SURAT KEPUTUSAN Nomor : SKEP/34/0.3/III/2009. Tentang, PEDOMAN KEABSAHAN ATLET BULUTANGKIS INDONESIA



dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN ORGANISASI AEROMODELLING INDONESIA PBFASI NOMOR : -----/AMI-ORG/2010 TENTANG KEABSAHAN ATLET BAB I UMUM. Pasal 1 Pendahuluan

PERATURAN ORGANISASI AEROMODELLING INDONESIA PB FASI NOMOR : 02/AMI-PBFASI-ORG/2011 TENTANG KEABSAHAN ATLET BAB I UMUM. Pasal 1 Pendahuluan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013

ANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 01/Per/M.KUKM/I/2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.04/2016 PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI MANAJER INVESTASI

PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Penindakan

PERATURAN MENTERI NO. 20 TH 2007

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Menteri tentang Tata Car

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEMBERIAN PERINGATAN TERTULIS KEPADA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.04/20... tentang. Asosiasi atau Perkumpulan Wakil Manajer Investasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.01/2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2016

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1961 TENTANG PERUBAHAN ATAU PENAMBAHAN NAMA KELUARGA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

KEPALA DESA NGLANGGERAN KECAMATAN PATUK KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-45/PM/1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR V.A.1 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN EFEK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BERITA NEGARA. No.868, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Hukuman Disiplin. Penindakan Administratif. Pedoman. Pencabutan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK FISIOTERAPIS

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 2, 3, 10, dan 11 Tahun 1950;

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

SEKRETARIAT DAERAH Jl. Ki Gede Sebayu No. 12 Tegal Telp. (0283) Faks. (0283) Kode Pos 52123

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 544/MENKES/SK/VI/2002 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA REFRAKSIONIS OPTISIEN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007

2016, No Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

2016, No Bawahnya, tidak lagi dapat diterapkan untuk penegakkan disiplin kerja Hakim; c. bahwa berdasarkan pertimbangan dalam huruf a dan huru


2014, No.38 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pela

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 5 Tahun 2006 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Transkripsi:

SURAT KEPUTUSAN Nomor : SKEP/34/0.3/III/2009 Tentang, PEDOMAN KEABSAHAN ATLET BULUTANGKIS INDONESIA PENGURUS BESAR PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan, sportivitas, disiplin, loyalitas dan tanggungjawab terhadap tegaknya peraturan di PBSI dan kemajuan perbulutangkisan Indonesia b. Bahwa masih ditemukannya atlet yang mengikuti pertandingan bulutangkis di tingkat pusat dan daerah yang diragukan keabsahan usianya c. Bahwa pedoman tentang keabsahan atlet bulutangkis Indonesia yang menyangkut keanggotaan, usia dan sanksi yang ada sebelumnya dianggap belum lengkap d. Bahwa berdasarkan butir a, b, dan c diatas dianggap perlu menyusun/menyempurnakan peraturan tentang Keabsahan Atlet Bulutangkis Indonesia dan ditetapkan dengan Surat Keputusan PB PBSI Mengingat : 1. 2. 3. 4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PBSI Hasil-Hasil Keputusan MUNAS PBSI tahun 2008 di Jakarta Surat Keputusan KONI Pusat No. 07 tahun 2008 tgl. 20 Januari 2009, tentang Pengukuhan Personalia Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) masa bakti 2008-2012 Program Kerja PB PBSI tahun 2009 Memperhatikan : 1 Surat Keputusan PB PBSI No. SKEP/19/0.3/IV/2005 tentang Sanksi/Skorsing Atlet Bulutangkis Pemalsu Bukti Usia, tanggal 12 April 2005 2 Surat Keputusan PB PBSI No. SKEP/09/0.3/I/2008 tentang Ketentuan Keabsahan Atlet Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia, tanggal 28 Januari 2008 3. Hasil keputusan rapat Bidang Organisasi & Pengembangan Daerah tanggal 11 Maret 2009

