ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA PENDINGIN CPU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI PANAS PADA HEAT SINK PROCESSOR CPU DENGAN COMSOL MULTIPHYSICS

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB III PERANCANGAN.

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

RANCANG BANGUN ALAT PENGONDISI TEMPERATUR AIR PADA BUDI DAYA UDANG CRYSTAL RED

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : JOKO SUPRIYANTO NIM. I

MODIFIKASI SEBUAH PROTOTIPE KALORIMETER BAHAN BAKAR (BOMB CALORIMETRY) UNTUK MENINGKATKAN AKURASI PENGUKURAN NILAI KALOR BAHAN BAKAR CAIR

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

NASKAH PUBLIKASI ANALISA PERPINDAHAN PANAS TERHADAP RECTANGULAR DUCT DENGAN TEBAL m MENGGUNAKAN ANSYS 12 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK

BAB V KESIMPULAN. parafin dengan serbuk logam sebagai heat storage materials penulis dapat

BAB III. METODE PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENDINGINAN DENGAN TEC (THERMOELECTRIC COOLING SYSTEM) SEBAGAI APLIKASI PENDINGINAN VAKSIN PORTABEL

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

ANALISIS EFISIENSI EFEKTIF HIGH PRESSURE HEATER (HPH) TIPE VERTIKAL U SHAPE DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP AMURANG UNIT 1

ANALISIS PARAMETER OPERASI PADA PROSES PLASTIK INJECTION MoOLDING UNTUK PENGENDALIAN CACAT PRODUK

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UNTUK MENENTUKAN KONDUKTIVITAS PLAT SENG, MULTIROOF DAN ASBES

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE WL 110 MODEL CONSENTRIS TUBE MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Pengaruh ketebalan terhadap akurasi persamaan Rosenthal untuk model analitik distribusi suhu proses pengelasan Djarot B. Darmadi

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson

Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks

PENGEMBANGAN PROGRAM PERHITUNGAN KOEFISIEN DIFUSI MATERIAL DALAM REKAYASA PERMUKAAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

PENGGUNAAN MODUL TERMOLEKTRIK UNTUK OPTIMASI ALAT ARAGOSE GEL ELEKTROFORESIS TUGAS AKHIR

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015 Pengaruh Variasi Luas Heat Sink

Simulasi CFD Perpindahan Panas Pada Heatsink Mikroprosesor

Analisa Pengaruh Temperatur Air Terhadap Aliran fluida dan laju Pemanasan Pada Alat Pemanas Air

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak, Jumlah dan Diameter Tube

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

Teknika ATW(2013) halaman 1

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. TEC dilakukan pada tanggal 20 Maret April 2017 bertempat di

BAB II LANDASAN TEORI

Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

1. Dr. Ridho Hantoro, ST, MT 2. Dyah Sawitri, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB I PENDAHULUAN I.1.

DISTRIBUSI TEMPERATUR AREA PEMOTONGAN PADA PROSES DRAY MACHINING BAJA AISI 1045

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pendingin Termoelektrik (TEC)

Analisis Perpindahan Panas Pada Cooler Tank FASSIP - 01

ANALISIS PERHITUNGAN LAJU PERPINDAHAN PANAS ALAT PENUKAR KALOR TYPE PIPA GANDA DI LABORATORIUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Sistem Kontrol Temperatur Air pada Proses Pemanasan dan Pendinginan dengan Pompa sebagai Pengoptimal

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU ARTIKEL. Oleh: DewiPuspitasari NIM

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PERPINDAHAN PANAS DAN TAHANAN TERMAL TERHADAP RANCANGAN TERMAL ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

Transkripsi:

