Beberapa ketentuan mengenai obat daftar G: Oleh: Isnaini

dokumen-dokumen yang mirip
Tujuan Instruksional:

Setelah mengikuti kuliah topik ini, mahasiswa mampu memahami obat sebagai penunjang penatalaksanaan kesehatan, meliputi batasan obat, kategori obat,

Oleh: Joharman, M.Si, Apt

Tujuan Instruksional:

1. TATA NAMA. Oleh: Isnaini. Nama latin. Nama Indonesia. Nama lazim/generik. Acetosal Paracetamol. Acidum acetylsalicylicum Acetaminophenum

1. TATA NAMA 2. BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis Zat kimia Racun

1. TATA NAMA 4/16/2011. Oleh: Isnaini. Namalatin. Nama Indonesia. Nama lazim/generik. Acetosal Paracetamol. Acidum acetylsalicylicum Acetaminophenum

1. TATA NAMA. Tujuan Instruksional:

6/25/ Serbuk atau powder (Pulvis & pulveres ) 2. Granul (Granual atau Dry. granule) 3. Tablet (compressi) 4.

BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO)

Sasaran Belajar : BENTUK SEDIAAN OBAT. Oleh: Isnaini. Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu: sediaan obat (BSO)

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu: setengah padat yang banyak digunakan

10/22/2012 PERIHAL OBAT. Oleh: Joharman BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis. Zat kimia. Racun

3/18/2013 PERIHAL OBAT. Oleh: Joharman BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis. Zat kimia. Racun

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

Bentuk Sediaan Obat (BSO)

DESAIN SEDIAAN FARMASI

Dept.Farmakologi dan Terapeutik, Universitas Sumatera Utara

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

PEMBERIAN OBAT RASIONAL (POR) dr. Nindya Aryanty, M. Med. Ed

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BENTUK SEDIAAN OBAT DRA SRI SUHARMI, MS. APT BAGIAN FARMASI KEDOKTERAN FK-UGM

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DOSIS OBAT. Dra. Helni. MKes, Apt

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat.

6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan terutama untuk pasien pediatri. Di Indonesia bentuk racikan

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

Medikasi: pemberian zat/obat yang bertujuan untuk diagnosis, pengobatan, terapi, atau pereda gejala, atau untuk pencegahan penyakit Farmakologi: ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat membahayakan

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IMPLIKASI FARMAKOLOGI KEPERAWATAN 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MATA KULIAH FARMAKOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI LIMA APOTEK DI KOTAMADYA PEKALONGAN PERIODE JANUARI-JUNI 2009 SKRIPSI. Oleh : EBTARINI K

Sub Pokok Bahasan. - Batasan sediaan steril -Macam2 sediaan steril -Persyaratan steril. membuat sediaan steril - Formula sediaan

OBAT Definisi dan Penggolongannya. Indah Solihah,S.Farm.,M.Sc.,Apt

Pembelajaran e-learning bab 3 dan 4 (kelas A)

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

Medication Errors - 2

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

PENGGOLONGAN OBAT. Hidayah Sunar Perdanastuti Program Studi Farmasi Universitas Brawijaya

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

PULVIS, PULVERES, TABLET dan KAPSUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

Pengantar Farmakologi

SERBUK F A R M A S E T I K D A S A R

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

Batasan Partikel partikulat Kelebihan pengisian

MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungan Dosis Obat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. komponen obat terlalu banyak, dan kebiasaan (Setiabudy, 2011).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PROSES PELEPASAN, PELARUTAN, DAN ABSOPRSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia, pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

Absorbsi obat berdasarkan tempat pemberian

Transkripsi:

