KEBIJAKAN PAJAK DAERAH DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA TAHUN : 2014

Perpajakan 2 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Bea Materai

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGBALAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 1 SERI B

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 12

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,

NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG,

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

b. bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan Pembangunan Daerah ;

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN FAKFAK

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 23 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATU BARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG,

-1- PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG,

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BINJAI,

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK-PAJAK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 6 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 6 Tahun : 2017

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 1 Tahun : 2011 Seri : B

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN PAJAK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2011 SERI B.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 10 Tahun 2011

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TENGGARA NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PAJAK HOTEL Bagian Kesatu Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Pajak. Pasal 3

B U P A T I S R A G E N

B U P A T I S R A G E N

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR 21

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

PEMERINTAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2011 NOMOR 7

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

KABUPATEN CIANJUR NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK-PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 1 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE T E N T A N G PAJAK DAERAH DISUSUN OLEH

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PENGUNDANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

KEBIJAKAN PAJAK DAERAH DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

DASAR HUKUM 1. Undang-undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak 3. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah; beserta perubahannya tahun 2016 4. Keputusan Bupati Lamongan Nomor 188/373/KEP/413,013/2015 Tentang Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak Bumi dan Bangunan untuk Kabupaten Lamongan 5. Peraturan Bupati Nomor 45 Tahun 2015 Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pengalokasian Dan Penyaluran Dana Bagi Hasil Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

JENIS PAJAK DAERAH 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Parkir 7. Pajak Air Tanah 8. Pajak Sarang Burung Walet 9. Pajak Minerar Bukan Logam Dan Batuan 10.Pajak Bumi dan Bangunan 11. Pajak BPHTB

I. PAJAK HOTEL BERDASARKAN PERDA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH Pajak hotel adalah Pajak atas pelayanan yang disediahkan oleh hotel sedangkan Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/ peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran yang mencakup Motel, Losmen, Gubuk Wisata, Wisma Pariwisata, Pesanggrahan, Rumah Penginapan dan Sejenisnya serta Rumah Kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh) kamar.

Pasal 4 ayat (1) Obyek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran termasuk : A. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek B. Fasilitas penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan C. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus oleh tamu hotel D. Jasa persewaan ruang untuk kegiatan acara atau pertemuan dihotel E. Rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh)

Pasal 5 Ayat (1) Subyek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Ayat (2) Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel Pasal 6 Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. Pasal 7 Ayat (1) Tarif pajak hotel ditetapkan 10 % (sepuluh persen) Ayat (2) Tarif pajak rumah kost ditetapkan 5 % (lima persen) Pasal 10 Ayat (1) Masa Pajak Hotel adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender, Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran kepada hotel atau sejak diterbitkan SPTPD.

II. PAJAK RESTORAN OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK Pajak Restoran adalah Pajak atas pelayanan yang disediahkan oleh Restoran. Sedangkan Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, kedai dan sejenisnya termasuk jasa boga/ katering.

Pasal 16 Ayat (1) Obyek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran. Ayat (2) Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain. Ayat (4) Tidak termasuk obyek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi dari Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per hari. Pasal 17 Ayat (1) Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran. Ayat (2) Wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan Restoran.

DASAR PENGENAAN TARIF DAN MASA PAJAK Pasal 19 Tarif pajak ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Pasal 22 Ayat (1) Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran kepada restoran atau sejak diterbitkan SPTPD.

III. PAJAK HIBURAN OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK Pajak Hiburan adalah Pajak atas penyelenggaraan hiburan sedangkan hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Pasal 28 Ayat (1) Obyek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.

Pasal 28 Ayat (1) Obyek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Ayat (2) Hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : Tontonan film ; Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/ atau busana ; Kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya; Pameran ; Sirkus, akrobat dan sulap ; Permainan bowling; Pacuan Kuda, Kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan; Panti Pijat, Refleksi, mandi uap dan/atau spa, pusat kebugaran ( fitness center), dan sport center; Pertandingan olah raga; dan Wisata alam dan wisata buatan.

