TANGGUNG JAWAB AUDITOR UNTUK MENDETEKSI KEKELIRUAN KETIDAK BERESAN DAN KECURANGAN. Oleh : Sudaryono. STIA ASMI SOLO Surakarta ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGALAMAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR SEBAGAI DASAR MENDETEKSI KEKELIRUAN DAN KECURANGAN

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

TANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. SA seksi 110 PSA No. 02 paragraf 2 menyatakan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

KOMUNIKASI DENGAN MANAJEMEN

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan laporan keuangan yang

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kantor akuntan publik (KAP) dari waktu ke waktu semakin

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SURAT PERIKATAN AUDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (error) dan kecurangan (fraud). Fraud diterjemahkan dengan kecurangan sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Miller dan Bailey (2001), auditing adalah: An audit

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. membedakan dua jenis salah saji yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat peneltian, serta sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang dihadapi dunia pengauditan global beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

K A P IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK. Standar Auditing. Per 1 Januari 2001

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan go public membuat

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Diharapkan semakin banyaknya

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

BAB I PENDAHULUAN. keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Klien dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada

DAFTAR PUSTAKA. Amin Widjaja Tunggal Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing), Amin Widjaja Tunggal Internal Auditing (Suatu Pengantar),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

TANGGUNG JAWAB AUDITOR UNTUK MENDETEKSI KEKELIRUAN KETIDAK BERESAN DAN KECURANGAN Oleh : Sudaryono STIA ASMI SOLO Surakarta ABSTRAK Auditor sebagi penyedia laporan keuangan dalam melaksanakan audit tidak hanya untuk kepentingan kliennya, tetapi juga pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yang telah diauditnya. Karena profesinya sebagai auditor mendapatkan kepercayaan dari kliennya untuk membuktikan kewajaran atas laporan keuangan yang disajikan kliennya. Agar tetap mendapatkan keperyacaan baik dari kliennya dan para pemakai laporan keuangan auditan, auditor dituntut memiliki keahlian baik keahlian pengetahuan maupun pengalaman. Dengan keahlian pengetahuan dan pengalaman seorang auditor dalam pengauditan akan mengetahui macam-macam pola yang berhubungan dengan kemungkinan kekeliruan, ketidak beresan dan kecurangan dalam laporan keuangan. Dimana kekeliruan adalah suatu yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan adalah suatu hal disengaja, yang dapat dilakukan oleh pihak organisasi maupun individu. Sedangkan bentuk kecurangan yang dinyatakan dalam SA seksi 316, bahwa ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor, tentang kecurangan atas laporan keuangan, yaitu salah saji yang timbul sebagai akibat dari kecurangan dalam laporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari pelakuan tidak semestinya terhadap aktiva. Disini auditor mempunyai tanggung-jawab mendeteksi kecurangan, dengan merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh kepastian mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji secara material, baik yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan. Kata kunci : Tanggung-jawab auditor, keahlian auditor. 1. Pendahuluan. Dengan makin maraknya skandal keuangan ahkir-ahkir ini, sering masyarakat umum melontarkan kesalahan kepada pihak auditor sebagai pihak yang berperan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan. Skandal keuangan bukan

salah akuntansi public tetapi system akuntansi dan cara pandang berbagai unsur pendukung pasar modal yang bebeda, paling tidak inilah yang disampaikan oleh Prof.Dr.Wahjudi Prakarsa disela-sela penyerahan Annual Repor Award (Media Akuntansi, September 2002). Akuntan sebagai seorang professional memang ditutut untuk menerapkan profesionalismenya dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan, akuntan juga harus menerapkan keahlian atau kemahiran jabatannya seperti yang dinyatakan dalam standar utama ketiga, bahwa auditor berkewajban untuk menggunakan dengan cermat dan seksama kemahiran profesionalnya dalam audit dan dalam penyusunan laporan audit (Mulyadi, 2002). Standar audit secara eksplisit menuntut auditor untuk memberikan kepastian yang masuk akal bahwa kekeliruan (error), ketidakberesan (irregularities) dan kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan yang sifatnya material terdeteksi. Selain itu juga seorang akuntan dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, dituntut mempunyai kemampuan dan keahlian. Seorang auditor sebagai pengedia laporan keuangan auditan dalam melaksanakan audit tidak hanya semata-mata hanya untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan tersebut. Dimana profesi auditor mendapatkan kepercayaan dari klein untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan auditan, auditor dituntut menjadi auditor yang ahli. Keahlian terdiri dari unsur pengetahuan dan pengalaman, tentu tidak mengherankan apabila cara memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan antara auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman akan berbeda. Pengalaman merupakan satu elemen penting dalam tugas audit, disamping pengetahuan juga harus dimiliki seorang auditor dalam pengauditan. Pengetahuan tentang bagaimana bermacam-macam pola yang berhubungan dengan kemungkinan kekeliruan, ketidak beresan dan kecurangan dalam laporan keuangan adalah penting untuk perencanaan efektif bagi seorang akuntan.

