IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KELURAHAN SEMPAJA UTARA DAN KELURAHAN SEMPAJA SELATAN KOTA SAMARINDA

dokumen-dokumen yang mirip
Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

UPAYA PENANGGULANGAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SAMARINDA Studi Kasus di Kelurahan Sempaja Selatan Kecamatan Samarinda Utara

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI POLEWALI MANDAR

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN SUNGAI KUNJANG KOTA SAMARINDA

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN SUNGAI KUNJANG KOTA SAMARINDA

IMPLEMENTASI PERDA NO. 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH OLEH KANTOR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DI KOTA TANA PASER KABUPATEN PASER

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 27 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI KOTA BANDUNG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

Audya Dewintha 1. Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan Pengelolaan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA BALIKPAPAN (STUDI KASUS KELURAHAN DAMAI)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 02 TAHUN 2014

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

SISKA MONIKA. Universitas Mulawarman.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN SUNGAI KUNJANG KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia akhir-akhir ini mengalami tingkat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ejournal Administrasi Negara, Volume.3., Nomor,1 2015:

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Disamping itu, pola konsumsi

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I Permasalahan Umum Persampahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 2010), dengan laju pertumbuhan penduduk sebanyak 1,49%. Tingkat pertumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

Aris Rinaldi Affandi 1

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

Transkripsi:

ejournal Administrative Reform, 2013, 1 (1): 66-78 ISSN 0000-0000, ar.mian.fisip-unmul.ac.id Copyright 2013 IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KELURAHAN SEMPAJA UTARA DAN KELURAHAN SEMPAJA SELATAN KOTA SAMARINDA Ghea Puspita Sari 1, Aji Ratna Kusuma 2, Rita Kalalinggi 3 Abstrak Implementasi kebijakan adalah proses melaksanakan keputusan kebijakan, proses implementasi kebijakan dapat dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan telah ditetapkan dalam bentuk program-program yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan dalam proses pengambilan keputusan perlu melibatkan berbagai unsur, sehingga hasil keputusan akan melahirkan suatu produk kebijakan yang mewakili semua kepentingan. Implementasi kebijakan tidak dapat berjalan dengan baik, karena dalam proses kebijakan selalu ada kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dengan apa yang ingin dicapai. Faktor komunikasi sangat penting, karena didalam pengimplementasian setiap individu harus mengetahui informasi tentang apa yang dilakukan pemerintah, implementasi harus diinformasikan kepada aparat sehingga harus jelas, tepat dan konsisten. Faktor sumber daya harus ada, guna menjamin kelancaran implementasi. Oleh karena itu apabila menginginkan implementasi berhasil dengan baik maka harus dituntut kualitas aparatur yang baik, apabila tidak dipenuhi akan mengakibatkan kurang efektifnya pengimplementasian sebuah kebijakan. Kata Kunci: Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011, Pengelolaan Sampah Pendahuluan Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang sampai saat ini belum dapat ditangani dengan baik, terutama di kota-kota besar. Kemampuan pengelola sampah dalam menangani sampah tidak seimbang dengan produksinya, sehingga sampah menumpuk di mana-mana. 1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: gheapuspitasari@ymail.com 2 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik, Universitas Mulawarman. 3 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea) Pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan jumlah timbunan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan, pengelolaan sampah yang tidak menggunakan metode dan teknik sebagai pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian lingkungan. Untuk mewujudkan kota bersih, rapi, indah, nyaman, dan sehat bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dalam pelaksanaannya. Dapat dibayangkan berapa banyak sampah yang akan dikeluarkan sebagai akibat aktivitas kehidupan di kota. Semua sampah menumpuk setiap harinya, yang jelas masalah sistem pengelolaan sampah sampai mewujudkan kebersihan pelu mendapatkan perhatian yang serius. Untuk menyelesaikan masalah tersebut masyarakat membutuhkan suatu lembaga khusus yang dapat menangani sampah mereka. Oleh karena itu di perkotaan pengelolaan sampah berkembang menjadi suatu kebutuhan yang perlu dilayani oleh pemerintah. Pemerintah sebagai pelayan masyarakat dituntut untuk menyediakan berbagai fasilitas yang dapat menunjang proses pengelolaan sampah mulai dari petugas kebersihan, petugas pengangkut sampah, kendaraan pengangkut sampah, menyediakan tempat pembuangan sementara dan menyediakan tempat pembuangan akhir. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sempaja Utara dan Kelurahan Sempaja Selatan secara implementatif belum berjalan optimal. Hingga saat ini kondisi pengelolaan sampah di Kelurahan Sempaja Utara dan Kelurahan Sempaja Selatan masih belum memenuhi harapan. Timbulan sampah setiap tahunnya meningkat, adanya masalah dalam penampungan sampah, kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah sejak dari sumbernya, dan kelemahan pemerintah dalam mengelola dan mengawasi tidak dapat dipungkiri telah membuat Kelurahan Sempaja Utara dan Kelurahan Sempaja Selatan penuh dengan sampah. Selain itu, sampah merupakan permasalahan sosial yang erat hubungannya dengan kesadaran masyarakat. Oleh karena itu untuk menjamin bahwa pengelolaan sampah dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka masyarakat dituntut agar memiliki kepedulian serta kesadaran tentang pentingnya arti kebersihan di lingkungan mereka. Beberapa hal yang harus dilakukan masyarakat diantaranya adalah dengan cara mengemas dan membuang sampah di tempat-tempat yang telah di sediakan. Pengelolaan 67