Oleh: Isnaini 1. TATA NAMA a. Nama latin Acidum acetylsalicylicum b. Nama Indonesia Asam asetisalisilat c. Nama lazim/generik Acetosal 2. BATASAN OBAT: Unsur bahan aktif secara fisiologis Zat kimia Racun Definisi obat: 1. Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71 adalah: Obatialah suatubahanataupaduanbahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. 2. Permenkes RI No. 242/1990 dibedakan menjadi: Obat jadi: Sediaan/paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi/ menyelidiki sistim fisiologi/keadaan patologi dalam rangkapenetapandiagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. 3. KATEGORI OBAT Kategori obat dibedakan menurut: a. UU Farmasi: 1. Obat Daftar O (Narkotika) ciri: Obat diberikan kepada pasien harus dengan resep dokter, lengkap dengan tanda tangannya Tidakbolehmengulangpemberiannya tanpa resep yang baru Disimpan di lemari khusus yang terkunci rapat dan terbuat dari kayu Bila lemarinya kecil, maka harus dipaku ke dinding 2. ObatDaftarG (ObatKeras) Definisi obat beracun yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksikan tubuh manusia, dan lain-lain, obat berada baik dalam bungkusan maupun tidak. Obat-obat yang dimasukkanke dalam Daftar G ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan berupa Daftar Obat Keras dengan pemberian nomor-nomor K Beberapa ketentuan mengenai obat daftar G: a. Pada bungkus luar harus disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter. b. Semua obat baru dimasukkan ke dalam Daftar G, kecuali apabila oleh DepKes telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia. c. Obat baru ialah semua obat yang tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia dandaftar Obat Kerasatauobat yang secara resmi, belum pernah diimpor atau digunakan di Indonesia, sehingga tidak diketahui khasiat dan keamanannya. d. Kecuali bila ditentukanlain, maka semua bahan yang tergolong obat Daftar G, berlaku bagi obat itu sebagai substansi dan juga bagi semua sediaan yang mengandung obat tersebut.

3. ObatDaftarW (ObatBebas & Obat Bebas Terbatas) Perbedaan obat daftar W dengan daftar G adalah bahwa obat daftar W dapat diperoleh tanpa resep dokter, asal memenuhi ketentuan-ketentuan berikut: Obat-obat dalam Daftar W hanya boleh dijual dalam bungkusan asli pabrik pembuatnya. Pada waktu penyerahan obat maka pada wadahnya harus tercantum tanda peringatan berupa etiket khusus yang tercatat sesuai dengan ketentuan Kementerian Kesehatan (tanda P) Etiket khusus tanda peringatan(p) tersebut berwarna hitam dengantulisanputih, berukuran 5 x 2 cm dan memuat pemberitahuan sebagai berikut: * P1 : Awas! Obat Keras, baca aturan pakainya. * P2 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur. Jangan ditelan * P3 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan * P4 : Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar * P5 : Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan * P6 : Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Obat bebas terbatas biasanya bertanda lingkaran dengan warna biru di dalamnya. Selainituada juga obat bebasyang dapat dibeli bebas oleh konsumen dengan tanda lingkaran dengan warna hijau di dalamnya 4. Obat Psikotropika Obat-obat ini mempengaruhi susunan saraf pusat dengan cara menyebabkan depresi SSP. Istilah-istilah lain yang digunakanadalah psikomimetik, psikotogenik Suatu bahan halusinogen dapat memberikan halusinasi Termasukhalusinogen: semuaobat serta semua sediaan yang mengandung obat berikut: LSD atau LSD 25, DMT, DMNP, THC, STP, DOM, Mescaline, Psilocine, Psilocybin, Semua isomer dari 3-methyl-2- phenylmorpholine PerangsangSusunanSarafPusat: Amfetamin, Deksamfetamin, Metamfetamin, Metilfenidat, Pipradrol PenekanSusunanSarafPusat: * Barbiturat dan semua derivat serta garamnya: antara lain Fenobarbital, Amobarbital, Pentobarbital * Hipnotika : antara lain Metilprilon, Metakualon B. Menurut Cara Pemberiannya: Obat Dalam Obat yang diberikan melalui mulut atau oral. Ditandai dengan etiket yang berwarna putih. Obat Luar Obat yang diberikan selain melalui mulutatau oral, bisa lewatkulit, injeksi, anus, vagina, hidung, telinga dan mata. Diberi etiketdengan warna biru. C. Menurut Khasiat/efek obat, Dibagi berdasarkan kelas terapi seperti yang tercantum di DOEN, seperti: antibiotika, analgetika dan sebagainya D. Obat Berdasarkan Sifat Kimia Asam Basa Garam Garam/senyawa kompleks Ester Kristal mengandung air Isotop Radioaktif

