BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III Mesin Milling I

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

M O D U L T UT O R I A L

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Gambar 1.1 Hasil-hasil dari pembubutan

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

BAB VI Mesin Shaping I

BAB IV MESIN SEKRAP. Laporan Akhir Proses Produksi ATA 2010/2011. Pengertian Mesin Sekrap

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

2 1. Jenis Mesin bubut berdasarkan ukurnnya secara garis besar dibedakan menjadi:

LAPORAN HASIL PRAKTEK PEMESINAN (MESIN BUBUT)

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

B. Sentot Wijanarka, Teknik Pemesinan Dasar, BAB 2

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

BAB III DESKRIPSI PEMBUATAN BUSHING

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

PROSES PRODUKSI. Jenis-Jenis Mesin Bubut

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

Gambar 1. Kepala tetap, tampak spindel utam a mesin

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BUKU 2 PROSES BUBUT (TURNING) ALAN ANDIKA PRIYATAMA, M.Pd

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES GERINDA Menggerinda Alat Potong

Proses Gerinda. Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

TUGAS TEKNIK PERAWATAN MESIN MAKALAH MESIN BUBUT, SEKRAP DAN FRAIS

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Rumusan Masalah. Identifikasi Variabel. Perancangan Percobaan. Analisis dan Pengujian

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

PROSES PEMBUATAN PIRINGAN PISAU PADA MESIN PERAJANG SINGKONG

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Produksi 2.2 Sistem Perencanaan Proses Produksi

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Las MIG ( Metal Inert Gas) 2.2 Sejarah Las MIG

BAHAN AJAR BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

COVER TUJUAN QUIS LITERATUR MATERI PROFIL

MATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN SISI POTONG PAHAT DAN KECEPATAN POTONG TERHADAP KUALITAS KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL PADA SHAPING MACHINE

2. Mesin Frais/Milling

MESIN BOR. Gambar Chamfer

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

PENGARUH SUDUT GARUK PAHAT BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

BAB 6 MENGENAL PROSES BUBUT (TURNING)

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI

RENCANA IMPLEMENTASI MEMBUBUT DI LABORATORIUM PRODUKSI JURUSAN MESIN. Oleh: Nama : Dwi Pujo L NIM : Prodi : PTMSI

PEMBUATAN PRODUK KUNCI CHUCK BOR DENGAN SISTEM DIMENSI PADA BEVEL GEAR MODUL 1,5 MM DENGAN SUDUT POROS 90 0

MATERI MATAKULIAH PROSES PEMESINAN I

METODE PENDEKATAN EVALUASI PRODUK PRATIKAN MENGOPERASIKAN MESIN GERINDA DAN MESIN BUBUT UNTUK MATA KULIAH PRAKTEK MESIN PERKAKAS

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PRODUK PRAKTIKAN PADA PENGOPERASIAN MESIN PRODUKSI UNTUK MATA KULIAH PRAKTEK MESIN PERKAKAS POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Umum Daging Sapi. 2.2 Produk Olahan Daging (Abon)

c. besar c. besar Figure 1

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TI-2121: Proses Manufaktur

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

Transkripsi:

BAB II Mesin Bubut I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin bubut. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin bubut. 3. Mahasiswa mengetahui tentang perlengkapan mesi bubut. Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Mahasiswa dapat menyebutkan fungsi fungsi mesin bubut. 2. Mahasiswa dapat menyebutkan bagian bagain utama mesin bubut. 3. Mahasiswa dapat menyebutkan macam macam alat potong di mesin bubut beserta fungsinya. 4. Mahasiswa dapat menyebutkan perlengkapan mesin bubut. 5. Mahasiswa dapat menyebutkan sudut sudut pada alat potong mesin mesin bubut. Proses Manufaktur II II. 1

IV.1. IV.1.1. Fungsi fungsi mesin bubut. Prinsip kerja. Mesin bubut dirancang dengan prinsip kerja alat potong bergerak lurus dan benda kerja berputar. Dengan cara kerja seperti tersebut maka mesin bubut dapat menghasilkan benda kerja berbentuk silinder. Gambar IV-1 Benda kerja hasil mesin bubut IV.1.2. Gerakan gerakan yang terdapat pada mesin bubut adalah : IV.1.2.1. Gerakan utama (Putaran benda kerja). Benda kerja dicekam pada poros utama (spindle) dan diputarkan. Besarnya putaran harus mengikuti aturan agar alat potong, benda kerja tidak rusak dan hasil pembubutan yang baik. Gambar IV-2 Gerakan utama (putaran benda kerja) Teknik Pemesinan I II-2