Pasal 29 Ayat (1) Subyek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan. Ayat (2) Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan Pasal 30 Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan. Ayat (2) Jumlah uang yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan. Pasal 31 Besarnya tarif pajak untuk setiap jenis hiburan adalah : a. Tontonan film di bioskop ditetapkan : - Bioskop permanen di dalam gedung sebesar 25 % ; - Bioskop permanen di luar gedung sebesar 20 % ;

b. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana ditetapkan : - Pagelaran kesenian tradisional 5 % ; - Pagelaran musik 10 % ; - Pagelaran Busana 10 %. c. Kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya 25 %; d. Pameran ditetapkan 20 %; e. Sirkus, akrobat dan sulap ditetapkan 20 %; f. Permainan bowling ditetapkan 10 %; g. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan atau permainan ketangkasan ditetapkan 10 %; h. Panti pijat, refleksi, mandi uap dan atau Spa dan pusat kebugaran (fitnes center) ditetapkan sebesar 30 %; i. Pertandingan olah raga ditetapkan sebesar 10 %; j. Taman wisata alam, buatan dan sejenisnya 10%.

Masa Pajak dan Saat Pajak Hiburan Terutang Pasal 34 Ayat (1) Masa Pajak Hiburan adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak pada saat pembayaran kepada penyelenggaraan hiburan atau sejak diterbitkan SPTPD atau dokumen lain yang dipersamakan.

IV. PAJAK REKLAME OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK Pajak Reklame adalah Pajak atas Penyelenggara Reklame, sedangkan reklame adalah benda, alat perbuatan atau media yang menurut bentuk, dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau memujikan suatu barang, jasa, atau seseorang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa, atau orang yang ditempatkan atau dilihat atau dibacadan atau didengar dirasakan dan/ atau dinikmati umum

Pasal 40 (1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame. (2) Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan/atau sejenisnya; Reklame kain; Reklame melekat, stiker; Reklame selebaran; Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan; Reklame udara; Reklame apung; Reklame suara; Reklame film/slide; Reklame peragaan.

Pasal 41 Ayat (1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan Reklame. Ayat (2)Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame. Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Penghitungan Pajak Pasal 42 Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame. Ayat (2) Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan nilai kontrak Reklame.

Ayat (3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah, dan ukuran media Reklame. Ayat (4) Dalam hal Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Pasal 43 Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh lima persen).

Masa Pajak dan Saat Pajak Terutang Pasal 46 Ayat (1) Masa Pajak Reklame insidentil adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu penyelenggaraan reklame. Ayat (2) Masa pajak reklame permanen dan atau reklame tetap adalah satu tahun. Ayat (3) Masa pajak reklame insidentil dan atau tidak tetap, adalah harian mingguan dan bulanan. Ayat (4) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran kepada penyelenggaraan reklame atau sejak diterbitkan SKPD.

V. PAJAK PENERANGAN JALAN OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Pasal 51 Ayat (1) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Pasal 52 Ayat (1) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Ayat (2) Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan tenaga listrik.

Pasal 53 Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik. Pasal 54 Ayat (1) Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 3% (tiga persen). Ayat (2) Tarif Pajak Penerangan Jalan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Ayat (3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima persen).

MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANG Pasal 57 Ayat (1) Masa Pajak Penerangan Jalan adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran kepada penyelenggaraan penerangan jalan atau sejak diterbitkan SPTPD dan rekening listrik.

VI. PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN ADALAH PAJAK ATAS KEGIATAN PENGAMBILAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN, BAIK DARI SUMBER ALAM DIDALAM DAN/ATAU PERMUKAAN BUMI UNTUK DIMANFAATKAN. Pasal 63 Ayat (1) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi: asbes; batu tulis; batu setengah permata; batu kapur; batu apung; batu permata; bentonit; dolomit; feldspar; garam batu (halite); grafit; granit/andesit; gips; kalsit; kaolin; leusit; magnesit; mika; marmer; nitrat; opsidien; oker; pasir dan kerikil; pasir kuarsa; perlit; phospat; aa. talk; tanah serap (fullers earth); cc. tanah diatome; tanah liat; tawas (alum); tras; yarosif; zeolit; basal; trakkit.