4. DERIVAT OBAT Sekelompok/segolongan obat yang diturunkan/berasal dari senyawa yang sama (= senyawa induk) Masing-masing mempunyai struktur/rumus kimia yang berbeda Umumnya digunakanuntuk sekelompok obat yang mempunyai khasiat yang sama. Didapatkan dari hasil manipulasi molekuler suatu senyawa (dengan struktur kimia tertentu) dengan tujuan untuk mendapatkan OBAT BARU dengan: *Efek sama, contoh amoksisilin & ampisilin *Lebih poten, contoh golongan Penisilin *Efek samping berkurang, contoh Na salisilat bila dibandingkan dengan asetosal *Efek berbeda, contoh asam salisilat & asetosal 5. DOSIS OBAT DOSIS LAZIM DOSIS TERAPETIK Sejumlah obat (dalam satuan berat/volume/unit) yang memberikan efek terapeutik pada penderita Selain itu DIKENAL PULA: Dosis toksis Dosis letalis Dosis awal atau dosis permulaan (loading dose atauinitial dose) Dosis pemeliharaan (dosis maintenance) Dosis regimen Dosis maksimum 6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DOSIS A. Faktor obat 1. Sifat fisika - Daya larut dalam air/lemak - Bentuk kristal/amorf 2. SIFAT KIMIA Sifat kimia yang perlu diperhatikan adalah seperti asam, basa, garam, ester, ph, pka. 3. TOKSISITAS Dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya B. CARA PEMBERIAN obat oral biasanya dosisnya lebih besar bila dibandingkan dengan obat parenteral c. FAKTOR PENDERITA Umur Berat Badan Ras Jenis kelamin Sensitivitas individual Toleransi Keadaan patofisiologi

D. INDIKASI & PATOLOGI PENYAKIT Contoh obat golongan barbiturat dosis untuk sedasi akan berbeda dengan dosis untuk hipnosis. Prinsip Pemberian Dosis: Individual Minimal 7. CARA MENGHITUNG DOSIS OBAT a. Dosis obatuntukanak 1. Prematur 2. Neonatus ( 0-1 bulan ) 3. Infant ( s.d. 1 tahun ) 4. Balita ( 1-5 tahun ) 5. Anak ( 6-12 tahun ) Bagaimana Dosis anak? Anak Bukan Miniatur Dewasa ORGAN (HEPAR, GINJAL & SSP) BELUM BERFUNGSI SECARA SEMPURNA DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH BERBEDA * NEONATUS : > 29,7% DARI DEWASA * BAYI 6 BULAN: > 20,7% DARI DEWASA FAKTOR YG PERLU DIPERHATIKAN 1. ABSORPSI a. ph lambung b. waktu pengosongan lambung c. waktu transit 2. DISTRIBUSI a. massa jaringan b. kandungan lemak c. aliran darah d. permeabilitas membran e. kadar protein plasma f. volume cairan ekstrasel 3. METABOLISME a. ukuran hepar b. kemampuan enzim mikrosomial 4. EKSKRESI a. kecepatan filtrasi glumerolus b. proses ekskresi & reabsorpsi tubuler CARA MENGHITUNG DOSIS ANAK 1. Didasarkan perbandingan dengan dosis dewasa: A. Umur Rumus YOUNG n Da = Dd (mg) n + 12 Rumus DILLING n Da = Dd (mg ) 20 Da : dosis anak Dd : dosis dewasa n : umur anak B. Berat badan Berat badan dewasa : 70 kg Rumus CLARK BBa Da = x Dd (mg) 70 C. Luas permukaan tubuh (lpt) Orang dewasa : 1,73 m2 Rumus CRAWFORD-TERRY ROURKE LPTa Da = x Dd(mg ) 1,73

