PERUBAHAN PROSEDUR SERTIFIKASI OPERASIONAL (OCP) MENGENAI KETENTUAN ASAL BARANG UNTUK KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBAHAN PROSEDUR SERTIFIKASI OPERASIONAL (OCP) MENGENAI KETENTUAN ASAL BARANG UNTUK KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA

KETENTUAN ASAL BARANG UNTUK KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13

Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tent

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.04/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 10/M-DAG/PER/6/2005 TANGGAL 10 JUNI 2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR INTAN KASAR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG

DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI. b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN BEA KELUAR

PRODUK KOMPUTER GENGGAM JAMINAN TERBATAS DAN DUKUNGAN TEKNIS DI SELURUH DUNIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-29/BC/2016 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014

Menimbang : Mengingat :

2 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Impor Sementara Dengan Menggu

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 30/BC/2009 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

MEMPERHATIKAN bahwa Pasal 17 Persetujuan mengatur untuk setiap perubahan daripadanya yang akan disepakati bersama secara tertulis oleh para Pihak;

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENGINGAT LEBIH LANJUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK. 011/2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, MEMUTUSKAN :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.04/2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661]

: bahwa dalam pemeriksaan yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah, penetapan Terbanding atas Pembebanan, yaitu berupa:

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 231 Tahun 1997 Tentang : Prosedur Impor Limbah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN ASEAN TRADE IN GOODS AGREEMENT (PERSETUJUAN PERDAGANGAN BARANG ASEAN)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG


PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG IMPOR SEMENTARA ATAU EKSPOR SEMENTARA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI POS LINTAS BATAS NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/PMK.04/2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-28/PM/2000 TENTANG

PEDOMAN PENERBITAN DOKUMEN V-LEGAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: -

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.03/2016 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No.137/MPP/Kep/6/1996 Tentang : Prosedur Impor Limbah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR

Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

NOMOR : KEP-03/BC/2003 NOMOR : 01/DAGLU/KP/I/2003 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI IMPORTIR

PERSETUJUAN MULTILATERAL ASEAN TENTANG JASA ANGKUTAN UDARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI. DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 11/DAGLU/KP/IV/2004, Tanggal 13 April 2004

Catatan Pengarahan FLEGT

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

-1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN

FASILITAS KEPABEANAN :

TATAKERJA PEMBERIAN PERSETUJUAN DAN EKSPOR BARANG DENGAN MENGGUNAKAN PEB BERKALA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Apendiks 1 LAMPIRAN A PERUBAHAN PROSEDUR SERTIFIKASI OPERASIONAL (OCP) MENGENAI KETENTUAN ASAL BARANG UNTUK KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA Untuk maksud melaksanakan Ketentuan Asal Barang untuk Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA), prosedurprosedur operasional mengenai penerbitan dan verifikasi Surat Keterangan Asal (Formulir E) berikut ini dan hal-hal administratif terkait lainnya wajib dipenuhi: DEFINISI Aturan 1 Untuk maksud-maksud Lampiran ini: Movement Certificate adalah Surat Keterangan Asal (Formulir E) yang diterbitkan oleh suatu Pihak eksportir perantara, berdasarkan Surat Keterangan Asal (Formulir E) asli yang diterbitkan oleh Pihak pengekspor pertama dengan membuktikan status asal produkproduk dimaksud; Otoritas Kepabeanan adalah otoritas berwenang yang bertanggungjawab berdasarkan hukum dari suatu Pihak untuk proses administrasi berdasarkan peraturan perundang-undangan kepabeanan 1 ; Eksportir adalah orang-perseorangan atau badan hukum yang berlokasi di wilayah suatu Pihak dimana suatu produk di ekspor oleh pihak tersebut; Importir adalah orang-perseorangan atau badan hukum yang berlokasi di wilayah suatu Pihak dimana suatu produk di impor oleh pihak tersebut; 1 Peraturan perundang-undangan dimaksud didaftarkan dan diberlakukan oleh Otoritas Kepabeanan dari setiap Pihak berkenaan dengan importasi, eksportasi dan transit produk-produk yang terkait dengan bea kepabeanan, pungutan, atau pajak lainnya, atau pelarangan, pembatasan dan pengendalian berkenaan dengan perpindahan barang-barang yang dikendalikan melintasi batas Otoritas Kepabeanan dari setiap Pihak.