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA PENDINGIN CPU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Firmansyah B (1) (1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang Prabumulih km 32, Inderalaya Telp. (0711) 580272 Ringkasan Manajemen Thermal adalah bagian penting dari proses desain kebanyakan perangkat electronik. Manajemen termal penting baik pada tingkat komponen dan tingkat system yang memainkan peran penting dalam perangkat kualitas, efisiensi, dan, di atas segalanya, itsreliability. Salah satu metode manajemen termal pada peralatan elektronik adalah penggunaan water-block pada pendingin CPU. Pada penelitian ini dilakukan analisis perpindahan panas pendingin CPU dengan menggunakan Metode Elemen Hingga. Hasil analsis menunjukkan Water block CPU yang menggunakan sirip lebih panjang memiliki nilai perpindahan kalor yang lebih baik dibandingkan pada Water block CPU yang menggunakan sirip lebih pendek, dengan Perbandingan perhitungan numeris dan analitis selisih temperatur pada permukaan sirip disetiap dimensi didapat antara 0,005 % hingga 0,7 %. Abstract Thermal management is an important part of the design process of most electronic devices.thermal management is important both at the component level and system level plays an important role in device quality, efficiency, and, above all, itsreliability. One method of thermal management in electronic devices is the use of water-cooling block on the CPU. In this study conducted an analysis of heat transfer using CPU cooling Finite element method. Water analysis results showed that using the CPU block is longer fins transfer heat value better than the CPU water block using shorter fins, with a comparison of numerical and analytical calculation of temperature difference on each dimension of the fin surface obtained between 0.005% to 0.7 %. Keywords: Heat transfer, Water Blok CPU, cooler 1. PENDAHULUAN Manajemen Thermal adalah bagian penting dari proses desain kebanyakan perangkat electronik. Manajemen termal penting baik pada tingkat komponen dan tingkat system yang memainkan peran penting dalam perangkat kualitas, efisiensi, dan, di atas segalanya, itsreliability. Manajemen termal hanya menjadi lebih penting sebagai trend di industri terus ke arah perangkat electronik dengan kepadatan daya yang lebih tinggi dan smallerpackages. Sebagai desainer yang bekerja untuk meningkatkan kerapatan daya dan integrasi komponen, dan kemungkinan kegagalan komponen dini karena terlalu panas juga meningkat. Kegagalan ini sangat mahal untuk kedua produsen dan konsumen elektronik. Dari kenyataan ini manajemen termal sangat penting dan tidak dapat diremehkan. Product melibatkan beberapa tahap. Manajemen termal dapat melibatkan beberapa tahapan desain atau tumpang tindih tahap desain. Tahapan ini dapat mencakup estimasi awal, maju pemodelan termal menggunakan perangkat lunak komersial, dan experimental pengujian prototipe fisik. dilakukan analisis perpindahan panas pendingin CPU dengan menggunakan Metode Elemen Hingga untuk melihat pengaruh penggunaan sirip pada water block 2. KAJIAN PUSTAKA Metodologi Manajemen Thermal, pertama kali diperkenalkan oleh SERY (1994) dan kemudian disempurnakan, digunakan dengan harapan bahwa itu akan dapat mengurangi risiko kegagalan produk tapi pada saat yang sama mengurangi biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk thermal design dan pengujian. Metodologi terdiri dari tiga tahap pembangunan ofproduct: konsep, desain, dan hardware. Selama tahap pertama, Biber dan Belady menggunakan perhitungan tangan dan spreadsheet untuk mengembangkan desain awal dan membuat perkiraan keputusan. Pada tahap kedua, mereka JURNAL REKAYASA MESIN, VOL. 9 No. 2 JULI 2009 25

menggunakan CFD komersial (komputasi fluiddynamics) perangkat lunak untuk memverifikasi hasil dan untuk mengidentifikasi setiap 'lubang' atau asumsi yang salah dalam prediksi sistem suhu perilaku mereka sebelumnya. Akhirnya, dimulai menjelang akhir tahap kedua dan finishing pada akhir ketiga, mereka menjalankan pengujian pada produk prototipe untuk memverifikasi perhitungan sebelumnya dan memperbaiki metodologi prediksinya. Dari penelitian ini menegaskan bahwa hal ini jauh lebih efisien untuk menggunakan berbagai designtools untuk suatu aplikasi atau masalah pendingin elektronik daripada mencoba untuk hanya menggunakan alat langsung. Kim (2001) menambahkan bahwa menggunakan kombinasi dari berbagai alat desain seperti perhitungan manual, spreadsheet, FNM dan CFD analisis, dan pengujian adalah empat kali lebih produktif daripada perhitungan tangan, spreadsheet, dan pengujian. Salah satu metode manajemen termal pada peralatan elektronik adalah penggunaan water-block pada pendingin CPU, seperti terlihat pada gambar 1 dibawah ini : membandingkan performa dan biaya relatif dari berbagai jenis heat sinks dan mendiskusikan parameter yang mempengaruhi kinerja mereka. Selain itu, Lee tampak pada menghitung penyebaran resistensi di permukaan heat sinks dan didokumentasikan hubungan antara resistensi dan ukuran dasar heat sink ( Kemudian lee (2001) juga menyederhanakan model komputasi dengan mewakili seluruh elemen heat sink. Mereka meneliti efek bervariasi parameter seperti suhu, tekanan, dan laju aliran untuk berbagai ketebalan sirip. Namun, metode ini tidak dapat menjelaskan secara akurat aliran volumetrik oleh heat sink. Semua peralatan elektronik tergantung pada aliran dan pengaturan arus listrik untuk menjaga unjuk kerjanya. Ketika aliran listrik mengalir pada elemen yang memiliki sifat konduksi, maka kalor (heat) akan timbul akibat aliran tersebut. Pada desain peralatan elektronik, kalor yang terjadi pada saat kondisi operasi merupakan salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian. Kalor yang terjadi pada saat kondisi operasi merupakan suatu proses irreversible, apabila kalor yang terjadi pada elemen yang menerima arus listrik tersebut berlebihan (overheat) maka akan terjadi perubahan pada sifat mekanis dari elemen tersebut dan beberapa elemen sekitarnya, sehingga untuk menjaga untuk menjaga unjuk kerja dari elemen tersebut kalor yang timbul harus dibuang. Perpindahan kalor secara konduksi dinyatakan dengan persamaan berikut ini: (1) Gambar 1. Water-Block pada pendingin CPU Tujuan dasar pengelolaan termal perangkat elektronik sederhana adalah mengurangi kemungkinan kegagalan komponen karena kepanasan dengan mengurangi temperature komponen. Pilihan manajemen termal yang digunakan untuk sistem elektronik mempunyai dampak yang besar pada ukuran, kinerja, dan biaya produk akhir. Biasanya, salah satu keputusan yang dibuat dalam proses desain termal dari perangkat ini adalah salah satu pilihan heat sink yang harus digunakan. Sekarang praktek umum untuk menggunakan heat sink analuminum bersama dengan setidaknya satu kipas pendingin di banyak daya perangkat elektronik. Termal desainer harus menentukan jenis heat sink dan kipas pengaturan harus beused untuk aplikasi yang diberikan. Ada beberapa jenis heat sinks untuk dipilih, termasuk pelat paralel-heat sinks, pin-sirip heat sinks, dan panas microchannel tenggelam. yu (2001) Pada perpindahan panas konduksi, laju perpindahan kalor dinyatakan dengan persamaan berikut ini: q = hc(t Tw) (2) Pada analisis dengan menggunaan metode elemen hingga, matrik perpindahan panas konduksi diturunkan dari persamaan berikut ini : Dimana 3. PROSEDUR PENELITIAN (3) (4) Agar memudahkan dalam penganalisaan Waterblock dengan menggunakan perangkat lunak abaqus 6.4-1, maka perlu dibuat prosedur penggunaan program seperti ditunjukkan di bawah ini : 26 Analisis Perpindahan Panas Pada Pendingin CPU Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga

