DESKRIPSI PELAKSANAAN PENGGABUNGAN LS DAN PTK OLEH MAHASISWA PROGRAM SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN MELALUI JALUR PENDIDIKAN

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Bio Educatio, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016, hlm ISSN:

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

STUDY TENTANG PELAKSANAA LESSON STUDI DI SMA BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG SEMESTER GENAP Hayuni Retno Widarti Kimia FMIPA UM ABSTRAK

PEMANTAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA GURU-GURU SMP LAB UNESA MELALUI LESSON STUDY

PENGEMBANGAN MODEL PPL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL MAHASISWA. Choirul Huda, Djoko Adi Susilo ABSTRAK

PELATIHAN LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH DI SMA DARUL ISLAM GRESIK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA MENGEKSPLOR MATA KULIAH SISTEMATIK TUMBUHAN RENDAH MELALUI LESSON STUDY. Abstrak

MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAN DI JURUSAN KIMIA FMIPA UNESA MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY

MENUJU GURU YANG PROFESIONAL MELALUI LESSON STUDY A. LATAR BELAKANG

MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU MELALUI LESSON STUDY

LILIASARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA UPI

IMPLEMENTASI LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH (LSBS) DI SMP NEGERI 1 KALIANGET

PENERAPAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN MENGELOLA ASESMEN PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA CALON GURU KIMIA

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas

B. Pengalaman Lesson Study di Yogyakarta

D036 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI LESSON STUDY. Ahmadi 1 1,2,3

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Kata kunci: lesson study, Aktivitas belajar, Morfologi Tumbuhan

PRATIK PENGALAMAN LAPANGAN BERBASIS LESSON STUDY. Tim Laboratorium Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN-Tulungagung

HASIL MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PILOTING DAN LESSON STUDY PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SEKOLAH MENENGAH KOTA MALANG

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU IPA MELALUI PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY DI SMAN 2 LEMBAR

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika

Sri Uchtiawati : Tanggung Jawab dan Kemandirian

IMPLEMENTASI LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI DAN KARAKTER GURU MATEMATIKA KOTA METRO

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI GERAK PARABOLA DAN GERAK MELINGKAR MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

MEMBANGUN KOLEGIALITAS CALON GURU IPS MELALUI LESSON STUDY

Pembelajaran Menulis Pantun Secara Integratif Berbasis Lesson Study

PEMBEKALAN KAJIAN DAN PRAKTIK LAPANGAN (KPL) KEPENDIDIKAN. SEMESTER GASAL 2016/2017 Tanggal 18 JULI 2016

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA MELALUI LESSON STUDY PADA MATA KULIAH MORFOLOGI TUMBUHAN

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

Lesson Study dapat Diiplementasikan dalam Mata Pelajaran Bukan-MIPA. Oleh: Yosaphat Sumardi dan Ariswan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PENERAPAN PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN KELAS 3 SD

Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study

IMPLEMENTASI LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KINERJA DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

LESSON STUDY DALAM PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN

WORKSHOP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PEMBENTUKAN SEMBILAN PILAR KARAKTER SISWA KELAS VII SMP PLUS AL MUBARAK JEMBER MELALUI PEMBELAJARAN OPERASI BILANGAN BULAT BERBASIS LESSON STUDY

Trio Ageng Prayitno 1* Pendidikan Biologi, Program Studi Pendidikan Biologi IKIP Budi Utomo, Malang

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU FISIKA MELALUI LESSON STUDY. Ida Kaniawati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ISKANDAR HASAN Pengawas Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kota Gorontalo

KINERJA GURU DI SD KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG. Halimatussakdiah dan Khairul Anwar Surel :

ABSTRAK DAN RINGKASAN MAKALAH KONASPI VI SUBTEMA DAN TOPIK: E. INOVASI PENDIDIKAN: INOVASI PEMBELAJARAN DAN ASESMEN JUDUL:

Ayudani Imania Fatimah 1,*

Oleh: Nana Supriatna, Universitas Pendidikan Indonesia

10 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh:

L. Sistem Jaminan Mutu 1. Pengelolaan Mutu Secara Internal pada Tingkat Program Studi 2. Hubungan dengan Penjaminan Mutu pada Tingkat Lembaga

UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA TOPIK GERAK LURUS BERATURAN BERBASIS LESSON STUDY DI SMPN 3 TANJUNGSARI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.3, No.1, Mei 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. pada buku paket sering menjadi acuan utama pengajaran guru, sebagian

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

PERBEDAAN PENGUASAAN POKOK-POKOK FISIKA SEKOLAH MAHASISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN MODEL PEMECAHAN MASALAH DENGAN MODEL STAD