Kekeliruan (error), ketidakberesan (irregularities) dan kecurangan (fraud) berarti mengindikasikan adanya salah saji marerial baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, yang dilakukan oleh organisasi maupun individu. Dalam pembahasan ini selanjutnya kami menganggap sama antara kecurangan dengan ketidakberesan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka permasalah yang perlu dikaji, apakah auditor yang berpengalaman lebih mampu untuk mendeteksi kekeliruan ketidak beresan dan kecurangan dan sejauh mana tanggung-jwab auditor dalam mendeteksi kekeliruan ketidak beresan dan kecurangan. 2. Konsep Kekeliruan dan Kecurangan. Terjadinya kecurangan laporan keuangan secara khusus penting bagi profesi akuntan, karena akuntan memiliki tanggung-jwab untuk mengidentifikasi atas kecurangan suatu laporan keuangan. Pengertian kecurangan laporan keuangan menurut Beasly (1996) dibatasi pada dua tipe, yaitu tipe pertama termasuk kejadian dimana manajemen secara sengaja mengeluarkan informasi laporan keuangan yang secara material menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan (eksternal), dan tipe kedua adanya ketidak tepatan laporan asset yang dilakukan oleh top manajemen. Arens dan Loebecke (1996) mengatakan bahwa kekeliruan (error) merupakan salah saji yang tidak disengaja sedangkan ketidakberesan (irregularities) merupakan salah saji yang disengaja dan kecurangan (fraud) merupakan salah saji yang disengaja. Adapun bentuk kecurangan yang dinyatakan dalam SA Seksi 316, bahwa ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor, tentang kecurangan atas laporan keuangan, yaitu salah saji yang timbul sebagai akibat dari kecurangan dalam laporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari perilaku tidak semestinya terhadap aktiva. Adapum masing-masing tipe salah saji seperti yang dijelaskan dalam SA Seksi 316, sebagai berikut: 2.1. Salah saji yang timbul akibat terjadinya kecurangan. Salah saji atau menghilangkan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Kecurangan melalui laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti berikut ini:

a) Manipulasi, pemalsuan atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan. b) Representasi yang salah atau menhilangkan dari laporan keuangan, peristiwa, transaksi dan informasi signifikan. c) Salah penetapan secara sengaja secara prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapannya. 2.2. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva. Kesalahan ini seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan, terkait dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk pengelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva atau tindakan yang meyebabkan membayar harga barang atau jasa yang tidak diterima oleh intitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu yang diantaranya manajemen, karyawan atau pihak ketiga. Klasifikasi terjadinya kecurangan tergantung dari kreativitas pelaku. Schulze, Daviel dan L. Blak (dalam Media Akuntansi, 2000) menggolongkan jenis kecurangan ke dalam dua kelompok, yaitu kecurangan dilakukan manajemen dan koropsi dilakukan karyawan. a). Kecurangan Dilakukan Manajemen. Kecurangan dilakukan oleh manajemen meliputi tindakan yang disengaja dan dibuat oleh manajemen, dengan cara memalsukan atau menhapuskan perkiraan atau catatan dalam laporan keuangan. Adapun klasifikasi tidakkan yang meliputi kecurangan mamajemen, adalah sebagai berikut: Petama, sengaja distosi laporan keuangan sebagai alat untuk melakukan kecurangan dengan mengecoh pemakaian atau pengelompokkan tentang hasil

usaha perusahaan. Dalam hal ini yang menerima keuntungan adalah pihak perusahaan dan pelaku kejahatan. Kedua, sengaja distorsi laporan keuangan untuk penyamaran tindakan kecurangan. Dalam hal ini yang diuntungkan tetap pihak perusahan dan pelaku kecurangan. b). Kecurangan Dilakukan Karyawan. Kecurangan dilakukan karyawan yang paling umum diakukan, diantaranya adalah daftar gaji (false pay,roll) penjualan palsu (false vendor), transfer cek palsu (check kitting) dan persedian palsu (inventory scheme). Sedangkan kecurangan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: Pertama, kecurangan yang dilakukan melalui system akuntansi, umumnya dilakukan dengan cara merubah dokumen, memalsukan dokumen atau menghilangkan dokumen. Kedua, kecurangan dilakukan tidak melalui sestim akuntansi, kecurangan ini seringkali sengaja tidak membuat atau tidak mempunyai catatan sama sekali. Auditor diharapkan dapat memahami bentuk-bentuk kecurangan yang dilakukan oleh organisasi maupun individu dalam organisasi, karena hal ini berhubungan dengan pekerjaan audit untuk dapat mendeteksi segala bentuk kecurangan yang menimbulkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan. 3. Pengaruh Pengetahuan dan Pengalaman Tentang Kekeliruan dan Terjadinya Kecurangan Bagi Auditor. Auditor merupakan seseorang yang dianggap ahli oleh masyarakat untuk melakukan pemeriksaan pada suatu perusahaan atau instansi. Sebagai orang yang ahli auditor wajib mempunyai kemampuan yang memadai mengenai berbagai tehnik pemeriksaan. Hal ini dapat diperoleh melalui pendidikan formal, seminar, sertifikasi, serta pengalaman ketika melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Bedard (1999) menyatakan bahwa keahlian adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan procedural yang luas yang ditujukkan dalam pengalaman audit. Auditor sebagai seorang ahli harus memiliki baik pengetahuan yang bersifat umum maupun yang khusus dan pengetahuan tentang area auditing dan

