UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI SMPN 239 JAKARTA. Supriyono SMPN 239 Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATERI BARISAN DAN DERET BILANGAN

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn:

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

KALAM CENDEKIA, Volume 5, Nomor 1.1, hlm

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

Meningkatkan Aktivitas, Respon, dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

J. Pijar MIPA, Vol. X No.1, Maret 2015: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

Joyful Learning Journal

Improving Student Activity Learning Class XI IPA SMA Katolik Rajawali Through Inquiry Approach Based on PBI of Buffer Solution Topic

Kata Kunci: cooperative learning of jigsaw type, student activities and learning outcomes

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Devi Yuniar 16, Hobri 17, Titik Sugiarti 18

ABSTRACT. Candra Rian Irawan 1 & Slamet Priyanto 2 1 & 2

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DALAM POKOK BAHASAN PARTIKEL MATERI MELALUI MEDIA POWERPOINT

Rosdiani SMA Negeri I Sigli Jl. Banda Aceh-Medan, Tijue Kabupaten Pidie Abstrak

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Oleh: Dewi Sri Yuliati 1, Zuhri D 2, Sehatta Saragih 3

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

Suparmi SMP Negeri 25 Pekanbaru

Murniati 1,sainab 2. Kata Kunci : Hasil Belajar Kognitif, IPA Terpadu, Model Pembelajaran Aktif, dan Quiz Team

Journal of Elementary Education

Lukluk Ibana 1, Pujiastuti 2, Iis Nur Asyiah 3 PENDAHULUAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

Fika Yunifa Efrianingrum, Triwahyudianto, Rofi ul Huda Universitas Kanjuruhan Malang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

ARTIKEL SKRIPSI OLEH NAHWAN SHOLIHAN ZIKKRI E1R PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Entrepreneurship

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPIE STAD

Dita Tria Putri, Made Sukaryawan, Bety Lesmini Universitas Sriwijaya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IX.1 SMP N 4 PASAMAN. Sudirman 1) 1 SMP N 4 Pasaman

PENERAPAN PEMBELAJARAN TSTS DENGAN AKTIFITAS WINDOW SHOPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG SISI DATAR

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

MENINGKATKANN HASIL BELAJAR PKn SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT ACHIEVEMENT DIVISIONS)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI SDN 08 SUNGAI AUR PASAMAN BARAT

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

A R T I K E L PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 09 KEPALA BUKIT KEC. SUNGAI PAGU KAB.

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

PENINGKATAN HASIL BELAJAR K3LH MELALUI PEMBERIAN KUIS PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 MARE KABUPATEN BONE

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

Keywords: Mathematics Learning Outcomes, Cooperative Learning, Numbered Heads, Classroom Action Research.

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE

Monica Eka Yulianda 1, Atma Murni 2, Jalinus 3 Contact :

PENGGUNAAN STRATEGI INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A DI SMPN I GENENG NGAWI TAHUN AJARAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DI SMP

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VII SMPN 1 INUMAN

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

Joyful Learning Journal

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN TENTANG KEBEBASAN BERORGANISASI

Zulfan Efendi, Eddy Noviana, Mahmud Alpusari Hp.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015

Rini Tri Irianingsih 47

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Keywords: learning, STAD, media charge cards, integers

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SDN 09 SUNGAI GERINGGING

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

PENGGUNAAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA

Transkripsi:

