ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HARGA STANDAR PENGAMBILAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN BUPATI REJANG LEBONG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG BUPATI SRAGEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 108 TAHUN 2017 TENTANG HARGA PATOKAN PENJUALAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 32 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POTENSI PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN Oleh: Nining Sudiyarti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 15 Tahun 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR:11TAHUN2008 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DINAS PENDAPATAN DAERAH

Perpajakan 2 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Bea Materai

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GRESIK

BUPATI KONAWE UTARA,

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 04 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

d. bahwa dalam rangka pelaksanaan pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR : 18 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR : 6 TAHUN 2010 T E N T A N G PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 13 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DAIRI,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BUPATI KAPUAS HULU, PERATURAN BUPATI KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 BUPATI TANAH DATAR PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2012

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR: 09 TAHUN 2000 KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR : 24 TAHUN 2000 TENTANG

KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 385 TAHUN 2000 T E N T A N G PAJAK PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C BUPATI KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TAHUN (Di Kabupaten Kulon Progo) TUGAS AKHIR

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

Pedoman Wawancara Judul Penelitian :

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BUPATI SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001

PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

TAHUN TENTANG. pendapa daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

Transkripsi:

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2007-2012 Toti Indrawati Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Binawidya Jln. HR Subrantas Km 12.5 Pekanbaru 28293 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2012, bertujuan untuk menganalisis kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap pendapatan asli daerah dalam kurun waktu 5 tahun yaitu 2007 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun ini kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap p-endapatan asli daerah adalah sangat kurang. Sangat kurangnya kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan disebabkan karena pemerintah Kabupaten Rokan Hulu hanya mengelola satu sumber mineral saja yaitu pasir dan kerikil, kurangnya kontribusi diduga juga karena terjadinya kebocorankebocoran penerimaan, lemahnya pengawasan kuari, dan banyaknya praktek pertambangan liar. Kata Kunci : Pajak, Pendapatan Asli Daerah - 206 -

I. PENDAHULUAN Berlakunya Undang-undang otonomi daerah, membuat setiap daerah harus mampu mandiri dalam mencari sumber-sumber penerimaan daerah sendiri. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Salah satu sumber penerimaan daerah yang dapat dioptimalisasi pemungutannya adalah Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat (PAD). PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan PAD berasal dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain PAD yang sah. Tujuan dari PAD adalah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Sebagai suatu daerah otonom, Kabupaten Rokan Hulu yang terdiri dari 16 Kecamatan yaitu Kecamatan Rokan IV Koto, Pendalian IV Koto, Tandun, Kabun, Ujung Batu, Rambah Samo, Ramah, Rambah Hilir, Bangun Purba, Tambusai, Tambusai Utara, Kepenuhan, Kepenuhan Hulu, Kunto Darussalam, Pagaran Tapah Ds dan Bonai Darussalam dengan 153 desa dan Kelurahan telah mengupayakan pendapatan daerah yang berasal dari PAD, namun pada pelaksanaannya pengelolaan PAD Kabupaten Rokan Hulu belum optimal. Sebagai gambaran pada tabel 1 disajikan Target dan Realisasi PAD Kabupaten Rokan Hulu, sebagai berikut : Tabel 1 : Target dan Realisasi PAD Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2007 2011 No. Tahun Target Realisasi % 1 2007 Rp. 22.326.731.000,00 Rp. 22.776.062.346,00 102 2 2008 Rp. 27.962.510.000,00 Rp. 22.252.793.237,43 80 3 2009 Rp. 23.638.846.870,00 Rp. 26.246.100.924,00 111 4 2010 Rp. 26.810.000.000,00 Rp. 27.539.732.882,36 103 5 2011 Rp. 34.661.025.778,00 Rp. 35.164.658.738,00 101 Sumber : Dispenda Kabupaten Rokan Hulu - 207 -

Salah satu sumber penerimaan PAD adalah dari sektor Pajak Daerah, mengingat pentingnya Pajak Daerah untuk membiayai jalannya pemerintahan dan pembangunan daerah, maka Pemerintah Daerah harus dapat memaksimalkan peningkatan pengelolaan Pajak Daerah yang berimbas pada meningkatnya Pendapatan Daerah. Peningkatan penerimaan Pajak Daerah ditentukan oleh Pajak itu sendiri. Berdasarkan Undangundang yang termasuk Pajak Daerah yang dipungut oleh Kabupaten / Kota diantaranya pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak parkir dan pajak sewa rumah serta pajak-pajak daerah lainnya yang telah ditetapkan oleh masing-masing kabupaten / kota. Setiap komponen Pajak Daerah memiliki kontribusi yang berbeda terhadap PAD. Salah satu komponen Pajak Daerah yang harus mendapatkan perhatian lebih oleh pemerintah daerah Kabupaten Rokan Hulu adalah Pajak Mineral bukan logam dan batuan. Hal ini dilihat dari peningkatan kebutuhan akan bahan galian yang digunakan sebagai bahan material untuk pembangunan perumahan, perkantoran serta sarana dan prasarana bisnis lainnya. Peningkatan kebutuhan tersebut sejalan dengan peningkatan perekonomian. Disamping bahan galian lainnya yang sangat dibutuhkan sebagai bahan dasar industry. Bertitik tolak dari keadaan tersebut Mineral bukan logam dan batuan dapat dijadikan sumber pendapatan yang sangat potensial dalam meningkatkan penerimaan daerah dan pembangunan pada umumnya. Pajak yang dihasilkan dari pengambilan mineral bukan logam dan batuan perlu dimaksimalkan untuk memberi kontribusi yang besar kepada peningkatan PAD Kabupaten Rokan Hulu. Pencapaian realisasi perlu sesuai target dan target pun perlu disesuaikan dengan potensi penerimaan. Kenaikan batas tariff pajak pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan paling tinggi dari 20% menjadi 25% memberi peluang bagi pemerintah untuk menaikkan tariff pajak sehingga akan menaikkan penerimaan pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Rokan Hulu tahun 2007-2012 - 208 -