IV.1.2.2. Gerakan kedalaman pemakanan, Gerakan ini untuk memungkinkan terjadinya pemakanan. Besarnya gerakan ini tergantung pada besarnya alat potong dan kemampuan mesin untuk memotong benda kerja, Gambar IV- 3 Gerak kedalaman pemakanan. IV.1.2.3. Gerak pemakanan, benda kerja bergerak relative terhadap alat potong sepanjang benda kerja. Gambar IV- 4 Gerak Pemakanan IV.2. Tipe mesin bubut dan bagian bagian utama mesin bubut. Mesin bubut terdiri dari mesin bubut standar, mesin bubut vertikal dan mesin bubut pekerjaan khusus. Mesin bubut standar dapat digunakan pekerjaan bentuk bentuk standar seperti bentuk silinder, ulir, alur. Pada pekerjaan yang berdiameter besar namun pendek, mesin bubut vertikal akan lebih mudah mengerjakannya. Pada pekerjaan tertentu, mesin bubut dapat dibuat khusus seperti mesin bubut piringan rem (disk/drum break lathe). Proses Manufaktur II II. 3

Gambar IV- 5 Tipe tipe mesin bubut. IV.2.1. Mesin Bubut Standar; mesin ini sangat umum ditemukan di bengkel bengkel mesin perkakas. Mesin ini sering juga disebut dengan mesin bubut universal karena dapat mengerjakan bermacam macam pekerjaan. Ukuran mesin ditentukan oleh diameter dan panjang benda kerja yang dapat dikerjakan. a; Apron b; Feed gear box c; speed gaer box d; Headstock e; Tree jaw chuck f; Compound slide g; Tolls Holder h; Cross Slide i; Saddle j; Tailstock k; Bed l; Lead Screw m; Feed shaft n; Switch Bar o; Break Gambar IV- 6 Mesin bubut standar II-4 Teknik Pemesinan I

IV.3. IV.3.1. IV.3.2. Perlengkapan utama pada mesin bubut. Chuck Chuck dipasang pada bagian Spindle (poros utama) dan berfungsi sebagai pencekam benda kerja. Bila dilihat dari jumlah rahangnya, chuck dapat digolongkan dalam beberapa macam yaitu; chuck tiga rahang (Tree jaw chuck), chuck empat rahang (four jaws chuck) atau chuck berahang banyak (multi jaws chuck) dan bila dilihat dari cara bergeraknya rahang, chuck terdiri dari independent chuck atau universal chuck. Pada independent chuck, masing masing rahang mempunyai lubang pengunci masing masing dan anatara satu rahang dengan yang lainnya tidak saling berhubungan sehingga bila satu rahang diputar maka yang lainnya tetap diam. Lain dengan universal chuck, masing masing rahang saling berhubungan sehingga bila satu rahang di gerakan maka yang lain akan ikut bergerak bersamaan menuju pusat chuck. Chuck tiga rahang (three jaws chuck); Sesuai dengan namanya, chuck ini mempunyai tiga buah rahang yang dapat bergerak menuju pusat chuck. Pada chuck jenis universal, kadang kadang lubang kunci hanya satu buah dimana bila lubang kunci ini diputar dengan mengunakan kunci chuck maka semua rahang akan bergerak secara bersama sama menuju pusat atau keluar dari chuck. Posisi rahang pada alurnya tidak dapat ditukar antara yang satu dengan yang lainnya sehingga masing masing rahang dan alaur mempunyai nomor. Juga anatara rahang satu chuck dengan chuck yang lain tidak boleh ditukar. Apabila satu rahang pada satu chuck ditukar dengan rahang yang lain walau nomor alurnya sama maka kemungkinan besar pencekaman tidak akan sesumbu. Gambar IV- 7 Chuck tiga rahang dan kelengkapannya. Proses Manufaktur II II. 5

