Pengertian Pajak Penghasilan 21

Pajak Penghasilan Pasal 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI, UPAH, DLL YANG SEJENIS - HONORARIUM - PEMBAYARAN LAIN DGN NAMA APAPUN WP DN WP LN PPh PASAL 21 PPh PASAL 26 Pengertian Pajak Penghasilan 21 PPh 21 adalah Pajak atas penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan bentuk apapun yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan jasa dan kegiatan

Unsur-unsur PPh Pasal 21/26 Wajib Pajak Pemotong Pajak Obyek Pajak Tarif Pajak Wajib Pajak PPh Pasal 21 Pegawai Tetap Pegawai Lepas Penerima Pensiun Penerima Honorarium Penerima Upah Bukan Wajib Pajak PPh Pasal 21 Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam keputusan Mentri Keuangan No. 611/KMK.04/1994 sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau pekerjaan lain

Pemotong Pajak PPh Pemberi kerja baik orang pribadi, badan, BUT baik induk maupun cabang Bendaharawan pemerintah pusat /daerah, Instansi, Departemen, KBRI, dll Dana Pensiun, PT. TASPEN, ASTEK, JAMSOSTEK, THT BUMN/ BUMD Yayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi, organisasi Objek PPh 21 Penghasilan Teratur Objek PPh 21 Penghasilan Gaji Premi Tunjangan transport, makan Dll Objek PPh 21 Penghasilan Tidak Teratur Bonus TunjanganHariRaya Dll OBJEK PPh Pasal 21 A. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara teratur. 1. gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium 2. premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, 3. tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transpot, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, bea siswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun;

OBJEK PPh Pasal 21 B. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap; C. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan atau pemagangan yang merupakan calon pegawai; OBJEK PPh Pasal 21 D. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang pesangon dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja; OBJEK PPh Pasal 21 E. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, terdiri dari : 1. Tenaga Ahli, 2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang Iklan, sutradara, crew film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya 3. olahragawan; 4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator 5. pengarang, peneliti, dan penerjemah

OBJEK PPh Pasal 21 6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial; 7. agen iklan; 8. pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, dan peserta sidang atau rapat; 9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan; 10. peserta perlombaan; 11. petugas penjaja barang dagangan; OBJEK PPh Pasal 21 12. petugas dinas luar asuransi; 13. peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau bukan sebagai calon pegawai; 14. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan BUKAN OBJEK PPh 21 1. pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa 2. penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan 3. iuran pensiun yang dibayarkan kepada Dana Pensiun, yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan iuran JHT kepada JAMSOSTEK yang dibayar oleh Pemberi Kerja 4. penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan dengan nama dan bentuk apapun yang diberikan oleh Pemerintah 5. kenikmatan berupa pajak yang ditanggung Pemberi Kerja 6. zakat yang diterima OP yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah

PENGURANG YANG DIPERBOLEHKAN DALAM MENGHITUNG PPh Pasal 21 1. Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto dengan catatan: 1. jumlah maksimum yang diperkenankan. 6.000.000 setahun atau 500.000,00 sebulan; 2. Untuk penerima pensiun teratur maksimum yang diperkenankan sejumlah 2.400.000,00 setahun atau 200.000,00 sebulan. PENGURANG YANG DIPERBOLEHKAN DALAM MENGHITUNG PPh Pasal 21 2. luran yang terkait dengan gaji dengan syarat: Dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun atau badan penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. PENGURANG YANG DIPERBOLEHKAN DALAM MENGHITUNG PPh Pasal 21 UNTUK LAKI-LAKI 3. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP). 15.840.000 untuk diri wajib pajak. 1.320.000 tambahan untuk status kawin. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga (max 3), dengan syarat: 1. Sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus, 2. Anak angkat, dengan syarat