Pasal 64 Ayat (1) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan. Ayat (2) Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan. Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Penghitungan Pajak Pasal 65 Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan. Ayat (2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis Mineral Bukan Logam dan Batuan. Ayat (3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah harga rata-rata yang berlaku di lokasi setempat di wilayah daerah, pada masing-masing jenis Mineral Bukan Logam dan Batuan yang ditetapkan setiap 1 (satu) tahun sekali oleh Kepala Daerah sesuai dengan harga rata-rata yang berlaku di lokasi setempat.

Pasal 66 Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebesar 25% (dua puluh lima persen). ditetapkan MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANG Pasal 69 Ayat (1) Masa Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran kepada penyelenggaraan Mineral Bukan Logam dan Batuan atau sejak diterbitkan SPTPD.

VII. PAJAK PARKIR OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK PAJAK PARKIR ADALAH PAJAK ATAS PENYELENGGARAAN TEMPAT PARKIR DILUAR BADAN JALAN, BAIK YANG DISEDIAKAN BERKAITAN DENGAN POKOK USAHA MAUPUN YANG DISEDIAKAN SEBAGAI SUATU USAHA, TERMASUK PENYEIAAN TEMPAT PENITIPAN KENDARAAN BERMOTOR Pasal 75 Ayat (1) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Ayat (2) Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Daerah.

Pasal 76 Ayat (1) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Ayat (2) Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat Parkir. Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Penghitungan Pajak Pasal 77 Ayat (1) Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggaraan tempat parkir. Ayat (2) Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga Parkir dan Parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Parkir. Pasal 78 Besarnya tarif Pajak Parkir ditetapkan sebesar 20 % (dua puluh persen).

MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK Pasal 81 TERUTANG Ayat (1) Masa Pajak Parkir adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran kepada penyelenggaraan parkir atau sejak diterbitkan SPTPD

VIII. PAJAK AIR TANAH OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK PAJAK AIR TANAH ADALAH PAJAK ATAS PENGAMBILAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR Pasal 87 Ayat (1) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan atau pemanfaatan Air Tanah. Ayat (2) Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah : pengambilan dan atau pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan. pengambilan dan atau pemanfaatan Air Tanah oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Daerah.

Pasal 88 Ayat (1) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Ayat (2) Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Penghitungan Pajak Pasal 89 Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah. Ayat (2) Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor berikut: jenis sumber air; lokasi sumber air; tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air; volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan; kualitas air; dan tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan atau pemanfaatan air.

Pasal 90 Besarnya Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20 % (dua puluh persen). MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANG Pasal 93 Ayat (1) Masa Pajak Air Tanah adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pengambilan air tanah atau sejak diterbitkan SKPD.

IX. PAJAK SARANG BURUNG WALET OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK PAJAK SARANG BURUNG WALET ADALAH PAJAK ATAS KEGIATAN PENGAMBILAN DAN/ATAU PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET Pasal 98 Ayat (1) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan Sarang Burung Walet. Pasal 99 Ayat (1) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet di daerah. Ayat (2) Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.

Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Penghitungan Pajak Pasal 100 Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang Burung Walet. Ayat (2) Nilai Jual Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan perkalian antara harga pasaran secara bruto Sarang Burung yang berlaku di daerah yang bersangkutan dengan volume Sarang Burung. Pasal 101 Besarnya Tarif Pajak Sarang Burung ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen).

MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANG Pasal 104 Ayat (1) Masa Sarang Burung Walet adalah jangka waktu yang lamanya 3 (tiga) bulan kalender. Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran kepada pengambilan Sarang Burung Walet atau sejak diterbitkan SPTPD.

