BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar sangat diperlukan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

ARUM KUSUMAWATI B

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. bisnispun semakin ketat pula. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab dalam mempersiapkan pelaporan informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015,

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak ( absolute assurance) mengenai. hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman dunia usaha dan industri semakin cepat

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. berlaku di Indonesia dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. auditor sebagai pihak yang dianggap independen dan memiliki profesionalisme

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meluasnya kebutuhan jasa professional akuntan publik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sumber dana yang akan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat ini memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerja dengan baik dalam melakukan audit. Salah satu yang merupakan pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BABI PENDAHULUAN. yang menggunakan jasa kantor akuntan publik yang keprofesionalismenya sudah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder.

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. membedakan dua jenis salah saji yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang meningkat di Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah perusahaan yang ada di BEI pada tahun 2013 sebanyak 494 dan tahun 2014 meningkat menjadi 511. Akibatnya persaingan dalam dunia bisnis juga semakin meningkat diantara para pelaku bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para pengelola perusahan berlomba-lomba meningkatkan pendapatan dan menciptakan inovasi baru serta melakukan perluasan usaha dengan harapan bahwa perusahaan dapat menguasai pangsa pasar yang lebih besar dari sebelumnya. Untuk dapat melakukan perluasan usaha, perusahaan membutuhkan tambahan dana dari para investor. Investor adalah perorangan atau lembaga baik domestik atau non domestik yang melakukan suatu investasi baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Dengan adanya tambahan dana kepada perusahaan, diharapkan dapat membantu perkembangan usaha dengan cepat serta memaksimalkan keuntungan yang akan diterima perusahaan. Akan tetapi investor tentu saja akan menginvestasikan dananya kepada perusahaan yang memiliki kinerja yang baik dan memberikan keuntungan bagi investor. 1

Kinerja perusahaan yang baik tercermin dari laporan keuangan yang baik. Laporan keuangan merupakan media yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan bagi pihak internal dan eksternal serta bermanfaat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan serta sebagai alat penilaian kinerja entitas selama satu periode karena laporan keuangan memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas. Namun faktanya, laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan tidaklah selalu mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Beberapa perusahaan melakukan manipulasi laporan keuangan agar kinerja yang dimiliki oleh perusahaan terlihat lebih baik serta berguna bagi pengguna laporan keuangan. Akibatnya, pengguna laporan keuangan menjadi ragu atas kehandalan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. Untuk meyakinkan para pengguna laporan keuangan, maka perlu dilakukan pemeriksaan laporan keuangan secara menyeluruh (audit) yang oleh pihak ketiga / auditor yang dianggap sebagai pihak independen. Menurut PSA No. 02 SA Seksi 110, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Standar akuntansi di Indonesia adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK). 2

Sebelum melakukan audit, auditor perlu membuat rencana pemeriksaan (audit plan) terlebih dahulu. Menurut PSA No. 05 SA Seksi 311 menyatakan perencanaan dan supervisi mengharuskan auditor dalam perencanaan audit untuk memperhitungkan antara lain, pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang dapat merubah atau mempengaruhi pertimbangan pemakai informasi jika terdapat salah saji. Judgement yang diperlukan oleh auditor dalam menjalankan proses audit adalah pertimbangan tingkat materialitas, karena membantu auditor dalam pengumpulan bahan bukti yang memadai untuk mendeteksi adanya kekeliruan dalam laporan keuangan perusahaan dan sebagai dasar memadai untuk mengevaluasi laporan keuangan. Hal tersebut diperlukan untuk meminimalisir risiko audit yang akan dihadapi auditor. Risiko audit menurut PSA No. 25 SA Seksi 312 adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Auditor harus menurunkan tingkat materialitas jika tingkat risiko audit tinggi, sehingga akan banyak bahan bukti yang terkumpul. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan yang memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan (Ekawati, 2013). Tingkat materialitas suatu laporan keuangan tidak akan sama tergantung pada ukuran laporan keuangan 3