M E M U T U S K A N MENETAPKAN Pertama : Mencabut Surat Keputusan PB PBSI No. SKEP/19/0.3/IV/2005 tentang Sanksi/Skorsing Atlet Bulutangkis Pemalsu Bukti Usia, tanggal 12 April 2005 dan No. Skep/09/0.3/I/2008 tentang Ketentuan Keabsahan Atlet Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia tanggal 28 Januari 2008, dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Kedua : Memberlakukan Pedoman Keabsahan Atlet Bulutangkis seperti tercantum pada lampiran Surat Keputusan ini. Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila terdapat kekeliruan didalamnya akan diperbaiki/dilengkapi sesuai kebutuhan. Petikan : Surat Keputusan ini disampaikan kepada masing-masing yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan. DITETAPKAN DI : J A K A R T A PADA TANGGAL : 23 MARET 2008 PENGURUS BESAR PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, DJOKO SANTOSO YACOB RUSDIANTO TEMBUSAN : 1. Yth. Ketua Umum KONI Pusat 2. Yth. Ketua Dewan Kehormatan 3. Yth. Ketua Dewan Penasehat 4. Yth. Ketua Dewan Pengawas 5. Yth. Pengda PBSI seluruh Indonesia 6. Arsip

PBSI SKEP/34/0.3/III/2009 Lampiran : Surat Keputusan PB Nomor : Tanggal : 23 Maret 2009 BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 1. PBSI adalah Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. 2. Akta kelahiran, Surat Kenal Lahir adalah dokumen yang berisi keterangan tentang kelahiran seseorang yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil, Pengadilan Negeri atau instansi Pemerintah yang berwenang mengeluarkan Akta Kelahiran atau Surat Kenal Lahir. 3. Pemeriksaan Forensik adalah metode penelitian fisik secara`medis terhadap atlit untuk menentukan perkiraan usia oleh Tim Kedokteran Forensik; 4. Keabsahan atlit yang sah adalah atlit yang terdaftar sebagai warga pada suatu klub atau perkumpulan bulutangkis, dan yang berusia benar sesuai dengan akta kelahiran/surat kenal lahir atau dokumen lain yang sah; 5. Keberatan adalah upaya yang dilakukan seorang atlit yang dikenai sanksi kepada Pengurus Besar, atau Pengurus Provinsi atau Pengurus Kabupaten/Kota PBSI pembuat keputusan penjatuhan sanksi. 6. Banding adalah upaya yang dilakukan seorang atlit yang tidak puas terhadap putusan keberatan yang diajukan kepada organisasi PBSI yang lebih tinggi; 7. Pemutihan usia adalah kebijakan PB PBSI yang diberikan kepada atlit untuk menyatakan kebenaran usia yang sebenarnya atas kekeliruan usia yang diakui sebelumnya.

8. Tim Keabsahan PBSI adalah badan yang berwenang untuk memeriksa keabsahan seorang atlit baik di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut Tim Keabsahan. BAB II Kedudukan, Tugas dan Wewenang Tim Keabsahan, Tempat Kedudukan Pasal 2 (1) Tempat kedudukan Tim Keabsahan PB PBSI di Jakarta. (2) Di tingkat Pengurus Provinsi PBSI dan Pengurus Kabupaten/Kota PBSI dapat dibentuk Tim Keabsahan Provinsi/Kabupaten/Kota. Keanggotaan Tim Keabsahan Pasal 3 (1) Tim Keabsahan PB PBSI terdiri dari orang-orang yang ditunjuk dan diangkat oleh PB PBSI. (2) Tim Keabsahan di tingkat Pengurus Provinsi PBSI ditunjuk dan diangkat oleh Pengurus Provinsi PBSI, sedangkan Tim Keabsahan di Tingkat Pengurus Kabupaten/Kota ditunjuk dan diangkat oleh Pengurus Kabupaten/Kota PBSI. Wewenang Tim Keabsahan Pasal 4 (1) Tim Keabsahan bertugas untuk memeriksa keabsahan atlit dalam suatu kejuaraan yang diselenggarakan oleh PBSI. (2) Tim Keabsahan berwenang untuk memeriksa: a. Keanggotaan atlit di klub/perkumpulan bulutangkis; b. Keabsahan atas perpindahan atlit;

