BAB V PEMBAHASAN. dari alam. Sebagai bagian dari alam, keberadaan manusia di alam adalah saling

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PENUTUP. wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. tersebut hanya dapat diketahui dengan ilmu, karena ilmu tiada tepinya. Rasulullah

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Oleh karena itu, setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus

SKRIPSI. Oleh: DEDY FADLY SHARTONO NIM

BAB I PENDAHULUAN. tersebut hanya dapat diketahui dengan ilmu, karena ilmu tiada tepinya. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. firman Allah dalam QS Al-Imran 190 yang berbunyi : Allah SWT kepada manusia yang telah diberi kenikmatan berupa akal dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya. obatan hingga perananya sebagai keseimbangan ekosistem.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. 1 Sehingga dalam jenis

BAB I PENDAHULUAN. kuasa dan kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam hayati Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesiamemiliki hutan mangrove terluas di dunia dan juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. 1 Etnobotani juga memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Ilmu Ekologi dikenal dengan istilah habitat. jenis yang membentuk suatu komunitas. Habitat suatu organisme untuk

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

1BAB I PENDAHULUAN. memiliki garis pantai sepanjang km (Cappenberg, dkk, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. tempat pengambilan sampel penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dunia dan akhirat sebagai wahyu ilahi, di dalam Alqur an banyak berisi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Trisno Hadisubroto, Ekologi Dasar, (Jakarta: Departemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan lingkungan yang ada pada saat ini. Dalam kaitannya dengan

BAB V PEMBAHASAN HASIL INTEGRASI SAINS. herba yaitu : Talas, singkong,, kangkung, patikan kebo, pandan, rimbang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan oleh semua makhluk

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beragam mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kondisi ekstrim, seperti

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya

PEMBAHASAN. Hasil penelitian analisis nilai produktivitas primer di taman nasional

I. PENDAHULUAN. Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BIODIVERSITAS 3/31/2014. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) "Ragam spesies yang berbeda (species diversity),

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh, makroalga tersebut memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup

KEANEKARAGAMAN BIVALVIA DAN ASOSIASINYA DENGAN TEGAKAN MANGROVE DI PANTAI TALANG SIRING KABUPATEN PAMEKASAN SKRIPSI. Oleh: AHMAD SADILI NIM

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi. kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

PENDAHULUAN. dengan arus yang lambat atau bahkan tidak ada arus sama sekali. Waktu tinggal

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat melimpah. Diperkirakan terdapat jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai ± Ha, yang terdiri dari danau Ha, sungai Ha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah suatu hal yang terjadi begitu saja akantetapi memiliki arti dan tujuan.

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Allah SWT telah menciptakan alam semesta beserta sumber daya alam yang sangat melimpah yang diperuntukkan bagi seluruh makhluk-nya untuk hidup yang berkelanjutan. Manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari alam. Sebagai bagian dari alam, keberadaan manusia di alam adalah saling membutuhkan, saling terkait dengan makhluk yang lain. Oleh karena itu ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam agar manusia bisa mengelola alam ini sebagaimana mestinya. Islam memandang ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi dan tingkat kebenaran mutlak. Sedangkan ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan, oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikkan kembali. Oleh karena itu sains bagaimana pun juga memerlukan agama paling tidak ketika berbicara tentang lingkungan dan alam sekitarnya. 1 Menurut pandangan Islam alam beserta isinya bukan hanya benda yang tidak berarti apa-apa selain dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Alam beserta isinya dalam pandangan Islam adalah tanda keberadaan Sang Pencipta. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi: Publiser. 2013 h.17. 1 Akhmad Supriadi dan Jumrod, Tafsir Ayat-Ayat Biologi, Yogyakarta: Kanwa 97

Artinya: Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orangorang yang yakin. (QS. Adz-Dzariyat (51) : 20). 2 Ayat di atas memberikan informasi bahwa di alam terdapat banyak sekali sesuatu yang Allah pertunjukkan kepada manusia agar sekiranya mampu berpikir, menelaah dan mendalami serta meneliti sehingga menambah keyakinan atas kekuasaan-nya. Salah satu tanda kekuasaan Allah yang ada di alam ialah adanya jamur kelas Basidiomycetes yang terdapat di kawasan hutan wisata desa Sanggu kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan dengan keanekaragamannya merupakan salah satu bukti kekuasaan-nya. Menurut ilmu pengetahuan, jamur Basidiomycetes sebagiannya dapat dikonsumsi, dapat dijadikan bahan pengobatan penyakit dan sebagiannya lagi manfaat jamur Basidiomycetes belum diketahui. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Q.S Thaahaa: 53 yang berbunyi: Artinya : Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam. (Q.S. Thaahaa:53) 3 2 Adz-Dzariyat [51]: 20 3 Thaahaa [20]: 53.