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI SMPN 239 JAKARTA Supriyono SMPN 239 Jakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD di SMP Negeri 239 Jakarta. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri atas tiga kali pertemuan proses tindakan dan satu kali evaluasi. Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, evaluasi dan refleksi. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian berupa instrumen non tes berupa lembar observasi, catatan harian, angket sebelum dan sesudah siklus, dan tes tulis berupa ulangan harian akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik dari Siklus I ke Siklus II, di mana rata-rata hasil ulangan di akhir Siklus I adalah 73,78 sementara rata-rata hasil ulangan di akhir Siklus I adalah 76,76 atau naik 2,98. Persentase skor rata-rata aktivitas kelompok pada Siklus I adalah 74,3% dan pada Siklus II mencapai 81,8% atau naik 7,5%. Respon terhadap proses pembelajaran melalui angket kelas memiliki kecenderungan meningkat dimana rata-rata respon yang menyatakan setuju pada Siklus I adalah hanya 6% sedangkan pada Siklus II adalah 85% atau meningkat 25%. Kata kunci: hasil belajar, IPA, STAD ABSTRACT This study aims to improve science learning outcomes through the implementation of STAD in SMP 239 Jakarta. Classroom action research was conducted in two cycles in which each cycle consists of three sessions and one evaluation process. Each cycle includes planning, action and observation, evaluation and reflection. Instruments used in the study were non-test observation sheets, diaries, questionnaires before and after the cycle, and written test in the form of daily tests in the end of every cycles. Results showed that STAD implementation can improve student learning outcomes and learning activities. Average learning outcomes was increased from Cycle I to Cycle II, in which average test results at the end of Cycle I was 73.78 whereas average value at the end of Cycle II was 76.76, or increased by 2.98 points. Average group's activities in the Cycle I was 74.3% while in Cycle II reaches 81.8% or increased by 7.5%. Classroom questionnaires suggested an increased in learning process approval, in which in Cycle I average agree response was only 6% while in Cycle II was 85%, or increased by 25%. Keywords: learning outcomes, science, STAD PENDAHULUAN Proses belajar mengajar (KBM) di dalam kelas merupakan pusat kegiatan dari sebuah sistem institusional pendidikan. Peran mata pelajaran IPA dalam menentukan tujuan pendidikan nasional tidak dapat dianggap remeh karena dalam proses pembelajaran IPA ditanamkan nilai-nilai sikap ilmiah (cermat, tanggung jawab, jujur, teliti, mandiri, demokratis dan lain-lain) yang tidak lepas dari tujuan pendidikan nasional. Penanaman nilainilai ilmiah tersebut dapat dilihat dari seberapa besar karakter yang akan dimiliki 224 dan hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik dari hasil belajar mengajar. Dengan demikian, proses belajar mengajar IPA menjadi menarik untuk diperhatikan. Kemampuan guru dalam mengelola kelas, menyusun perangkat pembelajaran, memilih pendekatan dan menentukan model pembelajaran menjadi sangat penting dalam sebuah proses pengelolaan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Persepsi yang sudah terbentuk dalam diri peserta didik selama ini adalah bahwa mata pelajaran IPA cenderung sulit, banyak

Supriyono, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad di SMPN 239 Jakarta 225 hitungan, bahasa latin, praktikum dan tugastugas. Pada penelitian ini peneliti mencoba memberikan kesempatan pada peserta didik untuk terlibat dalam proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achiement Division), dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam belajar IPA, sehingga tumbuh semangat untuk bekerja sama, saling membantu dalam memahami pelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Menurut Slameto (21), pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. S. Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, dimana perubahan tersebut tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, pengharusan dan penguasaan diri pribadi individu yang belajar (Nasution, 1982). Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk mengetahui suatu hasil belajar perlu dilakukan penilaian terhadap peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penguasaan peserta didik terhadap materi ajar. Melalui proses penilaian diharapkan dapat diketahui sejauh mana pengelolaan pembelajaran berjalan. Tingkat ketercapaian penguasaan materi ajar oleh peserta didik merupakan tolak ukur ketuntasan/keberhasilan proses pembelajaran. Secara umum hasil belajar merupakan keefektifan pembelajaran yang biasanya diukur dengan tingkat pencapaian peserta didik berupa kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau tingkat kesalahan, kecepatan unjuk kerja, tingkat alih belajar, tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Adapun efesiensi pembelajaran biasanya diukur dengan perbandingan antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Qurtubi (29) mengemukakan daya dari proses pembelajaran biasanya dapat diukur dengan mengamati bagaimana pembelajar terus menerus belajar. Dengan demikian hasil belajar dapat dikatakan sebagai segala bentuk perubahan yang diperoleh peserta didik setelah dilakukan proses pembelajaran yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan, sikap yang dapat diukur melalui proses penilaian hasil belajar. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik pada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, penilaian hasil belajar mengacu pada penilaian KTSP untuk mata pelajaran IPA yakni diukur melalui ulangan, penugasan dan bentuk lain sesuai dengan karakteritik materi yang dinilai. Berdasarkan teori belajar tuntas, peserta didik dipandang tuntas apabila ia mampu menguasai minimal 7% dari seluruh tujuan pembelajaran, sementara Ketuntasan Belajar Kelas tercapai apabila 75% telah mencapai KKM. Pada awalnya sains diartikan sebagai pengetahuan atau apa saja yang diketahui oleh manusia. Batasan ini menjadikan istilah sains menjadi sangat luas, baik itu pengetahuan bersifat riil ataupun non riil (tidak masuk akal). Istilah sains kemudian berkembang menjadi pengetahuan yang didasari atas pertimbangan rasional/akal sehat dan objektifitas. Pada akhirnya sains didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menuntut data-data empiris untuk dijadikan dasar dalam menentukan suatu pengertian, teori maupun pendapat. Sains sebagai ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu Ilmu Alam dan Ilmu Sosial. Dalam institusi pendidikan, pengkajian tentang kedua pengetahuan ini menjadikan adanya dua mata pelajaran yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