Otoritas Penerbit adalah setiap otoritas pemerintah atau entitas lainnya yang diberikan kewenangan berdasarkan hukum nasional, peraturan-peraturan dan aturan-aturan administrasi dari suatu Pihak untuk menerbitkan suatu Surat Keterangan Asal (Formulir E). OTORITAS PENERBIT Aturan 2 Surat Keterangan Asal (Formulir E) wajib diterbitkan oleh Otoritas Penerbit dari Pihak pengekspor. Aturan 3 (a) Suatu Pihak wajib memberitahukan kepada seluruh Pihak lainnya mengenai nama dan alamat masing-masing Otoritas penerbit dan wajib memberikan contoh tanda tangan dan contoh stempel resmi, dan contoh stempel perbaikan, apabila ada, yang digunakan oleh Otoritas Penerbit dimaksud. (b) Informasi dan contoh-contoh di atas wajib diberikan kepada seluruh Pihak lainnya pada Persetujuan dan suatu salinan yang disampaikan kepada Sekretariat ASEAN. Suatu Pihak wajib dengan segera memberitahukan kepada seluruh Pihak lainnya mengenai setiap perubahan nama, alamat, atau stempel resmi dengan cara yang sama. Aturan 4 Untuk maksud memverifikasi ketentuan-ketentuan untuk perlakuan preferensial, Otoritas Penerbit wajib memiliki hak untuk meminta setiap bukti dokumentasi pendukung atau untuk melakukan setiap pengecekan yang dianggap perlu. Apabila hak dimaksud tidak dapat diperoleh melalui hukum nasional, peraturan dan aturan administrasi yang berlaku, hal tersebut wajib disisipkan sebagai suatu klausa dalam formulir pendaftaran sebagaimana dirujuk dalam Aturan 5 dan 6.

PERMOHONAN Aturan 5 (a) Eksportir dan/atau fabrikan atas produk-produk yang digolongkan untuk perlakuan tarif preferensial wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Otoritas Penerbit yang meminta untuk verifikasi pra-eksportasi atas asal produk-produk dimaksud. Hasil dari verifikasi dimaksud, yang wajib ditinjau kembali secara berkala atau kapanpun diperlukan, wajib diterima sebagai bukti pendukung dalam memverifikasi asal produk-produk dimaksud untuk diekspor kemudian. Pra-verifikasi tersebut dapat tidak diberlakukan untuk produk-produk, yang berdasarkan sifatnya, asalnya dapat diverifikasi dengan mudah. (b) Untuk bahan-bahan kandungan lokal, deklarasi mandiri oleh fabrikan akhir yang mengekspor berdasarkan ACFTA wajib digunakan sebagai dasar pada saat mengajukan permohonan untuk penerbitan Surat Keterangan Asal (Formulir E). Aturan 6 Pada saat melakukan formalitas-formalitas untuk mengekspor produk-produk berdasarkan perlakuan preferensial, eksportir atau wakil yang diberi kuasa wajib menyampaikan suatu permohonan tertulis untuk Surat Keterangan Asal (Formulir E) disertai dengan dokumen-dokumen pendukung yang tepat yang membuktikan bahwa produk-produk dimaksud yang akan diekspor memenuhi syarat untuk diterbitkan suatu Surat Keterangan Asal (Formulir E). PEMERIKSAAN PRA-EKSPORTASI Aturan 7 Otoritas Penerbit, dengan kompetensi dan kemampuan terbaiknya, wajib melakukan pemeriksaan yang tepat untuk setiap permohonan Surat Keterangan Asal (Formulir E) dengan memastikan bahwa: (a) Permohonan dan Surat Keterangan Asal (Formulir E) dilengkapi sesuai dengan persyaratan-persyaratan sebagaimana ditentukan dalam catatan-catatan lampiran dari Surat Keterangan Asal (Formulir E), dan ditandatangani oleh pihak yang berwenang menandatangani;

