIBRA TOR SEBAGAI ALA T UKUR AKTIVIT AS(4) Dose calibrator merupakan salah satu peralatan penunjang dalam pemanfaatan nuklir di bidang kedokteran, dimana alat terse but digunakan untuk mengukur aktivitas radionuklida. Dose calibrator, sebagai alat ukur relatif harus dikalibrasi secara rutin menggunakan sumber standar radionuklida agar hasil pengukuran dapat dipertanggunjawabkan. Kalibrasi dose calibrator ini sangat perlu baik ditinjau dari segi sifat peralatan yang relatif maupun dari segi proteksi radiasi. Hal ini karena berhubungan langsung dengan manusia, dalam hal ini pasien maupun lingkungannya. Dengan pengukuran aktivitas yang tepat maka penerimaan dosis radiasi akan dapat terkontrol. Apabila penerimaan dosis radiasi pada pasien tidak terkontrol dengan baik maka akan merugikan pasien dari segi keselamatan. Gambar 3. menyajikan dose calibrator yang sering digunakan di rumah sakit. Kalibrasi peralatan dose calibrator sebagai alat ukur aktivitas semestinya dilakukan oleh pengguna dalam hal ini rumah sakit, dengan menggunakan sumber standar radionuklida yang sesuai. Hal ini sesuai dengan masalah keselamatan radiasi, dimana kewajiban kalibrasi ini tertuang pada SK Dirjen BAT AN No.84/DJNI/I991 (2) yaitu : Untuk menjamin kebenaran nilai penyinaran, dosis serap, fluks, atau aktivitas, setiap alat ukur radiasi atau keluaran sumber radiasi terapi wajib dikalibrasi secara berkala dan menurut prosedur yang benar. 187
Seminar TahunanPengawasan Pemanfaatan TenagaNuk.lir -Jakarta, II Desember 2003 ISSN1693-7902 MaIm jelaslah bahwa peranan sumber standar radionuklida sangat penting untuk mengkalibrasi alat ukur dosis radiasi, cacah radiasi dan perangkat lain yang digunakan di berbagai bidang kegiatan termasuk bidang kedokteran yang menggunakan teknik nuklir. Beberapa sumber standar radionuklida yang diperlukan untuk kalibrasi dose calibrator disesuaikan dengan kebutuhan dan peralatan yang ada seperti, Co-57, 1-131, Tc-99m Gambar 3. Dose Calibrator Victoreen ANT AR BANDING PENGUKURAN AKTIVIT AS(5) P3KRBiN BATAN merupakan laboratorium acuan nasional yang mempunym tugas dan fungsi sebagai laboratorium acuan di bidang Metrologi Radiasi khususnya sebagai laboratorium acuan nasional di bidang pengukuran aktivitas radionuklida. Untuk mengamati keakuratan pengukuran aktivitas radionuklida di berbagai laboratorium maka salah satu kegiatan P3KRBiN adalah melakukan koordinasi kegiatan antar banding pengukuran aktivitas radionuklida untuk laboratoria di BATAN dan instansi lain seperti rumah sakit. Dari hasil kegiatan program antar banding pengukuran aktivitas radionuklida khususnya di beberapa rumah sakit diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kinerja alat cacah radiasi yang digunakan oleh rumah-rumah sakit agar tertelusur ke kinerja peralatan P3KRBiN BAT AN. P3KRBiN BATAN telah mengkoordinasikan kegiatan antar banding pengukuran aktivitas radionuklida 99mTcdan 1311yang di ikuti oleh beberapa rumah sakit pada tahun 2000 sid 2002. Radionuklida 99mTcdan 1311merupakan radionuklida yang sering 188
