AD/ART Last Updated Thursday, 13 October 2011

dokumen-dokumen yang mirip
ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA (APSPBI)

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN ERGONOMI INDONESIA INDONESIAN ERGONOMIC SOCIETY

Oktober Tata Kerja. Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi. S u r a b a y a, O k t o b e r

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR DAN MAHASISWA INDONESIA DI PHILIPPINA (PPMIP)

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN ZEOLIT INDONESIA (Indonesian Zeolite Association)

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN ANAK TRANSMIGRAN REPUBLIK INDONESIA ( P A T R I ) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA

ANGGARAN DASAR BADAN KOORDINASI PAGUYUBAN KULON PROGO

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENDIDIK DAN PENELITI BIOLOGI INDONESIA (HPPBI)

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA SANCTUS ALBERTUS MAGNUS PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)

AD/ART PPI UT Pokjar Kuala Lumpur

ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD)

MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI)

PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN ERGONOMI INDONESIA INDONESIAN ERGONOMIC SOCIETY

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR IKATAN ALUMNI STEMBAYO

ASOSIASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN INDONESIA (APS-TPI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

ANGGARAN DASAR: ASOSIASI PROFESI PENDIDIKAN EKONOMI INDONESIA (ASPROPENDO) MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA

ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR)

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL PERHIMPUNAN AHLI EPIDEMIOLOGI INDONESIA NOMOR: 06/MUNAS/PAEI/2013

DPN APPEKNAS ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL

Anggaran Dasar (AD) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) MUKADIMAH

HIMPUNAN ALUMNI SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAMILY OF ENGLISH LETTERS (FELLAS) ANGGARAN DASAR (AD)

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA TAEKWONDO INDONESIA

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD / ART)

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM. Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

BAB III KEANGGOTAAN Pasal 4 Syarat Keanggotaan

KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA

ANGGARAN DASAR DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR PERSATUAN SARJANA KEHUTANAN INDONESIA

ANGGARAN DASAR SINEMATOGRAFER INDONESIA

MASTEL MASYARAKAT TELEMATIKA INDONESIA The Indonesian Infocom Society

MUKADIMAH AD ART ASOSIASI PEMERHATI KAJIAN GENDER (THE ASSOCIATION OF GENDER STUDIES SOCIETY) 1

IKATAN KELUARGA ALUMNI PENDIDIKAN KESEHATAN PANTI RAPIH (IKADIKTIRA) Sekretaris Akper Panti Rapih Jl. Kaliurang KM 14 Yogyakarta (0274)

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II BAB I IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II DAN WILAYAH KERJA.

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA

MUSYAWARAH BESAR IKATAN ALUMNI BUMISERAM ( IKAB )MAKASSAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANALIS KEBIJAKAN INDONESIA - AAKI (ASSOCIATION OF INDONESIAN POLICY ANALYSTS - AIPA) BAB I KETENTUAN UMUM

ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

PERHIMPUNAN PEREMPUAN LINTAS PROFESI INDONESIA (PPLIPI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI ARUNG JERAM INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN NOMOR : SKEP-03/IW PUSAT/IV/2004

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN FISIKA MEDIK DAN BIOFISIKA INDONESIA (HFMBI) BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA

ANGGARAN DASAR DHARMAYUKTI KARINI

IKATAN ALUMNI CEDS UI

ANGGARAN DASAR. ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (Association of Indonesia Electrical Contractors) A K L I N D O

ANGGARAN DASAR (AD) Dan ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) IKATAN ALUMNI FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS (IKA-Farmasi Unand)

ANGGARAN DASAR PERSATUAN PERUSAHAAN GRAFIKA INDONESIA (INDONESIA PRINT MEDIA ASSOCIATION) MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AIBI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (Indonesian Business Incubator Association)

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR

ANGGARAN DASAR MUKADIMAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA (ILUNI PPs UI)

KEPALA DESA WONOSARI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

ANGGARAN DASAR FORUM PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI INDONESIA. Anggaran Dasar FPPTI

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006

MERCEDES-BENZ W201 CLUB INDONESIA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD DAN ART)

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SURVEYOR INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1. Pasal 2. Pasal 3

KONGRES XI IKATAN SARJANA PETERNAKAN INDONESIA Nomor : 05/KONGRES XI-ISPI/XI/2014. Tentang: ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART)