tersebut. Serta pertimbangan tingkat materialitas tergantung pada dua aspek yaitu aspek kondisional dan aspek situasional. Aspek kondisional adalah aspek yang seharusnya terjadi. Auditor seharusnya menetapkan materialitas secara standar, artinya dalam menentukan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan, antar auditor harus sama tanpa ada pengaruh antara lain, umur ataupun gender. Aspek situasional adalah aspek yang sebenarnya terjadi, yaitu profesionalisme auditor itu sendiri (Kusuma, 2012). Faktor yang menjadi penentu kinerja auditor yaitu etika profesi yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang auditor. Pembahasan etika profesi menjadi sangat menarik seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan publik. Pelanggaran yang dilakukan auditor dalam memeriksa laporan keuangan biasanya disebabkan oleh adanya tekanan psikologis serta pemberian tambahan dana kepada auditor. Oleh karena itu, untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit dari auditor dibutuhkan etika professional. Masyarakat sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi, karena masyarakat merasa terjamin untuk memperoleh jasa yang dapat diandalkan dari profesi yang bersangkutan. Etika diciptakan untuk membatasi dan mengatur perilaku auditor dalam menjalankan dan melaksanakan tugasnya untuk mencapai kepercayaan masyarakat. Etika profesi adalah seperangkat prinsip-prinsip moral yang mengatur perilaku profesional dalam suatu profesi. 4

Etika profesi dalam akuntan di Indonesia adalah Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik akuntan yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan publik dengan kliennya, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat (Iriyadi dan Vannywati, 2011). Dalam SA Seksi 100 terdapat lima prinsip etika, yaitu: integritas, objektifitas, kompetensi serta kecermatan dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan dan perilaku profesional. Dengan kesadaran etis yang tinggi maka seorang auditor cenderung profesional dalam tugasnya dan menjalankan tugasnya sesuai dengan kode etik profesi dan standar auditing, sehingga hasil audit yang dilakukan menunjukan keadaan yang sebenarnya (Wahyudi, dkk., 2014). Auditor yang memegang teguh etika profesional akan mematuhi prinsip etika profesi dan menjalankan tugasnya berdasarkan prosedur audit yang telah diatur oleh Institut Akuntan Publik Indonesia, dengan demikian auditor akan memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas yang tinggi, menjaga obyektivitas kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, menggunakan pertimbangan profesional dalam semua kegiatan, bertindak dalam pelayanan kepada publik demi menghormati kepercayaan publik. Dengan memegang teguh etika profesi keputusan yang dihasilkan oleh seorang auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas akan lebih independen dan objektif (Lestari dan Utama, 2013). Penelitian Iriadi dan Vannywati (2011) menjelaskan bahwa etika profesi mempunyai pengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Ini menunjukkan bahwa semakin 5

tinggi auditor menaati kode etik semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya. Setelah memegang teguh etika profesi, faktor lainnya adalah pengalaman auditor. Menurut Knoers dan Haditono (1999) dalam Lestari dan Utama (2013), pengalaman adalah suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal. Auditor harus menjalani pendidikan formal dibidang akuntansi, pengalaman yang cukup banyak dalam bidang kerja yang dilakukannya, serta pendidikan profesi yang berkelanjutan. Pengalaman yang cukup harus dimiliki auditor agar dapat membuat keputusan dalam laporan audit. Menurut Gusnardi (2003) dalam Ekawati (2013) pengalaman audit (audit experience) dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat auditor bekerja, tahun pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan dan tahun pengalaman, keahlian yang dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor tentang audit. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seorang auditor dapat memperlihatkan kualitas auditnya. Pengalaman akan memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada auditor baik di bidang auditing maupun bidang akuntansi sehingga auditor akan mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan dan akan lebih memahami proses audit dalam menangani klien yang berbeda-beda. Auditor yang berpengalaman akan lebih skeptis terhadap bukti audit sehingga memiliki keunggulan dalam 6

mendeteksi adanya salah saji dalam laporan keuangan dan mencari penyebab terjadinya salah saji tersebut sehingga dapat mempertimbangkan tingkat materialitas yang lebih baik. Semakin tinggi tingkat pengalaman seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan tanggapan tentang informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, karena auditor telah banyak melakukan tugasnya atau telah banyak memeriksa laporan keuangan dari berbagai jenis industri / lembaga pemerintah (Yunitasari, dkk., 2014). Oleh karena itu, auditor yang berpengalaman akan memiliki tingkat kesalahan yang sedikit dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki pengalaman serta memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memeriksa laporan keuangan dan termasuk dalam memberikan kesimpulan audit. Penelitian Minanda dan Muid (2013) menjelaskan bahwa pengalaman auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan pengalaman yang tinggi maka akan semakin baik pula dalam mempertimbangkan tingkat materialitas. Selain etika profesi dan pengalaman auditor, faktor lain adalah profesionalisme. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 231 (PSA No. 04), standar umum ketiga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Profesionalisme auditor merupakan sikap dan perilaku auditor dalam menjalankan profesinya dengan kesungguhan dan tanggung jawab agar mencapai kinerja tugas 7