c. Meneliti kebenaran usia atlit; d. Meminta keterangan langsung kepada atlit, pengurus klub/perkumpulan bulutangkis atau orangtua/wali mengenai perpindahan, dan usia atlit yang bersangkutan; e. Memberikan pendapat/pertimbangan kepada referee tentang keabsahan atlit dalam suatu kejuaraan; f. Memberikan pendapat/pertimbangan kepada Pengurus Besar PBSI, Pengurus Provinsi PBSI, atau Pengurus Kabupaten/Kota PBSI mengenai keabsahan atlit. Pasal 5 Apabila menurut Tim Keabsahan terdapat pelanggaran ketentuan pertandingan dalam suatu kejuaraan, atau keraguan mengenai keabsahan atlit, maka Tim Keabsahan dapat memberikan pertimbangan kepada referee atau Pengurus Besar, Pengurus Provinsi PBSI, atau Pengurus Kabupaten/Kota PBSI untuk menjatuhkan sanksi. BAB III Kewargaan dan keabsahan atlit Kewargaan Pasal 6 (1) Seseorang dapat menjadi warga klub/perkumpulan bulutangkis dengan cara mengajukan permohonan tertulis kepada Pengurus klub/perkumpulan bulutangkis. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilampiri : 1. Foto copy dokumen yang dilegalisasi oleh yang berwenang : a. Akta kelahiran/surat kenal lahir. b. Surat Tanda Tamat Belajar/ijazah Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar atau yang setingkat. c. Kartu Keluarga. d. Surat keterangan lain yang sah. 2. Hal-hal lain sebagaimana yang ditentukan oleh klub/perkumpulan bulutangkis yang bersangkutan.

3. Pas foto berwarna berukuran 6 x. 4 sebanyak 1 lembar. (3) Klub/perkumpulan bulutangkis dapat mengabulkan atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 7 Status kewargaan akan gugur atau hilang disebabkan: a. Meninggal dunia. b. Berhenti atas permintaan sendiri. c. Pindah ke klub/perkumpulan lain. d. Klub/perkumpulan bulutangkis membubarkan diri. e. Klub/perkumpulan bulutangkis dikeluarkan dari keanggotaannya dari lingkungan PBSI. f. Diberhentikan dengan tidak hormat dikarenakan melanggar tata tertib organisasi klub/perkumpulan bulutangkis atau peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh PBSI. Keabsahan atlit Pasal 8 (1) keabsahan atlit akan diakui apabila tercatat sebagai anggota suatu perkumpulan bulutangkis di Pengurus Kabupaten/Kota PBSI, memberikan keterangan usia yang benar sesuai dengan akta kelahiran/surat kenal lahir dan dokumen lain yang sah. (2) Akta kelahiran/surat kenal lahir yang diakui di lingkungan PBSI adalah keterangan tentang kelahiran seseorang yang dibuat selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal kelahiran. (3) Apabila akta kelahiran/surat kenal lahir dibuat setelah lebih dari 6 (enam) bulan dari sejak tanggal lahir, maka keabsahannya harus didukung oleh keterangan tertulis lainnya yang berupa :

a. Surat keterangan lahir dari rumah sakit/klinik bersalin/bidan. b. Surat keterangan pemandian/baptis dari gereja. c. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah/Buku Induk Siswa Taman Kanak- Kanak, atau Sekolah Dasar atau sekolah lain yang setingkat. d. Surat keterangan lain yang dibuat oleh instansi pemerintah, seperti antara lain Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. (4) Apabila terdapat perbedaan usia yang tercantum di Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah dengan Buku Induk Besar, maka usia yang diakui adalah yang tercantum di dalam Buku Induk Siswa. (5) Apabila seorang atlit memiliki lebih dari satu surat keterangan tentang kelahirannya yang tahun kelahirannya tidak sama, maka untuk sementara waktu akan dipergunakan surat keterangan yang tahun kelahirannya lebih dulu kecuali dapat menunjukkan dokumen aslinya. (6) Atlit sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) wajib membuat surat pernyataan tentang usia atau tahun kelahiran yang sebenarnya di atas kertas bermeterai yang diketahui oleh orangtua atau klub/perkumpulan bulutangkis. Pemutihan usia Pasal 9 (1) Apabila dipandang perlu PB PBSI dalam waktu tertentu dapat mengeluarkan kebijakan pemutihan usia atlit. (2) Pemutihan usia berisi suatu pernyataan tertulis di atas kertas bermeterai yang dilakukan oleh atlit untuk menyatakan kebenaran usia yang sesungguhnya terhadap kekeliruan usia yang diakuinya selama ini yang ditandatangani oleh atlit yang bersangkutan dan diketahui oleh orangtua/wali, ketua perkumpulan bulutangkis atau manajer pada suatu kejuaraan bulutangkis. (3) Atlit yang melakukan pemutihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib :

