PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO.PER-04/MEN/1995 TENTANG PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER.04/MEN/1995 T E N T A N G PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-02/MEN/1992 T E N T A N G TATA CARA PENUNJUKAN KEWAJIBAN DAN WEWENANG AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/MEN/98 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930;

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 17/MEN/VII/2007 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.03/MEN/1998 T E N T A N G TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.03/MEN/1978

MMS CONSULTING Advocates & Counselors at Law

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/I/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. /MEN/ /2008 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NO. : KEP. 311/BW/2002

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.04/MEN/1987

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN MENTERI NO. 17 TH 2007 PERATURAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-01/MEN/1991 TENTANG ANTAR KERJA ANTAR NEGARA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: PER-14/MEN/IV/2006

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 226 /MEN/2003

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER.01/MEN/1988 T E N T A N G KWALIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT OPERATOR PESAWAT UAP

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

MENTERI REKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 28/PRT/M/2006 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

MENTERI TENAGA KERJA R.I.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER.04/MEN/1998 T E N T A N G PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN TATA KERJA DOKTER PENASEHAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

KEPMEN 226/MEN//VII/2003 Tentang TATA CARA PERIZINAN PENYELENGGARAAN PROGRAM

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: PER-14/MEN/IV/2006 TENTANG TATA CARA PELAPORAN KETENAGAKERJAAN DI PERUSAHAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2013 TENTANG PENAHAPAN KEPESERTAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

KEPMEN NO. 231 TH 2003

DASAR HUKUM - 1. Peraturan Pelaksanaan. Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan. UU No.

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 18 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DI KOTA BANDUNG

Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.

PERATURAN MENTERI NO. 05 TH 2005

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KepMen Ttg Penyempurnaan KepMen

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I No.KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DITEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-05/MEN/ III /2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO.PER-01/MEN/1998

PERATURAN MENTERI NO. 21 TH 2005

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/1994 TENTANG SERIKAT PEKERJA TINGKAT PERUSAHAAN MENTERI TENAGA KERJA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. No. Pol.: 17 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN BADAN USAHA JASA PENGAMANAN

PERATURAN MENTERI NO. 06 TH 2005

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 4 Tahun : 2002 Seri : D Nomor : 4

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 89 TAHUN 1990 TENTANG IZIN USAHA EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA (EMPU) MENTERI PERHUBUNGAN,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.340, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pesawat Angkat Dan Angkut. Operator.

BERITA NEGARA. No.1534, 2015 KEMENAKER. Lift. Orang dan Barang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Syarat. Perubahan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-204/MEN/1999 TAHUN 1999 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI

PUSTAKA YAYASAN ENAMGE BAGI PRAKTISI MSDM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KETENAGAKERJAAN

PERATURAN MENTERI NO. 09 TH 2005

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

2017, No Tahun 2015 Nomor 237, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747); 3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kemen

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

KEPMEN NO. 228 TH 2003

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 09/Kpts/TP.260/1/2003 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT TANDA PENDAFTARAN USAHA WARALABA

PERATURAN MENTERI NO. 20 TH 2007

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA R.I NOMOR: PER.04/MEN/1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO.PER-04/MEN/1995 TENTANG PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I., Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di semua sektor kegiatan dengan penerpan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat untuk memenuhi tingkat produksi yang tinggi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan kecelakaan apabila tidak ditangani secara profesional dan berkesinambungan; b. bahwa dalam rangka mencegah terjadinya bahaya kecelakaan. Perlu mengikutsertakan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan masalah pengawasan k3 mulai dari thap konsultasi, pabrikasi, pemeliharaan, reparasi, penelitian, pemeriksaan, pengujian, Audit K3 dan pembinaan K3; c. bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep. 1261/Men/1998 sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, sehingga perlu disempurnakan; d. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Mengingat : 1. Undang-Undang Uap tahun 1930 (Staatsblad tahun 1930 No.225); 2. Undang-undang No. 3 tahun 1951 tentang Pernyataan berlakunya Undang-undang Pengawasan perburuhan tahun 1948 No. 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1951 No. 4) 3. Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuanketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara tahun 1969 No. 55, Tambahan Lembaran Negara No. 2912). 4. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Tahun 1970 No. 1, Tambahan Lembaran Negara No.2918).