klien. Pengetahuan khusus tentang suatu industry akan membawa dampak positif terhadap hasil kikerja auditor. Dalam pengauditan pengetahuan tentang bermacam-macam pola yang berhubungan dengan kemungkinan kekeliruan dan kecurangan dalam laporan keuangan adalah penting untuk perencanaan secara efektif. Pengetahuan auditor dalam memori misalnya, sering digunakan sebagai salah satu kunci keefektifan untuk merencanakan probabilitas kondisi kekeliruan dan terjadinya kecurangan. Misalnya seorang auditor yang memiliki banyak pengetahuan tentang kekeliruan dan ketidak beresan akibat kecurangan akan lebih medalam dalam melakukan tugas-tugas pemeriksaan, terutama yang berhubungan dengan pengungkapan kekeliruan dan terjadinya kecurangan. Ia akan lebih memiliki pengetahuan tentang jenis-jenis kekeliruan dan terjadinya kecurangan yang bebeda, pelanggaran atas tujuan pengedalian dan departemen-departemen tempat kekeliruan dan terjadi kecurangan Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kemampuan auditor dalam berbagai tehnik pemeriksaan dapat diperoleh melalui pengalaman. Beberapa peneliti yang telah membuktikan tentang pengaruh pengalaman dalam pengauditan seperti yang kami kutip dari Media Akuntansi (2002),diantara adalah: Bonner dan Wacker (1994) mengobservasi bahwa auditor yang tidak pengalaman mempengaruhi keahlian audit. Kaplan dan Recker (1989) mengobservasi bahwa auditor yang tidak berpengalaman akan melakukan atribut kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman. Anderson dan Maletta (1994) menunjukkan bahwa pengalaman mempunyai peranan yang penting pada keberadaan auditor dalam menanggapi bukti audit yang negative tetapi tidak mempengaruhi keberadaan auditor terhadap informasi positif. Tubs (1992) menunjukkan bahwa ketika akuntan pemeriksa menjadi lebih berpengalaman maka auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan yang terjadi. Selain itu auditor menjadi lebih sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim serta lebih menonjol dalam mengalisa hal-hal yang berkaitan dengan penyebab terjadinya kekeliruan. Auditor berpengalaman umumnya lebih banyak mempunyia pengalaman kekeliruan ketidak beresan dan kecurangan. 4. Tanggung Jawab Auditor Untuk Mendeteksi Terjadinya Kecurangan.

Tanggung-jawab dan fungsi auditor independen menyatakan bahwa auditor bertanggung-jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dan salah saji material baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan (SA Seksi 110, PSA No: 01) untuk itu auditor ditutut memahami standar auditing pada setiap melakukan pekerjaan, dalam hal ini khususnya yang berkaitan dengan bentuk-bentuk kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan. Sejalan dengan hal tersebut SAS No.82 mengenai Consideration of fraud a financial Dtatement Audit menyebutkan bahwa auditor mempunyai tanggung- jawab untuk mendeteksi kecurangan, dengan merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh kepastian mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji secara material baik yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan. Seperti yang dijelaskan pada statemen on auditing standar (SAS) No.53. The auditor perponsibility to detect and repori error and tregularities. Auditor harus secara khusus menaksir resiko salah saji material dalam laporan keuangan, sebagai akibat dari terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan, baik karena salah saji akibat kecurangan maupun salah saji yang timbul dari perilaku tidak semestinya terhadap aktiva. Pelaksanaan audit yang memadai dapat dilakukan jika auditor memahami asersi-asersi manajemen. Asersi manajemen diartikan sebagai pernyataan yang dinyatakan secara jelas oleh manajemen mengenai transaksi dan yang terkait dalam laporan keuangan (Aren dan Locbbecke, 1996). Disamping memahami aserti manajemen, auditor harus membangun pemahaman dengan klien yang meliputi tanggung-jawab terhadap pengendalian intern, mematuhi perudang-undangan dan memberikan informasi kepada auditor (SA Seksi 310). Selanjutnya dalam menaksir terjadinya kecurangan, auditor perlu melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti yang lebih andal dan informasi tambahan yang lebih akuran, misalnya dengan memperbanyak bukti dari pihak independen. Pengujian substantif untuk menguji kekeliruan dan kecurangan dalam bentuk uang, yang langsung mempengaruhi laporan keuangan, juga perlu dilakukan pada saat mendeteksi tepat pada tanggal neraca, agar dapat melakukan pengendalian terhadap