sebagaimana yang diatur oleh organisasi profesi, meliputi pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi (Minanda dan Muid, 2013). Profesionalisme seorang auditor sangat diperlukan, profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh klien dan para pengguna laporan keuangan lainnya. Seseorang yang profesional mempunyai tanggung jawab yang lebih besar, karena diasumsikan bahwa seorang profesional memiliki kepintaran, pengetahuan dan pengalaman untuk memahami dampak aktifitas yang dilakukannya (Iriyadi dan Vannywati, 2011). Dapat dikatakan profesional jika seseorang menjalankan tugasnya dengan tetap memegang teguh etika profesi, memiliki keahlian dalam bidangnya, memiliki pengalaman dan tidak mudah terpengaruh sehingga dapat mempertimbangkan tingkat materialitas yang lebih baik. Penelitian Herawaty dan Susanto (2009) menjelaskan bahwa profesionalisme berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Pertimbangan tingkat materialitas merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan menentukan pertimbangan tingkat materialitas auditor dapat menentukan perencanaan audit, jenis audit dan prosedur audit. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Febrianty (2012). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: 1. Penelitian ini menambahkan dua variabel independen untuk diteliti yaitu pengalaman auditor dan etika profesi. Variabel pengalaman auditor dan etika profesi ini mengacu pada penelitian Minanda dan Muid (2013). 8

2. Tahun penelitian yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2012. 3. Objek penelitian. Penelitian ini dilakukan di KAP big four dan non- big four di Jakarta dan Tangerang, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di KAP daerah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel). Berdasarkan uraian tersebut, bermaksud untuk meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas. Dengan menggunakan beberapa variabel yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Untuk itu dilakukan penelitian yang berjudul: Pengaruh Etika Profesi, Pengalaman Auditor dan Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Empiris Pada KAP di Jakarta dan Tangerang). 1.2 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, batasan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti mengenai pengaruh etika profesi, pengalaman auditor dan profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 2. Objek yang diobservasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) big 4 dan non-big 4 yang berada di wilayah Jakarta dan Tangerang dengan pendidikan minimal S1 dan pengalaman dalam auditing lebih dari satu tahun. 9

3. Penelitian dilakukan di tahun 2015. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah etika profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas? 2. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas? 3. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 10

1.5 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat tersebut adalah: 1. Auditor Auditor dapat mempertimbangkan tingkat materialitas dengan berdasarkan pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku. 2. Investor dan Kreditor Agar dapat membantu investor dan kreditor dalam hal keyakinan atas laporan keuangan yang disajikan. 3. Akademisi Dapat memperoleh informasi tambahan yang menambah wacana pengetahuan serta referensi tambahan untuk peneltian selanjutnya. 4. Peneliti Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pengaruh etika profesi, pengalaman auditor dan profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 1.6 Sistematika Penulisan Guna memahami lebih jelas, maka sistematika penulisan dilakukan dengan cara mengelompokkan materi menjadi beberapa sub bab sebagai berikut: 11

BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode dan sistematika penulisan. BAB II TELAAH LITERATUR Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan variable independen dan variable dependen yang berasal dari jurnal, buku dan penelitian yang sudah pernah ada sebelumnya serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Teori-teori tersebut menjelaskan mengenai pengertian variabel independen yaitu etika profesi, pengalaman auditor dan profesionalisme auditor serta variabel dependen yaitu pertimbangan tingkat materialitas. Serta menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan, serta perumusan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum objek penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel dan teknik analisis data. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil dari penelitian yang diteliti, dengan mendeskripsikan penelitian dari data-dara yang diperoleh dan diuji. 12

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan tentang simpulan, keterbatasan dan saran yang didasari oleh hasil penelitian. 13