SKRIPSI OLEH : NI WAYAN DESY ARYANTHI NPM :

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

NI KOMANG SRI YULIANTARI NPM.:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

Kata Kunci: Keaktifan, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi TANDUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Kata kunci: manik-manik, kontekstual, konvensional.

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017ISSN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyono (dalam Aunurrahman 2011:9) mengemukakan bahwa aktivitas artinya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Oleh: Ernawati SMA Negeri 1 Gondang, Tulungagung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari Freudenthal Institute, Urecht University di negeri Belanda. kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan

Pembelajaran Berbasis Kontekstual 2

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL)

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

BAB II KAJIAN TEORITIS

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Transkripsi:

SKRIPSI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIIIB SMP DHARMASASTRA SEMPIDI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH : NI WAYAN DESY ARYANTHI NPM : 09.8.03.51.30.1.5.1389 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2013 SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR Telah melalui proses bimbingan dan disetujui Pada tanggal: 22 Juli 2013 MENYETUJUI: PEMBIMBING I, PEMBIMBING II, Drs. Tri Djoko Setyono, M. Pd Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd NIP: 19511022 1983303 1 002 NIP: 19550212 198603 1 002 MENGETAHUI, KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd NIP: 19550212 198603 1 002

TIM PENGUJI UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR PENGUJI UTAMA, Drs. I Ketut Suwija, M. Si NIP: 19660819 199203 1 003 PENGUJI PEMBANTU I, PENGUJI PEMBANTU II, Drs. Tri Djoko Setyono, M. Pd Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd NIP: 19511022 1983303 1 002 NIP: 19550212 198603 1 002

DITERIMA OLEH PANITIA UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR Hari : Sabtu Tanggal : 24 Agustus 2013 MENGESAHKAN: KETUA, SEKRETARIS, Prof. Dr. Wayan Maba Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd NIP: 19581231 198303 1 032 NIP: 19550212 198603 1 002

KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bangun Ruang Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi Tahun Pelajaran 2012/2013 ini selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar. Terselesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, masukan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga sebagai rasa syukur, melalui kesempatan yang baik ini disampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar beserta staf atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan. 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar beserta staf atas petunjuk dan saran-saran yang diberikan. 3. Kepala Perpustakaan Universitas Mahasaraswati Denpasar yang selama ini memberikan petunjuk dan saran-saran selama mengikuti pendidikan. 4. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk. 5. Drs. Tri Djoko Setyono, M. Pd selaku Pembimbing I dan Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan petunjuk yang sangat bermanfaat. 6. Segenap dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar yang turut memberikan dukungan dan motivasi selama mengikuti perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. 7. Kepala SMP Dharmasastra Sempidi yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan.

8. Guru mata pelajaran matematika kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi atas segala bantuan dan kerja samanya selama melakukan penelitian. 9. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah dengan tulus hati memberikan bantuan berupa saran-saran serta kemudahankemudahan lainnya. Dengan keterbatasan kemampuan, skripsi ini masih ada kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan banyak manfaat khususnya dalam bidang penelitian pendidikan matematika. Denpasar, 22 Juli 2013 Peneliti

MOTTO Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya. (Abraham Lincoln, 1809-1865)

KATA PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada kedua orang tua dan adik tercinta yang telah memberikan semangat, motivasi, nasehat serta saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat terlesesaikan dengan baik.

DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGUJI... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v MOTTO... vii KATA PERSEMBAHAN... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii ABSTRAK... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Fokus Penelitian... 5 C. Rumusan Masalah... 5 D. Tujuan Penelitian... 6 E. Manfaat Penelitian... 6 F. Penjelasan Istilah... 7 BAB II LANDASAN TEORI... 10 A. Proses Belajar Mengajar... 10 B. Teori Konstruktivisme... 11 C. Hakikat Pembelajaran Matematika... 17 D. Aktivitas Belajar... 18 E. Prestasi belajar... 20 F. Pendekatan Kontekstual... 21 G. Bangun Ruang Kubus dan Balok... 28 H. Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual pada PembelajaranBangun Ruang Kubus dan Balok... 38 BAB III METODE PENELITIAN... 43 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 43 B. Kehadiran Peneliti... 44 C. Lokasi dan Subjek Penelitian... 44 D. Data dan Sumber Data... 45 E. Teknik Pengumpulan Data... 46 F. Teknik Analisis Data... 47 G. Pengecekan Keabsahan Data... 50 H. Prosedur Penelitian... 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 55 A. Hasil Penelitian... 55