monitoring temperatur prosesor melalui software SIV 3.23 selama 2 jam). Temperatur pendinginan dengan Waterblock didapat antara 30-50 o C, didapat rata-rata pendinginan : (30 + 50)/2 = 40 o C, sehingga nilai koefesien konveksi adalah 1683.1 W/m 2.K Beban thermal yang diberikan sebesar 70 W, koefisien konveksi sebesar 1683,1 W/m 2.K, dan temperatur pendingin sebesar 298 K. Didapat distribusi temperatur seperti pada gambar 4 berikut ini, Gambar 2 Diagram alir penelitian Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap waterblock dengan model seperti pada gambar 2 berikut ini: Gambar 4. Distribusi Temperatur Waterblock tanpa Sirip Gambar 3. Dimensi Model Properties material yang dipakai adalah sebagai berikut ini : Tabel 1. Properties material Tembaga (copper) Property Temperature at (K) Value Density (Kg/m 3 ) 300 8933 Konduktivitas Thermal (W/m.K) Specific (J/Kg.K) Heat 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 300 401 300 385 Gambar 5. Distribusi Temperatur Waterblock dengan Panjang Sirip 0,03 m Hasil analisis nilai minimum dan maksimum dari temperatur pada semua model yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2 Tabel 2. Nilai Distribusi Temperatur Maksimum dan Minimum Beban thermal yang diberikan berupa daya prosesor standar (MaxListed Power) sebesar ; 70 W, prosesor yang digunakan AMD @ 1,83 GHz. Temperatur yang didapat tanpa HE sebesar 348 K (dengan JURNAL REKAYASA MESIN, VOL. 9 No. 2 JULI 2009 27