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PENDEKATAN PMRI PADA MATA KULIAH METODE STATISTIKA I

BAB III METODE PENELITIAN. atau Classroom Action Research (CAR). Pendekatan PTK dipilih karena

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU IPA MELALUI LESSON STUDY BERBASIS MGMP KAWASAN SURABAYA SELATAN

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

Sri Susilogati Sumarti. Jurusan Kimia FMIPA UNNES, Semarang, Indonesia ABSTRAK

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.1 (2016) : 47-52

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 31, Nomor 4 Oktober Desember 2016

Dyah Kusuma Wardhani Syabikhisma Arsy, Istamar Syamsuri, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun oleh Nama : Novian Fitri Nurani NIM : Prodi : Pendidikan Biologi

Pengalaman FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta dalam Pendampingan Lesson Study di SMP/MTs Kabupaten Bantul

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EDUTAINMENT (EDUCATION-ENTERTAINMENT)

1. Kegiatan Perkuliahan Pertemuan ke-

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. pembelajaran dan guru model mengamati pembelajaran. Kegiatan pada tahap

LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA PEMBELAJARAN YANG DILAKUKAN GURU

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB III METODE PENELITIAN. dari Kemmis dan Taggart dalam Pargito (2011: 37), yaitu: (1) plan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode dan rancangan penelitian tindakan yang

Keperluan korespondensi, HP : ,

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN

LESSON STUDY DENGAN TEKNIK GUIDED TEACHING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA ZAT PADAT LANJUT

Muhammad Mifta Fausan, Penerapan Strategi Numbered 154

PENERAPAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI GURU SMA BINA MULYA GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif

Bandiyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW BERBASIS LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan

Lesson Study: Suatu Alternatif Cara Peningkatan Keprofesionalan dan Kesejawatan Guru Oleh: Paidi (Staf Pengajar FMIPA UNY)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROFIL KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA-FISIKA SMP DAN MTs DI WILAYAH PASEH KABUPATEN SUMEDANG MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY BERBASIS MGMP

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA N 15 KOTA SEMARANG

Peningkatan Prestasi Siswa pada Konsep Fluida Statis dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Berdasarkan Permendikbud no. 49/2014

PENERAPAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAJAR MAHASISWA CALON GURU FISIKA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI LESSON STUDY PADA PENJUMLAHAN PECAHAN DI KELAS IV SDN LAMSAYEUN

Penerapan Teknik Pembelajaran Probing -Prompting Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri I Banawa Tengah

456 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan SAINS Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 16 Maret 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan mutu pendidikan dan oleh karena guru sendiri wajib memiliki

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 DESKRIPSI PELAKSANAAN PENGGABUNGAN LS DAN PTK OLEH MAHASISWA PROGRAM SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN MELALUI JALUR PENDIDIKAN Drs. Parno, M.Si Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Jl. Gombong 4 Malang Telp: (0341)552125 Fax: (0341)559577 HP: 0811362235 e-mail: parno@fisika.um.ac.id Abstrak Lesson Study (LS) dapat diartikan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Implementasi LS di Indonesia masih sangat baru, yaitu mulai tahun 2005 di tiga universitas (UPI, UNJ dan UM) melalui Program IMSTEP JICA. LS memiliki tiga kegiatan utama, yaitu perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do), dan melihat/refleksi (See). Desain LS yang baik menghasilkan guru yang professional dan inovatif sehingga kualitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas dengan suatu tindakan pembelajaran (instruksional) sehingga kualitas pembelajaran siswa menjadi baik (efektif dan efisien). PTK terdiri dari siklus-siklus yang mana tiap siklus meliputi tahapan perencanaan (Plan), tindakan (Act), pengamatan (Observe), dan refleksi (Reflect). Ide pertama penggabungan LS dan PTK diterapkan pada mahasiswa program sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan angkatan pertama 2008 pada matakuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) selama 2 bulan mahasiswa melakukan praktik mengajar di sekolah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif model survei. Data pelaksanaan penggabungan LS dan PTK mahasiswa didapatkan melalui dua cara, yaitu sharing seminggu sekali di kampus dan penyebaran angket di akhir kegiatan. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Berikut adalah deskripsi hasil analisis data pelaksanaan penggabungan LS dan PTK mahasiswa. (1) Mahasiswa sebanyak 61,5% belum pernah melakukan LS, dan sebanyak 69,2% pernah melakukan PTK dengan rata-rata 2 kali. (2) Pelaksanaan LS sebagai bagian dari PTK sebanyak 72,7%. (3) Pelaksanaan PTK ratarata 2 siklus sebanyak 76,9% dengan 2 pertemuan setiap siklus sebanyak 61,5%. (4) Plan LS dilakukan sebanyak 88,5% bersama mahasiswa, guru mitra, guru IPA, dan dosen. (5) Observer Do LS dilakukan sebanyak 69,2% oleh mahasiswa, guru mitra, guru IPA, dan dosen. (6) Posisi observer Do LS dilakukan sebanyak 65,4% dengan berdiri pada posisi yang dapat melihat raut muka siswa dan sekali waktu mendekat ke siswa. (7) Fokus utama observasi Do LS sebanyak 63,8% pada aktivitas dan kreativitas belajar murid, dan cara siswa belajar kelompok dan berkooperasi. (8) See LS sebanyak 59,4% dilakukan langsung setelah Do LS. (9) Dukungan sekolah (guru mitra, guru IPA, dan pimpinan sekolah) tehadap pelaksanaan gabungan LS dan PTK sebanyak 89,7% sangat bagus atau bagus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggabungan LS dan PTK pada program tersebut adalah cukup optimal. Penggabungan LS dan PTK juga sedang dilakukan oleh mahasiswa program sertifikasi angkatan kedua tahun 2009. Hampir mirip dengan penggabungan LS dan PTK, pada semester II 2008/2009 ini FMIPA UM menerapkan pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) berbasis LS di sekolah pada mahasiswa reguler prodi pendidikan semester terakhir. Kata-kata kunci: LS, PTK, sertifikasi guru, jalur pendidikan S-63