5. Keputusan Presiden RI No. 96/M ttahun 1993 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan VI. 6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja. M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : a. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang memperkerjakan pekerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik Negara. b. Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut PJK3 adalah perusahaan yang usahanya di bidang jasa K3 untuk membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Pengawasan Ketenagakerjaan adalah suatu sistem pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan di bidang ketenagakerjaan yang merupakan rangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian guna melakukan tindakan korektif baik secara prefentif maupun represif. d. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bahan keterangan tentang suatu keadaan disesuaikan dengan peraturan perundang-umdangan yang berlaku dalam rangka tindakan korektif. e. Pengujian adalah rangkaian kegiatan penilaian suatu obyek secara teknis atau medis yang mempunyai resiko bahaya dengan cara memberi beban uji atau dengan teknik pengujian lainnya sesuai dengan ketentuan teknis atau medis yang telah ditetapkan. f. Pemeriksaan dan pengujian teknik adalah pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan pada keadaan mesin-mesin, pesawatpesawat, alat-alat dan peralatan kerja, bahan-bahan, lingkungan kerja sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi. g. Pemeriksaan dan pengujian kesehatan kerja adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap kesehatan tenaga kerja dan lingkungan kerja.

h. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Ahli K3 adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi langsung ditaatinya Undang- Undang Keselamatan Kerja. i. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri j. Pengusaha adalah : 1. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; 2. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; 3. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. k. Dokter pemeriksa adalah Dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) Undang-Undang No. 1 tahun 1970. l. Direktur adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Pasal 2 (1) PJK3 dalam melaksanakan kegiatan jasa K3 harus terlebih dahulu memperoleh keputusan penunjukan dari Menteri Tenaga Kerja c.q. Direktur Jendral Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan. (2) Untuk memperoleh keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam yat (1) harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Bab II. Pasal 3 PJK3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) meliputi : a. Jasa Konsultan K3 ; b. Jasa Pabrikasi, Pemeliharaan, Reparasi dan Instalasi Teknik K3; c. Jasa Pemeriksaan dan Pengujian Teknik; d. Jasa pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan kesehatan kerja; e. Jasa Audit K3; f. Jasa Pembinaan K3. Pasal 4 (1) Perusalan Jasa Pemeriksaan dan Pengujian Teknik sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf c meliputi bidang :

a. Pesawat uap dan bejana tekan; b. Listrik; c. Penyalur petir dan peralatan elektronik; d. Lift; e. Instalasi proteksi kebakaran; f. Konstruksi Bangunan; g. Pesawat angka dan angkut cdan pesawat tenaga dan produksi; h. Pengujian merusak (Destructif Test) dan tidak merusak (Non desntructif test ). (2) Perusahaan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf d meliputi bidang : a Kesehatan tenaga kerja ; b lingkungan kerja (3) Rincian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) dapat diubah sesuai dengan perkembangan teknik dan teknologi yang ditetapkan oleh menteri tenaga kerja. Pasal 5 Perusahaan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Ayat (1) dilarang melakukan kegiatan PJK3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf 3 a,b, e dan f. Pasal 6 Ahli K3 atau dokter pemeriksa yang bekerja pada PJK3 mempunyai tugas melakukan pemeriksaan dan pengujian teknik atau pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan keputusan penunjukannya. BAB II SYARAT-SYARAT PENUNJUKAN Pasal 7 Untuk menjadi PJK3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 huruf b harus memenuhi persyaratan sabagai berikut : a. Berbadan hukum; b. Memiliki ijin usaha perusahaan (SIUP); c. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP); d. Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan; e. Memiliki peralatan yang memadai sesuai usaha jasanyah; f. Memiliki ahli K3 yang sesuai dengan usaha jasanyah yang bekerja penuh pada perusahaan yang bersangkutan; g. Memiliki tenaga teknis sesuai usaha jasanya sebagaimana dimaksud dalm pasal 3 huruf b. Pasal 8 (1) Untuk mendapat keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, PJK3 harus mengajukan permohonan kepada menteri tenaga kerja c.q. direktur jendral pembinaan hubungan industrial dan pengawasan ketenagakerjaan. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan diberi meterai cukup dengan disertai lampiran :