(b) Asal produk dimaksud sesuai dengan Ketentuan Asal Barang ACFTA; (c) Pernyataan-pernyataan lainnya dalam Surat Keterangan Asal (Formulir E) yang berhubungan dengan bukti-bukti dokumentasi pendukung yang disampaikan; (d) Uraian, jumlah dan berat produk, tanda dan jumlah kemasan, jumlah dan macam kemasan, sebagaimana diuraikan sesuai dengan produk-produk yang akan diekspor; (e) Barang-barang beragam sebagaimana dinyatakan dalam Surat Keterangan Asal (Formulir E) yang sama wajib diijinkan berdasarkan hukum nasional, peraturan dan aturan-aturan administrasi dari Pihak pengimpor, dengan syarat bahwa setiap barang harus digolongkan secara terpisah berdasarkan haknya masing-masing 2. PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (Formulir E) Aturan 8 (a) Surat Keterangan Asal (Formulir E) harus dicetak dalam kertas ukuran A4 standar ISO sesuai dengan contoh sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran C. Surat Keterangan dimaksud wajib dibuat dalam bahasa Inggris. (b) Surat Keterangan Asal (Formulir E) wajib terdiri dari satu asli dan dua (2) salinan dengan warna-warna sebagai berikut: Asli- Krem (Warna Kode Pantone: 727c) Salinan Kedua- Hijau Muda (Warna Kode Pantone: 622c) Salinan Ketiga- Hijau Muda (Warna Kode Pantone: 622c) (c) Setiap Surat Keterangan Asal (Formulir E) wajib membubuhkan suatu nomor referensi secara terpisah yang diberikan oleh setiap lokasi kantor penerbit masing-masing. (d) Salinan asli Surat Keterangan Asal (Formulir E) wajib diteruskan oleh eksportir ke importir untuk disampaikan kepada Otoritas Kepabeanan di pelabuhan atau tempat importasi. Salinan 2 Untuk maksud-maksud Aturan 7(e), jumlah barang-barang beragam sebagaimana dinyatakan pada setiap Surat Keterangan Asal (Formulir E) wajib tidak melebihi dua puluh (20) jenis barang.

kedua wajib disimpan oleh Otoritas Penerbit di Pihak pengekspor. Salinan Ketiga wajib disimpan oleh eksportir. (e) Dalam hal apabila suatu Surat Keterangan Asal (Formulir E) ditolak oleh Otoritas Kepabeanan dari Pihak pengimpor, subyek Surat Keterangan Asal (Formulir E) wajib ditandai sesuai dengan Kotak 4. (f) Dalam hal apabila Surat Keterangan Asal (Formulir E) tidak diterima, sebagaimana dinyatakan pada ayat (e), Otoritas Kepabeanan dari Pihak pengimpor wajib mempertimbangkan klarifikasi yang dilakukan oleh Otoritas Penerbit dan menilai apakah Surat Keterangan Asal (Formulir E) dapat diterima atau tidak untuk pemberian perlakuan preferensial. Klarifikasi dimaksud wajib dirinci dan disampaikan secara lengkap latar belakang penolakan perlakuan preferensial yang disampaikan oleh Pihak pengimpor. Aturan 9 Untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Aturan 2 Ketentuan Asal Barang ACFTA, Surat Keterangan Asal (Formulir E) yang diterbitkan oleh Pihak pengekspor akhir wajib menunjukkan kriteria asal atau persentase kandungan nilai ACFTA yang berlaku dalam Kotak 8. Aturan 10 Tidak ada penghapusan maupun penambahan wajib diijinkan pada Surat Keterangan Asal (Formulir E). Setiap penggantian wajib dilakukan dengan mencoret kesalahan dan melakukan setiap penambahan yang diperlukan. Penggantian dimaksud wajib disetujui oleh suatu pihak yang diberi kewenangan untuk menandatangani Surat Keterangan Asal (Formulir E) dan dilegalisasi dengan stempel resmi atau stempel perbaikan oleh Otoritas Penerbit. Ruang-ruang yang tidak terpakai wajib disilang untuk mencegah setiap penambahan berikutnya. Aturan 11 Prinsipnya, suatu Surat Keterangan Asal (Formulir E) wajib diterbitkan sebelum atau pada saat pengapalan. Dalam kasus-kasus pengecualian apabila Surat Keterangan Asal (Formulir E) belum diterbitkan pada saat pengapalan atau tidak lebih dari tiga (3) hari sejak tanggal pengapalan, atas permintaan eksportir, Surat

