BAB I PENDAHULUAN. tinggi independen, integritas dan profesional. BPK wajib untuk mematuhi

dokumen-dokumen yang mirip
audit yang tinggi menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti-bukti tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan yang telah ditandatanganinya. Untuk itu auditor akan sangat berhati-hati

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. atas kewajarannya sering dibutuhkan judgment (Zulaikha, 2006). Dalam pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan. (Singgih dan Bawono, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan suatu keputusan. Akuntan

BAB II. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan atau entitas terutama yang telah go public diharuskan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

ABSTRAK. Kata kunci: obedience pressure, kompleksitas tugas, senioritas auditor, audit judgment

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan dalam mengaudit laporan keuangan. Munculnya krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menaikan tingkat keandalan laporan perusahaan-perusahaan, sehingga

PENGARUH TEKANAN KERJA, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN GENDER TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Kasus pada BPKP Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntansi dalam mengaudit laporan keuangan. (Daljono dan Fitriani,

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgement yang didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, hal ini disebabkan karena laporan keuangan dijadikan sebagai. indikator pengukuran kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. pada seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan bisnis dan ekonomi Indonesia diera globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Untuk contoh kasus yang ada di indonesia yaitu PT Kimia Farma.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan sekarang mengharuskan adanya transparansi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi informasi laporan keuangan yang diperoleh, ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. usahanya di tengah ketatnya persaingan di dunia usaha. Laba yang besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini, dunia bisnis semakin berkembang disertai

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri terdapat banyak kantor akuntan publik yang memberikan jasa audit pada

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap opini Badan. Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntan didukung oleh sektor perbankan yang mengharuskan calon debiturnya

BAB I PENDAHULUAN. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa profesional akuntan publik. Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diperoleh suatu entitas atas transaksi-transaksi yang telah dilakukan selama

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semakin meningkat. Perusahaan go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti para auditor harus memiliki sikap mental yang bebas dari pengaruh,

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori agensi menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Auditor dituntut memiliki sikap independensi dalam melaksanakan pekerjaannya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good corporate & good governance

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat ini memicu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

Penelitian tentang audit judgment pernah dilakukan oleh Jamilah dkk. (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan gender antara

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

perusahaan didenda oleh BAPEPAM (Winarno dalam Christiawan, 2003).

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah media komunikasi yang diperlukan bagi pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BPK adalah lembaga negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya dilakukan oleh pegawai pelaksana BPK yang dituntut menjunjung tinggi independen, integritas dan profesional. BPK wajib untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan. BPK sendiri memiliki tujuan agar terwujudnya pengelolaan keuangan negara yang tertib dan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang sesuai dengan kepentingan sehingga tercipta birokrasi yang modern di BPK. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan Provinsi Jawa Barat merupakan perwakilan BPK RI yang memiliki kewenangan untuk melakukan kontrol terhadap pengelolaan keuangan pemerintah di Provinsi Jawa Barat. Sehingga tujuan dari BPK sendiri dapat terwujud yaitu pengelolaan negara yang tertib, taat pada peraturan perundang-undangan dengan hasil pemeriksaan yang bermutu sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan. Auditor adalah salah satu profesi yang tugasnya melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan menarik kesimpulan atas kewajaran laporan keuangan. Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan sebuah audit judgement dimana auditor mengumpulkan bukti-bukti terkait lalu