semakin kecil, karena kalor konduksi semakin kecil untuk jenis kondisi stedi. Hasil analisa nilai minimum dan maksimum dari perpindahan panas dapat dilihat pada tabel 3 dan di bawah ini : Tabel 3. Nilai Distribusi Perpindahan Panas Maksimum dan Minimum Grafik perbandingan heat flux vector pada semua model dapat dilihat pada gambar berikut ini : Heat flux merupakan jumlah kalor yang mengalir melewati luas penampang tertentu di bagi luas penampang tersebut. Besar kecilnya HFV dipengaruhi oleh dimensi, temperatur dan koefisien konveksi yang saling berkaitan, tetapi dalam analisa yang dilakukan menggunakan koefiisien konveksi dan temperatur pendingin yang sama di setiap dimensi. Untuk dimensi kecil atau dimensi sirip pendek aliran kalor konveksinya kecil, dan dimensi sirip panjang aliran kalor konveksi besar. Perbandingan Perhitungan Numeris dan Analitis Perhitungan numeris di atas menunjukkan keakurasian yang pasti di setiap nodal dan elemen, pada tahap ini dilakukan perhitungan secara analitis terhadap aliran kalor konveksi dan koefisien konveksi yang sama seperti perhitungan numeris di atas. Dari perhitungan analitis di atas menunjukkan temperatur permukaan material yang mengalami konveksi, perbandingan temperatur yang terjadi antara perhitungan numeris dan analitis dengan mengambil temperatur pada perhitungan numeris adalah temperatur minimum setiap dimensi, karena temperatur minimum terletak di daerah sirip seperti pada tabel berikut : Tabel 4. Perbandingan Temperatur Perhitungan Numeris dan Analitis DIMENSI T w (NUMERIS) T w (ANALITIS) 1 317,43 317,59 2 310.40 311,6 3 305,86 308 Gambar 6. Grafik perbandingan heat flux vector pada semua model Hasil analisa distribusi temperatur dengan memanfaatkan program Abaqus 6.4-1 memiliki temperatur yang berbeda-beda baik pada tanpa sirip, panjang sirip yang kecil, sedang, maupun yang panjang di setiap nodal maupun elemennya. Dari hasil diatas terlihat bahwa besar maupun kecilnya pendinginan temperatur ini disebabkan karena beda panjang sirip, walaupun memiliki koefisien konveksi yang sama di setiap analisa, untuk dimensi 1 temperatur pendinginan besar ini dikarenakan aliran konduksi lebih besar dibanding dengan koefisien konveksinya sehingga aliran panas tidak mampu dikonveksikan, yang menyebabkan temperatur prosesor turun hanya sedikit, untuk dimensi 2, 3, dan 4 menyebabkan temperatur pendinginan yang lebih efisien, dengan panjang sirip yang semakin panjang temperatur pendinginan 4 303,24 303,6 Dari hasil perhitungan diatas terlihat tingkat keakuratan perhitungan numeris yang dilakukan terhadap perhitungan analitis. Pada perhitungan analitis tidak dapat mengetahui dimana temperatur pendinginan yang paling maksimum dan minimum pada setiap elemen dan nodal, maka perlunya bantuan program Abaqus 6.4-1, agar dapat kita ketahui temperatur maksimum dan minimumnya. 5. KESIMPULAN Dari hasil uraian sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 28 Analisis Perpindahan Panas Pada Pendingin CPU Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga

1. Hasil perhitungan analisa Waterblock menggunakan program Abaqus 6.4-1 didapat penurunan temperatur pada dimensi 1 temperatur maksimum 318,61 K dan minimum 317,43 K, pada dimensi 2 temperatur maksimum 312,42 K dan minimum 310,4 K, pada dimensi 3 temperatur maksimum 308,78 K dan minimum 305,86 K, serta pada dimensi 4 temperatur maksimum 306,95 K dan minimum 303,24 K. 2. Untuk perpindahan panas maksimum pada dimensi 1 46,729E+03 W/m 2 dan minimum 1,118 W/m 2, pada dimensi 2 perpindahan panas maksimum 83,537E+03 W/m 2 dan minimumnya 41,308 W/m 2, pada dimensi 3 perpindahan panas maksimum 130,21E+03 W/m 2 dan minimum 58,943 W/m 2, serta pada dimensi 4 perpindahan panas maksimum 143,63E+03 W/m 2 dan minimum 73,549 W/m 2. 3. Perbandingan perhitungan numeris dan analitis selisih temperatur pada permukaan sirip disetiap dimensi didapat antara 0,005 % hingga 0,7 %. DAFTAR PUSTAKA [1.] C-W. Yu, R.L.Webb, Thermal Design of a Desktop computer system usingcfd analysis, Seventeenth IEEE Semi-Therm Symposium, pp. 18-26, 2001 [2.] Huebner, K.H. & Thornton, E.A. The Finite Elemen Methode For Engineers, Second Edition, John Wiley & Sons, Inc. New York [3.] Incropera, Frank. P. Introduction to Heat Transfer, 4 th Edition. New York, John Wiley & Sons. 2002 [4.] Kim Fowler, Heat Transfer and Cooling, IEEE Instrumentation & Measurement Magazine, pp 48-51, 2001.. [5.] Kreith, Frank dan Prijono, M.sc, Arko. Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas, Edisi Ketiga. Jakarta, Penerbit Erlangga.1997. [6.].Seri Lee, Optimum Design and Selection of Heat Sinks, Eleventh IEEESEMI-THERM Symposium, pp. 48-54, 1995 JURNAL REKAYASA MESIN, VOL. 9 No. 2 JULI 2009 29