226 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 2, Oktober 214, hlm. 224-232 fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di SMP khususnya diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran IPA dilaksanakan melalui inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah dengan ciri objektif, metodik, sistematis, universal dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Carin dan Sund (dalam Depdiknas, 24 hal. 3) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan yang secara sistematis mengkaji tentang fenomena alam dalam segala aspeknya yang didasarkan pada pikiran logis dengan menerapkan metode ilmiah untuk mendapatkan pengalaman belajar pada siswa sehingga diperoleh tujuan yang diharapkan dari pembelajaran IPA tersebut. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen, dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di Universitas John Hopkins-Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Dalam kegiatan belajar kooperatif tersebut siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan. Pembelajaran kooperatif secara umum menyangkut teknik pengelompokan dimana peserta didik bekerja secara terarah menuju tujuan belajar bersama di dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari empat atau lima orang peserta didik. Pembentukan kelompok didasarkan pada pemerataan karakteristik psikologis individu yang meliputi kecerdasan, kecakapan belajar, motivasi belajar, perhatian, cara berfikir, dan daya ingat. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama (Yasin, 211) yaitu : 1. Penyajian kelas Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing. 2. Kegiatan kelompok Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. 3. Kuis (Quizzes) Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan

Supriyono, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad di SMPN 239 Jakarta 227 disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok. 4. Skor kemajuan (perkembangan) individu Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor kuis terkini melampui rata-rata skor siswa yang lalu. 5. Penghargaan kelompok Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masingmasing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok. Dari teori dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah kegiatan pembelajaraan dengan melakukan berbagai aktivitas kelompok yang menciptakan peserta didik untuk menerima pendapat orang lain, saling bekerjasama, bertanggung jawab dalam kelompoknya dan mampu memecahkan masalah baik yang dirancang maupun masalah yang ada di sekitar. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 239 Jakarta selama empat bulan (September-Desember 212). Subjek penelitian adalah 37 peserta didik kelas IX-4 Tahun Ajaran 212/213 yang terdiri atas 2 perempuan dan 17 laki-laki. Kemampuan akademik peserta didik di kelas ini rata-rata cukup, latar belakang suku dan agama cukup beragam, sehingga secara keseluruhan cukup heterogen. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dan proses pelaksanaan tindakan dilakukan secara bertahap yang terdiri atas dua siklus. Siklus I dan II dilakukan selama masing-masing tiga kali pertemuan dan satu kali pertemuan evaluasi di akhir setiap siklus. Prosedur tindakan yang dilakukan mengacu pada model yang dilakukan oleh Kemmis dan McTaggart dimana model tersebut menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya) dan keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran yang terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan (3) pengamatan, dan (4) refleksi atau pantulan (Arikunto, 26: hal 98-99) Sumber data berasal dari hasil tes dan non tes sementara jenis data terdiri dari data kualitatif yang merupakan deskripsi dari hasil penelitian observasi dan kondisi pembelajaran, catatan aktivitas guru dan peserta didik, serta absensi dan data kuantitatif yang berupa hasil belajar peserta didik yang diambil dari nilai hasil ulangan di akhir setiap siklus. Instrumen penelitian terdiri dari lembar angket peserta didik, lembar pengamatan proses pembelajaran, lembar tugas peserta didik, dan lembar ulangan akhir siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian diawali dengan menganalisa kebutuhan yaitu pengisian angket dengan 12 butir pertanyaan dengan skala Likert yang bertujuan untuk mengetahui tanggapan peserta didik tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam rangka meningkatkan belajar peserta didik pada pembelajaran IPA, dengan pilihan jawaban setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju. Dari hasil angket tersebut dapat diketahui persentase tanggapan peserta didik terhadap metode STAD pada pembelajaran IPA. Secara berturut-turut diperoleh persentase tingkat jawaban responden yaitu 6% setuju, 2% ragu-ragu, dan 19% tidak setuju Respon atau minat peserta didik terhadap pembelajaran IPA yang difokuskan terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada Gambar 1.