a. Melampirkan foto copy akta kelahiran/surat kenal lahir atau dokumen tertulis lainnya yang sah serta dilegalisasi oleh instansi yang berwenang. b. Memperlihatkan dokumen asli kepada Tim Keabsahan. Pasal 10 (1) Seorang atlet atas kesadarannya sendiri dapat melakukan pengakuan dan perbaikan terhadap kesalahan usianya yang selama ini diakuinya dengan menyatakannya dalam surat pernyataan di atas kertas bermeterai yang ditandatangninya serta diketahui oleh orangtua atlit/wali dan/atau ketua perkumpulan bulutangkis. (2) Atlit yang melakukan pengakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib : a. Melampirkan foto copy akta kelahiran/surat kenal lahir atau dokumen tertulis lainnya yang sah serta dilegalisasi oleh instansi yang berwenang. b. Memperlihatkan dokumen asli kepada Tim Keabsahan. Pemeriksaan kedokteran forensik Pasal 11 (1) Apabila terdapat keraguan terhadap kebenaran usia seorang atlit, maka atlit yang bersangkutan wajib melakukan pemeriksaan forensik terhadap fisiknya yang dilakukan oleh Tim Kedokteran Forensik yang ditunjuk oleh PB PBSI. (2) Atlit yang menolak untuk melakukan pemeriksaan forensik, maka atlit tersebut dilarang mengikuti seluruh kejuaraan yang diselenggarakan dan/atau direkomendasikan PBSI. (3) Hasil pemeriksaan Tim Kedokteran Forensik akan dijadikan salah satu pertimbangan oleh PBSI untuk menetapkan seorang atlit melanggar atau tidak melanggar mengenai kebenaran usianya.

(4) Apabila atlit keberatan atas hasil pemeriksaan Tim Kedokteran Forensik, harus menunjukkan bukti medis lainnya yang mendukung keberatan atlit tersebut. Perpindahan atlit Pasal 12 (1) Seorang atlit kewargaannya dapat pindah ke klub atau perkumpulan bulutangkis lainnya dengan cara mengajukan permohonan tertulis kepada klub atau perkumpulan bulutangkis semula. (2) Pengurus klub/perkumpulan bulutangkis wajib menyelesaikan proses perpindahan atlit paling lama tiga puluh hari sejak diterimanya permohonan pindah. (3) Permohonan pindah dapat dikabulkan atau tidak dikabulkan (ditolak) oleh klub atau perkumpulan bulutangkis semula, dan diberitahukan secara tertulis kepada pemohon. (4) Apabila Pengurus klub/perkumpulan bulutangkis tidak mengeluarkan keputusan sedangkan hal itu menjadi kewajibannya dan jangka waktu tiga puluh hari telah lewat, maka Pengurus Klub/Perkumpulan Bulutangkis dianggap menyetujui permohonan dimaksud. (5) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) disampaikan pula kepada Pengurus Besar, Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten/Kota PBSI. Pasal 13 (1) Perpindahan kewargaan atlit suatu klub/perkumpulan bulutangkis dapat terjadi antar klub/perkumpulan bulutangkis di satu wilayah Pengurus Kabupaten/Kota, atau antarpengurus Kabupaten/Kota PBSI di wilayah Pengurus Provinsi PBSI yang sama, atau antar Pengurus Provinsi yang berbeda. (2) Perpindahan kewargaan atlit antar klub/perkumpulan bulutangkis di wilayah Pengurus Kabupaten/Kota PBSI yang sama, harus ada izin klub/perkumpulan bulutangkis asal dan dilaporkan kepada Pengurus Provinsi PBSI setempat.

(3) Perpindahan kewargaan atlit antar klub di antara dua Pengurus Kabupaten/Kota PBSI yang berbeda dalam satu wilayah Pengurus provinsi yang sama harus ada izin dari klub/perkumpulan bulutangkis asal dan Pengurus Kabupaten/Kota PBSI serta dilaporkan kepada Pengurus Provinsi PBSI setempat. (4) Perpindahan kewargaan atlit antar klub di antara dua Pengurus Provinsi PBSI yang berbeda, harus ada izin dari klub/perkumpulan bulutangkis asal, Pengurus Kabupaten/Kota PBSI dan Pengurus Provinsi setempat serta dilaporkan kepada Pengurus Besar PBSI. Pasal 14 Selama proses perpindahan atlit belum selesai, seorang atlit hanya boleh mengikuti kejuaraan atas nama klub/perkumpulan bulutangkis asal. Pasal 15 Atlit yang mengikuti pertandingan atas nama suatu klub/perkumpulan bulutangkis, padahal atlit tersebut masih tercatat sebagai anggota suatu klub/perkumpulan bulutangkis lain, maka atlit tersebut dapat dikenakan sanksi diskualifikasi. BAB IV Sanksi dan Kewenangan menjatuhan sanksi Sanksi Pasal 16 (1) Atlit yang memberikan keterangan tentang usianya yang tidak benar akan dikenai sanksi sebagai berikut: a. Apabila keterangan usianya dimudakan antara 1 (satu) bulan s/d 1 (satu) tahun dari yang sebenarnya, dijatuhi sanksi skorsing selama 12 bulan. b. Apabila keterangan usianya dimudakan lebih dari satu tahun dari yang sebenarnya, dijatuhi sanksi skorsing selama 24 bulan. c. Apabila seorang atlit mengulang lagi perbuatan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) a, dan b akan dijatuhi sanksi tidak diperkenankan mengikuti seluruh pertandingan bulutangkis yang