B. Pembahasan... 57 BAB V PENUTUP... 61 A. Simpulan... 61 B. Saran... 61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 01. Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran Bangun Ruang Kubus dan Balok... 38 02. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 55 03. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa... 56 04. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Prestasi Belajar Siswa... 56 05. Persentase Peningkatan Hasil Prestasi Belajar... 56

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 01. Unsur-unsur Kubus ABCD.EFGH... 28 02. Unsur-unsur Balok PQRS.TUVW... 29 03. Kubus ABCD.EFGH... 29 04. Balok PQRS.TUVW... 30 05. Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal Kubus... 30 06. Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal Balok... 30 07. Menggambar Kubus dan Balok... 31 08. Jaring-jaring Kubus... 32 09. Jaring-jaring Balok... 32 10. Kubus dan Jaring-jaringnya... 33 11. Balok dan Jaring-jaringnya... 33 12. Menentukan Volume Kubus... 34 13. Menentukan Volume Balok... 35 14. Kubus dengan 2 Rusuk Berbeda... 36 15. Model PTK Kurt Lewin... 44

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 01. Daftar Nama Subjek Penelitian... 65 02. Daftar Nilai Ulangan Umum Semester I Mata Pelajaran Matematika Kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi Tahun Pelajaran 2012/2013... 66 03. Deskriptor dari Masing-Masing Indikator yang Digunakan sebagai Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa... 68 04. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa... 69 05. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran... 71 06. Penentuan Waktu Efektif... 73 07. Program Satuan Pembelajaran (PSP)... 74 08. Silabus... 77 09. Tabel Program... 81 10. Daftar Nama Kelompok Siswa... 83 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 01 (RPP 01)... 85 12. Lembar Kerja Siswa 01 (LKS 01)... 98 13. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 01... 104 14. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I... 105 15. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I... 107 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 02 (RPP 02)... 109 17. Lembar Kerja Siswa 02 (LKS 02)... 119 18. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 02... 123 19. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan II... 124 20. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II... 126 21. Catatan Lapangan Siklus I... 128 22. Pengembangan Tes Prestasi Belajar Siklus I... 129 23. Tes Prestasi Belajar Siklus I... 131 24. Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I... 136 25. Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus I... 138 26. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I... 139 27. Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I... 140 28. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 03 (RPP 03)... 141 29. Lembar Kerja Siswa 03 (LKS 03)... 150 30. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 03... 154 31. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I... 155 32. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I... 157 33. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 04 (RPP 04)... 159 34. Lembar Kerja Siswa 04 (LKS 04)... 170 35. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 04... 175 36. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan II... 177 37. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II... 179 38. Catatan Lapangan Siklus II... 181

39. Pengembangan Tes Prestasi Belajar Siklus II... 182 40. Tes Prestasi Belajar Siklus II... 184 41. Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II... 188 42. Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II... 190 43. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II... 191 44. Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus II... 192 45. Persentase Peningkatan Rata-rata Skor Prestasi Belajar Siswa (X ), Daya Serap (DS), dan Ketuntasan Belajar (KB)... 193 46. Pernyataan Keaslian Tulisan... 194 47. Surat Pengantar Penelitian dari FKIP Unmas Denpasar... 195 48. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala SMP Dharmasastra Sempidi... 196 49. Riwayat Hidup... 197