Parno/Deskripsi Pelaksanaan Penggabungan Tugas dan peran guru sangat berat. Tugas guru dalam pendidikan memiliki peranan ganda. Disamping sebagai pendidik dan pembimbing, guru berperan sebagai pengajar (Natawidjaya, 2002). Tugas guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotor, melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan masalah, latihan dan ketrampilan. Menurut McKeachie (1986) salah satu peran guru adalah guru sebagai expert (Yuluati, 2005). Guru sebagai expert bertujuan menyampaikan informasi, konsep dan perspektif bidang studi yang diajarkannya. Guru hendaknya memiliki penguasaan konsep yang mendalam dari bidang studi yang diajarkannya, mampu menyajikan bahan ajar dan mampu mengorganisasi kelas. Tugas dan peran guru di atas menunjukkan bahwa guru merupakan pekerjaan profesi. Secara komprehensif dikatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Undang-undang 14/2005). Pekerjaan profesional memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dengan kata lain dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru harus memiliki sejumlah kompetensi, yakni seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Undang-undang 14/2005). Sebagai bukti formal bahwa guru sebagai tenaga profesional adalah diberikannya sertifikat pendidik kepada guru. Dalam rangka memperoleh sertifikat pendidik tersebut guru harus menempuh proses sertifikasi. Guru dalam jabatan (guru yang sudah mengajar di sekolah) dapat menempuh proses sertifikasi melalui dua jalur, yaitu portofolio dan pendidikan. Jalur portofolio diperuntukkan bagi semua guru dengan kriteria penetapan peserta berdasarkan ranking (1) pengalaman mengajar, (2) usia, (3) pangkat/golongan, (4) beban jam mengajar, (5) tugas tambahan, dan (6) prestasi (Dirjen PMPTK, 2007a). Sedangkan jalur pendidikan diperuntukkan bagi guru yang berprestasi dan berumur relatif masih muda sehingga dianggap terlalu lama jika menunggu jalur portofolio (Dirjen PMPTK, 2007b). Universitas Negeri Malang mendapatkan mandat untuk menyelenggarakan sertifikasi jalur pendidikan untuk guru-guru IPA SMP dan IPS SMP pada tahun 2008, dan guru-guru IPA SMP dan SD pada tahun 2009. Dengan demikian sertifikasi jalur pendidikan ini berlangsung selama dua semester. Khusus untuk guru-guru IPA SMP disajikan 33 sks yang terdistribusi dalam 20 sks semester I dan 13 semester II. Salah satu matakuliah di semester II adalah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) dengan bobot 6 sks. Matakuliah PKM memiliki kandungan isi pengenalan lapangan, latihan ketrampilan terbatas secara terjadwal, dan latihan terbimbing; dan mendukung terwujudnya semua kompetensi, yaitu pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial (Depdiknas UM, 2008). Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam, (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah, (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan, dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan. Dengan demikian melalui matakuliah PKM, mahasiswa dapat mendalami dan memantapkan penguasaan kompetensi sebagai guru matapelajaran melalui penerapan kompetensi dalam konteks otentik di kelas dan sekolah. Secara operasional matakuliah PKM diselenggarakan di dua tempat yang saling overlap waktunya, yaitu perkuliahan di kampus selama empat bulan dan praktik di sekolah selama dua bulan pada bulan kedua dan ketiga perkuliahan. Pekuliahan di kampus dibimbing oleh tiga dosen secara team teaching dengan 3 jam pertemuan 2 kali seminggu. Secara garis besar materi perkuliahan di kampus adalah menyiapkan bekal mahasiswa yang akan digunakan saat praktik di sekolah (satu bulan pertama perkuliahan), memonitoring dan membantu mahasiswa dalam memecahkan masalah yang timbul di sekolah dalam bentuk sharing antarmahasiswa (bulan kedua dan ketiga perkuliahan), dan membimbing mahasiswa membuat laporan pengabunggan Lesson Study (LS) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan di sekolah (satu bulan terakhir perkuliahan). S-64