ejournal Administrative Reform, Volume 1, Nomor 1, 2013: 66-78 sampah perlu didukung oleh semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini masing-masing pihak harus dapat menyadari dan menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab. Apabila ada pihak yang tidak dapat menjalankan perannya dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa lingkungan yang bebas dari masalah sampah tidak akan terwujud. Salah satu faktor yang menentukan wajah suatu kota adalah sistem pengelolaan sampah. Apabila sistem pengelolaan sampah baik, maka wajah kotanya akan menjadi bersih. Produksi sampah yang dihasilkan penduduk Kota Samarinda pada tahun 2011 sebesar 2.042,867 m 3 /hari, sedangkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda dengan armada operasional yang dimiliki mampu melayani sebesar 46,8 %. Oleh karena itu untuk tetap menjamin ketertiban dalam pengelolaan sampah diperlukan upaya yang berkesinambungan, selain melakukan sosialisasi secara kontinu kepada masyarakat, upaya komprehensif dengan berbagai penanggulangan hingga penegakan hukum perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta mengetahui faktorfaktor pendukung dan faktor-faktor penghambat Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sempaja Utara dan Kelurahan Sempaja Selatan Kota Samarinda. Melalui penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sempaja Utara dan Kelurahan Sempaja Selatan Kota Samarinda. Artikel ini memakai data-data dari penelitian lapangan yang penulis lakukan. Data-data yang dikumpulkan selama kurang lebih 3 bulan, dianalisis dengan analisis kualitatif. Kebijakan Publik Menurut Carl Friedrich (dalam Agustino, 2008:7), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Suatu kebijakan harus disosialisasikan terlebih dahulu, minta pendapat dari masyarakat dan baru boleh disahkan. Kebijakan yang baik adalah pada saat melibatkan orang-orang yang berkompeten, berkompeten antara lain orang yang secara teoritis memahami kebijakan publik dan orang yang secara empirik mengerti dan memahami tentang kebijakan publik, sehingga kebijakan tersebut dapat berhasil dan tepat. 68