ABSTRAK Aryanthi, Ni Wayan Desy. 2013. Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bangun Ruang Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar, Pembimbing (1) Drs. Tri Djoko Setyono, M. Pd, (2) Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd. Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Prestasi Belajar, Pendekatan Kontekstual Berdasarkan hasil observasi di kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013, rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa diduga disebabkan oleh: 1) guru masih menggunakan metode konvensional, 2) guru tidak pernah membawa materi pelajaran ke dunia nyata, 3) guru tidak pernah mengajak siswa belajar kelompok, 4) siswa hanya sedikit mengerti terhadap materi pelajaran dan merasa tertekan ketika proses belajar mengajar di kelas berlangsung. Dari permasalahan tersebut, maka perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran matematika di kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 yaitu dengan menerapkan model pendekatan kontekstual yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, 2) seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasatra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tempat penelitian ini adalah di SMP Dharmasastra Sempidi dengan subjek penelitian adalah kelas VIIIB tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 38 siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1) data aktivitas belajar siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dikumpulkan dengan teknik observasi, 2) data prestasi belajar siswa yang dikumpulkan dengan teknik tes, 3) catatan lapangan yang dikumpulkan dengan cara membuat catatan tentang apa yang didengar, dilihat, dan dialami saat penelitian berlangsung, dan 4) data keterlaksanaan pembelajaran yang dikumpulkan dengan teknik observasi. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh sebagai berikut: 1) rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II berturut-turut: 11,69 yang tergolong cukup aktif, dan 14,99 yang tergolong aktif dengan persentase

peningkatan sebesar 28,23%, 2) rata-rata skor prestasi belajar siswa (X ) pada siklus I dan siklus II berturut-turut sebesar: 60,92 dan 74,47, daya serap (DS) pada siklus I dan siklus II berturut-turut sebesar: 60,92% dan 74,47%, dan ketuntasan belajar (KB) pada siklus I dan siklus II berturut-turut sebesar: 52,63% dan 86,84%. Persentase peningkatan rata-rata skor prestasi belajar siswa, daya serap, dan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II berturut-turut sebesar: 22,24%, 22,24%, dan 65,00%. Dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Adapun saran yang dapat dikemukakan, yaitu: 1) kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi disarankan untuk menggunakan pendekatan kontekstual sebagai salah satu alternatif pilihan pembelajaran, 2) kepada peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian, disarankan untuk mengadakan penelitian dengan subjek atau pokok bahasan yang berbeda.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan jaman yang dari hari ke hari semakin pesat, teknologi pun berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak negara di dunia berlomba-lomba untuk mengembangkan kemampuan negaranya agar bisa bersaing dengan negara lain dan mengejar ketertinggalan dengan negara maju. Negara Indonesia sendiri tidak terlepas dari perkembangan jaman. Dengan adanya globalisasi, banyak pengaruh-pengaruh dari dunia luar masuk ke Indonesia dengan mudah. Untuk mampu bersaing dengan negara berkembang khususnya di Asia sendiri, Indonesia perlu mengikuti perkembangan yang ada. Banyak sektorsektor yang ada di negara ini yang perlu dibenahi dan diperbaharui untuk bisa disejajarkan dengan negara lain yang lebih maju. (Rusman, 2011:21) mengemukakan bahwa: Luapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak, serta kemajuan dan perkembangan yang dialami masyarakat serta aspirasi nasional dalam kemajuan bangsa dan umat manusia di lain pihak, membawa konsekuensi serta persyaratan yang semakin berat dan kompleks bagi pelaksana dalam sektor pendidikan pada umumnya dan guru pada khususnya. Oleh karena itu, peran pendidikan di Indonesia sangat penting. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum dan mendasar bagi setiap manusia di muka bumi ini. Pada hakikatnya, pendidikan adalah usaha manusia untuk

memanusiakan manusia itu sendiri. Pendidikan tidak bisa dilepaskan dari segala kegiatan manusia dalam kondisi apapun. Setiap manusia memerlukan pendidikan untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya dan bersaing dengan manusiamanusia yang lain. Pendidikan menjadi faktor utama keberhasilan suatu negara karena dari sektor ini dapat tercipta Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan bermutu tinggi. Selain itu, pendidikan juga mempunyai peran yang sangat penting untuk keberhasilan suatu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Namun sayangnya, banyak hambatan yang dihadapi dalam sistem pendidikan yang ada saat ini. Bukan hanya karena kurang tersedianya fasilitas dan daya serap peserta didik yang kurang, namun karena pembelajaran yang kurang efektif dan efisien. Dalam rangka pembaruan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut, telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan yang diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Sudjana (dalam Rusman, 2011:1) belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat

dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Rusman (2011:3) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Untuk dapat menciptakan interaksi ini, proses pembelajaran haruslah interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang lingkup yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi pada tanggal 22 Januari 2013, diperoleh informasi bahwa guru menghadapi kesulitan selama mengajar dikarenakan siswa yang malas belajar di rumah dan lebih tergantung pada apa yang diberikan guru di sekolah. Prestasi belajar siswa belum mencapai kriteria yang ditetapkan sekolah yaitu 65 dan aktivitas belajar siswa kurang. Dari daftar nilai ulangan umum semester ganjil khususnya pada mata pelajaran matematika siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi diperoleh bahwa rata-rata prestasi belajar siswa (X ), Daya Serap (DS), dan Ketuntasan Belajar (KB) berturut-turut adalah 30,92; 30,92%; dan 0%. Mengacu pada kriteria ketuntasan yang ditetapkan sekolah yaitu bahwa suatu proses pembelajaran dikatakan optimal jika rata-rata prestasi belajar siswa (X ) minimal mencapai 65, Daya Serap (DS) minimal mencapai 65%, dan Ketuntasan Belajar (KB) minimal mencapai 85%, maka hal ini menunjukkan

bahwa prestasi belajar kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi belum optimal. Melalui hasil pengamatan yang dilakukan di kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung diperoleh fakta bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas VIIIB adalah: 1) terlihat guru masih menggunakan metode konvensional yaitu menjelaskan, memberikan contoh, memberi latihan soal dan kemudian memberikan PR yang mengakibatkan siswa menjadi pasif sebab guru hanya menyampaikan materi dan contoh-contoh yang cenderung berbentuk pelajaran hafalan. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting saja; 2) dalam memberikan penjelasan kepada siswa, guru tidak pernah membawa materi pelajaran ke dalam dunia nyata atau ke dalam kehidupan sehari-hari siswa, 3) guru tidak pernah mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok, 4) berdasarkan jawaban siswa pada lembar kuisioner yang telah diberikan sebelumnya, 63% siswa menganggap bahwa pelajaran matematika sulit sehingga hanya sedikit materi yang dapat dimengerti dan siswa merasa tertekan ketika mendapatkan pelajaran matematika di kelas. Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran matematika di kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi yang bertujuan untuk lebih meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Penerapan model pendekatan kontekstual dipanjang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dimana dengan model pendekatan ini, dapat memberikan fasilitas bagi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan

menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri bukan sekadar sebagai pendengar pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru. Sehingga dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian berjudul Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bangun Ruang Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. 2. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun

pelajaran 2012/2013 melalui implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. 2. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Siswa Siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian akan terbantu dalam memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan cara mengaitkan materi pelajaran tersebut ke dalam kehidupan nyata sehingga siswa memiliki pengetahuan yang lebih mudah dipakai untuk diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya. 2. Bagi Guru Guru yang dilibatkan langsung dalam penelitian ini dapat menjadikan model pendekatan kontekstual sebagai salah satu alternatif pilihan dalam penggunaan model pembelajaran matematika untuk meningkatkan aktivitas

belajar siswa. 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan informasi dalam perbaikan dan pengembangan model pembelajaran di sekolah yang dijadikan tempat penelitian agar mutu pendidikan di sekolah tersebut semakin meningkat, serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran lain. F. Penjelasan Istilah Untuk menghindari adanya salah penafsiran atau beda persepsi terhadap istilah-istilah yang digunakan di dalam penelitian ini, maka dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut ini. 1. Meningkatkan Poerwadarminta (dalam Sudarmi, 2009:7) menyatakan bahwa meningkatkan adalah menaikkan atau mempertinggi. Depdiknas (dalam Hanto, 2012:6) mengemukakan bahwa meningkatkan berarti: 1) menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya); mempertinggi, memperhebat (produksi, dan sebagainya), 2) mengangkat diri; memegahkan diri. Jadi berdasarkan uraian di atas, meningkatkan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai upaya untuk menaikkan atau mempertinggi aktivitas dan prestasi belajar siswa melalui implementasi pendekatan kontekstual. 2. Aktivitas Belajar Sriyono (dalam Bimartha, 2011:7) menyatakan bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani. Belajar