resiko audit. Resiko audit dalam SA Seksi 312 (SPAP 2001) didefinisikan sebagai resiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifiasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Auditor harus melakukan perluasan terhadap resiko audit, jika ditemukan salah saji secara material, auditor sebaiknya memperbesar sample atau prosedur analisis yang lebih luas. Sejauh auditor tidak melakukan pelanggaran etika dalam melakukan auditnya maka auditor tidak bertanggung-jawab terhadap terjadinya kecurangani, tanggungjawab auditor seperti yang disebutkan dalam standar umum ketiga adalah mengunakan dengan cermat dan seksama kemahiran profesionalnya dalam audit dan dalam penyusunan laporan audit. Sebenarnya pelanggaran yang dimaksud dalam bab ini adalah (Media Akuntansi, 2002) : Pertama, pihak auditor tidak bertindah independen. Auditor memihak kepentingan manajemen dengan tidak mengungkapkan kodisi perusahaan yang sebenarnya. Auditor mau menerima fee yang sangat tinggi dari pihak manajemen perusahaan untuk melakukan mark up laporan keuangan. Tujuannya adalah untuk mengelabui para pemakai laporan keuangan, misalnya pihak kreditur, pihak pajak dan pemakai laporan keuangan lainnya. Kedua, auditor tidak menaksir risiko salah saji secara material. Auditor tidak meminta kepada pihak manajemen mengenai pemahaman manajemen terhadap resiko kecurangan. Ketiga, auditor tidak melakukan komunikasi dengan pihak manajemen, komite audit dan pihak lain jika auditor menemukan adanya kecurangan. 5. Kesimpulan. Kekeliruan adalah suatu yang tidak disengaja, sedangkan ketidakbesesan adalah suatu hal yang disengaja dan dapat samakan dengan kecurangan, baik oleh pihak organisasi maupun individu. Adapaun bentuk kecurangan yang dinyatakan dalam SA Seksi 316, disebutkan ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan atas laporan keuangan, yaitu salah saji yang

timbul sebagai akibat dari kecurangan dalam laporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari pelakuan tidak semestinya terhadap aktiva. Soal tanggung-jawab auditor, auditor mempunyai tanggung-jawab mendeteksi kecurangan, dengan merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh kepastian mengenai laporan keuangan, apakah laporan keuangan bebas dari salah saji secara material, baik yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan. Daftar Pustaka. Arens, Loebbecke, 1996, Audit Pendekatan Terpadu, Edisi Indonesia, Adaptasi Amir Abadi Yusuf, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Beasly, S. Mark, 1996, Empriricol Analysist of the Relation the Board of Director Composition and Financial Stetement Fraud, The Accounting Review, No 4, Oktober, pp 443 465. Bedard. J and M.T. Chi, 1993, Expertise in Auditing, Auditing A Jorunal of Practice and Theory, Vol. 12. IAI-Kompartemen Akuntan Publik, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Penerbit Salemba Empat, Jakarta...2000, Fraud, Servey Membuktikan, Edisi 07 Maret Tahun VII...2000, Kommputer vs Fraud Audit, Edisi 10 Juni Tahun VII. 2000, Positif atau Negatif Informasi yang Dikejar Auditor, Edisi 14 NopemberTahun VII...2000, Mengungkap Tidak Kecurangan (Korupsi) dengan Bantuan Forensic Accountant (Fraud Auditor), Edisi 15 Desember Tahun VII.2002, Etika Profesi, Tanggungjawab Auditor dan Pencegahan Kecurangan dengan Teknologi Baru, Edisi 23 Januari Tahun VII Media Akuntansi, 2002. Going Concorn dan Tanggung-jawab Auditor, Edisi Agustus. Mulyadi, 2002,. Auditing Edisi Enam, Universitas Gajah Mada Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Sudaryono, 2011, Opini Audit dan Tanggung-jawab Auditor, Mimbar Bumi Bengawan, Edisi Juni.

Wahjudi Prakarsa,2002, Skandal keuangan bukan salah akuntansi tetapi system akuntansi dan cara pandang yang bebeda, Media Akuntansi, Edisi Septembe