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 Pembimbingan mahasiswa praktik di sekolah dilakukan oleh dua orang dosen, yaitu seorang dosen pembimbing LS dan seorang dosen pembimbing PTK, serta seorang guru mitra. Dosen pembimbing LS wajib datang ke sekolah untuk mendampingi kegiatan LS. Sedangkan dosen pembimbing PTK hanya melakukan pembimbingan dari kampus. Pembimbingan mahasiswa di sekolah dilakukan secara terencana, kolaboratif, intensif dan berkesinambungan, yang berarti bahwa pengamatan dan refleksi terhadap pembelajaran harus dilakukan oleh guru mitra dan dosen pembimbing LS secara bersama (Depdiknas UM, 2008). Sesuai dengan prinsip ini, maka sesungguhnya pola pembimbingan PKM mahasiswa di sekolah dilaksanakan dengan menggunakan model pembinaan guru yang disebut Lesson Study (LS). LS secara sederhana dapat diartikan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun learning coomunity (Ibrohim, 2008). Pengenalan LS dan implementasinya di Indonesia masih sangat baru, yaitu mulai tahun 2005 di tiga universitas (UPI, UNJ dan UM) melalui Program IMSTEP JICA. LS dikenalkan pada tahap awal memiliki tiga kegiatan utama, yaitu perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do), dan melihat/refleksi (See) (Saito, 2005). Tahap Plan dilakukan secara kolaboratif untuk menghasilkan rancangan pembelajaran secara menyeluruh. Rancangan tersebut harus dibuat secara sungguh-sungguh sehingga diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif dan mampu membangkitkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Tahap Do mengimplementasikan rancangan pembelajaran, yang mana salah satu bertindak sebagai guru model dan yang lain sebagai pengamat (observer). Pengamatan difokuskan pada aktivitas belajar siswa dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disepakati. Pengamat tidak boleh mengganggu atau mengintroduksi kegiatan pembelajaran. Tahap See diawali dengan penyampaian kesan-kesan guru model dalam melaksanakan pembelajaran, dilanjutkan dengan penyampaian hasil pengamatan aktivitas belajar siswa oleh para pengamat. Penyampaian kritik dan saran harus tetap secara bijak dan mengacu pada fakta aktivitas belajar siswa sehingga guru model tidak merasa direndahkan atau disalahkan. Berdasarkan masukan dari diskusi refleksi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya yang lebih baik, yang dapat dipraktikkan oleh guru model sendiri maupun seluruh pengamat. Serangkaian kegiatan mulai tahap Plan sampai See dilakukan secara kolabratif. Desain LS yang baik menghasilkan guru yang professional dan inovatif sehingga kualitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa meningkat. Pada akhir program, mahasiswa berkewajiban untuk menyusun tugas akhir dalam bentuk laporan PTK (Depdiknas UM, 2008). Matakuliah PTK telah disajikan pada semester pertama dengan target mahasiswa mampu membuat proposal PTK. Dengan demikian matakuliah PKM merupakan wahana bagi mahasiswa untuk melakukan PTK di sekolah. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas dengan suatu tindakan pembelajaran (instruksional) sehingga kualitas pembelajaran siswa menjadi baik (efektif dan efisien) (Dasna, 2008). Beberapa alasan mengapa PTK harus dilakukan oleh guru, yaitu: (1) sebagai seorang profesional, guru harus memecahkan suatu masalah di kelas secara ilmiah, (2) bila guru terbiasa melakukan PTK maka guru akan menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang dikerjakannya dan apa yang dilakukan oleh siswa, dan (3) untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas, guru akan selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Menurut Kemmis & McTaggart (1988) model PTK terdiri dari siklus-siklus yang mana tiap siklus meliputi tahapan perencanaan (Plan), tindakan (Act), pengamatan (Observe), dan refleksi (Reflect). Bila siklus pertama belum mencapai indikator keberhasilan yang ditargetkan, maka dilanjutkan dengan siklus kedua yaitu perbaikan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus berikutnya selalu dimulai dengan perbaikan tindakan dari siklus sebelumnya. Tahapan Plan PTK meliputi (a) mengidentifikasi masalah, (b) menganalisis masalah, (c) merumuskan masalah dan hipotesis tindakan, (d) menentukan kelayakan pilihan tindakan pemecahan masalah. Tahapan Plan merumuskan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi permasalahan. Tahapan Act melaksanakan rancangan tindakan melalui proses pembelajaran. Tahapan Observe merupakan jantung dari PTK, yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Tahapan Reflect merupakan jiwa pelaksanaan PTK, yaitu kegiatan mengulas secara kritis tentang S-65