ANGGARAN RUMAH TANGGA GABUNGAN INDUSTRI PENGERJAAN LOGAM DAN MESIN INDONESIA BAB I LANDASAN PENYUSUNAN

MUKADIMAH BAB I NAMA, TEMPAT, WAKTU DAN SIFAT. Pasal 1 NAMA

ANGGARAN DASAR MOBILIO INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA MUKADIMAH

PENGUKUHAN 16 Oktober 2016 JAKARTA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI ANALIS KEBIJAKAN INDONESIA-AAKI (ASSOCIATION OF INDONESIAN POLICY ANALYSTS-AIPA PEMBUKAAN

Transkripsi:

AD/ART 2011-2016 Last Updated Thursday, 13 October 2011 ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERTANIAN ORGANIK INDONESIA (MAPORINA) PERIODE 2011-2016 MUKADIMAH Didorong rasa keprihatinan yang mendalam terhadap timbulnya berbagai permasalahan pada sebagian besar lahan pertanian, yaitu terjadinya degradasi lahan akibat pemakaian pupuk anorganik dan pestisida kimia yang berlebihan, kelongsoran tanah dan banjir, serta pengurasan unsur hara tanah sebagai akibat dari eksploitasi lahan pertanian yang menggunakan input eksternal yang tinggi terutama pupuk dan pestisida kimia yang kesemuanya bermuara kepada semakin luasnya lahan-lahan kritis dan marginal di Indonesia, perlu ada upaya-upaya untuk mengatasi semua permasalahan di atas. Untuk melestarikan dan memulihkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan lingkungan maka sistem budidaya pertanian harus berbasis kepada proses yang dapat menjaga kelestarian lahan dan lingkungan dalam jangka panjang sekaligus menghasilkan produk yang aman dan bermutu yaitu sistem pertanian organik. Di lain pihak terdapat kecenderungan pada masyarakat dunia untuk hanya mengkonsumsi produk yang dianggap lebih aman dan menyehatkan serta ramah lingkungan. Pilihan mereka jatuh pada produk yang dihasilkan dari sistem pertanian organik yang dianggap bebas dari residu berbagai bahan kimia dan cemaran lainnya yang berbahaya. Berbagai pihak, petani, produsen pupuk, birokrat, peneliti dan pengusaha di bidang pertanian sudah lama mendambakan agar Indonesia mampu memproduksi produk pertanian organik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam maupun luar negeri. Untuk mendapatkan produk-produk pertanian yang dapat diterima di pasar internasional tersebut, sebenarnya masing-masing pihak telah berusaha mengimplementasikan sistem pertanian organik, namun gaungnya kurang terasa karena belum adanya keterpaduan sumberdaya dan upaya dalam mencapai pertanian organik Indonesia yang diakui baik secara nasional maupun internasional. Agar penerapan sistem pertanian yang berkelanjutan, lestari berproduksi, aman lingkungan, dan produk-produk pertanian yang laku di pasar dunia lebih cepat terwujud, perlu dibentuk suatu wadah bertaraf nasional yaitu Masyarakat Pertanian Organik Indonesia yang menyatukan visi, misi, dan gerak langkah petani, birokrat, peneliti dan pengusaha untuk membangun pertanian nasionall yang lebih adil dan manusiawi demi kesejahteraan rakyat Indonesia. BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU

Pasal 1 Organisasi ini diberi nama Masyarakat Pertanian Organik Indonesia dengan singkatan MAPORINA. Pasal 2 Organisasi ini didirikan di Malang pada tanggal 01 Februari 2000 untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Pasal 3 Organisasi ini berkantor pusat di Ibukota Republik Indonesia dengan cabang di seluruh wilayah Indonesia. BAB II ORGANISASI Pasal 4 Organisasi ini merupakan wadah untuk menghimpun potensi berbagai pihak yang terkait dengan Pertanian Organik yang meliputi birokrat, akademisi, petani, pengusaha dan masyarakat luas pemerhati masalah pertanian atau yang terkait untuk mensukseskan program pembangunan pertanian pada umumnya, khususnya memasyarakatkan pertanian organik.

Pasal 5 MAPORINA adalah organisasi profesi yang berperan sebagai sarana komunikasi, kerjasama, dan menghimpun pemikiran untuk pengembangan dan kemajuan pertanian organik di Indonesia. Dalam pelaksanaannya organisasi ini berorientasi kepada kepentingan bersama antar anggota serta menjalin kerjasama yang saling menguntungkan secara kesinambungan untuk mengembangkan pembangunan pertanian dan memecahkan permasalahan-permasalahan di bidang pertanian melalui pengembangan Sistem Pertanian Organik. Pasal 6 Organisasi MAPORINA terdiri dari : 1. MAPORINA Pusat 2. MAPORINA Propinsi 3. MAPORINA Kota / Kabupaten 4. MAPORINA Kecamatan 5. MAPORINA Desa BAB III DASAR DAN AZAS Pasal 7 MAPORINA berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pasal 8 MAPORINA dalam menjalankan kegiatannya berazaskan kegotongroyongan, musyawarah dan mufakat.