Kelemahan perhitungan dosis anak bila dibandingkan dengan dewasa: Umur Seringkali TIDAK TEPAT karena ADA VARIASI berat badan & LPT yang berarti Berat badan TIDAK DAPAT UNTUK SEMUA OBAT: Narkotika pada anak lebih kecil Atropin, belladona, fenobarbital pada anak lebih besar LPT Tidak praktis, karena: * Sulitnya menghitung LPT secara akurat * UNTUK KASUS GAWAT yang perlu penanganan segera. 8. CARA PEMBERIAN OBAT A. Tujuan terapi: * Indikasi penyakit * Onset & durasi obat B. Kondisi pasien * Kenyamanan dari pasien * Keamanan * Dapat menelan atau tidak * Sadar/tidak C. Sifat fisika -kimia obat * Stabilitas * Iritatif Macam pemberian obat: ORAL PARENTERAL SECARA INHALASI MELALUI MEMBRAN MUKOSA PENGGUNAAN PADA/DALAM KULIT PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL AMAN EKONOMIS MENYENANGKAN Permasalahan bila obat diberikan secara oral: FISIOLOGI GIT dan hepar SIFAT OBAT BIOAVAILABILITAS BENTUK SEDIAAN KOOPERATIFITAS PENDERITA PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL Macam pemberianobat secara parenteral, yaitu: I.C. (Intrakutan) I.V. (Intravena) INTRATHECAL S.C. (Subkutan) I.P. (Intraperitonial) INTRA ARTERIAL I.M. (Intramuskular) INTRAKARDIAK Berdasarkan masuknya jumlah obat: Bolus Infus

Obat diberikan secara parenteral bila: Tidak/sedikit diabsorpsi melalui membran mukosa Rusak/inaktif di lambung Menyebabkan muntah Respon/efek cepat atau teratur Kondisi pasien muntah, tidak sadar, gangguan mental/jiwa Efek pemberian parenteral bersifat: a. Sistemik b. Lokal MASALAH Asepsis/steril/pirogenitas Tidak ekonomis: 1. Mahal 2. Perlu bantuan 3. Storage life Keamanan PEMBERIAN OBAT SECARA INHALASI 1. Melalui endotel alveoli/pulmo dengan cara dihirup melalui: Mulut Hidung 2. Bentuk sediaannya: Padat/cair mudah menguap Gas 3. Efek yang dihasilkan cepat: Aksi lokal Aksi sistemik 4. Masalah: Perlu alat khusus Dosis sukar diatur Iritasi Faktor sifat obat: Koefisien partisi Ukuran partikel Faktor aliran darah paru PEMBERIAN OBAT MELALUI MEMBRAN MUKOSA Diberikan selain melalui mukosa pada GIT dan paru. Efek/aksinya: Lokal Sistemik Absorpsi melaluimembranmukosa di: Mulut: - Sublingual - bukal - Hisap Mata: - Konjungtiva - Kornea HIDUNG: >> UAP >> CAIRAN * TETES * SEMPROT TELINGA - TETES - CAIRAN PENCUCI VAGINA AKSINYA LOKAL.: - ANTIINFEKSI - SPERMISIDAL

REKTUM: Aksi: >> lokal >> sistemik Efek cepat Cocok untuk penderita: >> tidak sadar, muntah >> tidak dapat menelan Masalah: >> Absorpsi obat tidak menentu: * tercampur dengan feses * absorpsi tidak * luas permukaan terbatas >> Kepatuhan penderita >> Tidak bisa untuk semua obat Beberapa obat yang dapat diberikan dengan cara suppositoria : Spasmolitik, hipnotik, antiinflamasi PEMBERIAN OBAT MELALUI KULIT 1. Aksi: Lokal Sistemik 2. Masalah: Sifat obat Kondisi kulit Bentuk sediaan FREKUENSI PEMBERIAN OBAT OBAT CARA PEMBERIAN KONDISI PENDERITA BENTUK SEDIAAN WAKTU PEMBERIAN OBAT 1. Perlu ditulis dalam resep Absorpsi yang paling baik terjadi pada saat lambung kosong, kecuali: Obat yang mengiritasi lambung Obat yang bekerja untuk mencerna makan 2. Remember!!!! Mencapai efek optimal Efek samping minimal LAMA PEMBERIAN OBAT Penyakit: >> Indikasi >> Perjalanan Akut Kronis