disertai dengan Surat Keterangan Asal (Formulir E) yang diterbitkan, untuk penerbitan Surat Keterangan Asal (Formulir E) yang baru. Aturan 21 Untuk maksud pelaksanaan Aturan 8(C) Ketentuan Asal Barang ACFTA, apabila pengangkutan dilakukan melalui wilayah satu atau lebih bukan Pihak ACFTA, hal-hal berikut ini wajib disampaikan kepada Otoritas Kepabeanan dari Pihak pengimpor: (a) Dokumen Pengapalan yang diterbitkan di Pihak pengekspor; (b) Surat Keterangan Asal (Formulir E) yang diterbitkan oleh Otoritas Penerbit yang relevan dari Pihak pengekspor; (c) Salinan dari faktur dagang asli terkait dengan produk dimaksud; dan (d) Dokumen-dokumen pendukung yang membuktikan bahwa persyaratan-persyaratan Aturan 8(c) sub ayat (i), (ii) dan (iii) Ketentuan Asal Barang dari ACFTA telah dipenuhi. Aturan 22 (a) Produk-produk yang dikirim dari statu Pihak pengekspor untuk pameran di Pihak lainnya dan dijual selama atau setelah pameran dimaksud di suatu Pihak wajib menikmati perlakuan prefential ASEAN China dengan ketentuan bahwa produk-produk dimaksud memenuhi persyaratan-persyaratan Ketentuan Asal Barang ACFTA sebagaimana diminta oleh Otoritas Kepabeanan dari Pihak pengimpor bahwa: (i) (ii) eksportir telah mengirimkan produk-produk tersebut dari wilayah Pihak pengekspor ke Pihak lainnya dimana pameran dimaksud diselenggarakan dan telah dipamerkan disana; eksportir telah menjual produk-produk dimaksud atau telah memindahkannya kepada penerima dari Pihak pengimpor; dan

(iii) Produk-produk yang telah diterima selama pameran atau dengan segera setelahnya ke Pihak pengimpor di negara tersebut yang telah dikirim untuk pameran. (b) Untuk maksud-maksud pelaksanaan ketentuan-ketentuan di atas, Surat Keterangan Asal (Formulir E) wajib disampaikan kepada Otoritas Kepabeanan dari Pihak pengimpor. Nama dan alamat pameran harus dicantumkan, Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Otoritas Penerbit dari Pihak dimaksud dimana pameran dilakukan disertai dengan dokumen-dokumen pendukung sesuai dengan Aturan 21 (d) mungkin dibutuhkan. (c) Ayat (a) wajib berlaku untuk setiap pameran perdagangan, pertanian atau kerajinan, pameran atau pertunjukan serupa atau peragaan di toko-toko atau tempat-tempat bisnis dan dimana produk-produk dimaksud tetap berada dibawah pengawasan kepabeanan selama pameran. Aturan 23 Otoritas Kepabeanan dari Pihak pengimpor wajib menerima suatu Surat Keterangan Asal (Formulir E) dalam hal apabila faktur penjualan diterbitkan baik oleh perusahaan yang berlokasi di negara ketiga ataupun oleh pengekspor ACFTA atas nama perusahaan dimaksud, dengan syarat bahwa produk-produk tersebut memenuhi persyaratan Ketentuan Asal Barang ACFTA. Nomor faktur Pihak ketiga dimaksud seharusnya dicantumkan dalam Kotak 10 Surat Keterangan Asal (Formulir E), pengekspor dan penerima harus berlokasi di para Pihak dimaksdu dan salinan faktur Pihak ketiga wajib dilampirkan pada Surat Keterangan Asal (Formulir E) pada saat disampaikan kepada Otoritas Kepabeanan dari Pihak pengimpor. TINDAKAN TERHADAP TINDAKAN CURANG Aturan 24 (a) Apabila dicurigai bahwa tindakan-tindakan curang berkaitan dengan Surat Keterangan Asal (Formulir E) telah dilakukan, Otoritas-otoritas Pemerintah yang terkait wajib bekerja sama dalam mengambil tindakan di wilayah Pihak masing-masing terhadap pihak-pihak yang terlibat.

