MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP 51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

Universitas Sumatera Utara

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

' b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

o. Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Tgl Wawancara: KUESIONER TINJAUAN HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN DAN KELUHAN SUBJEKTIF (NON AUDITORY) PADA OPERATOR SPBU DKI JAKARTA TAHUN 2009

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI

PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

STANDAR DAN PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA INDUSTRI [ PERMENKES NO. 70 TAHUN 2016 ] FAKTOR FISIK FAKTOR BIOLOGI PENANGANAN BEBAN MANUAL

BAB I PENDAHULUAN I-1

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 169 /DIRJEN/2002 T E N T A N G

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik

BAB I PENDAHULUAN. i. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/MEN/98 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G

TEKANAN PANAS DAN METODE PENGUKURANNYA DI TEMPAT KERJA

ANALISIS TINGKAT IKLIM KERJA DI DALAM RUANG KERJA PT. KHARISMA RANCANG ABADI KECAMATAN SAMBUTAN. Oleh : KHIKIE PRATIWI NIM.

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

05D Peralatan apakah yang kita gunakan untuk mengukur arus listrik? A. ohmmeter B. wavemeter C. voltmeter D. ammeter

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

Antiremed Kelas 12 Fisika

GAMBARAN POTENSI BAHAYA DI BAGIAN PRODUKSI PT. GEMILANG LESTARI TEKNINDO KABUPATEN TEGAL

Copyright all right reserved

1. BESARAN 2. DIMENSI 3. ANGKA PENTING 4. NOTASI ILMIAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN PAMUJI WASKITO R

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-02/MEN/1992 T E N T A N G TATA CARA PENUNJUKAN KEWAJIBAN DAN WEWENANG AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Sistem Pengukuran. 1. Benda-benda. di alam. fisika. besaran-besaran. didefinisikan.

BAB 11 GETARAN DAN GELOMBANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran.

PENDAHULUAN TEOR I MA ELL Int i t eori eori Max Max ell el l m engenai engenai gel gel bang bang ekt romagnet rom i adal adal

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.03/MEN/1998 T E N T A N G TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI

ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP (UAS) TAHUN PELAJARAN Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Program : X Hari / Tanggal : Jumat / 1 Juni 2012

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA

Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN.

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

2017, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAHAN AJAR. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG STANDAR NASIONAL UNTUK SATUAN UKURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM KERJA. Nurjannah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB I PENDAHULUAN. banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan peralatan kerja industri.

FISIKA 2014 TIPE A. 30 o. t (s)

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

Gelombang Elektromagnetik

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Selamat Bekerja

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

KEPMEN NO. 224 TH 2003

IV-138 DAFTAR ISTILAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

TKS-4101: Fisika. Kontrak Kuliah dan Pendahuluan J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Antiremed Kelas 12 Fisika

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran

Transkripsi:

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP 51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. Bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3 ayat (1) huruf g Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. perlu ditetapkan Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat Kerja; b. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan- ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja. 2. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 3. Keputusan Presiden R.I. Nomor 122/M Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan. 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP 28/MEN/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja. MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FlSIKA DI TEMPAT KERJA Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 2. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

3. Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. 4. Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat tisika yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro dan sinar ultra ungu. 5. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban. kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. 6. Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu kering. 7. Suhu basah alami (Nat Wet Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah alami (Natural Wet bulb Thermometer). 8. Suhu bola (Globe Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola (Globe Thermometer). 9. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang disingkal ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola. 10. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. 11. Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak- balik dari kedudukan keseimbangannya. 12. Radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro (microwave) adalah radiasi elektro- magnetik den frekuensi 30 kilohertz sampai 300 Giga Hertz. 13. Radiasi ultra ungu (Ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang 180 nano meter sampai 400 nano meter (nm). 14. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri. 15. Pengusaha adalah : a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keper!uan itu menggunakan tempat kerja; b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu menggunakan tempat kerja; c. Orang atau badan hukum, yang di Indoncsia mewakili orang atau badan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b jikalau yang diwakili berkedudukan di luar wilayah Indonesia. 16. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai teknis berkeah!ian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri. 17. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Pasal 2 NAB iklim kerja menggunakan parameter ISBB sebagaimana tercantum dalam lampiran I.