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DANPERKOTAAN (PBB-P2) PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) ADALAH PAJAK ATAS BUMI DAN/ATAU BANGUNAN YANG DIMILIKI, DIKUASAI, DAN/ATAU DIMANFAATKAN OLEH ORANG PRIBADI ATAU BADAN, KECUALI KAWASAN YANG DIGUNAKAN UNTUK KEGIATAN USAHA PERKEBUNAN, PERHUTANAN DAN PERTAMBANGAN

TARIF DAN MASA PAJAK PBB-P2 Pasal 80 UU NO. 28 TAHUN 2009 (1) Tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen). (2) Tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan dengan peraturan daerah. Pasal 82 (1) Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender.

PERDA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH PENGERTIAN PBB-P2 Pasal 109 Dengan nama PBB-P2 dipungut pajak atas bumi dan/ bangunan Pasal 110 (1) Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. (2) Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah: jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks Bangunan tersebut; kolam renang; pagar mewah; tempat olahraga; galangan kapal, dermaga; taman mewah; tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan menara.

OBYEK PBB-P2 Pasal 110 (3) Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB-P2 adalah yang : a. Digunakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Daerah untuk penyelenggara Pemerintah b. Digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis itu. d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak. (4) Besarnya nilai jual obyek pajak tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah ) untuk setiap wajib pajak.

SUBYEK DAN WAJIB PAJAK PBB-P2 Pasal 111 (1)Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan. (2)Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

Dasar Pengenaan Tarif dan Perhitungan Kenaikan PBB-P2 Pasal 112 (1) Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) bumi dan atau bangunan. (2) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya. (3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Kepala Daerah.

BESARAN TARIF PBB-P2 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2009 PASAL 80 Ayat 1 Tarif PBB-P2 ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen) Ayat 2 Tarif PBB-P2 ditetapkan dengan peraturan daerah Pasal 113 Perda No 12 Th. 2010 TTG Pajak Daerah : a. NJOP bumi dan bangunan sampai dengan Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) ; b. NJOP bumi dan bangunan diatas Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,2% (nol koma dua persen).

Masa Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Pasal 118 (1) Tahun Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender. (2) Saat yang menentukan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari. (3) Masa Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dimulai pada tanggal 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember tahun berkenan.

TATA CARA PEMBAYARAN DAN SANKSI DENDA PBB-P2 Pasal 120 (1) Pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan sekaligus atau lunas. (2) Pembayaran pajak yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. (3) Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan. (4) Apabila SPPT sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SPPT diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan akan ditagih dengan menerbitkan STPD.

DASAR PENGENAAN TARIF DAN CARA PERHITUNGAN PBB-P2 PASAL 112 ( Perda No.12 Tahun 2010) Dasar pengenaan tarif PBB-P2 adalah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Bumi dan atau Bangunan Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 Tahun kecuali untuk obyek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun dengan perkembangan wilayahnya Penetapan besarnya NJOP ditetapkan oleh Kepala Daerah melalui Keputusan Bupati. NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, njop ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek pajak lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau njop pengganti

SISTEM PEMBAYARAN/ PEMUNGUTAN PBB-P2 1. Guna intensifikasi pelunasan PBB-P2 maka di bentuk Tim Penyisiran Pajak Bumi dan Bangunan PBB-P2 tingkat Kecamatan maupun Desa/Kelurahan (berdasarkan surat edaran Sekda Nomor 973/698/413,115/2016 Tentang Distribusi dan Penyisiran/Pemungut PBB-P2 Tahun 2016; dengan jumlah 3,322 orang) 2. Pemungutan pembayaran PBB-P2 dilaksanakan oleh Petugas Pemungut masing- masing Desa/Kelurahan 3. Pembayaran PBB-P2 juga bisa langsung melalui Bank Jatim, Bank Daerah dan/atau melalui petugas pelayanan Dipenda

Perbandingan Target dan Realisasi PBB-P2 2014 s/d 2017

Perbup Nomor 45 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Perbup Nomor 15 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian dan Penyaluran Dana Bagian Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 7 Ayat 1 Pencairan dana bagi hasil pajak dan retribusi oleh Pemerintah Desa dilakukan melalui 2 (dua) tahap, yaitu : a. Tahap pertama sebesar 60% (enam puluh perseratus) dilakukan pada semester 1 (Januari sampai dengan Juni); b. Tahap kedua sebejsar 40% (empat puluh perseratus) dilakukan pada semester II (Juli sampai dengan Desember)

Ayat 3 untuk dapat mengajukan pencairan dana bagi hasil pajak dan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Pemerintah Desa berkewajiban untuk melunasi Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB-P2) desa masing-masing tahun berjalan, jika tahun berjalan tidak lunas, maka penerimaan tahap kedua 40% (empat puluh perseratus) dilakukan pada tahap berikutnya dengan perhitungan sisa tahap kedua yang tidak diterimakan akan ditambahkan pada perhitungan tahun depannya.