(b) Setiap Pihak wajib bertanggungjawab untuk memberikan sanksi hukum atas tindakan-tindakan curang terkait dengan Surat Keterangan Asal (Formulir E) sesuai dengan hukum nasional, peraturan dan aturan administrasi. Aturan 25 Dalam hal terjadi sengketa berkenaan dengan penentuan asal, klasifikasi atau produk-produk atau hal-hal lain, otoritas-otoritas Pemerintah yang terkait di Pihak pengimpor dan pengekspor wajib berkonsultasi dengan maksud untuk menyelesaikan sengketa dimaksud, dan hasilnya wajib dilaporkan kepada para Pihak sebagai informasi.

CATATAN LAMPIRAN 1. Para Pihak yang menerima formulir ini untuk maksud-maksud perlakuan preferensial berdasarkan tarif preferensial untuk Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China: BRUNEI DARUSSALAM KAMBOJA CHINA INDONESIA LAOS MALAYSIA MYANMAR FILIPINA SINGAPURA THAILAND VIETNAM 2. KETENTUAN: Ketentuan utama untuk pengajuan perlakuan preferensial berdasarkan tarif preferensial ACFTA, dimana produk-produk tersebut dikirim ke setiap Pihak sebagaimana tercantum di atas: (i) (ii) (iii) harus sesuai dengan uraian produk-produk yang berhak mendapatkan konsesi di negara tujuan; harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan pengiriman dimana produk-produk dimaksud harus dikirim secara langsung dari setiap Pihak ACFTA ke Pihak pengimpor tetapi angkutannya yang melalui satu atau lebih Pihak bukan ACFTA perantara, juga diterima dengan syarat bahwa setiap persinggahan perantara, pemindahkapalan atau penyimpanan sementara yang terjadi hanya untuk alasan-alasan geografi atau persyaratan pengangkutan; dan harus sesuai dengan kriteria asal sebagaimana diberikan dalam ayat berikutnya. 3. KRITERIA ASAL: Untuk ekspor ke negara-negara sebagaimana disebut di atas yang berhak mendapatkan perlakuan preferensial, wajib memenuhi salah satu persyaratan berikut ini: (i) (ii) (iii) (iv) Produk-produk yang secara keseluruhan diperoleh di Pihak pengekspor sebagaimana ditentukan dalam Aturan 3 Ketentuan Asal Barang ACFTA; Berdasarkan sub ayat (i) di atas, untuk maksud melaksanakan ketentuan-ketentuan Aturan 2 (b) Ketentuan Asal Barang ACFTA, produk-produk yang dikerjakan atau diproses sebagai hasil dari total nilai bahan-bahannya, bagian-bagiannya atau yang diproduksi yang berasal dari para Pihak bukan ACFTA atau yang asalnya tidak ditentukan yang digunakan tidak lebih 60% dari nilai FOB dari produk-produk yang diproduksi atau diperoleh dan proses akhir dari fabrikasi yang dilakukan di wilayah Pihak pengekspor; Produk-produk yang sesuai dengan persyaratan-persyaratan asal sebagaimana diatur dalam Aturan 2 Ketentuan Asal Barang ACFTA dan digunakan di suatu Pihak sebagai masukan untuk suatu produk akhir yang berhak mendapatkan perlakuan preferensial di Pihak/seluruh Pihak lainnya wajib dianggap sebagai produk asal dari Pihak tersebut apabila pengerjaan atau pengolahan produk akhir dimaksud dilakukan dengan syarat bahwa keseluruhan kandungan produk akhir ACFTA dimaksud tidak kurang dari 40%; atau Produk-produk yang memenuhi Aturan Produk Khusus sebagaimana diatur dalam Lampiran B Ketentuan Asal Barang ACFTA wajib dianggap sebagai produk-produk dimana transformasi yang cukup telah dilakukan di suatu Pihak. Apabila produk-produk memenuhi kriteria di atas, eksportir wajib mencantumkan dalam