BAB IV VISI DAN MISI Pasal 9 Visi organisasi ini adalah menjadi wadah pengembangan masyarakat pertanian Indonesia yang dapat mensejahterakan rakyat, melestarikan lahan dan lingkungan melalui Sistem Pertanian Organik. Pasal 10 Organisasi ini mempunyai misi : 1. Menghimpun potensi berbagai pihak yang terkait dengan pertanian organik, untuk mensukseskan program pembangunan pertanian. 2. Menjalin dan mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan diantara berbagai pihak yang terkait dengan pertanian organik. 3. Mendukung pemerintah dalam menyelamatkan lahan dan mensukseskan pembangunan pertanian dalam rangka mensejahterakan masyarakat melalui sistem pertanian organik. BAB V KEPENGURUSAN Pasal 11 1. Pengurus Masyarakat Pertanian Organik Indonesia Tingkat Pusat terdiri dari:

a. Seorang Ketua Umum b. Ketua - Ketua Bidang c. Seorang Sekretaris Jenderal dan beberapa sekretaris d. Seorang Bendahara umum dan beberapa bendahara e. Ketua - Ketua Seksi 2. Ketua Umum MAPORINA dipilih oleh Pengurus Pusat dan disahkan melalui Kongres. 3. Masa jabatan Ketua Umum MAPORINA selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali maksimal 2 (dua) kali masa jabatan. 4. Ketua Umum MAPORINA bertanggung jawab kepada Rapat Anggota (Konggres). 5. Pengurus MAPORINA dipilih dan diangkat oleh Ketua Umum untuk masa kerja 5 (lima) tahun. 6. Pengurus dalam menjalankan tugasnya baik ke dalam maupun ke luar berkewajiban menetapkan langkah-langkah kegiatan yang tidak merugikan organisasi dan bertanggung jawab kepada Ketua Umum. Pasal 12 1. Menteri Pertanian karena jabatannya menjadi Ketua Dewan Pembina MAPORINA Pusat. 2. Menteri - menteri yang lain karena jabatannya dapat menjadi Anggota Dewan Pembina MAPORINA Pusat. 3. Tokoh Nasional pemerhati pertanian organik dapat menjadi Ketua atau Anggota Dewan Penasehat MAPORINA Pusat. Pasal 13 1. Pengurus Masyarakat Pertanian Organik Indonesia Tingkat Propinsi terdiri dari: a. Seorang Ketua b. Ketua - Ketua Bidang c. Sekretaris dan beberapa sekretaris d. Bendahara dan beberapa bendahara

e. Ketua - Ketua Seksi 2. Ketua MAPORINA Propinsi dipilih oleh Pengurus Propinsi dengan persetujuan Pengurus MAPORINA Pusat. 3. Masa jabatan Ketua MAPORINA Propinsi selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali maksimal 2 (dua) kali masa jabatan. 4. Ketua MAPORINA Propinsi bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat. 5. Pengurus MAPORINA Propinsi dipilih oleh Ketua MAPORINA Propinsi dan diangkat oleh MAPORINA Pusat untuk masa kerja 5 (lima) tahun. 6. Pengurus dalam menjalankan tugasnya baik ke dalam maupun ke luar berkewajiban menetapkan langkah-langkah kegiatan yang tidak merugikan organisasi dan bertanggung jawab kepada Ketua MAPORINA Propinsi. Pasal 14 1. Gubernur karena jabatannya menjadi Ketua Dewan Pembina MAPORINA Propinsi. 2. Tokoh Daerah pemerhati pertanian organik dapat menjadi Ketua atau Anggota Dewan Penasehat MAPORINA Propinsi. Pasal 15 1. Pengurus Masyarakat Pertanian Organik Indonesia Tingkat Kota / Kabupaten terdiri dari : a. Seorang Ketua b. Ketua - Ketua Bidang c. Sekretaris dan beberapa sekretaris d. Bendahara dan beberapa bendahara e. Ketua - Ketua Seksi 2. Ketua MAPORINA Kota / Kabupaten dipilih oleh Pengurus Kota / Kabupaten dengan persetujuan Pengurus MAPORINA Propinsi. 3. Masa jabatan Ketua MAPORINA Kota / Kabupaten selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali maksimal 2 (dua)