Parno/Deskripsi Pelaksanaan Penggabungan perubahan yang terjadi, baik pada siswa, suasana kelas, maupun guru. Hasil refleksi digunakan sebagai dasar untuk menentukan siklus berikutnya setelah mengacu pada indikator keberhasilan yang telah ditargetkan. Pola pembimbingan PKM mahasiswa di sekolah dilaksanakan dengan menggunakan model pembinaan guru yang disebut LS. Sementara itu PTK merupakan tugas akhir mahasiswa yang harus dilakukan di sekolah melalui matakuliah PKM. Oleh karena itu, sesungguhnya pembimbingan matakuliah PKM di sekolah dapat dilakukan dengan menggabungkan LS dan PTK (Depdiknas UM, 2008). LS dan PTK di sekolah dilakukan secara kolaboratif, yaitu mahasiswa berkolaborasi dengan mahasiswa dalam kelompoknya dan guru mitra atau dosen pembimbing LS dan PTK. Kedudukan guru mitra atau dosen pembimbing adalah sebagai mitra. Secara ringkas, penggabungan antara kegiatan LS dan PTK dituliskan sebagai berikut (Susilo, 2009). Pada awal PKM para mahasiswa berkolaborasi dengan guru mitra untuk menyusun RPP dan dipraktikkan sebagai awal PKM. Setelah satu atau dua kali pertemuan diharapkan telah ditemukan masalah pembelajaran di kelas masing-masing, yang selanjutnya dibuat proposal PTK secara kolaboratif mahasiswa-guru mitra dan dikonsultasikan ke dosen pembimbing. Mahasiswa bersama guru mitra membuat silabus, RPP dan instrumen penelitian sebagai tahap Plan PTK, yang selanjutnya didiskusikan dengan dosen pembimbing dan teman mahasiswa lain sebagai kegiatan Plan LS. Untuk lebih disempurnakan lagi. Berikutnya RPP dilaksanakan di kelas dalam kegiatan Do LS dan sekaligus tahap Act dan Observe PTK. Segera setelah itu dilanjutkan dengan tahap Reflect PTK sekaligus kegiatan See LS sebagai dasar untuk perbaikan dalam pertemuan pelaksanaan PTK berikutnya dan bahan untuk kegiatan Plan LS berikutnya atau Plan LS teman mahasiswa sesekolahnya bila ada teman yang membelajarkan siswa dengan materi yang sama di kelas lain. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan penggabungan LS dan PTK oleh mahasiswa program sertifikasi guru IPA dalam jabatan melalui jalur pendidikan tahun 2008. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain mahasiswa peserta program, sekolah, dan unit PPL UM. Mahasiswa dapat mempraktikkan pola penggabungan LS dan PTK ini nanti setelah kembali ke sekolah asal masing-masing. Sekolah dapat menggunakan pola tersebut dalam rangka untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas guruguru. Unit PPL dapat mempelajari pola tersebut sebagai rujukan untuk perbaikan program yang akan datang. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif model survei. Penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan atau menerangkan gejala dengan cara mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu pelaksanaan penggabungan LS dan PTK menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005). Subyek penelitian adalah mahasiswa sebanyak 26 orang yang menjadi peserta sertifikasi guru IPA dalam jabatan melalui jalur pendidikan angkatan pertama 2008 di UM yang sedang mengambil matakuliah PKM. Selama satu bulan pertama perkuliahan, mahasiswa mendapatkan bekal persiapan praktik pembelajaran dari 3 orang dosen pembimbing matakuliah PKM di kampus. Pembekalan tersebut meliputi penilaian portofolio, reviu PTK, LS, dan microteaching. Pada bulan kedua dan ketiga mahasiswa melakukan praktik pembelajaran di 9 SMPN Kota Malang sehingga dalam setiap sekolah terdapat 3 mahasiswa. Untuk setiap sekolah ditugaskan seorang guru mitra, seorang dosen pembimbing LS, dan seorang dosen pembimbing PTK sebagai mitra mahasiswa. Selama melakukan praktik pembelajaran, mahasiswa harus melaksanakan penggabungan LS dan PTK. Pada saat mahasiswa melakukan praktik di sekolah, kegiatan tatap muka matakuliah PKM di kampus tetap berjalan seperti biasa. Kegiatan yang dilakukan adalah sharing antarmahasiswa tentang pelaksanaan praktik di sekolah. Setelah berakhir pelaksanaan praktik di sekolah, pada mahasiswa diberikan Angket Penggabungan LS dan PTK. Satu bulan terakhir perkuliahan di kampus digunakan untuk membimbing mahasiswa dalam membuat laporan akhir penggabungan LS dan PTK di sekolah. Instrumen penelitian terdiri dari catatan lapangan dan angket. Catatan lapangan dilakukan saat sharing antarmahasiswa tentang pelaksanaan praktik di sekolah. Instrumen Angket Penggabungan LS dan PTK memuat daftar pertanyaan mengenai pelaksanaan penggabungan LS dan PTK di sekolah yang diajukan secara tertulis kepada mahasiswa, dan cara menjawab atau merespon juga dilakukan secara tertulis. Angket tersebut terdiri dari 19 butir pertanyaan, yang meliputi (a) S-66