228 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 2, Oktober 214, hlm. 224-232 1 5 Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju Berdasarkan data yang disajikan dalam Gambar 1 hasil angket pra siklus menggambarkan respon/minat peserta didik terhadap pembelajaran IPA dengan indikator yang mengarah pada penerapan cooperative Siklus I Gambar 1. Respon peserta didik pra siklus learning tipe STAD dimana guru memiliki modal positif untuk melanjutkan penerapan model STAD dalam proses pembelajaran karena lebih dari 5% peserta didik menyatakan setuju. Data kegiatan observasi, data frekuensi keaktifan peserta didik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data frekuensi aktivitas kelas pada Siklus I Pertemuan Aktivitas Bertanya Aktivitas Menjawab Jumlah rata-rata Frekuensi % Frekuensi % Aktivitas aktivitas 1 2 5,41 2 2 11 29,73 6 16,22 17 4,25 3 1 27,3 8 21,62 18 6 Rata-Rata 7,67 2,72 4,67 12,61 12,33 Jumlah 23 62,16 14 37,84 37 Berdasarkan Tabel 1 dapat terlihat bahwa selama pembelajaran pada Siklus I guru belum maksimal dalam memberikan kesempatan dan memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik masih takut untuk bertanya, menanggapi maupun menjawab pertanyaan, sedangkan pada pertemuan kedua sudah menunjukkan terjadinya peningkatan kualitas diskusi dan aktivitas kelas dan pada pertemuan ketiga meskipun jumlah yang bertanya menurun sekitar 2,7% akan tetapi jumlah peserta didik yang aktif menjawab pertanyaan dari kelas meningkat sekitar 5,4%. Apabila dilihat dari nilai rata-rata aktivitas tiap pertemuan, maka pertemuan kedua dengan empat penyaji memiliki nilai rata-rata aktivitas 4,25 sementara pertemuan ketiga dengan tiga penyaji memiliki rata-rata aktivitas 18/3 atau 6 aktivitas. Dari seluruh proses kegiatan pembelajaran pada Siklus I dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan aktivitas peserta didik dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya walaupun persentase kenaikannya kecil. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah mulai menyenangi pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil observasi terhadap guru menunjukkan bahwa perilaku guru telah sesuai dengan langkah-langkah yang diharapkan dalam metode STAD. Hasil diskusi kelompok disajikan pada Gambar 2.

Supriyono, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad di SMPN 239 Jakarta 229 1 8 Kerja sama 6 Aktif presentasi 4 Aktif bertanya 2 Menanggapi Aktivitas Kelas Gambar 2. Persentase skor aktivitas diskusi kelompok Siklus I Berdasarkan Gambar 2 dapat terlihat bahwa kerja sama kelompok, aktivitas presentasi dan kemampuan memberi tanggapan cukup baik sementara aktivitas bertanya masih perlu didorong karena masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). a. Nilai Ulangan Akhir Siklus I Rata-rata nilai ulangan di akhir Siklus I adalah 73,78, dimana data frekuensi nilai tes beserta sebaran distribusi kemampuan kelas dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Distribusi frekuensi nilai ulangan akhir Siklus 1 Refleksi: Peran guru sudah cukup baik yaitu tidak sebagai subjek pembelajaran namun telah berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam pembelajaran. Peserta didikpun telah aktif mencari sumber belajar melalui informasi yang ia peroleh baik dari buku maupun diskusi antar peserta didik lain, meskipun beberapa peserta didik masih sulit menyusun pertanyaan karena belum terbiasa, terkadang kurang percaya diri dan masih grogi ketika menyampaikan pertanyaan. Siklus II Peserta didik pada Siklus II terlihat lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran (Tabel 2). Tabel 2. Frekuensi aktivitas kelompok dalam diskusi kelas Siklus II Pertemuan Aktivitas Bertanya Aktivitas Menjawab Jumlah Rata-rata Frekuensi % Frekuensi % Aktivitas aktivitas 1 7 18,92 2 5 9-2 25 67,57 24 64,86 49 12,25 3 2 54,5 18 48,65 38 12,67 Rata-Rata 17,33 46,85 14,67 37,86 32,33 Jumlah 52 44 96