kali masa jabatan. 4. Ketua MAPORINA Kota / Kabupaten bertanggung jawab kepada Pengurus MAPORINA Propinsi. 5. Pengurus MAPORINA Kota / Kabupaten dipilih oleh Ketua MAPORINA Kota / Kabupaten dan diangkat oleh Ketua MAPORINA Propinsi untuk masa kerja 5 (lima) tahun. 6. Pengurus dalam menjalankan tugasnya baik ke dalam maupun ke luar berkewajiban menetapkan langkah - langkah kegiatan yang tidak merugikan organisasi dan bertanggung jawab kepada Ketua MAPORINA Kota / Kabupaten. Pasal 16 1. Walikota / Bupati karena jabatannya menjadi Ketua Dewan Pembina MAPORINA Kota / Kabupaten. 2. Tokoh Daerah pemerhati pertanian organik dapat menjadi Ketua Dewan Penasehat atau Anggota Dewan Penasehat MAPORINA Kota / Kabupaten. Pasal 17 1. Pengurus Masyarakat Pertanian Organik Indonesia Tingkat Kecamatan terdiri dari : a. Seorang Ketua b. Seorang Wakil Ketua c. Seorang Sekretaris d. Seorang Bendahara 2. Ketua MAPORINA Kecamatan dipilih oleh Pengurus Kecamatan dengan persetujuan Pengurus MAPORINA Kota / Kabupaten. 3. Masa jabatan Ketua MAPORINA Kecamatan selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali maksimal 2 (dua) kali masa jabatan. 4. Ketua MAPORINA Kecamatan bertanggung jawab kepada Pengurus Kota / Kabupaten. 5. Pengurus MAPORINA Kecamatan dipilih oleh Ketua MAPORINA Kecamatan dan diangkat oleh Ketua MAPORINA Kota / Kabupaten untuk masa kerja 5 (lima) tahun. 6. Pengurus dalam menjalankan tugasnya baik ke dalam maupun ke luar berkewajiban menetapkan langkah - langkah kegiatan yang tidak merugikan organisasi dan bertanggung jawab kepada Ketua MAPORINA Kecamatan.

Pasal 18 1. Camat karena jabatannya menjadi Ketua Pembina MAPORINA Kecamatan. 2. Tokoh Kecamatan pemerhati pertanian organik dapat menjadi Ketua atau Anggota Penasehat MAPORINA Kecamatan. Pasal 19 1. Pengurus Masyarakat Pertanian Organik Indonesia Tingkat Desa terdiri dari : a. Seorang Ketua b. Seorang Wakil Ketua c. Seorang Sekretaris d. Seorang Bendahara 2. Ketua MAPORINA Desa dipilih oleh Pengurus Desa dengan persetujuan Pengurus MAPORINA Kecamatan. 3. Masa jabatan Ketua MAPORINA Desa selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali maksimal 2 (dua) kali masa jabatan. 4. Ketua MAPORINA Desa bertanggung jawab kepada Pengurus Kecamatan. 5. Pengurus MAPORINA Desa dipilih oleh Ketua MAPORINA Desa dan diangkat oleh Ketua MAPORINA Kecamatan untuk masa kerja 5 (lima) tahun. 6. Pengurus dalam menjalankan tugasnya baik ke dalam maupun ke luar berkewajiban menetapkan langkah - langkah kegiatan yang tidak merugikan organisasi dan bertanggung jawab kepada Ketua MAPORINA Desa. Pasal 20 1. Kepala Desa / Lurah karena jabatannya menjadi Ketua Pembina MAPORINA Desa. 2. Tokoh Desa pemerhati pertanian organik dapat menjadi Ketua atau Anggota Penasehat MAPORINA Desa.