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 latar belakang mahasiswa dalam melakukan LS atau PTK, (b) frekuensi pelaksanaan LS dan PTK di sekolah, (c) teknis pelaksanaan LS di sekolah mulai dari kegiatan Plan, Do, dan See, (d) kualitas dukungan sekolah terhadap pelaksanaan LS dan PTK, dan (e) kualitas pembimbingan matakuliah PKM di kampus, dan pembimbingan LS dan PTK di sekolah. Teknik analisis terhadap data angket menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Pelaksanaan penggabungan LS dan PTK mahasiswa dideskripsikan dengan menggunakan jumlah data atau persentase. Pelaksanaan penggabungan LS dan PTK memiliki kriteria optimal jika respon positip dari mahasiswa melebihi 50% (Ubaya, 2006). Terhadap data hasil catatan lapangan dilakukan analisis kualitatif, yaitu menyederhanakan dengan menonjolkan hal-hal pokok dan penting yang berkaitan dengan pelaksanaan penggabungan LS dan PTK. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut disajikan jadwal kegiatan perkuliahan PKM selama 16 minggu dalam semester II 2008 pada program sertifikasi guru IPA dalam jabatan melalui jalur pendidikan di UM. Tabel 1. Pelaksanaan Perkuliahan PKM Minggu ke Kegiatan 1 Teori LS, Observasi Video LS, dan diskusi hasil observasi 2 Teori portofolio, observasi portofolio mahasiswa, membuat resume observasi, dan diskusi resume 3 Pengembangan rubrik penilaian komponen portofolio 4 Diskusi hasil pembuatan rubrik penilaian komponen portofolio 5 Libur SNMPTN 2008 6 Teori PTK, observasi contoh proposal dan laporan PTK 7 Microteaching 8 Microteaching Sebelum praktik di sekolah perlu koordinasi antara mahasiswa, dosen pembimbing PTK, dosen pembimbing LS, dan guru mitra Koordinasi tersebut setidaknya berisi penentuan kelas untuk PTK, kelas untuk LS, dan materi pembelajaran 9 Sharing dan atau persiapan LS, PTK atau pembelajaran di kelas 10 Sharing dan atau persiapan LS, PTK atau pembelajaran di kelas 11 Sharing dan atau persiapan LS, PTK atau pembelajaran di kelas 12 Sharing dan atau persiapan LS, PTK atau pembelajaran di kelas 13 Sharing dan atau persiapan LS, PTK atau pembelajaran di kelas 14 Sharing dan atau persiapan LS, PTK atau pembelajaran di kelas 15 Pembimbingan pelaporan PTK beserta artikel jurnalnya, dan portofolio 16 Pembimbingan pelaporan PTK beserta artikel jurnalnya, dan portofolio UAS Pengumpulan laporan PTK beserta artikel jurnalnya, dan portofolio Dari tabel di atas tampak bahwa sebelum praktik di sekolah, mahasiswa mendapatkan bekal penilaian portofolio, LS, PTK dan microteaching. Selama praktik di sekolah, perkuliahan di kampus tetap berlangsung dengan acara sharing dan atau persiapan LS, PTK atau pembelajaran di kelas. Setelah praktik di sekolah, perkuliahan diarahkan pada pembimbingan pembuatan laporan LS dan PTK, serta portofolio. Berikut disajikan persentase hasil penyebaran Angket Penggabungan LS dan PTK pada mahasiswa semester II 2008 pada program sertifikasi guru IPA dalam jabatan melalui jalur pendidikan di UM. S-67