SOLUSI PENANGANAN PERMASALAHAN PBB P2 Pendataan - Akan diadakan pendataan pendataan ulang/sismiop agar data lebih akurat - Tahun 2017 dianggarkan untuk 20,000 Wajib pajak Pendaftara n Penetapan Pembayar an Pencatata n Piutang Penagihan Pelaporan Kerjasama dengan notaris dan BPN dengan MOU dalam proses peralihan hak Sering komunikasi dengan penyedia jaringan Sosialisasi kepada masyarakat dan perangkat desa untuk pembayaran sesuai NOP (Nomor Obyek Pajak) Dilakukan pembayaran sesuai NOP (Nomor Obyek Pajak) Pendataan Ulang Konsolidasi dengan Bank Persepsi 1 Minggu sekali

PAJAK BPHTB PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) ADALAH PAJAK ATAS PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Pasal 87 dan PERDA Kabupaten Lamongan Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah Pasal 125, masing-masing mengatur dan menetapkan : Ayat (1) Dasar Pengenaan Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah Nilai Perolehan Obyek Pajak (NPOP); Ayat (2) Nilai Perolehan obyek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal: a. Jual beli adalah HARGA TRANSAKSI; b. Tukar menukar adalah NILAI PASAR; TARIF BPHTB c. Hibah adalah NILAI PASAR; d. Hibah wasiat adalah NILAI PASAR; 5% X NPOP e. Waris adalah NILAI PASAR; f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah NILAI PASAR; g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah NILAI PASAR; DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

Lanjutan... h. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah NILAI PASAR; i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah NILAI PASAR; j. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak adalah NILAI PASAR; k. Penggabungan usaha adalah NILAI PASAR; l. Peleburan usaha adalah NILAI PASAR; m. Pemekaran usaha adalah NILAI PASAR; n. Hadiah adalah NILAI PASAR; dan/atau o. Penunjukan pembeli dalam lelang adalah HARGA TRANSAKSI YANG TERCANTUM DALAM RISALAH LELANG. ANDA MEMPUNYAI ASET USAHA? BERSYUKURLAH!!! INILAH KESEMPATAN ANDA MENSYUKURI ATAS KARUNIA ILAHI DENGAN MEMBAYAR PAJAK SEBAGAI IURAN WAJIB UNTUK AMALKAN HUBBUL WATHON MINAL IMAN. CINTA TANAH AIR ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN!! DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

1. Perolehan Hak karena jual beli adalah menggunakan HARGA TRANSAKSI; 2. Tiga belas proses/penyebab peralihan hak atas tanah mulai huruf b sampai dengan huruf n tersebut diatas adalah menggunakan NILAI PASAR sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Bupati Lamongan Tentang Zona Dan Nilai Pasar Tanah sebagai dasar pengenaan pajak BPHTB di Kabupaten Lamongan; Selanjutnya dirubah menjadi Keputusan Bupati Lamongan Tentang Nilai Pasar Tanah Sebagai Dasar Pengenaan Pajak BPHTB Di Kabupaten Lamongan. 3. Peralihan hak karena penunjukan pembeli dalam lelang adalah menggunakan HARGA TRANSAKSI YANG TERCANTUM DALAM RISALAH LELANG. DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

1. Sanksi Perdata Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 97 Ayat 1 huruf a jika wajib pajak tidak mengisi dan menyampaikan SPTPD kepada Kepala Daerah dalam jangka waktu tertentu maka pajak yang terutang akan dihitung dan ditetapkan secara jabatan (oleh Kepala Dipenda) ayat 3 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut; Ayat 4 Kenaikan sebagaimana dimaksud ayat (3) tidak dikenakan jika wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan tersebut; Ayat 5 Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