PERHITUNGAN PPh Pasal 21 UNTUK PENERIMA UPAH HARIAN, MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN DAN UANG SAKU HARIAN A. Apabila jumlahnya tidak lebih dari.150.000,00 (seratus sepuluh ribu rupiah) sehari, tidak dipotong PPh Pasal 21 dengan syarat: 1. sepanjang jumlah penghasilan bruto tersebut dalam satu bulan tidak melebihi 1.320.000,00 (satu juta seratus ribu rupiah) dan tidak dibayarkan secara bulanan. PERHITUNGAN PPh Pasal 21 UNTUK PENERIMA UPAH HARIAN, MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN DAN UANG SAKU HARIAN B. Apabila jumlahnya lebih dari 150.000,00 (seratus sepuluh ribu rupiah) sehari tetapi dalam satu bulan jumlahnya tidak melebihi 1.320.000,00 (satu juta seratus ribu rupiah), C. PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah menerapkan tarif 5% (lima persen) dari penghasilan bruto setelah dikurangi 150.000,00 (seratus sepuluhriburupiah) tersebut. PERHITUNGAN PPh Pasal 21 UNTUK PENERIMA UPAH HARIAN, MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN DAN UANG SAKU HARIAN D. Apabila penghasilan dalam satu bulan jumlahnya melebihi 1.320.000,00 (satu juta seratus ribu rupiah), maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP yang sebenarnya dari penerima penghasilan yang bersangkutan dibagi dengan 360.

12 Penghitungan PPh Pasal 21 ATAS PENGHASILAN BERUPA UPAH HARIAN, MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN, DAN UANG SAKU HARIAN Tdk termasuk Honorarium atau Komisi yg diterima Penjaja barang & Petugas dinas luar TIDAK LEBIH DARI 150.000,- TIDAK DIPOTONG PPh Ps.21 DIBAYAR HARIAN LEBIH DARI 150.000,- DIKURANGI 150.000,- DIPOTONG PPh TARIF 5% PMK NO.254/PMK.03/2008 MULAI TANGGAL 1 JANUARI 2009 0 PERHITUNGAN PPh 21 UNTUK 8 PROFESI Atas penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada: 1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris 2. dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 berdasarkan perkiraan penghasilan neto. Perkiraan penghasilan neto sebesar 50% (lima puluh persen) dari penghasilan bruto. Tarif Pajak PPh Pasal 21/26 1. 5% untuk penghasilan s/d 50 juta 2. 15% untuk penghasilan di atas 50 juta s/d 250 juta 3. 25% untuk penghasilan diatas 250 juta s/d. 500 juta 4. 30% penghasilan di atas. 500 juta

CARA PERHITUNGAN PPh Pasal 21 UNTUK PEGAWAI TETAP: Apabila mulai bekerjapadaawaltahun PENGHASILAN BRUTO SATU BULAN: 1. GAJI 2.. 3.. PENGURANGAN: 1.. 2.. - PENGHASILAN NETTO 1 BULAN X 12 PENGHASILAN NETTO 1 TAHUN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF PPH PASAL 17 X PPh PASAL 21 1 TAHUN PPh Pasal 21 bulanan : 12 CARA PERHITUNGAN PPh Pasal 21 UNTUK PEGAWAI TETAP: Apabila mulai bekerja pada tengah tahun Bekerja pada tahun berjalan ( Sep Des ) Penghasilan bruto /bulan XXX Biaya biaya yg diperkenankan XXX Penghasilan Neto XXX x 4 PTKP XXX PKP XXX Menghitung penghasilan neto tidak perlu disetahunkan PERHITUNGAN PPh 21 BUKAN PEGAWAI TETAP 1. Obyek yang dikenakan: Honorarium Uang Saku Hadiah atau Penghargaan Komisi (termasuk yang diterima Agen WP OP, Penjaja Barang Dagangan, dan Petugas Dinas Luar Asuransi) Bea Siswa Jasa Produksi yang Diterima Mantan Pegawai Honorarium Komisaris 2. PPh 21 Terutang = Tarif PPh x Penghasilan Bruto