2 mengkomunikasikan laporan temuan auditor dalam bentuk laporan audit. Audit judgement merupakan suatu pertimbangan yang mempengaruhi dokumentasi bukti dan keputusan pendapat yang dibuat oleh auditor (Taylor,2000 dalam Pramono,2007). Karenanya judgement memberikan pengaruh positif terhadap pembuatan keputusan yang diambil. Adapun tabel dugaan kasus korupsi di BPK RI sebagai berikut : Tabel 1.1 Dugaan Kasus Korupsi di BPK RI No. Dugaan Kasus Pihak yang Korupsi Terkait Penyebab 1. Kasus penyuapan Mulyana Pembatasan yang anggota (KPU) W.Kusumah ruang lingkup Komisi Pemilihan Umum kepada anggota BPK saat pemeriksaan pemilu di tahun 2004 2. Oknum BPK Suharto, Pengurangan Perwakilan Provinsi Herry sampel untuk Jawa Barat diberikan Lukmantoha perubahan opini suap oleh PEMKOT ri, dan Herry dari WDP ke Bekasi Suparjan. WTP Sumber http://www.suara merdeka.com http://www.berita satu.com/ Kasus korupsi yang terjadi di tingkat Provinsi Jawa Barat dan melibatkan oknum BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat terjadi pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung. Laporan itu dilayangkan LSM Monitoring Community (MC) Jawa Barat. Korupsi yang dilakukan Dinkes Bandung itu ditaksir mencapai Rp 100 M dalam periode 2008-2011 yang menyebut adanya keterlibatan BPK RI Perwakilan Jawa Barat yang telah mengkondisikan ketika melakukan pemeriksaan. Auditor BPK RI Perwakilan Jawa Barat menjadikan sampel bidang

3 tertentu saja agar LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan) dari BPK terhadap dinas tersebut selalu baik (pikiran rakyat online). Seperti diketahui dalam menjalankan tugasnya auditor menerima penugasan dari klien, dan penugasan itu sifatnya berbeda-beda. Biasanya, kebanyakan penugasan dari klien dan penugasan audit umum (general audit), bukan management audit ataupun special audit. Dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) jelas disebutkan bahwa tujuan audit umum adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material mengenai posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas serta arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (Media Akuntansi,2001). Fenomena perbedaan persepsi tentang tanggung jawab auditor di atas, menggambarkan bahwa telah terjadi kesenjangan harapan audit antara pemakai jasa (klien) dengan pemberi jasa (auditor). Masalah pokok yang sering dihadapi oleh auditor adalah dilema etika dalam menentukan hasil dalam proses audit. Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit. Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat untuk memenuhi keyakinan bahwa komponen laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan disajikan secara wajar dan klien menyelenggarakan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan. Auditor dalam proses audit memberikan opini dengan judgement yang didasarkan pada kejadian-kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan datang.

4 Cara pandang auditor dalam menanggapi informasi berhubungan dengan tanggung jawab dan risiko audit yang dihadapi oleh auditor sehubungan judgement yang dibuatnya. Di dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgement atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan (Institut Akuntan Publik Indonesia,2001). Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam pembuatan audit judgement (Siti dkk,2007), mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi auditor dalam menanggapi dan mengevaluasi informasi baik bersifat teknis maupun non teknis. Salah satu faktor teknisnya adalah adanya pembatasan lingkup atau waktu audit sedangkan faktor non teknis meliputi faktor pengetahuan, perilaku auditor daam memperoleh dan mengevaluasi informasi, serta kompleksitas tugas dalam melakukan pemeriksaaan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah faktor gender dan tekanan ketaatan juga akan mempengaruhi persepsi auditor. Perilaku individu yang mempengaruhi audit judgement banyak menarik perhatian dari praktisi akuntansi maupun akademisi. Namun demikian, meningkatnya perhatian perhatian tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan penelitian di bidang akuntansi perilaku dimana dalam banyak penelitian hal tersebut justru tidak menjadi fokus utama (Meyer,2001).

5 Gender diduga menjadi salah satu faktor level individu yang turut mempengaruhi audit judgement seiring dengan terjadinya perubahan pada pengaruh tingkat kepatuhan terhadap etika. Gender dalam hal ini tidak hanya diartikan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, tetapi lebih dilihat dari segi sosial dan cara mereka dalam menghadapi dan memproses informasi yang diterima untuk melaksanakan pekerjaan dan membuat keputusan. Dalam hal memberikan judgement, auditor selalu dihadapkan pada informasi yang nantinya akan diproses dan melahirkan audit judgement. Gender sebagai faktor individual dapat berpengaruh terhadap kinerja yang memerlukan judgement (Zulaikha,2006). Hal ini dikarenakan wanita memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan pria untuk membedakan dan mengintegrasikan keputusan. Rugger dan King (1992) menyatakan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi daripada pria. Dalam melaksanakan proses audit tak jarang auditor akan mengalami tekanan kerja, seperti adanya tekanan ketaatan dari atasan maupun entitas yang diperiksanya. Bagi auditor dalam melaksanakan tugasnya harus mematuhi dan berpegang teguh pada etika profesi dan standar auditing. Namun tidak jarang muncul dilema etika ketika auditor berusaha melakukan tugasnya dan di lain pihak memenuhi perintah atasan maupun entitas yang diperiksa. Situasi seperti inilah yang membuat auditor mengalami proses yang dilematis. Selain itu, tekanan dari klien seperti tekanan personal, emosional atau keuangan juga dapat mengakibatkan independensi auditor berkurang dan mempengaruhi kualitas audit serta pertimbangan (judgement) auditor. Tekanan