menurut Hudoyo (dalam Atmaja, 2009:5) adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya interaksi dengan lingkungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan secara jasmani dan rohani melalui proses perubahan tingkah laku terhadap lingkungannya. 3. Prestasi Belajar Depdikbud (dalam Atmaja, 2009:5) menyatakan bahwa prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Poerwadarminta (dalam Sudarmi, 2009:7) mengemukakan bahwa prestasi belajar berarti hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sementara itu, Setyawan (2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dari stimulan pada lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan melalui pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas yang dimaksudkan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap atau dalam bentuk nilai tes atau angka dari penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dilakukan melalui pembelajaran. 4. Implementasi Pendekatan Kontekstual Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia Online (t.t), menyatakan bahwa implementasi berarti pelaksanaan; penerapan. Johnson (dalam Nurul, 2010) mengatakan bahwa pendekatan kontekstual sebagai suatu proses pembelajaran

yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa, yaitu dengan konteks lingkungan pribadi, sosial, dan budaya. Berdasarkan uraian di atas, implementasi pendekatan kontekstual dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai penerapan atau pelaksanaan pembelajaran dimana guru mengaitkan materi yang tengah diajarkan dengan konteks kehidupan dan situasi nyata siswa sehingga mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 5. Bangun Ruang Kubus dan Balok Nuharini & Wahyuni (2008:200), mengemukakan bahwa kubus merupakan bentuk khusus dari balok. Hal itu dikarenakan permukaan kubus berbentuk persegi-persegi yang sama dan sebangun. Sedangkan persegi sendiri merupakan bentuk khusus dari persegi panjang. Kubus mempunyai enam sisi berbentuk persegi yang kongruen sementara balok mempunyai tiga pasang sisi berbentuk daerah persegi panjang yang setiap pasangnya kongruen. Baik kubus dan balok sama-sama mempunyai enam sisi yang setiap sisinya mempunyai dua diagonal bidang.

BAB II LANDASAN TEORI A. Proses Belajar Mengajar Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam proses ini mempunyai arti yang luas dan tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai pada siswa yang sedang belajar. Proses dalam belajar mengajar juga mempunyai pengertian merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lain saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Komponen yang dimaksudkan antara lain: 1) tujuan instruksional yang hendak dicapai, 2) materi pelajaran, 3) metode mengajar, 4) alat peraga pengajaran, dan 5) evaluasi sebagai alat ukur tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Belajar menurut Hudoyo (dalam Atmaja, 2009:5) adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya interaksi dengan lingkungan. Seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya.

Sedangkan mengajar dapat dikatakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar atau suatu usaha untuk mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga mampu memanfaatkan lingkungan yang menunjang kegiatan belajar mengajar. B. Teori Konstruktivisme 1. Pengertian Konstruktivisme merupakan landasan berpikir dalam pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Teori Konstruktivisme sendiri didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang dalam memberikan arti serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Berbeda dengan aliran behavioristik yang memahami hakekat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia, membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalaman. Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan hasil

bentukan (konstruksi) kognitif seseorang. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Bruning (dalam Setyono, 2011:3) bahwa: Knowlegde is created, not simply acquired, and the engine that drive is the search for meaning, yang artinya bahwa pengetahuan diciptakan, tidak hanya diperoleh begitu saja, dan merupakan penggerak yang dapat memandu untuk menemukan maksud atau arti dari pengetahuan itu sendiri sehingga menjadi bermakna, ini menegaskan bahwa konstruktivisme beredar dalam psikologi kognitif. Tokoh yang selanjutnya mengembangkan konstruktivisme dalam proses pembelajaran adalah Jean Piaget dan Vigotsky. Piaget yang dikenal sebagai seorang biolog menjelaskan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia. Piaget (dalam Zakaria, 2010) juga mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak-anak dari bayi hingga dewasa melalui empat tingkatan, yaitu: 1) tingkatan sensorimotorik dari umur 0-2 tahun, 2) tingkatan pra-operasional dari umur 2-7 tahun, 3) tingkatan operasional kongkret dari umur 7-11 tahun, dan 4) tingkatan operasi formal dari umur 11-15 tahun. Selanjutnya, Vigotsky mengemukakan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil interaksi sosial dalam konteks budaya dan pembelajaran yang terjadi saat siswa berada dalam Zone of Proximal Development atau dalam ambang batas kesiapan intelektualnya terhadap pengetahuan yang akan dipelajari. Inti teori sosio-kultur Vigotsky dalam pembelajaran ditempatkan sebagai