2. Sanksi Pidana Berdasarkan Undang undang nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah pasal 174 dan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Bab XXI Pasal 152 sebagai berikut : 1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. 1) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

FOTO & PRODUCT INOVASI UNGGULAN

REKAPITULASI BAKU DAN REALISASI PBB - P2 PER KECAMATAN DATA BERDASARKAN BANK DAERAH LAMONGAN DAN BANK JATIM S/D 25 NOPEMBER TAHUN 2016 TERIMA JUMLAH NO KECAMATAN BAKU REALISASI SISA % RANK TANGGAL LUNAS SPPT WP - SPPT 1 GLAGAH 790.443.487 789.168.487 (1.275.000) 99,84 1 11-Feb-16 16 Mei 2016 20.706 2 KARANGBINANGUN 895.496.075 895.496.075-100,00 2 11-Feb-16 23 Mei 2016 22.750 3 TURI 844.851.907 844.985.467 133.560 100,02 3 04-Feb-16 23 Mei 2016 27.835 4 SAMBENG 877.383.185 876.341.621 (1.041.564) 99,88 3 28-Jan-16 16 Mei 2016 35.407 5 BLULUK 513.189.458 512.093.258 (1.096.200) 99,79 4 27-Jan-16 26 Juli 2016 16.600 6 MANTUP 1.013.749.820 1.012.656.880 (1.092.940) 99,89 5 28-Jan-16 9 Agustus 2016 33.728 7 DEKET 978.343.398 977.924.132 (419.266) 99,96 6 15-Feb-16 30 Agustus 2016 20.193 8 KALITENGAH 540.077.058 540.077.058-100,00 7 09-Feb-16 29 Agustus 2016 18.748 9 SOLOKURO 971.506.793 971.835.331 328.538 100,03 8 03-Feb-16 30 Agustus 2016 35.536 10 KEDUNGPRING 1.381.581.416 1.380.108.862 (1.472.554) 99,89 9 01-Feb-16 30 Agustus 2016 39.380 11 SUKORAME 441.447.806 441.447.806-100,00 10 27-Jan-16 10 Oktober 2016 13.048 12 SEKARAN 855.951.506 856.201.706 250.200 100,03 11 02-Feb-16 17 Oktober 2016 27.835 13 KARANGGENENG 764.749.695 765.374.210 624.515 100,08 12 03-Feb-16 17 Oktober 2016 26.085 14 MADURAN 568.854.841 568.489.441 (365.400) 99,94 13 03-Feb-16 8 Nopember 2016 31.886 15 PACIRAN 1.924.108.753 1.920.494.883 (3.613.870) 99,81 14 04-Feb-16 8 Nopember 2016 35.298 16 KEMBANGBAHU 1.135.526.956 1.135.526.956-100,00 15 28-Jan-16 Nopember 2016 36.883 17 SUKODADI 1.027.715.393 1.024.545.291 (3.170.102) 99,69 16 01-Feb-16 24 Nopember 2016 45.862 18 SUGIO 1.326.699.900 1.326.111.282 (588.618) 99,96 17 27-Jan-16 24 Nopember 2016 30.212 19 BRONDONG 1.329.630.488 1.329.380.288 (250.200) 99,98 18 29-Jan-16 25 Nopember 2016 29.519 20 PUCUK 873.555.530 872.689.730 (865.800) 99,90 19 04-Feb-16 25 Nopember 2016 30.217 21 TIKUNG 940.982.700 918.132.998 (22.849.702) 97,57 10-Feb-16 32.478 22 NGIMBANG 1.279.767.117 1.212.144.206 (67.622.911) 94,72 02-Feb-16 21.281 23 MODO 1.127.214.947 1.066.397.536 (60.817.411) 94,60 29-Jan-16 36.657 24 SARIREJO 739.499.167 662.438.635 (77.060.532) 89,58 10-Feb-16 21.207 26 LAREN 838.148.471 742.134.975 (96.013.496) 88,54 02-Feb-16 32.758 25 LAMONGAN 2.377.040.553 1.951.215.725 (425.824.828) 82,09 09-Feb-16 28.893 27 BABAT 1.860.178.190 1.138.529.677 (721.648.513) 61,21 23-Feb-16 44.438 JUMLAH TOTAL 28.217.694.610 26.731.942.516 (1.485.752.094) 94,73 795.440