IV.3.3. Chuck empat rahang (Four jaws chuck); Fungsi alat ini sama dengan chuck tiga rahang namun chuck empat rahang dapat mencekam benda benda yang tidak simetris. Gambar IV- 8 Chuck empat rahang dan kelengkapannya. IV.3.4. Senter Putar. Senter putar adalah alat untuk menumpu benda kerja bila benda kerja tersebut terlalu panjang untuk dikerjakan di mesin bubut. Benda kerja yang akan ditumpu oleh senter putar harus diberu lubang pada ujungnya. Pemeberian lubang dikerjakan dengan menggunakan bor senter yang dicekam oleh drill chuck (pencekam bor) Gambar IV- 9 Center putar dan penggunaanya IV.3.5. Drill Chuck / Pencekam bor. Alat pencekam bor yang dapat dipasang pada kepala lepas seperti senter putar. Alat ini banyak macamnya namun dari cara penguncian benda yang dicekam drill chuck terdapat dua macam, dengan kunci atau tampa kunci (keyless). II-6 Teknik Pemesinan I

Gambar IV- 10 Drill chuck IV.3.6. Center drill / Bor senter Salah satu jenis bor yang digunakan untuk pempuatan lubang senter. Gambar IV- 10 Center drill IV.4. Alat alat potong di mesin bubut; Bahan bahan yang sering digunakan untuk pahat bubut adalah HSS (hight Speed Steel), Carbida atau Carbon Steel. Carbon steel sudah jarang ditemukan karena pahat dengan bahan ini tidak tahan terhadap panas. Pahat bubut dapat dibagi dalam beberapa kelompok, bila dilihat dari arah gerakan maka pahat bubut terdiri dari pahat bubut kiri dan pahat bubut kanan. Bila dilihat pada proses pembubutan maka pahat bubut terdiri dari pahat bubut luar dan pahat bubut dalam. Sedangkan bentuknya sangat banyak. Pahat bubut kanan adalah pahat yang bergerak dari kanan ke kiri sedangkan pahat bubut kiri adalah pahat yang bergerak dari kiri ke kanan. Gambar IV- 11 Pahat bubut kanan Gambar IV- 12 Pahat bubut kiri Proses Manufaktur II II. 7

Pahat bubut luar adalah pahat yang mengerjakan bagian luar dari benda kerja sedangkan pahat bubut dalam adalah pahat yang mengerjakan bagian dalam benda kerja. Gambar IV- 13 Pahat bubut luar Gambar IV- 14 Pahat bubut dalam Sehingga penamaan pahat bubut secara lengkap dapat dituliskan sbb: Pahat bubut luar kanan, pahat bubut luar kiri, pahat bubut dalam kanan dan pahat bubut dalam kiri. IV.4.1. Pahat bubut tepi rata kanan Pahat ini sering digunakan pada proses pembubutan memanjang untuk mendapatkan ukuran diameter luar. Pahat bubut ini dinamakan pula pahat halus karena digunakan pada proses finishing. Pahat bergerak dari kanan ke kiri. Bila diubah posisinya dan arah putaran benda kerja maka pahat bubut ini dapat pula digunakan untuk pembubutan muka. Gambar IV- 15 Pahat bubut tepi rata kanan. IV.4.2. Pahat bubut tepi rata kiri Fungsi pahat bubut ini sama dengan pahat bubut tepi rata kanan namun arah gerakan sebaliknya. II-8 Teknik Pemesinan I

Gambar IV- 16 Pahat bubut tepi rata kiri. IV.4.3. Pahat bubut sisi miring kanan Digunakan pada proses pembubutan memanjang dan pembubutan muka. Karena sisi bagian yang memotong posisinya miring sehingga gaya pemotongan didistribusikan kea arah memanjang dan melintang maka kedalaman pemotongan pahat ini mampu lebih besar dari pada pahat tepi rata. Pahat ini sering dinamanak pula pahat pengasaran karena kedalaman pemakanan mampu lebih besar dari pada pahat tepi rata. Gambar IV- 17 Pahat bubut sisi miring kanan. IV.4.4. Pahat bubut sisi miring kiri. Fungsi pahat bubut ini sama dengan pahat bubut sisi miring kanan namun arah gerakan sebaliknya. Gambar IV- 17 Pahat bubut sisi miring kiri. Proses Manufaktur II II. 9