diselenggarakan dan direkomendasikan oleh Pengurus Besar, Pengurus Provinsi PBSI atau Pengurus Kabupaten/Kota PBSI selamanya. (2) Selama atlit dijatuhi sanksi skorsing sebagaimana yang disebut di dalam ayat (1) a dan b, maka kepadanya dilarang mengikuti seluruh kejuaraan bulutangkis yang diselenggarakan oleh PBSI baik di tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Sanksi dan Kewenangan menjatuhkan sanksi Pasal 17 Pengurus klub/perkumpulan bulutangkis dapat menjatuhkan sanksi di lingkungan klub/perkumpulan bulutangkisnya dalam hal atlit telah melanggar peraturan di klub/perkumpulan bulutangkisnya. Pasal 18 (1) Pelanggaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) a, b, dan c dalam kejuaraan tingkat kabupaten/kota, Pengurus Kabupaten/Kota PBSI berwenang menjatuhkan sanksi dan selanjutnya memberitahukan kepada Pengurus Provinsi dan Pengurus Besar PBSI. (2) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) a, b, dan c dalam kejuaraan tingkat provinsi, Pengurus Provinsi PBSI berwenang menjatuhkan sanksi dan selanjutnya memberitahukan kepada Pengurus Kabupaten/Kota dan Pengurus Besar PBSI. (3) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) a, b, dan c, dalam kejuaraan tingkat Nasional, Pengurus Besar PBSI berwenang menjatuhkan sanksi dan selanjutnya memberitahukan kepada Pengurus Kabupaten/Kota dan Pengurus Provinsi PBSI. Keberatan dan banding

Pasal 19 (1) Keberatan terhadap sanksi yang dijatuhkan dapat diajukan dalam waktu 14 hari sejak putusan diterima atlit melalui hirarki kepengurusan: a. Ketua Pengurus Kabupaten/Kota PBSI apabila sanksi tersebut dijatuhkan oleh Pengurus Klub/Perkumpulan. b. Ketua Pengurus Provinsi PBSI apabila sanksi tersebut dijatuhkan oleh pengurus Kabupaten/Kota PBSI. c. Ketua Pengurus Besar PBSI apabila sanksi tersebut dijatuhkan oleh pengurus Provinsi PBSI. (2) Ketua Pengurus Kabupaten/Kota/Pengurus Provinsi/PB PBSI akan memeriksa kembali dan memutus permohonan keberatan selambatlambatnya 30 hari sejak permohonan diterima. (3) Apabila tenggang waktu 14 hari dilampui dan keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dilakukan, maka atlit yang bersangkutan tidak dapat mengajukan banding sebagaimana diatur di dalam ayat (4) dan putusan langsung dapat dilaksanakan. (4) Apabila putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) belum memuaskan, seorang atlit dapat mengajukan banding dalam jangka waktu 14 hari sejak putusan keberatan diterima kepada: a. Pengurus Provinsi PBSI apabila keberatan ditolak oleh Pengurus Kabupaten/Kota PBSI. b. Pengurus Besar PBSI apabila keberatan ditolak oleh Pengurus Provinsi PBSI. (5) Putusan keberatan atau banding yang diputus oleh PB PBSI bersifat final dan mengikat dan putusan dapat dilaksanakan sejak putuskan ditetapkan.

BAB V Penutup Pasal 20 (1) Hal-hal lain yang belum diatur mengenai keabsahan atlit akan segera diatur lebih lanjut dalam Peraturan PBSI. (2) Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan agar setiap atlit dan Pengurus klub/perkumpulan bulutangkis mengetahuinya, keputusan ini disebarkan keseluruh Pengurus Provinsi PBSI, dan Pengurus Kabupaten/Kota PBSI. PENGURUS BESAR PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, DJOKO SANTOSO YACOB RUSDIANTO