Seminar TahunanPengawasan Pemanfaatan TenagaNuklir -Jakarta, Il'Desember 2003 ISSN1693-7902 digunakan dalam kedokteran nuklir. Radionuklida 99mTcsering dipakai untuk tujuan klinik karena sifat-sifat fisik dan kimianya sangat ideal untuk pembuatan citra maupun dari segi keselamatan radiasi. Sedangkan 1311sering digunakan untuk terapi kanker dan hiperfungsi kelenjar gondok. Hasil pengukuran aktivitas 1311 antara P3K.RBiN BATAN dan rurnah-rurnah sakit tahun 2000 disajikan pada Tabel 2 dan hasil pengukuran aktivitas 99mTc antara P3KRBiN BATAN dan rumah-rumah sakit Tahun 2000 disajikan pada Tabel 3. Sedangkan hasil pengukuran aktivitas 1311antara P3K.RBiN BATAN dan rurnah-rurnah sakit tahun 2002 disajikan pada Tabel 4 dan hasil pengukuran aktivitas 99mTcantara P3KRBiN BATAN dan rumah-rumah sakit tahun 2002 disajikan pada Tabel 5. PEMBAHASAN Dari Tabel 2 dan Tabel 3 terlihat bahwa hasil pengukuran aktivitas radionuklida 1311 dan 99mTcpada tahun 2000 didapatkan perbedaan dengan jangkauan yang sangat besar, yaitu antara 0,21% sampai 50,04% untuk radionuklida 1311dan 0% sampai 13,8% untuk radionuklida 99mTc.Sedangkan dari Tabel 4 dan Tabel 5 terlihat hasil pengukuran aktivitas radionuklida 1311 dan 99mTc pada tahun 2002 masih didapatkan perbedaan dengan jangkauan yang besar pula, yaitu antara 2,04% sampai 58,33% untuk radionuklida 1311 dan 3,62% sampai 26,6% untuk radionuklida 99mTc. Perbedaan hasil ukur aktivitas beberapa rumah sakit dibandingkan dengan P3K.RBiN cukup besar hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan : 1. Dose calibrator milik rurnah sakit tidak pemah dikalibrasi sebelum digunakan, bahkan dapat dikatakan tidak pemah dikalibrasi karena tidak tersedianya sumber standar. Oleh karena itu perlu tersedianya sumber standar radionuklida di setiap rumah sakit yang memanfaatkan dose calibrator sebagai alat ukur aktivitas. Disamping itu perlu pula dilakukan sosialisasi tentang arti pentingnya kalibrasi alat ukur dose calibrator terutama agar nilai yang ditunjukkan mendekati kebenaran dan dapat dipertanggungjawabkan. 2. Kondisi lingkungan laboratorium tidak terpantau secara rutin. Faktor kondisi lingkungan laboratorium yang meliputi, pengecekan suhu ruangan dan pengecekan kelembaban ruangan harus terpantau secara rutin, karena mempengaruhi hasil pengukuran aktivitas dari dose calibrator. 189
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693-7902 3. Pemilihan metode atau prosedur pengukuran aktivitas yang digunakan tidak sesuai. Pemilihan prosedur yang sesuai me liputi beberapa hal yaitu, perhitungan dan pengolahan data sistematis yang memenuhi kaidah statistik, penggunaan data acuan (aktivitas awal sumber standar radionuklida, waktu paro, tanggal acuan, waktu pengukuran, energi sumber standar radionuklida yang digunakan), melakukan pengukuran cacah latar (background) sebelum dan sesudah pengukuran sumber standar radionuklida dan estimasi ketidakpastian pengukuran. 