KALENDER 2016 DOKUMENTASI PENERIMA HADIAH PELUNASAN PBB-P2 TAHUN 2015 Desa Karangcangkring Kecamatan Kedungpring Desa Kediren Kecamatan Kalitengah Desa Sidobangun Kecamatan Kedungpring Desa Mojosari Kecamatan Mantup

KALENDER 2017 Desa Sumberagung Kecamatan Mantup Desa Deketwetan Kecamatan Deket Desa Kuluran Kecamatan Kalitengah Desa Bluluk Kecamatan Bluluk

DOKUMENTASI 2017 DOKUMENTASI PERCEPATAN PBB-P2 TAHUN 2016

KECAMATAN BERPRESTASI TERCEPAT DALAM PELUNASAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB-P2) SEBELUM TANGGAL JATUH TEMPO TAHUN 2016 No. Kecamatan Baku Tanggal Hadiah Piagam 1. Mantup KATEGORI I BAKU diatas 1 Milyard 1.013.749.82 0 2. Kedungpring 1.381.581.41 6 9 Agustus 2016 30 Agustus 2016 Sepeda Motor Televisi 42 Inch KATEGORI II BAKU 500 Juta s/d 1 Milyard 1. Glagah 790.443.487 16 Mei 2016 2. Karangbinan gun 895.496.075 23 Mei 2016 3. Sambeng 877.383.185 16 Mei 2016 3. Turi 844.985.467 23 Mei 2016 KATEGORI III 0 s/d 500 Juta Sepeda Motor Televisi 42 Inch Televisi 32 Inch Televisi 32 Inch Piagam Piagam Piagam Piagam Piagam Piagam 1.

DESA BERPRESTASI TERCEPAT PELUNASAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB-P2 SEBELUM TANGGAL JATUH TEMPO TAHUN 2016 No. Desa Baku Tanggal Keterangan Piagam KATEGORI I BAKU > 60 Juta 1. Kandangrejo Kec. Kedungpring 62.194.089 1 Maret 2016 Sepeda Motor Piagam 2. Pendowolimo Kec. Karangbinangun 70.115.340 16 Mei 2016 Televisi 32 inc Piagam 3. Balun Kec. Turi 106.931.040 16 Mei 2016 Televisi 32 inc Piagam KATEGORI II BAKU 40 Juta s/d 60 Juta 1. Sumberagung Kec. Mantup 41.456.223 1 Februari 2016 Sepeda Motor Piagam 2. Dinoyo Kec. Deket 52.473.075 29 Februari 2016 Televisi 32 inc Piagam 3. Laladan Kec. Deket 49.906.702 29 Februari 2016 Televisi 24 inc Piagam KATEGORI III BAKU 20 Juta s/d 40 Juta 1. Bapuhbandung Kec. Glagah 25.631.583 4 Maret 2016 Televisi 40 Inch Piagam 2. Kedungbembem Kec. Mantup 39.386.630 15 Maret 2016 Televisi 32 Inch Piagam 3. Wonorejo Kec. Sambeng 31.262.136 16 Mei 2016 Televisi 24 Inch Piagam KATEGORI IV BAKU 0 s/d 20 Juta 1. Sidobangun Kec. Kedungpring 7.784.750 1 Februari 2016 Televisi 32 Inch Piagam 2. Karanggayam Kec. Karangbinangun 19.581.925 10 Maret 2016 Televisi 24 Inch Piagam 3. Kediren Kec. Kalitengah 19.123.092 30 Maret 2016 Televisi 24 Inch Piagam