Kotak 8 formulir ini kriteria asal berdasarkan tuntutannya bahwa produk-pproduknya memenuhi persyaratan untuk mendapatkan perlakuan preferensial, dengan cara yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini: Kondisi-kondisi produksi atau fabrikasi di negara pertama diletakkan di Kotak 11 dalam formulir ini (a) Produk-produk yang secara keseluruhan diproduksi di negara pengekspor (lihat ayat 3 (i) di atas) Disisipkan dalam Kotak 8 WO (b) (c) Produk-produk yang selesai dikerjakan tapi tidak secara keseluruhan diproduksi di Pihak pengekspor yang diproduksi sesuai dengan ketentuan-ketentuan ayat 3(ii) di atas Produk-produk yang selesai dikerjakan tapi tidak secara keseluruhan diproduksi di Pihak pengekspor yang diproduksi sesuai dengan ketentuan-ketentuan ayat 3(iii) di atas Persentase kandungan suatu negara, contoh 40% Persentase kandungan kumulatif ACFTA, contoh 40% (d) Produk-produk yang memenuhi Aturan Produk Khusus PSR 4. MASING-MASING BARANG HARUS MEMENUHI SYARAT: produk seharusnya tercatat bahwa seluruh produk-produk dalam suatu pengiriman harus memenuhi syarat secara terpisah dalam hak-haknya sendiri. Hal ini secara khusus relevan apabila barang-barang yang serupa dengan ukuran-ukuran yang berbeda atau suku-suku cadang dikirim. 5. URAIAN PRODUK-PRODUK: Uraian produk-produk harus dirinci secara mencukupi untuk memungkinkan produk-produk tersebut diidentifikasikan oleh para Pejabat Kepabeanan yang memeriksanya. Nama Fabrikan, setiap hak cipta wajib juga diuraikan. 6. Nomor Sistem Yang Diharmonisasi (HS) wajib merupakan nomor dari Pihak pengimpor tersebut. 7. Istilah Pengekspor dalam Kotak 11 dapat meliputi fabrikan atau produsen. Dalam hal MC istilah Pengekspor juga meliputi pengekspor dari Pihak perantara. 8. HANYA UNTUK DIISI PETUGAS: Otoritas Kepabeanan dari Pihak Pengimpor harus membubuhkan tanda ( ) dalam kotak-kotak yang relevan dalam kolom 4 baik yang diberikan perlakuan preferensial diberikan maupun tidak. 9. Movement Certificate: Dalam hal Movement Certificate, sesuai dengan Aturan 12 Prosedur Sertifikasi Operasional, Movement Certificate dalam Kotak 13 harus dicentang ( ). Nama Otoritas Penerbit asli dari Pihak tersebut, tanggal penerbitan dan nomor referensi dari Surat Keterangan Asal (Formulir E) asli dicantumkan dalam kotak 13. 10. PENAGIHAN PIHAK KETIGA: Dalam hal apabila tagihan-tagihan diterbitkan oleh suatu negara ketiga, Penagihan Pihak Ketiga dalam Kotak 13 wajib diberi tanda ( ). Nomor penagihan wajib ditunjukkan pada Kotak 10. informasi seperti nama dan negara perusahaan yang menerbitkan faktur tersebut wajib dicantumkan dalam Kotak 7. 11. PAMERAN: dalam hal apabila produk-produk dikirim dari Pihak pengekspor di Pihak lainnya dan dijual selama atau setelah pameran tersebut untuk importasi ke suatu Pihak, sesuai dengan Aturan 22 Lampiran A Ketentuan Asal Barang ACFTA, Pameran dalam Kotak 13 harus dicentang ( ) dan nama serta alamat pameran dicantumkan dalam Kotak 2. 12. PENERBITAN BERLAKU SURUT: untuk pengecualian, yang disebabkan dengan kesalahan tidak sengaja atau kelalaian atau sebab-sebab sah lainnya, Surat Keterangan Asal (Formulir E) dapat diterbitkan berlaku surut sesuai dengan Aturan 11 Lampiran A Ketentuan Asal Barang ACFTA. Penerbitan Berlaku Surut dalam Kotak 13 wajib dicentang ( ).