Parno/Deskripsi Pelaksanaan Penggabungan Tabel 2. Hasil Angket Penggabungan LS dan PTK No Indikator pelaksanaan penggabungan LS dan PTK Frekuensi 1 Latar belakang mahasiswa a. Belum pernah melakukan LS 61,5% b. Pernah melakukan PTK 69,2% c. Yang pernah melakukan PTK, frekuensi rata-rata PTK yang dilakukan 2 kali 2 Pelaksanaan LS dan PTK di sekolah a. LS sebagai bagian PTK (penggabungan LS dan PTK) b. Rata-rata banyaknya siklus dalam PTK c. Satu siklus PTK dengan 2 pertemuan 3 Teknis pelaksanaan LS di sekolah a. Plan LS dilakukan bersama mahasiswa, guru mitra, guru IPA, dan dosen b. Observer Do LS dilakukan oleh mahasiswa, guru mitra, guru IPA, dan dosen c. Posisi observer Do LS dilakukan dengan berdiri pada posisi yang dapat melihat raut muka siswa dan sekali waktu mendekat ke siswa d. Fokus utama observe Do LS pada aktivitas dan kreativitas belajar murid, dan cara siswa belajar kelompok dan berkooperasi e. See LS dilakukan langsung setelah Do LS 4 Kualitas dukungan sekolah terhadap penggabungan LS dan PTK a. Dukungan sangat bagus dari guru mitra b. Dukungan dari guru-guru, khususnya guru IPA (1) Dukungan sangat bagus dari guru-guru, khususnya guru IPA (2) Dukungan bagus dari guru-guru, khususnya guru IPA c. Dukungan dari pimpinan sekolah (Kepsek & Wakasek) (1) Dukungan sangat bagus dari pimpinan sekolah (Kepsek & Wakasek) (2) Dukungan bagus dari pimpinan sekolah (Kepsek & Wakasek) 5 Kualitas pembimbingan mahasiswa a. Pembimbingan mahasiswa bagus dalam perkuliahan PKM di kampus b. Pembimbingan mahasiswa dalam kegiatan LS (1) Pembimbingan mahasiswa sangat bagus dalam kegiatan LS (2) Pembimbingan mahasiswa bagus dalam kegiatan LS c. Pembimbingan mahasiswa dalam kegiatan PTK (1) Pembimbingan mahasiswa sangat bagus dalam kegiatan PTK (2) Pembimbingan mahasiswa bagus dalam kegiatan PTK Penyusunan proposal PTK (a) Konsultasi proposal tidak tuntas, lalu melaksanakannya (b) Konsultasi proposal sampai tuntas, lalu melaksanakannya Pelaksanaan PTK (a) Konsultasi tidak tuntas, lalu melaksanakannya (b) Konsultasi segala masalah pelaksanaan, dan melaksanakan saran saran pembimbing Dari tabel di atas tampak bahwa respon mahasiswa di atas 50% untuk semua atau indikator di atas yang merupakan pernyataan positip. Hal ini berarti pelaksanaan penggabungan LS dan PTK pada program tersebut adalah optimal. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan berikut. Pelaksanaan matakuliah PKM adalah (a) sebelum praktik di sekolah, mahasiswa mendapatkan bekal materi penilaian portofolio, LS, PTK dan microteaching; (b) selama praktik di sekolah, perkuliahan di kampus tetap berlangsung dengan acara sharing dan atau persiapan LS, PTK atau pembelajaran S-68 72,7% 2 siklus 61,5% 88,5% 69,2% 65,4% 63,8% 59,4% 80,8% 42,3% 38,5% 34,6% 53,9% 76,9% 50,0% 42,3% 53,8% 46,2% 50,0% 50,0% 38,5% 61,5%