interaksi anak dengan orang dewasa (ahli atau guru) melalui konsep instructional scaffolding yaitu secara bertahap mengurangi bantuan dan bimbingan kepada siswa dalam proses pembelajaran dan disesuaikan dengan Zone of Proximal Development siswa. Dengan konsep ini, guru memberikan bantuan kepada siswa yang selanjutnya secara bertahap bantuan tersebut dikurangi dan memberikan kesempatan siswa untuk mengambil alih tanggungjawab yang semakin besar sehingga pada akhirnya siswa dapat menyelesaikan masalah secara mandiri. Untuk dapat melakukan proses konstruksi menurut Glasersfeld (dalam Damanik, 2013), seseorang memerlukan beberapa kemampuan yaitu: 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan (justitifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain. Surianto (2009) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) pengetahuan dibangun siswa sendiri, 2) pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid itu sendiri untuk menalar, 3) murid aktif mengkonstruksikan terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah, 4) guru sekadar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar, 5) menghadapi masalah yang relevan dengan siswa, 6) struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan, 7) mencari dan menilai pendapat siswa, dan 8) menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. Berdasarkan penjelasan di atas, sangat nampak bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi kognitif siswa melalui proses aktifnya dalam berinteraksi dengan lingkungan dan dalam belajar setiap siswa dipandang mempunyai cara sendiri

yang cocok untuk melakukan pengkonstruksian. Sedangkan, mengajar bukan memindahkan gagasan-gagasan guru kepada siswa melainkan dipandang sebagai suatu bentuk partisipasi guru sehingga memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. 2. Teori Konstruktivisme Menurut Piaget Teori konstruktivisme yang terkait dengan pembentukan pengetahuan, Piaget juga menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Proses tersebut meliputi: a. Skema dan Skemata Skema adalah struktur mental atau kognitif seseorang. Skema digunakan untuk memproses dan mengidentifikasikan rangsangan yang datang dari luar. Seorang anak yang baru lahir mempunyai skema yang dalam perkembangannya kemudian menjadi lebih umum, lebih terperinci dan lebih lengkap. Skemata sendiri adalah hasil kesimpulan atau bentukan mental, konstruksi, hipotesis seperti: intelek, kreativitas, kemampuan dan naluri. Skemata seseorang dibentuk sepanjang waktu merupakan taraf pengertian dan pengetahuan seseorang saat itu tentang dunia sekitarnya. Skemata merupakan konstruksi jadi bukan merupakan suatu tiruan tentang dunia sekitar. b. Asimilasi Asimilasi adalah proses kognitif. Dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu

proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada sehingga pengertian seseorang berkembang. Proses ini akan terus berjalan namun tidak menyebabkan pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. c. Akomodasi Jika dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki, maka seseorang akan mengakomodasi, yaitu membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan tersebut. d.ekuilibrasi Proses asimilasi dan akomodasi diperlukan dalam perkembangan kognitif seseorang. Dalam perkembangan intelek seseorang terdapat proses ekuilibrium (equilibrium), yaitu pengaturan diri secara mekanis untuk menyeimbangkan proses asimilasi dan proses akomodasi. Disekuilibrium (disequilibrium) adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi. e. Teori Adaptasi Intelek Piaget (dalam Setyono, 2011:4) berpendapat bahwa mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual. Melalui proses tersebut pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui seseorang sedang belajar untuk membentuk struktur pengertian baru. Secara konseptual perkembangan kognitif berjalan dalam semua level perkembangan pemikiran seseorang dari lahir sampai dewasa. Pengetahuan