a. salinan akte pendirian perusahaan : b. salinan surat ijin usaha perusahaan (SIUP) c. Surat keterangan domisilin perusahaan d. Salin bukti NPWP perusahaan e. Daftar peralatan yang dimiliki sesuai usaha jasanya f. Struktur organisasi perusahaan g. Salin wajib laporan ketenagakerjaan h. Salin keputusan penunjukan sebagai Ahli K3 atau dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja kecuali untuk perusahaan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf b dan f i. Riwayat hidup Ahli K3 atau Tenaga Teknis yang bekerja pada perusahaan yang bersangkutan. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), harus mencantumkan bidang usaha jasa sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (1), dan (2) yang sesuai dengan Ahli K3 yang dimiliki. (4) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tembusannya disampaikan kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat. Pasal 9 (1) Setelah permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diterima, Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja memeriksa kelengkapan syarat-syarat administrasi dan syarat-syarat teknis. (2) Dalam melaksanakan pemeriksaan kelengkapan syarat-syarat administrasi dan syarat-syarat teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat membentuk Tim Penilai; (3) Ketua, anggota, hak, kewajiban dan masa kerja Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan kesehatan kerja ; (4) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri Tenaga Kerja c.q. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterimanya permohonan, menetapkan penolakan atau Keputusan penunjukan. (5) Penolakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) harus disertai alasanalasannya. Pasal 10 (1) Keputusan Penunjukan PJK3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (4) belaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun, dan setelah berakhir dapat diperpanjang. (2) Untuk mendapatkan Keputusan Penunjukan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), PJK3 harus mengajukan surat permohonan perpanjangan dengn melampirkan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) dan daftar kegiatan selama berlakunya Keputusan Penunjukan. (3) Perpanjangan permohonan perpanjangan PJK3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diajukan dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhir masa berlakunya Keputusan Penunjukan yang lama.

BAB III HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 11 PJK3 yang telah mendapatkan keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (4), berhak : a. Melakukan kegiatan sesuai dengan keputusan penunjukan. b. Menerima imbalan jasa sesuai dengan kontrak di luar retribusi pengawasan norma keselamtan dan kesehatan kerja, sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 12 PJK3 yang telah mendapatkan keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (4), berkewajiban : a. Mentaati semua peraturan perundang-undang yang berlaku; b. Mengutamakan pelayanan dalam rangka pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku; c. Membuat kontrak kerja dengan pcmberi kerja yang isinya antara lain memuat secara jelas hak kewajiban; d. Memelihara dokumen kegiatan untuk sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun Pasal 13 Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 PJK3 harus melaporkan dan berkonsultasi dengan Kepala Kantor Departemen atau Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dengan meyerahkan laporan teknis sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 14 PJK3 yang melakukan kegiatan di bidang jasa pemeriksaan dan pengujian teknik atau jasa pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan kesehatan kerja yang mengakibatkan kerusakan atau kerugian pihak lain karena tidak mengikuti pihak lain karena tidak mengikuti produsen sesuai peraturan perundang-undngan yang berlaku, wajib bertanggung jawab atas kerusakan atau kerugian tersebut. BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 15 Dalam hal adanya perubahan Ahli K3 atau tenaga teknis, PJK3 harus melaporkan kepada Menteri Tenaga Kerja c.q. Direktur Jendral Pembinaan Hubungan Industri dan Pengawasan Ketenagakerjaan. Pasal 16 (1) Penunjukan PJK3 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini untuk mencapai nihil kecelakaan di tempat kerja.

(2) Untuk mencapai nihil kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), PJK3 haruis memiliki arena. Dan prasarana yang diperlukan untuk pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (3) Untukmemenuhi pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Menteri Tenaga Kerja dapat menunjuk badan tertentu untuk melaksanakan kegiatan jasa K3. BAB V SANKSI Pasal 17 PJK3 yang telah ditunjuk oleh Menteri Tenaga kerja c.q. Direktur Jendral Pembinaan Hubungan Industri dan pengawasan Ketenagakerjaan, apabila dalam melaksanakan kewajibannya tidak sesuai dengan Ketentuan Peraturan Menteri ini dapat dikenakan sanksi pencabutan Keputusan penunjukan sebagai PJK3 BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 18 PJK3 yang telah mendapat Keputusan Penunjukan dari Menteri Tenaga Kerja c.q. Direktur Jendral Pembinaan Hubungan Industri dan pengawasan ketenagakerjaan berdsarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 1261/Men/1988 tetap berlaku sampai berakhirnya Keputusan Penunjukan yang lama. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan melakukan pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini. Pasal 20 Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 1261/ Men/1988 tentang Syarat-syarat Penunjukan Perusahaan jasa Pemeriksaan dan Pengujian Teknik Pesawat Uap dinyatakan tidak berlaku lgi. Pasal 21 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.