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea) Implementasi Kebijakan Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan, sedangkan proses implementasi kebijakan tersebut dapat dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan telah ditetapkan. Untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan dalam proses pengambilan keputusan perlu melibatkan berbagai unsur, sehingga hasil keputusan akan melahirkan suatu produk kebijakan yang menyentuh atau mewakili semua kepentingan. Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino, 2008:139), implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Implementasi kebijakan atau pelaksanaan kebijakan merupakan langkah yang sangat penting dalam proses kebijakan. Tanpa pelaksanaan, suatu kebijakan hanyalah sekedar sebuah dokumen yang tidak bermakna dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak kebijakan yang baik, yang mampu dibuat suatu pemerintah, baik yang dirumuskan dengan menggunakan tenaga ahli dalam negeri maupun luar negeri, tetapi kemudian ternyata tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam kehidupan negara tersebut karena tidak mampu dilaksanakan, atau tidak dilaksanakan. Implementasi kebijakan tidaklah berjalan dengan mulus dalam kenyataannya, karena dalam proses kebijakan selalu akan terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dengan apa yang ingin dicapai. Mengenai kegagalan implementasi kebijakan, menurut Wahab (2005:62), suatu implementasi kebijakan yang ditolak kelompok sasaran tidak menerima kebijakan tersebut, dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, yaitu : 1. Kelompok sasaran tidak membutuhkan atau tidak memperoleh manfaat dari kebijakan tersebut, ini dimungkinkan isi kebijakan tidak menyentuh kepentingan mereka. 2. Kelompok sasaran tidak menyadari manfaat dari kebijakan tersebut dan oleh karenanya mereka tidak merasa membutuhkannya. 3. Kelompok sasaran tidak menyukai birokrat pelaksanaannya. Untuk menghindari dan memperkecil kegagalan tersebut, maka dalam mengimplementasikan suatu kebijakan harus memperhatikan tahapantahapan dalam mengimplementasikan kebijakan. Menurut Gunn (dalam Wahab, 2005:63) mengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut : 1. Tahap I terdiri atas kegiatan-kegiatan, yaitu : a. Menggabungkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas. 69

ejournal Administrative Reform, Volume 1, Nomor 1, 2013: 66-78 b. Menentukan standar pelaksanaan. c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaannya. 2. Tahap II merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode. 3. Tahap III meliputi kegiatan-kegiatan : a. Menentukan jadwal. b. Melaksanakan pemantauan. c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program. Pengelolaan Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk atau penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu. Menurut Kodoatie (2005:205), pengelolaan sama dengan manajemen yaitu penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Amirullah (2004:27), unsur-unsur manajemen biasanya dirumuskan dengan 6 M, yaitu : 1. Men, tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif. 2. Money, uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Methode, cara-cara yang dipergunakan dalam usaha untyuk mencapai tujuan. 4. Materials, bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5. Machines, mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan/dipergunakan untuk mencapai tujuan. 6. Market, pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan. Menurut Kodoatie (2005:205), fase utama dan fungsi manajemen secara umum meliputi : 1. Perencanaan ( Planning ) 2. Pengorganisasian ( Organising ) 3. Kepemimpinan ( Directing ) 4. Pengkoordinasian ( Coordinating ) 5. Pengendalian ( Controlling ) 6. Pengawasan ( Supervising ) 7. Penganggaran ( Budgeting ) 8. Keuangan ( Financing ) Manajemen atau pengelolaan adalah suatu seni untuk mengatur atau mengelola semua sumber daya yang dimiliki oleh organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut 70

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea) Sampah Sampah ketika masih dibutuhkan, barang sangat dijaga dan diperlakukan dengan baik. Namun, ketika tidak terpakai, barang dibuang begitu saja tanpa diperdulikan. Padahal tidak semua sampah adalah musuh yang harus dimusnahkan. Melalui pengelolaan secara terpadu, sebagian besar sampah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai kawan. Menurut Kastaman dan Kramadibrata (2007:69), sampah merupakan limbah yang bersifat padat, terdiri atas zat atau bahan organik dan anorganik yang dianggap sudah tidak memiliki manfaat lagi dan harus dikelola dengan baik sehingga tidak membahayakan lingkungan. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna atau tidak dikehendaki. Pengelolaan Sampah Menurut Notoatmodjo (2011:193-194), sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab penyakit, dan juga binatang serangga sebagai pemindah atau penyebar penyakit. Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga keindahan lingkungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah disini adalah meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pemusnahan atau pengolahan sampai pembuangan akhir sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi ganggguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Menurut Kataman dan Kramadibrata (2007:18-21) cara-cara pengelolaan sampah antara lain : 1. Pewadahan Sampah Pewadahan adalah tahap awal proses pengelolaan sampah yang merupakan usaha menempatkan sampah dalam suatu wadah atau tempat agar tidak berserakan, mencemari lingkungan, menganggu kesehatan masyarakat, serta untuk tujuan menjaga kebersihan dan estetika. Alatnya dinamakan tempat sampah. Pewadahan ini dapat bersifat individual dan komunal (dipakai untuk umum). Pewadahan yang bersifat individual biasanya diterapkan di daerah komersial, perkantoran, dan pemukiman yang teratur. Peralatan yang dipergunakan adalah drum (tong) atau batu bata. Pewadahan komunal diterapkan di daerah pemukiman yang tidak teratur (dari segi bangunan dan jalan), pemukiman yang masih jarang penduduknya, dan di pasar. Peralatan yang dipergunakan adalah bak sampah dari batu bata atau kontainer. 71