IV.4.5. Bentuk bentuk lain dari pahat bubut. Gambar IV- 18 Pahat bubut alur dan path bubut ulir segi tiga. IV.5. Sudut sudut pada pahat bubut. α; Sudut bebas (Clearance angle) β; Sudut bajai (Wedge angle) γ; Sudut tatal (Rake angle) α ; Sudut bebas muka. A ; Bibir potong (Cutting edge) Gambar IV- 19 Sudut sudut pada pahat bubut HSS Material Carbida Teknik Pemesinan I II-10

α β γ α β γ 8 68 14 Carbon steel hingga 70 kg/mm2 5 75 10 8 72 10 Cast Steel hingga 50 Kg/mm2 5 79 6 8 68 14 Alloyed steel hingga 85 Kg/nn2 5 75 10 8 72 10 Alloyed steel hingga 100 Kg/nn2 5 77 8 8 72 10 Malleable cast iron 5 75 10 8 82 0 Cast Iron 5 85 0 8 64 18 Copper 8 64 18 8 82 0 Brass, Cast bronze 5 79 6 12 48 30 Pure alumunium 12 48 30 12 64 14 Alum, Casting and Certain plastic 12 60 18 8 76 6 Magnesium Alloy 5 79 6 12 64 14 Insulation materials (fiber, Bakelite) 12 64 14 12 68 10 Hard rubber, Hard Paper 12 68 10 - - - Porcelain 5 85 0 Gambar IV- 20 Tabel sudut pahat IV.6. Pencekaman pahat bubut. Pahat bubut dicekam pada tools holder yang terletak di eretan atas. Beberapa aturan pencekaman pahat bubut dimaksudkan agar proses pembubutan aman buat operator, benda kerja, lingungan dan mesin itu sendiri. Gambar IV- 21 Pencekaman pahat bubut. Tools post yang baik dirancang agar pahat dapat diatur naik turun dan memutar sehingga pahat dapat diposisikan dengan benar. Pencekaman pahat janggan sampai terlalu luar (L) agar tidak terjadi lendutan yang dapat mengakibatkan pahat bergetar atau mungkin patah. Proses Manufaktur II II. 11

Gambar IV- 22 Ketingian pahat bubut. Pahat bubut harus diatur ketinggiannya hingga tingginya sama dengan tinggi sumbu mesin. Untuk memudahkan pengaturannya maka tinggi senter yang dipasang pada kepala lepas dapat dipakai sebagai pembanding. Gambar IV- 23 Ketinggian pahat benar. Bial tinggi pahat bubut tidak sama denga sumbu mesin maka beberapa akibat dari itu adalah sbb: Gambar IV- 24 Pahat lebih tinggi dari sumbu mesin/benda kerja. Pemasangan pahat lebih tinggi dari sumbu mesin sehingga sisi bidang muka pahat menyentuh benda kerja akibat sudut bebas muka a terlalu kecil. Karena bidang muka Teknik Pemesinan I II-12

pahat yang menyentuh maka terjadi gesekan yang dapat mengakibatkan terjadinya panas yang berlebihan pada bagian tersebut. Gambar IV- 25 Pahat lebih rendah dari sumbu mesin/benda kerja. Pemasangan pahat lebih rendah dari sumbu mesin dapat merubah sudut sudut pahat actual menjadi lebih besar dan lebih kecil. Karena lebih kecil maka gaya pemotongan menjadi lebih besar. Selain kedua lasan tersebut, bila tinggi pahat tidak sama dengan sumbu mesin maka pada pembubutan muka pahat tidak akan menjangkau titik tengah benda kerja. IV.7. Perhitungan RPM (n), Kedalaman pemotongan (a) dan Gerak pemakanan (f,feed). Cara menghitung besarnya putaran benda kerja per menit (Rpm) dengan menggunakan rumus n = Vc x 100 / π D Dimana n = Rpm Vc = Kecepatan potong yang diijinkan (Nilai Vc lihat table ) D = Diameter benda kerja Penentuan D; D diambil diameter awal benda kerja, bila diameter awal dan diameter akhir sangat jauh perbedaannya maka lakukan perhitungan beberapa kali (hitung setiap perubahan diameter) Untuk pembubutan muka, diameter diambil rata ratanya. Proses Manufaktur II II. 13