6 klien tersebut dapat berupa tekanan untuk memberikan opini atas laporan keuangan auditan sesuai dengan yang diharapkan klien. Dalam penelitian Siti (2007) menjelaskan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan sumber untuk mempengaruhi perilaku di sekitarnya. Hal ini dapat disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk dari legimate power. Milgram dalam Hartanto (2001) mengatakan bahwa bawahan yang mendapatkan tekanan ketaatan akan berprilaku autonomis, dimana bawahan yang biasanya berperilaku mandiri akan berubah menjadi perilaku agen yang dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan profesionalisme yang menurun. Penelitian yang berhubungan dengan audit judgement dilakukan oleh Elisabeth dan Sugeng tentang Pengaruh Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengetahuan dan Pengalaman Auditor terhadap audit judgement, menyatakan bahwa tekanan ketaatan, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas, pengetahuan dan pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap judgement. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Anugrah dan Indira (2012) tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Judgement (Studi kasus BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah). Menunjukkan bahwa gender dan pengalaman berpengaruh signifikan terhadap judgement dan tidak didukung oleh tekanan ketaatan yang berpengaruh negatif. Diduga karena perempuan lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi saat adanya kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan dibandingkan lakilaki.

7 Namun penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Jamilah (2007) tentang Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgement, menyatakan bahwa gender dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap kinerja audit judgement. Hal ini dikarenakan pertimbangan audit seseorang tidak dipengaruhi perbedaan perilaku peran, mentalitas dan emosional sedangkan kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgement karena pada tingkat kesulitan yang tinggi atau rendah tidak akan mempengaruhi pertimbangan auditor. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmi (2011) tentang Analisis Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Terhadap Pembuatan Audit Judgement, mengatakan bahwa gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgement sedangkan tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit judgement. Sedangkan menurut Zulaikha (2006) tentang Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman auditor terhadap Audit Judgement (Sebuah kajian terhadap Persediaan) menyatakan kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgement. Melihat fenomena-fenomena yang terjadi diatas dan penjelasan penelitian sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa pengujian mengenai audit judgement penting dilakukan karena dalam standar pemeriksaan BPK, auditor diwajibkan menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menilai hal-hal yang terkait dengan pemeriksaan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji tentang masalah tersebut melalui studi di BPK Perwakilan Jawa Barat. Maka dari itu judul

8 dari penelitian ini adalah : Pengaruh Gender dan Tekanan Ketaatan Terhadap Audit Judgement (Studi Kasus pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Gender berpengaruh terhadap Audit Judgement pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat? 2. Apakah Tekanan Ketaatan berpengaruh terhadap Audit Judgement pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah ingin mengkaji bagaimana pengaruh gender dan tekanan ketaatan terhadap audit judgement. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah Gender berpengaruh terhadap Audit Judgement pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui apakah Tekanan Ketaatan berpengaruh terhadap Audit Judgement pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam peningkatan dan perkembangan ilmu pengetahuan untuk memberikan referensi pengaruh gender dan tekanan ketaatan terhadap audit judgement.

9 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan saran serta dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kinerja auditor pemerintah di waktu yang akan datang. 2. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pertimbangan audit yang ada di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 3. Bagi penelitian lebih lanjut, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya untuk lebih mengkaji permasalahan yang terjadi seputar kinerja auditor pemerintah.