23 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 2, Oktober 214, hlm. 224-232 Berdasarkan Tabel 2 dapat terlihat adanya kenaikan rata-rata aktivitas peserta didik untuk setiap pertemuan, dimana akumulasi aktivitas kelas mencapai 96 aktivitas di Siklus II. Peningkatan aktivitas bertanya maupun menanggapi jawaban meningkat sangat baik. Hal ini mungkin terjadi karena diskusi kelas telah mendorong peserta didik untuk termotivasi dalam proses KBM, dimana kualitas diskusi pun cukup baik. Hasil Observasi Guru: Pada prinsipnya pembelajaran yang dilakukan oleh guru telah menerapkan prinsip pembelajaran yang cukup baik. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif 1 8 6 4 2 Aktivitas Kelas tipe STAD juga telah dilakukan dengan baik. Di akhir pembelajaran guru memberikan apresiasi bagi kelompok yang kinerjanya paling baik. a. Nilai Hasil Diskusi Kelompok Data hasil penilaian kegiatan belajar Siklus II menunjukkan bahwa semua kelompok telah dinyatakan tuntas dalam aktivitas diskusi. Aktivitas kelas dalam melakukan diskusi digambarkan pada Gambar 4. Kerja sama Aktif presentasi Aktif bertanya Menanggapi Gambar 4. Persentase skor aktivitas diskusi kelompok Siklus II Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa kegiatan belajar dalam berdiskusi pada Siklus II secara klasikal sudah dapat dikatakan tuntas karena telah mencapai ketuntasan kelas 81,79%. b. Nilai Hasil Ulangan Siklus II Gambar 5. Distribusi frekuensi nilai akhir Siklus II Berdasarkan Gambar 5 dapat dijelaskan bahwa sebaran nilai akhir siklus berdistribusi normal dan rata-rata kelas telah mencapai 76,76 di atas nilai KKM. Dengan demikian, penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dikatakan telah meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA. Ikhtisar hasil angket respon peserta didik terhadap proses pembelajaran di akhir siklus menunjukkan bahwa respon persepsi peserta didik terhadap pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digambarkan dengan Gambar 6.

Supriyono, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad di SMPN 239 Jakarta 231 1 8 6 4 2 Responden Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Gambar 6. Persentase tanggapan responden di akhir siklus Berdasarkan Gambar 6 dapat terlihat bahwa persentase responden yang menyatakan setuju atau dapat dikatakan memberikan respon positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan guru dapat dikatakan cukup baik (mencapai 85%), dimana yang menyatakan ragu-ragu adalah 1% dan yang menyatakan tidak setuju hanya 5%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan pada materi IPA. Refleksi: Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada Siklus II dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA dan proses belajar mengajar berlangsung menarik. Perbandingan tingkat ketuntasan dan daya serap Siklus I dan Siklus II divisualisasikan pada Gambar 7. 1 8 6 4 2 Tingkat Ketuntasan Daya serap Sebelum Siklus Siklus I Siklus II Gambar 7. Perbandingan tingkat ketuntasan dan daya serap Siklus I dan Siklus II Berdasarkan Gambar 7 dapat terlihat bahwa telah terjadi kenaikan tingkat ketuntasan dari Siklus I ke Siklus II, begitu pula untuk daya serap hasil ulangan akhir siklus yang mengalami kenaikan cukup berarti. Kenaikan tersebut memang hanya sedikit tetapi telah melampaui KKM yang ditetapkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA. KESIMPULAN Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA di kelas IX-4 SMP Negeri 239 Jakarta. Hal ini terlihat dari adanya kenaikan hasil keaktifan belajar peserta didik secara kelompok, tingkat ketuntasan belajar dan daya serap dari hasil ulangan di setiap akhir siklus dan telah sesuai dengan indikator yang ditetapkan di setiap akhir siklus.

232 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 2, Oktober 214, hlm. 224-232 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (26). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. (24). Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Departemen Pendidikan Nasional. Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara Qurtubi, A. (29). Perencanaan sistem pengajaran. Tangerang: PT BHS. Slameto. (22). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Yasin, S. (211). Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Students Team Achievedment Devision). [Online]. Diakses dari: http://www.sarjanaku.com/211/3/pe mbelajaran-kooperatif-tipe-stad.html.