Tarif Pajak Pcnghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang Pesangon ditentukan sebagai berikut; sebesar 0% (nol persen) atas penghasilan bruto sampai dengan 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); sebesar 5% (lima persen) atas penghasilan bruto di atas 50,000 000,00 (lima puluh juta rupiah} sampai dengan 100.000.000,00 (seratus juta rupiah]; sebesar 15% [lima belas persen) atas pcnghasilan bruto di atas 100.000,000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); sebesar 25% (dua puluh lima persen) atas penghasilan bruto di atas 500.000.000,00 (lima ratusjuta rupiah), Contoh perhitungan Pajak Pcnghasilan Pasal 21 yang dipotong atas penghasilan berupa uang Pesangon dengan jumlah 175,000,000,00. Pajak Penghasilan Pasal 21 terhutang 0% x 50.000.000,00 = 0.00 5% x 50.000.000,00 = 2.500.000,00 15% x 75.000.000,00 = 11.250.000.00 (+) 13,750.000,00 Dalam hal pembayaran Uang Pesangon dalam contoh tersebut di atas dilakukan dalam beberapa kali pembayaran, misalnya: Bulan Desember 2009 50.000.000,00 Bulan April 2010.125.000.000,00 (+) Jumlah 175,000.000,00 Perhitungan pemotongan Pajak Pcnghasilan Pasal 21 didasarkan pada jumlah pembayaran sebagai satu kesatuan, yaitu sebesar 175.000.000,00 KEWAJIBAN PEMOTONG PPh Pasal 21 Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah, atau bankbank lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya. Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran tersebut dalam ayat (2) sekalipun nihil dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat, selambat lambatnya pada tanggal 20 bulan takwim berikutnya.

TARIF UNTUK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG TIDAK PUNYA NPWP 1. BESARNYA TARIF UNTUK WPOP YANG TIDAK BERNPWP ADALAH LEBIH TINGGI 20% DARIPADA TARIF NORMAL BERDASARKAN PASAL 17. 2. Misalnya bapak A mempunyai Penghasilan Kena Pajak. 75.000.000. Pajak Penghasilan apabila mempunyai NPWP adalah: 5% x. 50.000.000 =. 2.500.000 15% x. 25.000.000 =. 3.750.000 Jumlah =. 6.250.000 3. Apabila Bapak A tidak mempunyai NPWP, PPh yang harus dipotong adalah: 5% x 120% x. 50.000.000 =. 3.000.000 15% x 120% x. 25.000.000 =. 4.500.000. 7.500.000 4. Artinya ada selisih sebesar. 1.250.000 antara punya NPWP dan tidak punya NPWP. Pemotongan PPh 21 bagi orang pribadi yang berstatus subjek pajak luar negeri Dasar pengenaan PPh pasal 26 dari jumlah penghasilan bruto Dikenakan tarif PPh pasal 26 sebesar 20% dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dalam hal orang pribadi yang menerima penghasilan adalah subjek pajak dalam negeri negara yang telah mempunyai P3B dengan Indonesia

Menghitung PPh Pasal 21 ( WNA ) Untuk WNA yang tinggal kurang dari 183 hari diperkenanakan PPh Pasal 26, tarif 20% dari penghasilan bruto Michael Learns (WNA Malaysia) datang ke Indonesia atas kontrak kerja sebagai konsultan keuangan pada PT ABC selama 60 hari. Atas jasa tersebut, Michael Learns mendapatkan honorarium sebesar $ 25,000. Kurs Menteri Keuangan pada saat pemotongan adalah1 US$ =. 10.500. PPh Pasal 26 terhutang atas penghasilan ini adalah: Honorarium $ 25,000 Kurs 10,500 DPP 262,500,000 PPh pasal 26. 262.500.000 x 20% 52,500,000 Penghasilan pegawai tetap yang diterima bulanan Joko Sutrisno adalah pegawai tetap PT Indah Kiat Industri (PT IKI) sejak tanggal 1 Januari 2009. Setiap bulan menerima gaji. 4.000.000, tunjangan transport 500.000. Joko membayar iuran pensiun sebesar. 100.000 sedangkan iuran pensiun dibayarkan oleh PT IKI. 150.000. PT IKI mengikutsertakan setiap karyawannya sebagai peserta JAMSOSTEK dan membayarkan setiap bulan untuk setiap karyawannya termasuk Joko, asuransi kematian. 100.000 dan asuransi kecelakaan kerja. 50.000. Joko Sutrisno menikah dan mempunyai satu orang anak. PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan atas penghasilan Joko adalah:

Penghasilan bruto Gaji 4,000,000 Tunjangan transport 500,000 Asuransi kematian 100,000 Asuransi kecelakaan kerja 50,000 Jumlah penghasilan bruto 4,650,000 Pengurang penghasilan Biaya jabatan 232,500 Iuran pensiun 100,000 Jumlah pengurang penghasilan 332,500 Penghasilan neto satu bulan 4,317,500 Penghasilan neto satu tahun 51,810,000 PTKP Wajib Pajak 15,840,000 Kawin 1,320,000 Tanggungan 1 orang 1,320,000 Jumlah PTKP 18,480,000 PKP 33,330,000 PPh pasal 21 terhutang 1,666,500 PPh pasal 21 terhutang 1 bulan 138,875 Dengan menggunakan kasus Joko di atas, jika PT IKI memberikan bonus prestasi kepada Joko untuk tahun 2009 sebesar. 20.000.000. PPh Pasal 21 atas bonus tersebut adalah: Penghasilan Bruto Gaji 48,000,000 Tunjangan transport 6,000,000 Asuransi kematian 1,200,000 Asuransi kecelakaan kerja 600,000 Bonus prestasi 20,000,000 Jumlah Penghasilan Bruto 75,800,000 Pengurang penghasilan Biaya jabatan 3,790,000 Iuran pensiun 1,200,000 Jumlah pengurang penghasilan 4,990,000 Penghasilan netto 70,810,000 Penghasilan Tidak Kena Pajak Wajib Pajak 15,840,000 Kawin 1,320,000 Tanggungan 1 1,320,000 Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak 18,480,000 Penghasilan Kena Pajak 52,330,000 PPh Pasal 21 terutang 5% 50,000,000 2,500,000 349,500 15% 2,330,000 PPh Pasal 21 terutang dengan bonus 2,849,500 PPh Pasal 21 terutang tanpa bonus 1,666,500 PPh pasal 21 untuk bonus prestasi 1,183,000 Jika upah yang diterima per hari kurang dari. 150.000 Joko Budiono (belum menikah) bekerja sebagai buruh harian dengan upah per hari. 140.000. Joko bekerja selam 5 hari. PPh Pasal 21 yang harus dipotong atas penghasilan Joko adalah: Upah 1 hari 140,000 Batas Upah Tidak Kena Pajak 150,000 Pengasilan Kena Pajak Nihil Take home pay per hari 140,000

Jika upah yang diterima per hari lebih dari. 150.000, tetapi jumlah yang diterima dalam satu bulan kurang dari. 1.320.000. Joko Budiono (belum menikah) bekerja sebagai buruh harian dengan upah per hari. 200.000. Joko berkerja selama 5 hari. PPh Pasal 21 yang harus dipotong atas penghasilan Joko adalah: Upah 1 hari 200,000 Batas Upah Tidak Kena Pajak 150,000 Pengasilan Kena Pajak 50,000 PPh terhutang 2,500 Take home pay per hari 197,500 Jika upah yang diterima per hari lebih dari. 150.000, dan jumlah yang diterima dalam satu bulan lebih dari. 1.320.000. Joko Budiono (belum menikah) berkerja sebagai buruh harian dengan upah per hari. 300.000. Joko bekerja selam 5 hari. PPh Pasal 21 yang harus dipotong atas penghasilan Joko adalah: Upah 1 hari 300,000 Batas Upah Tidak Kena Pajak 150,000 Pengasilan Kena Pajak 150,000 PPh terutang hari ke-1 7,500 Take home pay hari ke-1 292,500 PPh pasal 21 yang dipotong sampai dengan hari ke-4 sama dengan perhitungan PPh pasal 21 hari ke-1 demikian juga untuk take home pay. Upah sampai hari ke-5 1,500,000 PTKP 5 hari 220,000 PKP 1,280,000 PPh terutang 64,000 PPh sudah dipotong hari ke-1 s/d hari ke-4 30,000 PPh Pasal 21 hari ke-5 34,000 Take home pay hari ke-5 266,000 Penghitungan PPh Pasal 21 untuk karyawan perempuan. Adinda adalah pegawai tetap PT Indah Kiat Industri (PT IKI) sejak tanggal 1 Januari 2009. Setiap bulan menerima gaji. 5.000.000, tunjangan transport 500.000. Adinda membayar iuran pensiun sebesar. 100.000 sedangkan iuran pensiun dibayarkan oleh PT IKI. 150.000. PT IKI mengikutsertakan setiap karyawannya sebagai peserta JAMSOSTEK dan membayarkan setiap bulan untuk setiap karyawannya termasuk Adinda, asuransi kematian. 100.000 dan asuransi kecelakaan kerja. 50.000. Adinda menikah dan mempunyai satu orang anak. PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan atas penghasilan Adinda adalah:

Penghasilan Bruto Gaji 5,000,000 Tunjangan transport 500,000 Asuransi kematian 100,000 Asuransi kecelakaan kerja 50,000 Jumlah Penghasilan Bruto 5,650,000 Pengurang penghasilan Biaya jabatan 282,500 Iuran pensiun 100,000 Jumlah pengurang penghasilan 382,500 Penghasilan netto 5,267,500 Penghasilan netto setahun 63,210,000 Penghasilan Tidak Kena Pajak Wajib Pajak 15,840,000 Penghasilan Kena Pajak 47,370,000 PPh Pasal 21 terutang 5% 47,370,000 2,368,500 PPh Pasal 21 terutang sebulan 197,375 Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas. dr. Joko merupakan dokter spesialis penyakit dalam yang melakukan praktek di rumah sakit Husada Jaya. Sesuai dengan perjanjian, atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien, akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit dan sisanya menjadi milik dr. yang akan dibayarkan setiap bulan. Jasa setiap bulan yang dibayarkan kepada dr. Joko adalah: Januari. 30.000.000 Februari. 30.000.000 Maret. 25.000.000 April. 40.000.000 Mei. 30.000.000 Juni. 25.000.000 Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari s/d Juni adalah: Jasa dokter yang Dasar Dasar Tarif Pasal PPh Pasal 21 Pemotongan PPh Pemotongan PPh Bulan dibayar pasien Pasal 21 Pasal 21 17 terutang (1) (2) (3) (4) (5) (6) 50%x2 Januari 30,000,000 15,000,000 15,000,000 5% 750,000 Februari 30,000,000 15,000,000 30,000,000 5% 750,000 Maret 25,000,000 12,500,000 42,500,000 5% 625,000 April 15,000,000 7,500,000 50,000,000 5% 375,000 25,000,000 12,500,000 62,500,000 15% 1,875,000 Mei 30,000,000 15,000,000 77,500,000 15% 2,250,000 Juni 25,000,000 12,500,000 90,000,000 15% 1,875,000 Jumlah 180,000,000 90,000,000 367,500,000 8,500,000

PPh Pasal 21 untuk Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris yang tidak merangka sebagai pegawai tetap, mantan pegawai yang menerima jasa produksi, Tantiem, Gratifikasi, Bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur, dan peserta Program Pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik Dana Pensiun. 5% x 50,000,000 2,500,000 15% x 5,000,000 750,000 PPh Pasal 21 yang harus dipotong 3,250,000 Perhitungan PPh Pasal 21 untuk non pegawai atau bukan pegawai, yaitu orang pribadi yang menerima penghasilan dari pekerjaan, jasa dan atau kegiatan selain pegawai seperti tertulis dalam angka 3 di atas, dikenakan tarif pasal 17 untuk wajib pajak orang pribadi dikalikan dengan 50% dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan yang tidak berkesinambungan. Jika penerima penghasilan hanya memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja saja, PPh pasal 21 dihitung dengan cara tarif pasal 17 untuk wajib pajak orang pribadi dikalikan 50% dan dikurangi dengan PTKP sebulan. Dario, mempunyai NPWP memberikan ceramah pada lokakarya dan menerima honorarium. 1.500.000. Dario mempunyai penghasilan dari sumber lain. PPh Pasal 21 terhutang adalah: Honorarium 1,500,000 DPP 50% x. 1.500.000 750,000 PPh Pasal 21 terhutang 5% x. 750.000. 37,500 Perhitungan PPh Pasal 21 untuk peserta kegiatan adalah tarif pasal 17 dikalikan dengan penghasilan bruto. Doni adalah pemain bulutangkis profesional yang bertempat tinggal di Indonesia. Ia menjuarai turnamen Indonesia Terbuka dan memperoleh hadiah sebesar. 200.000.000. PPh pasal 21 terhutang adalah: Hadiah 200,000,000 DPP 200,000,000 Tarif Pasal 17 5% x. 50.000.000 = 2,500,000 15% x. 150.000.000 = 22,500,000 PPh Pasal 21 terhutang 25,000,000