II. LANDASAN TEORITIS A. Pendapatan Asli Daerah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang disempurnakan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang disempurnakan dengan Undang- Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, telah membawa perubahan yang fundamental dalam hubungan tata pemerintahan sekaligus membawa perubahan penting dalam pengelolaan keuangan daerah. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan pemberian otonomi daerah kepada daerah didasarkan atas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Salah satu syarat yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan atas dasar desentralisasi adalah tersedianya sumber-sumber pembiayaan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dana perimbangan tersebut terdiri atas Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan bagian daerah dari bagi hasil pajak pusat, pemerintah daerah sendiri memiliki sumber pendanaan berupa Pendapatan Asli Daerah. Menurut Darise (2007;38) Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan kelelusaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah yaitu pendapatan yang diperoleh dari daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan. Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dalam wilayah daerah yang bersangkutan. - 209 -

Adapun sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang tercantum dalam Undang- Undang No. 33 Tahun 2004 adalah sebagai berikut : 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain PAD yang sah Pengelompokan Pajak menurut Mardiasmo (2005;6) dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari pengelompokkan pajak menurut golongannya, menurut sifatnya dan menurut lembaga pemungutanya. Pengelompokkan pajak menurut golongannya terdiri dari : 1. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus ditanggung oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak Penghasilan 2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pembayarannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai 3. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berdasarkan pada subjek pajaknya dengan memperhatikan kondisi wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan 4. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berdasarkan objeknya tanpa memperhatikan kondisi wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai 5. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah yangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Materai 6. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota - 210 -

B. Pajak Daerah Pajak Daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jenis pajak daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, jika dilihat dari segi kewenangan pemungutan pajak atas pajak daerah dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Pajak Provinsi terdiri dari : a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan e. Pajak Rokok. 2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. - 211 -

Pajak Provinsi ditetapkan sebanyak empat jenis pajak dan pajak kabupaten/kota sebanyak 11 jenis. Walaupun demikian, daerah provinsi atau kabupaten / kota dapat tidak memungut salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah ditetapkan, apabila potensi pajak di daerah tersebut dipandang kurang memadai. Pemerintah daerah juga dapat memungut jenis pajak daerah lainnya yang dianggap potensial. C. Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Objek pajak berdasarkan Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah adalah kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan meliputi: a. Asbes u. Opsidien b. Batu tulis v. Oker c. Batu setengah permata w. Pasir dan kerikil d. Batu kapur x. Pasir kuarsa e. Batu apung y. Perlit f. Batu permata z. Phospat g. Bentonit aa. Talk h. Dolomite bb. Tanah serap (fullers earth) i. Feldspar cc. Tanah diatome j. Garam batu (halite) dd. Tanah liat k. Grafit ee. Tawas (alum) l. Granit / andesit ff. Tras m. Gips gg. Yarosif n. Kalsit hh. Zeolit o. Kaolin ii. Basal p. Leusit jj. Trakkit q. Magnesit kk. Mineral bukan logam dan batuan r. Mika lainnya sesuai dengan ketentuan s. Marmer perundang undangan. t. Nitrat - 212 -

Namun begitu ada pengecualian dari objek pajak mineral bukan logan dan batuan, yaitu: a. Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang nyata-nyata tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas b. Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang merupakan ikutan dari kegiatan pertambnagn lainnya, yang idak dimanfaatkan secara komersial, dan c. Pengambilan mineral bukan logam dan batuan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan daerah Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau badan yang dapat mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan. Sedangkan Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan. Dalam Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah Tariff Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25% dan tariff ini ditetapkan dengan peraturan daerah. III. DATA DAN METODA ANALISIS Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menginventarisir data dari Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, serta instansi yang terkait lalu melakukan analisis data dengan menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Kontribusi pajak daerah merupakan besarnya sumbangan suatu jenis pajak daerah terhadap total penerimaan pajak daerah dan PAD. Dengan demikian pengertian kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah seberapa besar Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan memberikan sumbangan terhadap penerimaan PAD. Perhitungan kontribusi dalam penelitian ini menggunakan formula sebagai berikut: - 213 -