dibentuk oleh individu secara terus menerus dan skemata dewasa dibangun dari skemata anak. Dengan asimilasi seseorang mencocokkan rangsangan dengan skemata yang ada, dan dengan akomodasi dia mengubah skema yang ada agar menjadi cocok dengan rangsangan yang dihadapi. Ekuilibrasi adalah mekanisme internal yang mengatur kedua proses tersebut. 3. Teori Konstruktivisme Menurut Vigotsky Vigotsky (dalam Setyono, 2011:4) mengemukakan bahwa, belajar merupakan suatu perkembangan pengertian. Vigotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa itu sendiri meliputi antara lain: orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Vigotsky juga menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan dimana proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung. Dialog dan komunikasi verbal dengan orang-orang dewasa atau orang yang lebih mengetahui akan mengembangkan pengertian tersebut. Ini berarti di dalam belajar selain diperlukan keaktifan siswa, sangat diperlukan lingkungan sosial. Dengan demikian, inti konstruktivisme Vigotsky adalah integrasi antara aspek internal dengan eksternal serta penekanannya pada lingkungan sosial pelajar. Konsep yang berpengaruh pada teori konstruktivisme Vigotsky adalah konsep tentang Zone of Proximal Development (daerah perkembangan proksimal) yang diartikan sebagai ambang batas kesiapan intelektual siswa yang belajar.

Perubahan kognitif siswa atau belajar akan terjadi apabila siswa berada dalam ambang batas tersebut. Dengan demikian, jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya (ditandai dengan kemampuan pemecahan masalah secara mandiri) dengan tingkat perkembangan potensial (ditandai dengan kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa, kerjasama atau teman sejawat) harus diperpendek agar siswa belajar dan ini adalah tugas guru dalam mengajar. Sedangkan konsep lain adalah konsep instruksional scaffolding yaitu, pada awal pembelajaran guru memberikan sejumlah bantuan kepada siswa, selanjutnya secara bertahap bantuan tersebut dikurangi dan memberikan kesempatan siswa untuk mengambil alih tanggungjawab yang semakin besar sehingga pada akhirnya siswa dapat menyelesaikan masalah secara mandiri. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, langkah-langkah pemecahan masalah, memberikan contoh, dan tindakan lain yang memungkinkan siswa mandiri. C. Hakikat Pembelajaran Matematika Gagne (dalam Apino, 2012) mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal. Dalam belajar matematika perlu untuk menciptakan situasi-situasi di mana siswa dapat aktif, kreatif dan responsif secara fisik terhadap sekitar. Golding (dalam Andriani, 2011) mengatakan bahwa matematika dibangun oleh manusia sehingga dalam pembelajaran matematika, pengetahuan matematika harus dibangun oleh siswa. Pembelajaran matematika menjadi lebih efektif jika guru memfasilitasi siswa menemukan masalah dengan menerapkan pembelajaran bermakna. Dalam pembelajaran matematika, konsep

yang akan dikonstruksi siswa sebaiknya dikaitkan dengan konteks nyata yang dikenal siswa dan konsep yang dikonstruksi siswa ditemukan sendiri oleh siswa. Jadi pada hakikatnya, pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana memungkinkan untuk seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada siswa untuk belajar dan berpusat pada guru untuk mengajar. Dalam batasan pengertian yang dilakukan di sekolah, pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas atau sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah. Dari pengertian tersebut jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses-proses yang selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar, dan matematika sebagai objek yang dipelajari yang dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi atau pelajaran. D. Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Belajar Hardaniwati, dkk. (2003:11) menyatakan bahwa aktivitas berarti kegiatan; keaktifan. Purwanto (dalam Widianto, 2010) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang menyebabkan perubahan relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai

suatu hasil dari pengalaman. 2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar Dierich (dalam Nurnawawi, 2012) membagi aktivitas belajar ke dalam 8 kelompok yaitu: 1) kegiatan-kegiatan visual yang termasuk di antaranya seperti membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain; 2) kegiatan-kegiatan lisan (oral) yang termasuk di antaranya mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi; 3) kegiatan-kegiatan mendengarkan di antaranya seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio; 4) kegiatan-kegiatan menulis yang di antaranya seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket; 5) kegiatan-kegiatan menggambar yang di antaranya termasuk menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola; 6) kegiatan-kegiatan metrik yang di antaranya seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun; 7) kegiatan-kegiatan mental seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan-hubungan, dan membuat laporan; 8) kegiatan-kegiatan emosional yang di antaranya termasuk minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Adapun indikator yang nantinya digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama penelitian berlangsung adalah: 1) antusiasme siswa dalam proses