Ruughing Finishing Materials Steel hingga 50 kg/mm2 Steel hingga 50-70 kg/mm2 Steel hingga 70-85 kg/mm2 Tools Steel TS = Tools Steel HSS = High speed steel Tools Cutting angle Cutting speed Vc m/min Feed S mm/u Deep of cut A mm Cutting speed Vc m/min Feed S mm/u Deep of cut A mm α β γ TS 80 o 62 o 20 o 11 0,5 4 20 0,2 1 HSS 22 1 10 30 0,5 1 H 8 o 67 o 18 o 150 2,5 15 250 0,25 1,5 TS 8 o 68 o 14 o 10 0,5 4 15 0,2 1 HSS 20 1 10 24 0,5 1 H 5 o 75 o 10 o 120 2,5 15 200 0,25 1,5 TS 8 o 68 o 14 0 5 0,5 4 12 0,2 1 HSS 15 1 10 20 0,5 1 H 5 o 75 o 10 o 80 2 15 140 0,2 1,5 TS 8 o 76 o 6 o 6 0,5 3 8 0,2 1 HSS 12 1 8 16 0,5 1 H 5 o 79 o 6 0 30 0,6 5 50 0,15 1 H = Cemented carbide For thread cutting Vc will be abaut 1/3 of the cutting speed for longitudinal turning IV.8. Proses pembubutan. Proses proses pembubutan untuk menghasilkan benda kerja begitu banyak macamnya. Beberapa proses sangat sering dijumpai seperti proses pembubutan memanjang, proses pembubutan muka dan proses pembubutan tirus. IV.8.1. Proses pembubutan turus. Benda kerja tirus adalah benda kerja silinder dimana diameter di salah satu ujung dengan ujung lainnya tidak sama. Ada beberapa cara pencantuman ukuran benda kerja tirus, misalnya : Ukuran perbedaan diameter besar dan diameter kecil. Sudut kemuringan tidak dicantumkan. Teknik Pemesinan I II-14

Ukuran sudut kemiringan dicantumkan besama sama dengan ukuran diameter. Ukuran diameter digambar dalam kurung yang artinya ukuran sudut lebih penting daripada ukuran diameter. Ukuran ketirusan digambarkan disamping ukuran diameter. Ukuran diameter digambarkan dalam kurung yang artinya ukuran ketirusan lebih penting dari pada ukuran diameter. Pada ukuran ketirusan tercantum lambing tirus dan perbandingan (1:200) yang artinya setiap panjang 200 mm perbedaan ukuran diameter adalah 1 mm. Pada mesin bubut, untuk mendapatkan ketirusan ada beberapa macam misalnya metoda pergeseran eretan atas, metoda penggeseran kepala lepas dan metoda Taper attachment. IV.8.1.1. Metoda penggeseran eretan atas. Eretan atas diatur kemiringannya sama dengan sudut pada benda kerja. Pergerakan pahat dari gerak eretan atas. Apron tidak boleh bergerak memanjang. Untuk pengerjaan metoda ini, data data benda kerja yang harus diketahui adalah sudut kemiringan tirus. Metoda ini sering digunakan pada benda kerja dengan ketutusan besar dan benda kerjanya pendek (sudut tirus besar). Keterbatasan langkah eretan atas yang membuat sulit bila mengerjakan benda kerja dengan tirus yang landai (Sudut tirus kecil). Proses Manufaktur II II. 15

IV.8.1.2. Metoda pengeseran kepala lepas Pada pembubutan tirus metoda penggeseran kepala lepas, data yang harus diketahui dari benda kerja adalah Panjang benda kerja keseluruhan (L), Panjang bagian yang turus (l), Diameter besar bagian tirus (D) dan diameter kecil bagian tirus. Bila data tersebut kurang lengkap maka harus dicari dulu secara matemetik. Rumus penggeseran kepala lepas adalah sbb; = 2 Pahat bergerak lurus mengikuti alur meja. Benda kerja yang tirusnya panjang dapat dikerjakan dengan metoda ini namun tirus tidak bias terlalu tajam. Teknik Pemesinan I II-16