Kontribusi = Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan batuan Total PAD X 100 % Tabel 2 : Interpretasi Nilai Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap PAD Persentase Kinerja Keuangan Rasio 0 10,00 % Rasio 10,10-20,00 % Rasio 20,10 30,00 % Rasio 30,10 40,00 % Rasio 40,10 50,00 % Rasio diatas 50 % Kriteria Sangat Kurang Kurang Sedang Cukup Baik Sangat Baik Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM. 1991 IV. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN Kontribusi memiliki arti iuran atau sumbangan, jadi pengertian kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Mineral terhadap Penerimaan Asli Daerah (PAD) adalah seberapa besar Pajak Mineral Bukan Logam dan Mineral memberikan sumbangan kepada Pendapatan Asli Daerah. Untuk mengetahui kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap PAD di Kabupaten Rokan Hulu dari tahun 2007 hingga 2011 dapat dilihat pada tabel 3: - 214 -

Tabel 3 : Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pendapatan Asli Daerah Kontrib usi Kriteria 2007 Rp 1.067.996.512 Rp 22.776.062.346 4,69 % Sangat Kurang 2008 Rp 933.460.033 Rp 22.252.793.237,43 4,20% Sangat Kurang 2009 Rp 832.841.295 Rp 26.246.100.924 3,14% Sangat Kurang 2010 Rp 862.822.587 Rp 27.539.732.882,36 3,13% Sangat Kurang 2011 Rp 685.417.143 Rp 35.164.658.738 1,95% Sangat Kurang Sumber: Data olahan, 2012 Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan memberikan kontribusi yang sangat kurang terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Rokan Hulu. Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan setiap tahunnya terus mengalami penurunan dan selalu dalam kriteria sangat kurang. Kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu hanya sebesar 4,69%, sedangkan kontribusi terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 1,95%. Rendah atau sangat kurangnya kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap PAD terjadi karena realisasi penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tidak mencapai target atau menyamai potensi yang ada. Penetapan target penerimaan berdasarkan realisasi pada tahun sebelumnya membuat target penerimaan akan terus menurun dan berdampak pada turunnya realisasi, apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap PAD akan semakin rendah dan tidak berarti. Meningkatnya jumlah IUP tidak menjamin meningkatnya realisasi penerimaan, karena itu selain meningkatkan jumlah izin usaha pertambangan perlu juga adanya usaha untuk mengawal pencapaian target yang sesuai dengan potensi. - 215 -

Ketergantungan kepada pasir dan kerikil tidak akan meningkatkan kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap PAD dengan signifikan. Dengan kondisi saat ini meskipun realisasi penerimaan dapat mencapai target atau potensi hal ini hanya akan memberikan kontibusi kurang dari 20% yang artinya tetap memberi kontribusi yang kurang terhadap PAD. Karena itu perlu diusahakan penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dari sumber-sumber bahan mineral bukan logam dan batuan lainnya, selain daripada pasir dan kerikil. Beberapa bahan mineral bukan logam dan batuan lainnya yang memiliki kriteria sumber daya cadangan terkira dapat dioptimalkan pengelolaannya seperti granit dengan cadangan terkira sebesar 368.000.000 m3 yang terdapat di Kecamatan Kabun, Rokan IV Koto, dan Rambah; kaolin dengan cadang terkira sebesar 15.600.000 m3 yang tersebar di Kecamatan Kabun, dan Bangun Purba; marmer dengan cadangan terkira 1.000.000.000 m3 yang tersebar di Kecamatan Rambah; dan Pasir Kuarsa dengan cadangan terkira sebesar 167.595.323 m3 yang tersebar di Kecamatan Kabun, Tandun, Rambah, Rokan IV Koto, dan Tambusai Utara. Ketiga sumber daya ini memiliki pajak yang lebih tinggi daripada pasir dan kerikil. V. KESIMPULAN Selama perioda tahun 2007 2012 pajak bahan mineral bukan logam dan batuan memberi kontribusi yang sangat kurang bagi Pendapatan Asli Daerah kabupaten Rokan Hulu. Hal ini disebabkan oleh berbagai masalah seperti lemahnya pengawasan, kebocoran-kebocoran penerimaan pajak, tidak validnya data produksi kuari, praktek pertambangan liar dan sebab lainnya yang perlu mendapat perhatian dan penelusuran yang lebih mendalam. Kontribusi pajak bahan mineral bukan logam dan logam bisa ditingkatkan dengan cara meminimalkan semua masalah diatas dan juga berusaha untuk mulai mengelola sumber mineral yang lain selain pasir dan kerikil dengan berpedoman pada cadangan hipotetik yang cukup besar untuk ditambang dengan jalan mengundang investor luar melakukan penanaman modal di Kabupaten Rokan Hulu. - 216 -

BPS, 2011, Rokan Hulu dalam Angka 2010 BPS, 2010, Rokan Hulu dalam Angka 2009 DAFTAR PUSTAKA Darise Nurlan, Drs. Ak, MSi, 2006, Pengelolaan Keuangan Daerah, Penerbit PT Indeks Mardiasmo, Prof, Dr, MBA,Ak,2004.Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Edisi II, Andi, Yogyakarta Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah - 217 -