BAB VI KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 21 Anggota Masyarakat Pertanian Organik Indonesia terdiri dari : 1. Anggota Biasa : Adalah yang terdaftar sebagai anggota Masyarakat Pertanian Organik Indonesia dan dapat dipilih sebagai Pengurus MAPORINA. 2. Anggota Luar Biasa : Tokoh yang dianggap mempunyai jasa luar biasa dalam pengembangan pertanian organik. 3. Anggota Kehormatan : Tokoh yang dianggap dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap masa depan pertanian organik dan dapat ditempatkan sebagai Penasehat. 4. Keanggotaan berakhir pada saat yang bersangkutan menyatakan berhenti, meninggal dunia atau sebab lain. Pasal 22 1. Setiap anggota MAPORINA berhak : a. Memberi saran - saran guna kemajuan organisasi dalam usaha pembangunan pertanian. b. Mendapatkan sarana dan fasilitas sesuai dengan aturan yang berlaku dalam organisasi ini. 2. Setiap anggota MAPORINA berkewajiban : a. Mematuhi dan melaksanakan semua ketentuan - ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga. b. Menjaga nama baik MAPORINA. c. Membayar uang pangkal, iuran bulanan dan sumbangan - sumbangan yang besarnya ditentukan menurut hasil rapat anggota. BAB VII

KEUANGAN Pasal 23 Keuangan MAPORINA diperoleh dari : 1. Uang Pangkal 2. Uang Iuran. 3. Uang sumbangan, sponsor, hibah dan lain - lain yang sah. 4. Usaha - usaha lain yang sah dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bersifat tidak mengikat. Pasal 24 1. Semua keuangan MAPORINA disimpan dan diadministrasikan dengan baik serta dapat dipertanggung jawabkan. 2. Laporan Pertanggung Jawaban Keuangan harus dilaporkan oleh Bendahara secara Periodik kepada Ketua Umum / Ketua MAPORINA dimasing - masing tingkatan. BAB VIII USAHA - USAHA Pasal 25 MAPORINA berusaha untuk dapat mewujudkan tercapainya tujuan organisasi dengan jalan : 1. Memelihara, mengembangkan, meningkatkan dan memperkokoh organisasi, sehingga mampu menjadi wadah untuk menggalang kerjasama, menyalurkan aspirasi serta meningkatkan manfaat bagi para anggotanya. 2. Menyelenggarakan bimbingan dan penyuluhan serta pendidikan dan latihan tentang sistim pertanian organik bagi masyarakat / petani. 3. Menyelenggarakan kajian dan pertemuan - pertemuan teknis / ilmiah yang terkait dengan pertanian organik serta menyebarluaskan hasil - hasilnya kepada masyarakat.

4. Menggalang kerjasama dengan pihak - pihak yang langsung atau tidak langsung mempunyai kaitan dengan pertanian organik, baik didalam maupun di luar negeri. 5. Membangun citra organisasi sehingga MAPORINA menjadi organisasi yang mempunyai reputasi dalam bidang pertanian organik ditingkat nasional maupun internasional. 6. Mengembangkan usaha - usaha yang sah dan tidak bertentangan dengan hukum dan tujuan organisasi. BAB IX RAPAT - RAPAT Pasal 26 1. Rapat anggota (Kongres) merupakan kekuasaan tertinggi. 2. Rapat anggota (Kongres) diadakan paling sedikit 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun dan dapat dilaksanakan sewaktu - waktu berdasarkan kebutuhan. 3. Rapat anggota (Kongres) dinyatakan sah apabila : a. Dihadiri oleh lebih dari setengah dari jumlah peserta yang diundang (Kongres). b. Dalam keadaan tertentu apabila quorum tidak terpenuhi maka rapat ditunda selama 30 menit dan sesudah penundaan atas persetujuan peserta rapat dapat diteruskan tanpa memperhatikan jumlah peserta rapat yang hadir. c. Keputusan rapat didasarkan atas musyawarah untuk mendapatkan mufakat.

d. Dalam keadaan memaksa keputusan rapat dianggap sah apabila memperoleh suara sekurang - kurangnya jumlah anggota yang hadir. Pasal 27 1. Rapat Pengurus diadakan paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali. 2. Rapat Pengurus dianggap sah apabila dihadiri oleh setengah dari jumlah anggota Pengurus. 3. Jika ayat 2 diatas tidak memenuhi lagi maka Rapat Pengurus tetap sah dengan jumlah yang ada. BAB X PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PERUBAHAN PERKUMPULAN Pasal 28 1. Anggaran Dasar ini dapat berubah hanya berdasarkan hasil keputusan Rapat Pengurus Pusat yang disahkan melalui Kongres. 2. Perubahan perkumpulan hanya dapat dilaksanakan oleh Rapat Pengurus dengan masukan dari anggota yang khusus diadakan untuk keperluan tersebut. BAB XI PEMBUBARAN Pasal 29 1. Keputusan Pembubaran Organisasi hanya sah jika disetujui oleh Rapat Pengurus Pusat dan Daerah dengan mufakat bulat sekurang - kurangnya 3/4 dari jumlah anggota yang hadir.