Pasal 3 (1) NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A (dba). (2) Kebisingan yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran II. Pasal 4 (1) NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2). (2) Getaran yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran III. Pasal 5 NAB radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran IV. Pasal 6 (1) NAB radiasi sinar ultra ungu ditetapkan sebesar 0,1 mikro Watt persentimeter persegi (.uw/crn 2 ). (2) Radiasi sinar ultra ungu yang melampaui NAB waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran V. Pasal 7 (1) Pengukuran dan penilaian faktor fisika di tempat kerja dilaksanakan oleh Pusat dan atau Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja atau pihak-pihak lain yang ditunjuk. (2) Persyaratan pihak lain untuk dapat ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (3) Hasil pengukuran dan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pimpinan perusahaan atau pengurus perusahaan dan kantor Departemen Tenaga Kerja setempat. Pasal8 Pelaksanaan pengukuran dan penilaian faktor fisika di tempat kerja berkoordinasi dengan kantor Departemen Tenaga Kerja setempat. Pasal 9 Peninjauan NAB faktor fisika di tempat kerja dilakukan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal l0 Pengusaha atau pengurus harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Menteri ini. Pasal 11 Dengan berlakunya Keputusan Menteri ini. maka Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja transmigrasi dan Koperasi Nomor SE-01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk Kebisingan di tempat kerja dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 12 Kcputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

LAMPIRAN I: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP. 51/MEN/1999 TANGGAL : 16 APRIL 1999 NILAI AMBANG BATAS IKLIM KERJA INDEKS SUHU BASAH DAN BOLA (ISBB) YANG DIPERKENANKAN ISSB Pengaturan waktu kerja setiap jam ( o C ) Beban Kerja Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat Bekerja terus menerus - 30,0 26,7 25,0 (8 jam/hari) 75% kerja 25% istirahat 30,6 28,0 25,9 50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9 25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0 Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi : ISBB : 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0, I Suhu kering. lndeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi: ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola. Catatan: -Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kilo kalori/jam. -Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kilo kalori/jam. -Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kilo kalori/jam.

LAMPIRAN II: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR KEP.51/MEN/1999 TANGGAL 16 A PR I L 1999 NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN Waktu pemajanan per hari Intensitas Kebisingan dalam dba 8 Jam 85 4 88 2 91 1 94 30 Menit 97 15 100 7,5 103 3,75 106 1,88 109 0,94 112 28,12 Detik 115 14,06 118 7,03 121 3,52 124 1,76 127 0,88 130 0,44 133 0,22 136 0,11 139 Catalan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dba, walaupun sesaat.

LAMPIRAN III: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP.51/MEN/I999 TANGGAL : 16 APRIL 1999 NILAI AMBANG BATAS GETARAN UNTUK PEMAJANAN LENGAN DAN TANGAN Jumlah waktu pemajanan per hari kerja Nilai percepatan pada frekuensi dominan Meter per detik kuadrat Gram ( m / det 2 Gram ) 4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40 2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61 1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81 Kurang dari 1 jam 12 1,22 Catatan: 1 Gram = 9,81 mldet2

LAMPIRAN IV: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR KEP. 51/MEN/1999 TANGGAL 16 APRIL 1999 NILAI AMBANG BATAS FREKUENSI RADIO/GELOMBANG MIKRO Frekuensi Power Density ( mw/cm2 ) Kekuatan Medan listrik ( V/m ) Kekuatan medan magnet ( A/m ) Rata-rata Waktu Pemajanan (menit) 30 khz -100 khz 614 163 6 100 khz -3 MHz 614 16,3/f 6 3 MHz -30 MHz 1842/f 16,3/f 6 30 MHz -100 MHz 61,4 16,3/f 6 100 MHz -300 MHz 1 61,4 0,163 6 6 300 MHz -3 GHz F/300 6 3 GHz -15 GHz 10 6 15 Ghz -300 Ghz 10 6 Keterangan : khz : Kilo Hertz MHz : Mega Hertz GHz : Gega Hertz f : frekuensi dalam MHz mw/cm2 : mili Watt per senti meter pcrsegi VIm: Volt per Meter A/m : Amper per Meter

LAMPIRAN V : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP.51/MEN/I999 TANGGAL : 16 A PR I L 1999 WAKTU PEMAJANAN RADIASI SINAR ULTRA UNGU YANG DIPERKENANKAN Masa pemajanan perhari Iradiasi Efektif (Eeff).uW cm2 8 jam 0,1 4 jam 0,2 2 jam 0,4 1 jam 0,8 1 jam 1,7 15 menit 3,3 10 menit 5 5 menit 10 1 menit 50 30 detik 100 10 detik 300 1 detik 3000 0,5 detik 6000 0,1 detik 30000