ejournal Administrative Reform, Volume 1, Nomor 1, 2013: 66-78 2. Pengumpulan Sampah Pengumpulan sampah (pengambilan sampah dari wadahnya ditiap sumber) dilakukan oleh petugas organisasi formal baik unit pelaksana dari Pemerintah Daerah (Pemda), petugas dari lingkungan masyarakat setempat,ataupun dari pihak swasta yang telah ditunjuk oleh Pemerintah Daerah. Sampah yang dikumpulkan tersebut kemudian dipersiapkan untuk proses pemindahan ataupun pengangkutan langsung ke lokasi pengelolaan atau pembuangan akhir. Pengumpulan ini dapat bersifat individual (door to door) maupun pengumpulan komunal. Pengumpulan individual artinya petugas pengumpulan mendatangi dan mengambil sampah dari setiap rumah tangga, toko, atau kantor di daerah pelayanannya. Peralatan yang dipergunakan untuk aktivitas pengumpulan ini adalah truk ataupun gerobak. Sedangkan pengumpulan komunal berarti tempat pengumpulan sampah sementara. Ini merupakan wadah dari sampah yang didapat dari rumah-rumah yang dibawa oleh gerobak. 3. Pemindahan Sampah Pemindahan sampah merupakan proses pemindahan hasil pengumpulan sampah ke dalam peralatan pengangkutan (truk). Lokasi tempat berlangsungnya proses pemindahan ini dikenal dengan nama Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang berfungsi langsung sebagai tempat pengomposan. 4. Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah berkaitan dengan kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan ke lokasi pembuangan akhir. Bila tidak menggunakan fase pemindahan, termasuk proses pengumpulan langsung. 5. Pemusnahan dan pengolahan sampah Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilkukan melalui berbagai cara, antara lain: 1. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah. 2. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran (incinerator). 3. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk. Di daerah pedesaan hal ini sudah biasa, sedangkan di daerah perkotaan hal ini perlu dibudayakan. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dengan an-organik, kemudian 72

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea) sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah an-organik dibuang, dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian maka masalah sampah akan berkurang 6. Pembuangan Akhir Sampah Pembuangan akhir sampah merupakan proses terakhir dalam siklus pengelolaan persampahan formal. Fase ini dapat menggunakan berbagai metode dari yang sederhana hingga tingkat teknologi tinggi. Metode pembuangan akhir yang banyak dikenal adalah : 1. Open dumping, yakni membuang sampah pada tempat pembuangan sampah akhir secara terbuka di suatu lokasi. 2. Control landfill, yakni pembuangan sampah pada tempat pembuangan sampah akhir seperti halnya pada open dumping, namun di sini terdapat proses pengendalian atau pengawasan sehingga lebih tertata. 3. Sanitary landfill, yakni pembuangan sampah pada tempat pembuangan sampah akhir dengan menimbun sampah ke dalam tanah hingga periode waktu tertentu. Dengan demikian, cara ini dapat menekan polusi atau bau dan kebersihan lingkungan lebih baik dari metode lainnya. Konsekuensi dari pembuangan sampah di tempat pembuangan sampah akhir ini adalah dibutuhkannya lahan yang luas serta biaya pengelolaan yang besar. Pemahaman Masyarakat Tentang Peraturan Daerah Nomor 02 Tentang Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sempaja Utara dan Kelurahan Sempaja Selatan Pemahaman yang diterima oleh warga di kelurahan sempaja utara dan kelurahan sempaja selatan tentang peraturan daerah nomor 02 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah masih sangat minim, permasalahan terjadi karena kurangnya sosialisasi oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, yang seharusnya dalam satu tahun program ini harus dilakukan 3-4 kali tetapi dalam satu tahun program ini hanya dapat dilakukan 1 kali pada tahun 2011. Selain dikarenakan dana, besarnya wilayah untuk melakukan sosialiasi perda juga sangatlah luas. Sosialiasi yang dilakukan dalam satu tahun sekali dianggap tidak cukup bagi masyarakat, bila memang perda itu untuk masyarakat, seharusnya pemerintah mengalokasikan dana yang cukup untuk sosialisasi ke masing-masing kelurahan, mulai dari perkenalan isi perda, sampai pasalpasal didalamnya serta denda-dendanya, sosialisasi harus dilakukan sesering mungkin oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, agar perda tersebut dapat dipahami dan dilakukan oleh masyarakat. 73