2. Jika pembubaran telah disetujui maka semua harta kekayaan milik organisasi diserahkan kepada Badan Sosial atau badan lain yang disetujui oleh organisasi ini. BAB XII PENUTUP Pasal 30 1. Anggaran Dasar ini pertama kali disahkan dalam rapat anggota pada tanggal 01 Februari 2000 di Malang dan diamandemen pada Kongres Nasional II di Jakarta pada tanggal 21 Desember 2005 dan disempurnakan kembali pa Kongres Nasional III di Jakarta pada tanggal 28 September 2011. 2. Hal - hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan - peraturan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan maka akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya berdasarkan Rapat Pengurus Pusat dan Daerah dengan masukan dari anggota. Ditetapkan di Malang 1 Februari 2000 Ketua Umum, Ttd. Dr. Ir. Syarifuddin Karama Di Adendum pada Kongres II Jakarta, 21 Desember 2005 Sekretaris Umum, Ttd. Dr. Ir. Ririen Prihandarini, MS

Ketua Umum, Ttd. Drs. Zaenal Soedjais Di Sempurnakan pada Kongres Nasional III Jakarta, 28 September 2011 Ketua Umum, Drs. H. Djoko Sidik Pramono, MM Sekretaris Jenderal, Ttd. Dr. Ir. Ririen Prihandarini, MS Sekretaris Jenderal, Dr. Ir. Ririen Prihandarini, MS ANGGARAN RUMAH TANGGA

MASYARAKAT PERTANIAN ORGANIK INDONESIA (MAPORINA) PERIODE 2011-2016 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENGERTIAN 1. MAPORINA adalah organisasi profesi yang berfungsi sebagai mitra pemerintah untuk menjembatani kepentingan pemerintah dengan masyarakat pertanian organik, atau sebaliknya dalam bidang pertanian, untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. 2. Masyarakat Pertanian Organik adalah kumpulan orang / kelompok orang / organisasi / lembaga yang mempunyai kepedulian, profesi, bidang kegiatan / usaha / bisnis dibidang pertanian organik. 3. Pertanian organik adalah sistem budidaya pertanian yang berbasis kepada proses yang dapat menjaga kelestarian lahan dan lingkungan dalam jangka panjang dan sekaligus menghasilkan produk yang lebih sehat, aman dan bermutu melalui pelestarian dan pemulihan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, dan kelestarian lingkungan hidup. Pasal 2 WILAYAH KERJA 1. MAPORINA Pusat adalah organisasi MAPORINA yang berkedudukan di Ibukota Negara yang mempunyai wilayah kerja diseluruh wilayah Negara Indonesia dengan istilah MAPORINA Pusat. 2. MAPORINA Propinsi adalah organisasi MAPORINA yang berkedudukan di Ibukota Propinsi yang mempunyai wilayah kerja diseluruh wilayah propinsi yang bersangkutan dan disingkat dengan istilah MAPORINA Propinsi.

3. MAPORINA Kota / Kabupaten adalah organisasi MAPORINA yang berkedudukan di Ibukota Kota / Kabupaten yang mempunyai wilayah kerja diseluruh wilayah Kota / Kabupaten yang bersangkutan dan disingkat dengan istilah MAPORINA Kota / Kabupaten. 4. MAPORINA Kecamatan adalah organisasi MAPORINA yang berkedudukan di Ibukota Kecamatan yang mempunyai wilayah kerja diseluruh wilayah Kecamatan yang bersangkutan dan disingkat dengan istilah MAPORINA Kecamatan. 5. MAPORINA Desa adalah organisasi MAPORINA yang berkedudukan di Desa yang mempunyai wilayah kerja diseluruh wilayah Desa yang bersangkutan dan disingkat dengan istilah MAPORINA Desa. Pasal 3 Pembentukan Organisasi 1. Untuk pertama kali, pembentukan organisasi MAPORINA ditingkat Propinsi, Gubernur dapat mengusulkan tiga orang nama kepada Pengurus MAPORINA Pusat. 2. MAPORINA Pusat, akan memberikan mandat kepada 3 (tiga) orang yang diusulkan Gubernur, sebagai formatur, dan diberikan kewenangan oleh MAPORINA Pusat untuk membentuk organisasi dan kepengurusan MAPORINA Propinsi. 3. Hasil kerja formatur dilaporkan kepada MAPORINA Pusat, dan selanjutnya akan diberikan Surat Keputusan Penetapan Ketua MAPORINA Propinsi oleh MAPORINA Pusat. 4. Untuk pertama kali, pembentukan organisasi MAPORINA ditingkat Kota / Kabupaten, Bupati / Walikota dapat mengusulkan 1 (satu) nama Calon Ketua Umum kepada Pengurus MAPORINA Propinsi. 5. MAPORINA Propinsi akan menetapkan calon yang diusulkan Bupati/Walikota sebagai Ketua Umum MAPORINA Kota/Kabupaten, dan diberikan mandat/kewenangan untuk membentuk organisasi dan kepengurusan MAPORINA Kota/Kabupaten. 6. Untuk pertama kali, pembentukan organisasi MAPORINA ditingkat Kecamatan, dilakukan pembentukan organisasi dan kepengurusannya oleh Pengurus MAPORINA Kabupaten/Kota. 7. Untuk pertama kali, pembentukan organisasi MAPORINA ditingkat Desa, dilakukan pembentukan organisasi dan kepengurusannya oleh Pengurus MAPORINA Kecamatan. BAB II KEANGGOTAAN