Tujuan terapi >>Kausatif >>Simptomatik Obat yang diberikan Macam BSO Padat: 1. Serbuk atau powder (Pulvis dan pulveres ) 2. Granul(GranualatauDry granule) 3. Tablet (compressi) 4. kapsul(capsulae) PULVIS DAN PULVERES (SERBUK ATAU POWDER) Campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan (Anonim, 1995). Macam Serbuk: 1. Serbuk terbagi Pulveres (divided powder), dikemas dalam suatu bungkus untuk dosis tunggal 2. Serbuk tak terbagi a. Serbuk oral tidak terbagi b. Pulveres adspersorium (serbuk tabur) c. Powder for injection (serbuk injeksi) Sifat Serbuk: 1. Pulveres dan bulk powder a. Cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk cairan b. Untuk obat yang mudah larut dalam air, absorpsinya lebih cepat dibandingkan bentuk tablet dan kapsul c. Tidak cocok untuk obat yang mempunyai rasa tidak enak, dirusak/inaktif di lambung, iritatif dan mempunyai dosis terapi yang rendah (low doses) 2. Pulvis adspersorius a. Mengandung selain bahan obat, sering juga bahan profilaksis atau pelicin b. Untuk luka terbuka, sediaan harus steril c. Sebagai pelumas, harus bebas dari organisme patogen d. Bila menggunakan talk/kaolin harus steril, karena bahan-bahan tersebut sering terkontaminasi spora, kuman tetanus dan kuman penyebab gangren. Granul: Sediaan bentuk padat, berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4 μm dengan atau tanpa vehikulum. Macam: 1. Bulk granules 2. Divided granules

Sifat: Tidak stabil dalam bentuk sediaan cair Memerlukan dosis terapi yang besar, misalnya Mg trisilikat oral (dosisoral 1-5 gr) Sediaan dalam bentuk effervescent granules memberikan rasa yang segar Obat dengan mudah dan cepat melarut dibandingkan dengan sediaan serbuk/pulveres serta tidak mudah menggumpal atau lengket di botol/sachet. Bulk granule tidak cocok untuk yang mempunyai dosis terapi kecil (low doses) karena diperlukan sediaan yang betul-betul homogen Sediaan ini tidak cocok untuk obat yang iritatif di lambung Tablet (compressi( compressi): Sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Macam: I. Berdasarkan teknik pembuatannyadikenal2 macam: a. Tablet cetak Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. b. Tablet kempa Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja 2. Berdasarkanpenggunaannya: Bolus Tablet triturat Tablet hipodermik Tablet bukal Tablet sublingual Tablet efervesen (tablet buih) Tablet kunyah (chewable tablet) Tablet Hisap (Lozenges) Tablet hisap digunakan untuk memberikan efek: 1. Lokal 2. Sistemik Tablet berdasarkan formulasi dibedakan menjadi: Tablet Salut Gula (Tsg) (Dragee, Sugar Coated Tablet) Tablet Salut Film (Tsf) (Film Coated Tablet, Fct) Tablet Salut Enterik (Enteric Coated Tablet) Sediaan Retard (Sustained Released, Form Prolonged Action, Form Timesapan, Spanful) Macam-macam sediaan retard, yaitu controlled release, delayed release, sustained release, sustained action, prolonged action, prolonged release, time release, extended release, slow release, extended action Tablet berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi: Bulat pipih dengan kedua permukaannnya plat/rata atau cembung. Dalam perdagangan disebut TABLET Silindris seperti kapsul, dalam perdagangan disebut KAPLET.