pembelajaran, 2) interaksi siswa dengan guru, 3) interaksi siswa dengan siswa lain, 4) kerjasama antar siswa, 5) aktivitas siswa dalam diskusi, dan 6) partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil pembahasan (Tim Instruktur PKG dalam Handayani, 2012:49). E. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Ahmad (2012), prestasi belajar adalah penguasaan dan perubahan tingkah laku dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar dan penilaiannya diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka. Sementara itu, Gunarso (dalam Riawan, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar sebagai hasil dari aktivitas dan penilaiannya diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Mahmud (dalam Latif, 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup: 1) Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri yang terdiri dari need for achievement (kebutuhan atau dorongan atau motif untuk berprestasi, dan 2) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Hal ini dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Purwanto (dalam Latif, 2012) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di bagi menjadi 2 yang di antaranya: 1) Faktor dari

luar yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial; instrumentasi yang berupa kurikulum, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas serta administrasi, 2) Faktor dari dalam yang mencakup fisiologi berupa kondisi fisik dan kondisi panca indera; psikologi yang berupa bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. F. Pendekatan Kontekstual 1. Konsep Dasar Pendekatan Kontekstual Rusman (2011:332) mengemukakan bahwa, Pendekatan kontekstual atau yang lebih dikenal dengan sebutan CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak belajar dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sebatas mengetahui. Sedangkan Center on Education and Work at the University of Wisconsin Madison (dalam Rusman, 2011:332) mengartikan pendekatan kontekstual yaitu suatu konsepsi belajar mengajar yang menghendaki agar guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubunganhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar. Berdasarkan atas uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan konteksual adalah sistem pembelajaran yang menghendaki agar guru mengaitkan materi yang tengah diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa untuk mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif

bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri, dan bukan sekadar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, melalui pendekatan kontekstual, mengajar bukan hanya transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan padaupaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya. Seperti yang dikemukakan Johnson (dalam Rusman, 2011:289), contextual teaching and learning enables students to connect the content of academic subject with the immediate context of their daily lives to discover meaning. It enlarges their personal context furthermore, by providing students with fresh experience that stimulate the brain to make new connection and consecuently, to discover new meaning.artinya bahwa pendekatan kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan seharihari untuk menemukan makna. Pendekatan kontekstual memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru. Depdiknas (dalam Rusman, 2011:198) menyatakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) kerja sama; 2) saling menunjang; 3) menyenangkan dan tidak membosankan; 4) belajar dengan bergairah; 5)

pembelajaran terintegrasi; 6) menggunakan berbagai sumber; 7) siswa aktif; 8) sharing dengan teman; 9) siswa kritis guru kreatif; 10) dinding kelas dan loronglorong penuh denga hasil karya siswa (peta-peta, gambar, artikel); 11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain. 2. Komponen Pendekatan Kontekstual Johnson (dalam Rusman, 2011:192) menyebutkan komponen pendekatan kontekstual meliputi: 1) menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful connections), 2) mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant work), 3) melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning), 4) mengadakan kolaborasi (collaborating), 5) berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking), 6) memberikan layanan secara individual (nurturing the individual), 7) mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards), dan 8) menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment). 3. Prinsip Pendekatan Kontekstual Menurut Depdiknas (dalam Atmaja, 2009:10), pendekatan kontekstual memiliki tujuh prinsip utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learningcommunity), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Adapun tujuh prinsip pendekatan kontekstual itu dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yaitu bahwa pengetahuan oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan hasil bentukan (konstruksi) kognitif seseorang. Selain itu, teori ini juga menyatakan bahwa siswa harus menemukan dan membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Sebagian proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa. Konstruktivisme juga mengungkapkan bahwa pengetahuan yang dimiliki pada dasarnya bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Batasan konstruktivisme itu memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dalam pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata. b. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan kontekstual. Melalui upaya menemukan akan memberi penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.