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 di kelas; dan (c) setelah praktik di sekolah, perkuliahan diarahkan pada pembimbingan pelaporan LS dan PTK, serta portofolio. Deskripsi kuantitatif pelaksanaan matakuliah PKM adalah sebagai berikut. (1) Mahasiswa sebanyak 61,5% belum pernah melakukan LS, dan sebanyak 69,2% pernah melakukan PTK dengan rata-rata 2 kali. (2) Pelaksanaan LS sebagai bagian dari PTK sebanyak 72,7%. (3) Pelaksanaan PTK rata-rata 2 siklus sebanyak 76,9% dengan 2 pertemuan setiap siklus sebanyak 61,5%. (4) Plan LS dilakukan sebanyak 88,5% bersama mahasiswa, guru mitra, guru IPA, dan dosen. (5) Observer Do LS dilakukan sebanyak 69,2% oleh mahasiswa, guru mitra, guru IPA, dan dosen. (6) Posisi observer Do LS dilakukan sebanyak 65,4% dengan berdiri pada posisi yang dapat melihat raut muka siswa dan sekali waktu mendekat ke siswa. (7) Fokus utama observasi Do LS sebanyak 63,8% pada aktivitas dan kreativitas belajar murid, dan cara siswa belajar kelompok dan berkooperasi. (8) See LS sebanyak 59,4% dilakukan langsung setelah Do. (9) Dukungan sekolah (guru mitra, guru IPA, dan pimpinan sekolah) tehadap pelaksanaan gabungan LS dan PTK sebanyak 89,7% sangat bagus atau bagus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggabungan LS dan PTK pada program tersebut adalah cukup optimal. Hasil penelitian ini, setidaknya, dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain mahasiswa peserta program, sekolah, dan unit PPL UM. Dengan mengacu pada Tabel 2 tentang indikator-indikator pelaksanaan LS dan PTK di sekolah dan teknis pelaksanaan LS di sekolah yang semuanya memiliki presentase di atas 50% berarti mahasiswa telah memiliki kemampuan untuk melakukan penggabungan LS dan PTK ataupun melakukan LS dengan urutan kegiatan Plan, Do, dan See secara optimal. Oleh karena itu mahasiswa dapat mempraktikkan pola penggabungan LS dan PTK ini nanti setelah kembali ke sekolah asal masing-masing. Dari Tabel 2 juga didapatkan kualitas dukungan sekolah (guru mitra, guru-guru khususnya guru IPA, dan pimpinan sekolah) terhadap penggabungan LS dan PTK juga di atas 50%. Hal ini dapat menjadi modal dasar bagi sekolah untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas guru-guru dalam melaksanakan LS, PTK, maupun gabungan LS dan PTK. Unit PPL selaku penyelenggara matakuliah PKM dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai rujukan untuk perbaikan program yang akan datang. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Dasna, IW. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Universitas Negeri Malang: Panitia Sertifikasi Guru rayon 15 Depdiknas UM Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan. 2008. Pedoman Pemantapan Kemampuan Mengajar Dirjen PMPTK Depdiknas. 2007a. Pedoman Penetapan Peserta dan Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Dirjen PMPTK Depdiknas. 2007b. Rambu-rambu Penyusunan Kurikulum Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan. Ibrohim. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Efektivitas PPL bagi Mahasiswa Calon Guru. Makalah disampaikan pada Semlok Pembimbingan dan Penilaian PKM Program Sertifikasi Guru Jalur Pendidikan oleh UPT PPL Universitas Negeri Malang pada 4 Juli 2008 Kemmis, S. & McTaggart, R. 1988. The Action Research Planner. Third Edition. Victoria: Deakin University Press. Natawidjaya, R. 2002. Standar Profesi Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Saito, E, Imansyah, H, Ibrohim. 2005. Penerapan Studi pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus dari IMSTEP. Jurnal Pendidikan Mimbar Pendidikan, No. 3 Th XXIV:24-32 Susilo, H. 2009. Penggabungan Lesson Study dan Penelitian Tindakan Kelas dalam Pemantapan Kemampuan Mengajar sebagai Upaya Memperkaya Pengalaman Mahasiswa Peserta Program Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan. Makalah disampaikan S-69

Parno/Deskripsi Pelaksanaan Penggabungan pada Workshop Pembimbingan dan Penilaian PKM Program Sertifikasi Guru Jalur Pendidikan oleh UPT PPL Universitas Negeri Malang pada 18 Maret 2009 Ubaya. 2006. Panduan Pelaksanaan kegiatan dan Sistem Evaluasi HPKP SMA 2006 Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Yuliati, L. 2005. Pengembangan Program Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Awal Mengajar Calon Guru Fisika. Disertasi Doktor Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan S-70