CAPSULAE (KAPSUL) Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapatlarut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Bentuk Sediaan kapsul berbentuk silindris dengan ukuran macam-macam dan mempunyai kode yaitu 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5. Macam: 1. Kapsul cangkang keras (Hard capsule) 2. Kapsul cangkang lunak (Soft capsule) Sediaan cair terbagi menjadi 3 bentuk yaitu solutiones (larutan), suspensiones (suspensi) dan emulsa (emulsi). Keuntungan dari sediaan cair, antara lain: 1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan 2. Absorpsi obat lebih cepat dibandingkan dengan sediaan oral lain. 3. Homogenitas lebih terjamin. 4. Dosis/takaran dapat disesuaikan dengan keadaan penderita. 5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan padat, terutama bentuk larutan. Untuk suspensi dan emulsi, keseragaman dosis tergantung dari kesempurnaan pengocokan sebelum penggunaan. 6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung atau dirusak cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal ini dapat dikurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair karena faktor pengenceran. kerugiaan sediaan cair: Untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air tidak dapat dibuat menjadi sediaan cair, kalaupun dapat tidak akan bisa bertahan lama. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar ditutupi. Sediaan tidak praktis untuk dibawa kemana-mana. Takaran penggunaan obat tidak dalam dosis terbagi kecuali sediaan dosis tunggal, dan harus menggunakan alat khusus. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan merupakan katalis reaksi. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan parenteral). Sediaan cair Oral Potiones (obat minum) Elixir Sirup Guttae (drop) Sediaan cair Topikal Collyrium (kolirium) Guttae ophthalmicae (tetes mata) Gargarisma (Gargle) Mouthwash Guttae nasales (tetes hidung) Guttae auricularis (tetes telinga) Irigationes (Irigasi) Inhalatoines Epithema Lotion Linimentum (Liniment) Keuntungan liniment dibandingkan dengan salep adalah: 1. Lebih mudah dicuci dari kulit 2. Penetrasi lebih baik dari sediaan salep.

Sediaan Cair Rektal/Vaginal Lavament/Clysma/Enema Selain untuk membersihkan, enema juga berfungsi sebagai karminativa, emollient, diagnostik, sedatif, antelmintik, dan lain-lain. Enema diberikan dalam jumlah bervariasi tergantung pada umur dan keadaan penderita. Douche Sediaan Injeksi(Injectiones) Injeksi atau obat suntik adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, disuntikkan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir. Syarat utama untuk obat yang diberikan parenteral ialah obat tersebut harus steril dan disimpan dalam wadah yang menjamin sterilitas. Keuntungan sediaan bentuk injeksi, antara lain: 1. Kerja obat (onset) cepat. 2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti. 3. Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna. 4. Kerusakan obat dalam traktus gastrointestinalis dapat dihindarkan. 5. Dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang sedang dalam keadaan koma. Kerugian sediaan bentuk injeksi Rasa nyeri pada saat pemberian, terutama bila sering diberikan. Efek psikologis pada penderita yang takut disuntik. Kekeliruan pemberian obat atau kekeliruan dosis hampir tidak mungkin diperbaiki. Obat hanya dapat diberikan oleh tenaga ahli tertentu. SEDIAAN SETENGAH PADAT Pada umumnya digunakan sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapi atau berfungsi sebagai pelindung kulit. Di samping itu bentuk sediaan setengah padat juga dapat digunakan sebagai bentuk untuk sediaan kosmetika. Keuntungan sediaan setengah padat dibandingkan sediaan cair: 1. Dapat diatur daya penetrasi dari zat berkhasiat dengan memodifikasi basisnya. 2. Kontak sediaan dengan kulit lebih lama. 3. Lebih sedikit mengandung air sehingga lebih sulit ditumbuhi bakteri. 4. Lebih mudah digunakan tanpa memerlukan alat bantu. Cara mengenal kerusakan yang terjadi pada sediaan setengah padat: Karena sediaan setengah padat mengandung minyak atau lemak sebagai basis, maka dalam penyimpanan dapat terjadi ketengikan terutama untuk sediaansediaan dengan basis lemak tak jenuh, ketengikan ini dapat diketahui pada perubahan bau dan konsistensinya. Dapat terbentuk kristal atau keluarnya fase padat dari basisnya. Terjadinya perubahan warna. 1. CREMORES (KRIM) 2. JELLY (GEL) 3. PASTAE (PASTA) 4. SAPO 5. PLESTER 6. UNGUENTA (SALEP)