4. Faktor Peralatan, meliputi, kondisi peralatan dose calibrator mengalami penurunan efisiensi kinerja sehingga mempengaruhi kinerja sebagai alat ukur aktivitas, tidak tersedianya peralatan-peralatan penunjang misalnya stabilizer tegangan (HV), dehumidifier (alat pengatur kelembaban), thermometer, hygrometer, pendingin ruangan (AC). Disamping itu buku petunjuk (manual operation) peralatan sangat diperlukan. 5. Sumber daya manusia yang berkualitas juga mempengaruhi, yang meliputi, pengalaman dan kemamuan personil dalam mengevaluasi dan menginterprestasikan data hasil pengukuran aktivitas radionuklida. Tabel2. Hasil Pengukuran Aktivitas 1311 Beberapa Rumah Sa kit Tahun 2000 0.013 0.007 0.008 0.002 AKTIVIT TGUJAM AS(mCI) AKTIVIT PENGUKURAN AS(mCi) PESERTA PENGUKURAN RUMAH SAKIT 0.21 0.15 0.24 0.19 0.22 0.25 0.7824.37 0.0426.29 RUMAH 0.5 ±19.84 ±19.79 ±18.44 ±25.96 ±28.06 ±25.59 ±24.27 ±39.31 ±24.48 ±0.095 18.73 26.26 26.69 20.27 20.19 ± 0.095 20.3 25.8 26.5 22.8 08.40 12:20 12:43 11.10 13.18 11.35 11.11 09.00 11.59 12:03 12.03 11.03 SAKIT -13.18 38.60 50.04-2.2711-D9-2000 -2.37 ~.67 -D.41-6.88 0.21 5.13 2.71 5.74A14-D8-2000 F11-D9-2000 B07 E11-D9-2000 C07 G11-D8-2000 I08-D9-2000 026-D6-2000 H11-D8-2000 J08-D9-2000 K14-D8-2000 P3KRBiN -D7-2000 ANT ARA BATAN P3KRBiN DAN RUMAH PERBEDAAN SAKIT(%) HASIL 190
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II,Desember 2003 ISSN 1693-7902 Tabel 3. Hasil Pengukuran Aktivitas 99mTcBeberapa Rumah Sakit Tahun 2000 LABORATORIUM 0.013 0.007 0.008 AKTIVIT RUMAH AS(mCi) SAKIT RUMAH 0,08 0.22 0.28 0.49 0.0218.97 1.85 0.7257.7 3.7534.2 1.4 0.122 ±19.78± 225.2 0.098 0.059 0.151 0.142 0.592 ±0.061 ±0.051 ±0.093 ±0.063 ±0.162 ±0.141 ±0.116 ±215,7 ±222.1 ±509.6 ±0.562 08.30 13.07 12.46 11.57 12.10 08.50 10.55 11.25 12.00 11.01 11.55 SAKIT -13.80-13.56-4.61-0.70-4.85-4.24-5.11-5.10 SAKIT 7.28 0.00 4.27 8.11A14-08-2000 C07-07-2000 G11-08-2000 F11-09-2000 H11-08-2000 I08-09-2000 B07-07-2000 D26-06-2000 E11-09-2000 K14-08-2000 ANTARA P3KRBiN JAKTIVIT PENGUKURAN P3KRBiN PENGUKURAN AS(mCi) BATAN SAKIT(% (%) DAN RUMAH PERBEDAAN HASIL Tabel4.Hasil Pengukuran Aktivitas UtI Beberapa Rumah Sakit Tahun 2002 0.127 0.009 0.156 0.218 0.152 0.229 0.014 0.05 0.025 0.224 0.007 0.008 PENGUKURAN PENGUKURAN RUMAH 5.60112.50 4.92413.48 3.63313:45 3.06711.33 3.67113:00 6.07 6.25509:45 3.388 5.67 5.25 5.172 4.381 3.369 3.119 3.131 ± 08.37 12.38 SAKIT 58.33 10.32-2.04 7.84 8.29 2.86 5.80A06-05-2002 C19-06-2002 G26-06-2002 E25-06-2002 I26-06-2002 B19-06-2002 F25-06-2002 H26-06-2002 D03-07-2002 RUMAHSAKIT 0.014 0.008 3.48512.09 PESERTA -16.21 15.62 AKTIVIT P3KRBiN AKTIVIT AS(mCi) AS(mCi) BAT AN DAN RUMAH SAKIT(%) ANTARA P3KRBiN PERBEDAAN HASIL 191