ejournal Administrative Reform, Volume 1, Nomor 1, 2013: 66-78 Pengurangan Sampah Pengurangan sampah adalah upaya yang meliputi kegiatan membatasi, mengguna ulang dan mendaur ulang sampah. Sesuai isi perda nomor 02 tahun 2011, pemerintah telah melakukan program-program pengurangan sampah, seperti melakukan kegiatan Bank Ramli (ramah lingkungan) yang dimodali oleh pemerintah, memang belum sempurna tetapi pemerintah menuju yang lebih baik dalam menanggulangi pengurangan sampah. Manfaat dari Bank Ramli, masyarakat dapat menabung sampah dengan cara menukar sampah dengan uang dari bank tersebut, saat ini Bank Ramli baru ada di loa bakung. Pengurangan sampah di wilayah kelurahan sempaja utara dan kelurahan sempaja selatan masih terdapat kurangnya sosialisasi manfaat dan tujuan dari pengurangan sampah yang diakomodir oleh pemerintah, dengan beroperasinya Bank Ramli dapat menjaga kebersihan lingkungan di sekitar masyarakat dan keberadaan Bank Ramli dapat mendukung program Hijau, Bersih dan Sehat (HBS) Pemerintah Kota Samarinda sekaligus mengajak warga untuk memilah sampah basah dan kering. Proses Pemilahan, Pengumpulan, Pengangkutan, Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Pemilahan sampah adalah kegiatan pengelompokan dan memisahkan sampah sesuai jenis, jumlah atau sifat sampah. Pengumpulan sampah adalah kegiatan pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber ke tempat penampungan sementara. Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau dari TPS ke TPA. Pengolahan sampah adalah kegiatan untuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah agar dapat diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan ke media lingkungan secara aman, Pemrosesan akhir sampah adalah proses terakhir dalam pengelolaan sampah, proses ini menggunakan metode open dumping, control landfill, dan sanitary landfill. Masyarakat di kelurahan sempaja utara dan kelurahan sempaja selatan tentang proses pemilahan sampah belum optimal karena masih banyak warga yang tidak mau memisahkan sampah sesuai jenisnya dan kurangnya sosialisasi dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda. Pemrosesan akhir sampah di kota samarinda masih menggunakan open dumping yang dimana metode tersebut sudah tidak boleh dilakukan karena dapat mengancam lingkungan dan merupakan sumber berbagai penyakit, samarinda belum menggunakan sanitary landfill karena sistem itu membutuhkan lahan yang luas dan dana yang besar. Proses pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah di kelurahan sempaja utara dan kelurahan sempaja selatan belum optimal 74