Pasal 4 Anggota Biasa adalah setiap Warga Negara Indonesia yang berusia di atas 17 tahun dapat menjadi anggota MAPORINA setelah mendaftar dan disetujui oleh Pengurus MAPORINA setempat. Pasal 5 Anggota Luar Biasa adalah seseorang yang karena ketokohannya dan keahliannya dapat diminta oleh pengurus MAPORINA setempat untuk menjadi Anggota Luar Biasa. Pasal 6 Anggota Kehormatan adalah seseorang yang karena jabatannya dapat diminta oleh Pengurus MAPORINA setempat untuk menjadi anggota kehormatan. Pasal 7 Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan akan diberikan Kartu Anggota sebagai tanda bahwa yang bersangkutan telah menjadi anggota MAPORINA pada setiap tingkatan. Pasal 8 Anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan mempunyai hak mengeluarkan pendapat dan mengajukan

usul / saran dalam rapat anggota. Pasal 9 Anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan kehilangan keanggotannya apabila yang bersangkutan meninggal dunia, mengajukan permohonan berhenti dan sebab - sebab lain atas keputusan pengurus pusat, daerah maupun cabang. BAB III KEPENGURUSAN Pasal 10 Tugas dan wewenang Pengurus MAPORINA Pusat adalah : 1. Menetapkan kebijakan umum organisasi pada tingkat nasional sesuai dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan Kongres. 2. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan umum yang telah ditetapkan dan telah dilaksanakan oleh unsur pelaksana pusat maupun daerah. 3. Melakukan pembinaan organisasi dalam bentuk, antara lain : penetapan pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan kegiatan.

Pasal 11 Tugas dan wewenang Pengurus MAPORINA Propinsi dan Kota / Kabupaten : 1. Menetapkan kebijaksanaan teknis organisasi berdasarkan hasil kongres, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan kebijaksanaan organisasi 1 (satu) tingkat diatasnya. 2. Mengesahkan organisasi Pengurus, dan atau Ketua satu tingkat dibawahnya. 3. Melaksanakan pembinaan organisasi pada unsur pelaksana dilingkungannya. 4. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh unsur pelaksana dilingkungannya. 5. Melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi. 6. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada organisasi 1 (satu) tingkat diatasnya. Pasal 12 1. Ketua Umum / Ketua mempunyai Tugas dan Wewenang : a. Memimpin dan membina organisasi MAPORINA. b. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan - kebijakan organisasi sebagaimana digariskan dalam anggaran dasa anggaran rumah tangga serta keputusan - keputusan konggres. c. Menyampaikan pertanggungjawaban tugasnya pada Kongres Nasional MAPORINA. d. Melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama MAPORINA. 2. Para Ketua mempunyai Tugas dan Wewenang : a. Membantu Ketua Umum / Ketua dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal in b. Mewakili Ketua Umum dalam mengkoordinasikan tugas yang bersifat teknis operasional.