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693-7902 Tabel 5.Hasil Pengukuran Aktivitas 99mTcBeberapa Rumah Sa kit Tahun 2002 0.043 0.049 0.259 0.28 0.26 0.028 2.251 0.132 0.168 0.204 0.027 0.09 PENGUKURAN PENGUKURAN RUMAH 2.96913.40 60.2812.01 33.611 5.11512.42 3.5538 3.18612.20 2.26312:47 7.95 0.9 0.86 8.607 55.043 3.853 5.307 2.936 45.519 3.329 2.856 ± 08.30 09:15 13:40 11.04 SAKIT -22.92-26.16-7.63-3.62-4.30-7.77 4.65 9.51 3.96A06-D5-2002 I26-D6-2002 B19-D6-2002 F25-D6-2002 C19-D6-2002 003-D7-2002 H26-D6-2002 G26-D6-2002 E25-D6-2002 PESERTA AKTIVIT P3KRBiN RUMAH AKTIVIT AS(mCi) SAKIT AS(mCi) BAT AN DAN RUMAH SAKIT(%) ANT ARA P3KRBiN PERBEDAAN HASIL KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan, bahwa : 1. Ketersediaan sumber standar radionuklida sangat perlu dimiliki oleh pihak rumah sakit sebagai pengguna alat ukur aktivitas dose calibrator untuk mengkalibrasi peralatan secara rutin dan mengontrol kestabilan peralatan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja alat ukur aktivitas dose calibrator, meliputi, faktor kondisi lingkungan, faktor pemilihan metode (prosedur) yang sesuai, faktor peralatan dan faktor sumber daya manusia. DAFT AR PUST AKA 1. R. Djokomoeljanto, Peranan Radioisotop Dalam Dunia Kedokteran, UNDIP BAT AN Semarang 1999; 2. Surat Keputusan Direktur Jendral BAT AN No. 84/DJNI/1991 tentang Kalibrasi Alat Ukur Radiasi dan Keluaran Sumber Radiasi, Standardisasi Radionuklida dan Fasi/itas Kalibrasi; 3. National Council On Radiation Protection Measurement, A Hand Book of Radioactivity Measurement Procedurs, NCRP Report No. 58, 1978; 4. M.J. Wood, Quality Control of Radionuc/ide Calibrator, section III Radionuclide; 5. Standar Nasional Indonesia, SNI-19-117025-2000 tentang Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi; 192
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693-7902 6. Pujadi, Nazaroh, Ermi Juita, Sudarsono, Susilo Widodo, Sunaryo, Antarbanding Pengukuran Aktivi!as 57Co dengan Rumah Saki!, Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, Jakarta 1994. DISKUSI Pertanyaan (Dartini - Poltekkes Semarang) 1. Hasil penelitian untuk hasil pengukuran untuk penyimpanan 58,33 % dibuat langkah-iangkah apa yang sudah dilakukan oleh BAPETEN? 2. Proteksi selain terhadap pasien juga masyarakat umum, bagaimana dengan rumah sakit yang tidak melakukan pengawasan terhadap pasien pasca pemeriksaan? Jawaban (Hermawan Chandra, P3KRBiN - BATAN) 1. BAPETEN akan membuat regulasi-regulasi yang berhubungan dengan pengawasan kepada manajemen-manajemen rumah sakit. 2. BAPETEN akan membuat regulasi-regulasi yang berhubungan dengan pengawasan kepada manajemen-manajemen rumah sakit. Pertanyaan (Subiarto, P2PLR - BATAN) Kalau terjadi penyimpangan hasil pengukuran aktivitas antara rumah soot dan P3KRBiN yang besar (bisa sampai 58,33 %), tindakan apa yang selanjutnya diambil, terutama berkaitan dengan keselamatan pasien, dan hasil pengukuran mana yang benar? Jawaban (Hermawan Chandra, P3KRBiN - BATAN) Memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada pihak rumah sakit dengan lebih memperhatikan keselamatan radiasi, yaitu : Keselamatan pasien. Keselamatan petugas. Keselamatan lingkungan. Rekomendasi-rekomendasi tersebut meliputi : Perilaku peralatan. Kondisi lingkungan. Pemilihan metode yang benar. Sumber daya manusia yang berkualitas. 193