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea) karena masih banyak warga yang melanggar aturan dalam perda nomor 02 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah. Proses pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat secara bertahap dan terencana, serta didasarkan pada kebijakan dan strategi yang jelas Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memegang peran penting dalam melaksanakan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011, tetapi hal ini bukan hanya pemerintah saja yang bertanggung jawab tetapi masyarakat juga ikut bertanggung jawab terhadap lingkungan mereka. Ketepatan Waktu Pembuangan Sampah Jadwal pembuangan sampah ke tempat pembuangan sampah (TPS) diwajibkan pada jam 18.00-06.00 Wita, itu yang tercantum di dalam Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah, tapi kenyataan di lapangan masih banyak masyarakat melakukan pembuangan sampah diatas jam 6 pagi. Hal inilah yang membuat TPS menjadi seolah bertumpuk atau tidak terangkut. Ketepapan waktu dalam pembuangan sampah warga di kelurahan sempaja utara dan kelurahan sempaja selatan masih sangat kurang, selain tidak mematuhi waktu pembuangan sampah, masyarakat juga tidak terlalu perduli akan kemasan sampah yang mereka buang. Hingga kini masih banyak masyarakat yang belum mentaati aturan tentang jadwal membuang sampah yang sudah ada dalam peraturan daerah nomor 02 tahun 2011, dilapangan masih banyak ditemui masyarakat yang membuang sampah tidak sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Hal inilah yang membuat TPS menjadi seolah bertumpuk atau tidak terangkut. Kurangnya sosialisasi membuat warga tidak tepat waktu dalam membuang sampah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda harus lebih sering melakukan sosialisasi ke masyarakat karena peraturan daerah ini ada sanksinya, kasihan jika warga sampai terkena sanksi karena ketidaktahuan mereka. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 dalam pasal 38, dilarang membuang sampah di TPS pada jam 06.00-18.00 Wita dengan ancaman hukuman kurungan tiga bulan atau denda Rp 50 juta Penginapan, Rumah Makan dan Tempat Usaha diwajibkan Membuang Sampah ke TPA Pemerintah Kota Samarinda serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan sudah mensosialisasikan surat edaran dan telah diberikan ke setiap penginapan, rumah makan dan tempat usaha di wilayah kelurahan sempaja utara dan kelurahan sempaja selatan, hal ini dinilai bagus sebagai pengingat untuk meminimalkan menumpuknya sampah di kelurahan sempaja utara dan kelurahan sempaja selatan. Akan tetapi masih banyak kurangnya 75

ejournal Administrative Reform, Volume 1, Nomor 1, 2013: 66-78 kesadaran warga untuk mentaati peraturan tersebut, fakta di lapangan masih banyak yang membuang ke TPS dikarenakan TPA yang sangat jauh sehingga mereka membuang ke TPS yang terdekat dengan tempat usaha mereka. Sampai saat ini Pemerintah Kota Samarinda serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan terus melakukan sosialisasi karena TPS itu merupakan tempat pembuangan sampah bagi rumah tangga dan bukan untuk sampahsampah dari tempat usaha. Larangan Pemulung Mengeruk Sampah di TPS Pemulung mempunyai peran penting dalam pengelolaan sampah di kota samarinda, mereka mencari barang yang bernilai ekonomis dari TPS atau TPA, mereka mengumpulkan sampah yang bisa di daur ulang kembali dan sampah yang dikumpulkan oleh pemulung kemudian dijual ke pelapak. Di satu pihak, pengelola sampah dari pemerintah melihat pemulung sebagai penghambat dalam sistem pengelolaan sampah. Di lain pihak, pemulung dianggap melakukan pekerjaan yang berguna karena merupakan sumber penghasilan orang miskin di kota samarinda dan adanya pemulung dapat mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut oleh petugas lapangan DKP. Memberdayakan keberadaan pemulung, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda mengumpulkan secara perlahan pemulung untuk dibina sebagai Pemerhati Kebersihan (PK) Kota Samarinda. Pemerhati kebersihan dibekali kartu tanda pengenal dengan masa berlaku satu tahun, nanti merekalah yang akan membantu membersihkan TPS dan memilah sampah untuk diambilnya. Tentunya ini akan mengurangi timbulan sampah di TPS, sedangkan pemulung yang bukan pemerhati kebersihan tidak boleh mengais apalagi sampai memulung di TPS terkecuali di TPA. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 dalam pasal 40, pemulung dilarang mengais sampah di TPS dengan ancaman hukuman kurungan tiga bulan atau denda Rp 50 juta Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan dan Pemberian Sanksi Dalam Rangka Penegakan Peraturan Daerah Berdasarkan teori manajemen pada salah satu proses manajemen yaitu pengawasan atau controlling, yang seharusnya manajer atau dalam hal ini koordinator kebersihan dapat memastikan pekerjaan telah sesuai dengan yang direncanakan atau sesuai dengan tujuan. Dinas Kebersihan dan Pertamanan bekerjasama dengan Satpol PP dan Kepolisian mengadakan operasi yustisi untuk merazia warga yang membuang sampah sembarangan dan mebuang sampah pada siang hari, yang hasilnya mereka merazia 15 orang yang tertangkap tangan sedang 76