c. Memantau dan mengevaluasi kegiatan organisasi sesuai dengan bidang tugasnya masing - masing. d. Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum. 3. Sekretaris Jenderal / Sekretaris Umum mempunyai Tugas dan Wewenang : a. Memimpin dan membagi tugas di Sekretariat Jenderal / sekretariat b. Merumuskan kebijaksanaan - kebijaksanaan organisasi untuk ditetapkan oleh Ketua Umum. c. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi dalam rangka mendukung kelancaran tugas - tugas organisa d. Melaksanakan tugas - tugas lain atas petunjuk Ketua Umum / Ketua. e. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum / Ketua. 4. Bendahara Umum / Bendahara mempunyai Tugas dan Wewenang : a. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi keuangan dalam rangka mendukung kelancaran tugas - tugas organisasi. b. Membuat laporan keuangan dan menyampaikannya secara periodik kepada Ketua Umum / Ketua. c. Mengelola dan menyimpan keuangan dengan sebaik - baiknya sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan yan berlaku. d. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum / Ketua. 5. Ketua Bidang mempunyai Tugas dan Wewenang : a. Memimpin dan membagi tugas dilingkungan bidangnya masing - masing. b. Menjabarkan kebijaksanaan - kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Ketua Umum dalam bentuk pelaksanaan program kerja masing - masing. c. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum / Ketua. 6. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 11 (sebelas) ayat (1), (2), (3), (4), (5) di jabarkan lebih lanjut dalam pedoman tata kerja MAPORINA. BAB IV

PENGGANTIAN PENGURUS ANTAR WAKTU, PERTANGGUNG JAWABAN, PENGESAHAN DAN SERAH TERIMA Pasal 13 1. Jika Ketua Umum karena sesuatu hal tidak dapat melaksanakan tugasnya digantikan oleh salah seorang Ketua, sebagai pelaksanaan tugas berdasarkan keputusan pengurus lengkap. 2. Penggantian jabatan Ketua Umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai diselenggarakannya Kongres Nasional. 3. Penggantian jabatan dalam lingkungan Pengurus Pusat selain dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Ketua Umum. 4. Penggantian jabatan Ketua antar waktu pada Pengurus MAPORINA Propinsi, Kota / Kabupaten, Kecamatan dan Desa dilaporkan secara berjenjang 1 (satu) tingkat diatasnya untuk dapat diambil keputusan penggantian Ketua antara waktu. 5. Penggantian jabatan Pengurus antar waktu pada kepengurusan MAPORINA tingkat Propinsi, Kota / Kabupaten, Kecamatan dan Desa ditetapkan oleh Ketua. 6. Penggantian Ketua Umum Pusat, Propinsi, Kota / Kabupaten, Kecamatan dan Desa diikuti dengan serah terima jabatan yang dituangkan dalam berita acara dan ditanda tangani oleh Ketua Umum / Ketua yang lama dan yang baru. Pasal 14 KEUANGAN Keuangan Pengurus MAPORINA terdiri dari : 1. Uang Pangkal bagi setiap anggota baru besarnya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) yang pembayarannya dilakukan sekaligus.? 2. Uang Iuran bagi setiap anggota ditetapkan sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) perbulan yang pembayarannya dilakukan sebagai berikut : a. Dibayar lunas tiap bulan atau langsung 1 (satu) tahun.

b. Besarnya Uang Pangkal dan Uang Iuran ditetapkan secara berkala sesuai Rapat Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi, Pengurus Kota / Kabupaten, Pengurus Kecamatan, dan Pengurus Desa. 3. Sumbangan dari donatur. 4. Usaha - usaha lain yang sah. 5. Setiap semester Bendahara membuat laporan pertanggungjawaban keluar masuknya uang, dan untuk setiap tahun dipertanggungjawabkan dalam Rapat Pengurus maupun Rapat Anggota. Pasal 14 KETENTUAN LAIN - LAIN 1. Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan dalam Sidang Pleno Pengurus pada tanggal 01 Februari 2000 di Malang.? 2. Hal - hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga, akan diatur lebih lanjut dalam bentuk peraturan yang diputuskan dalam Sidang Pleno Pengurus. Ditetapkan di Malang Pada tanggal 1 Februari 2000 Ketua Umum, Sekretaris Umum, Ttd. Ttd. Dr.Ir. Syarifuddin Karama Dr. Ir. Ririen Prihandarini, MS Di Adendum pada Kongres II Jakarta, 21 Desember 2005

Ketua Umum, Ttd. Drs. Zaenal Soedjais Di Sempurnakan pada Kongres Nasional III Jakarta, 28 September 2011 Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Ttd. Dr. Ir. Ririen Prihandarini, MS Sekretaris Jenderal, Drs. H. Djoko Sidik Pramono, MM Dr. Ir. Ririen Prihandarini, MS Last Updated ( Wedneday, 28 September 2011 )