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea) melakukan pelanggaran pembuangan sampah pada tanggal 7 maret kemarin, dan di kenakan denda sebesar Rp. 50.000 Rp. 350.000.- (sesuai keputusan hakim) dan ditambah melakukan pelayanan umum sebagai penyapu jalanan. Operasi yustisi ini dilakukan sebagai bahan evaluasi apakah masyarakat sudah mengetahui dan melaksanakan kebersihan pada jam dan waktu yang telah ditentukan sesuai Perda No 02 Tahun 2011. Faktor Pendukung Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011, antara lain adalah : 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah. 3. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah. 4. Adanya bantuan dari Pemerintah dan pihak swasta dalam menyediakan sarana dan prasarana di lapangan. Faktor Penghambat Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011, antara lain adalah : 1. Kurangnya sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah. 2. Kurangnya dana untuk sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah. 3. Kurangnya pekerja lapangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda. 4. Kurangnya armada pengangkut sampah. 5. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan. 6. Kurangnya tempat pembuangan akhir (TPA) untuk menampung jumlah sampah yang terus bertambah dari masyarakat setiap tahunnya. Penutup Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sempaja Utara dan Kelurahan Sempaja Selatan Kota Samarinda belum berjalan efektif, dikarenakan kurangnya sosialisasi dan kurangnya pemahaman masyarakat akan Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Sampah. Hal ini juga menjadi acuan untuk Pemerintah Kota Samarinda dalam mengambil keputusan-keputusan yang lebih efektif, lebih banyak mensosialisasikan dan lebih komperhensif lagi kepada masyarakat. Kebijakan Pengelolaan Sampah memerlukan sikap dan komitmen yang kuat dari masyarakat untuk mendukung Kebijakan Pemerintah, masyarakat sama-sama punya budaya dan pola pikir yang tidak 77

ejournal Administrative Reform, Volume 1, Nomor 1, 2013: 66-78 mau diubah sehingga sulit dalam pengimplementasian Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Sampah. Kebijakan Pengelolaan Sampah, sama-sama memerlukan dana yang besar, seperti fasilitas, biaya untuk sosialisasi, Sumber Daya Manusia serta kesadaran dan sikap masyarakat. Kebijakan pengelolaan sampah sangat memerlukan sikap dan komitmen yang kuat dari masyarakat untuk mendukung kebijakan pemerintah, masyarakat punya budaya dan pola piker yang tidak mau diubah sehingga sulit dalam pengimplementasian Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011. Selain program Kebijakan Pengelolaan Sampah di Kota Samarinda perlu dicari alternatif program yang lain melalui pengkajian yang matang sehingga tidak hanya hasil yang ingin dicapai tapi dampak yang akan terjadi sudah dapat diatasi. Selanjutnya saran bagi penyelesaian faktor penghambat tentang Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Tentang pengelolaan Sampah yaitu melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, meningkatkan alokasi dana untuk sosialisasi, menambah armada dan pekerja lapangan untuk mengangkut sampah, menyediakan tempat sampah organik dan non organik ditempat-tempat umum, meningkatkan kegiatan pengawasan dan pemberian sanksi dalam penegakan peraturan daerah. Daftar Pustaka Anonim, Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011. Tentang Pengelolaan Sampah. Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Amirullah, 2004. Pengantar Manajemen. Jakarta: Graha Ilmu. Kastaman, Roni dan Kramadibrata, Ade Moetangad. 2007. Sistem Pengelolaan Reaktor Sampah Terpadu. Bandung: LPM Universitas Padjajaran. Kodoatie, Robert. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ----------------------. 2005. Pengantar Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyrakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara. 78