Ayat di atas menyatakan bahwa, Allah SWT telah menciptakan bumi ini sebagai hamparan dan menjadikan sebagian kecil lainnya gunung-gunung untuk menjaga kestabilan bumi dan Allah juga yang telah menjadikan bumi ini jalan-jalan yang mudah ditempuh, serta Allah juga yang telah menurunkan dari langit air hujan sehingga tercipta sungai-sungai dan danau, lalu ditumbuhkan dari air itu bermacam-macam jenis tumbuhan dan bermanfaat untuk kelanjutan hidup makhluk ciptaan-nya. 4 A. Komposisi Jenis Jamur Basidiomycetes Yang Terdapat Pada Daerah Dataran Tinggi dan Dataran Rendah Di Kawasan Hutan Wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan Hasil penelitian menunjukkan jenis jamur kelas Basidiomycetes yang diperoleh pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah di kawasan hutan wisata desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan memiliki komposisi jenis jamur yang berbeda. Jenis jamur kelas Basidiomycetes pada daerah dataran tinggi di kawasan hutan wisata desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan berjumlah 20 jenis diantaranya adalah Fomes sp 1, Fomes sp 2, Fomes sp 3, Fomes sp 4, Fomes fomentarius, Coltricia sp 1, Coltricia sp 2, Coltricia sp 3, Coltricia sp 4, Coltricia sp 5, Lenzites betulina, Lenzites sp, Ganoderma sp 1, Ganoderma sp 2, Hypholoma marginatum, Stereum sp, Clitoybe sp, Lactarius sp, Boletus sp. 4 M. Quraisi Shihab, Tafsir Al Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Qur an),jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 604-606.

Jenis jamur kelas Basidiomycetes yang diperoleh pada daerah dataran rendah di kawasan hutan wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan berjumlah 14 jenis diantaranya adalah Fomes sp 1, Fomes sp 2, Coltricia cinnamomea, Coltricia sp, Lenzites betulina, Ganoderma boninse, Ganoderma sp 1, Ganoderma sp 2, Ganoderma sp 3, Pynoporus cinnabarinus, Panus rudis, Stereum gausapatum, Clitoybe dealbata, Auricularia polytricha. B. Keanekaragaman (Indeks Keanekaragaman, Kemerataan, Kekayaan dan Kepadatan Relatif) Jenis Jamur Kelas Basidiomycetes Yang Diperoleh Pada Dataran Tinggi dan Dataran Rendah Di Kawasan Hutan Wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan. 1. Indeks Keanekaragaman Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman yang disajikan pada bab sebelumnya, bahwa indeks keanekaragaman jamur kelas Basidiomycetes yang diperoleh pada dataran tinggi dan dataran rendah di Kawasan Hutan Wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan mempunyai nilai yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil perhitungan analisis indeks keanekaragaman jenis jamur kelas Basidiomycetes pada daerah dataran tinggi di kawasan hutan wisata desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan sebesar 2,3428 dan dataran rendah di kawasan hutan wisata desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan sebesar 2,4284, menunjukkan kategori sedang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan

seperti suhu, kelembaban dan ph. Keadaan suhu sangat berkaitan dengan kisaran kelembaban, yaitu apabila suhu pada suatu area tinggi, maka penguapan yang terjadi akibat kenaikan suhu semakin besar, sehingga dampak dari besarnya penguapan menyebabkan rendahnya kisaran nilai kelembaban suatu area tersebut. Seperti yang diketahui dengan rendahnya kisaran nilai kelembaban maka menyebabkan menurunnya kemampuan jamur untuk hidup pada suatu area, sehingga keanekaragamannya pun juga menurun. 2. Kemerataan Berdasarkan hasil penghitungan indeks kemerataan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, kemerataan jenis jamur Basidiomycetes pada kawasan dataran tinggi sebagai stasiun 1 diperoleh nilai 1,8667 dan kemerataan jenis jamur basidiomycetes pada kawasan dataran rendah sebagai stasiun 2 2,1189. Penyebaran jenis suatu organisme berkaitan erat dengan dominansi, dimana apabila nilai kemerataan kecil mengindikasikan ada terjadi dominansi dari jenis-jenis tertentu. Kondisi komunitas dikatakan baik atau stabil apabila nilai kemerataan jenis mendekati 1 atau sebaliknya. Semakin kecil nilai kemerataan mengindikasikan penyebaran jenis yang tidak merata, sedangkan semakin besar nilai kemerataan mengindikasikan kemerataan penyebaran jenis relatif merata. 5 Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran jamur di Kawasan 5 Ibrahim, Keanekaragaman Gastropoda Pada Daerah Pasang Surut Kawasan Hutan Mangrove Kota Tarakan dan Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dengan Manifestasi Perilaku Terhadap Pelestariannya. Tesis. Malang: Universitas Negeri Malang Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Biologi. 2009. h. 86, t.d.

Hutan Wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan termasuk merata. 3. Kekayaan Kekayaan jenis jamur kelas Basidiomycetes Kekayaan jenis jamur Basidiomycetes pada daerah dataran tinggi dan daerah dataran rendah memiliki nilai yang berbeda. Perbedaan nilai kekayaan yang terjadi pada kawasan dataran tinggi dan dataran rendah disebabkan oleh lebih melimpahnya spesies yang menjadi komposisi dari area penelitian. Kekayaan jenis jamur kelas Basidiomycetes pada daerah dataran tinggi sebagai stasiun 1 diperoleh nilai 1,50 dan Kekayaan jenis jamur basidiomycetes pada kawasan dataran rendah sebagai stasiun 2 diperoleh nilai 2,30. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan jamur kelas Basidiomycetes yang diperoleh pada Dataran Tinggi dan Dataran Rendah di Kawasan Hutan Wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan mempunyai perbedaan. Tingginya nilai kekayaan disebabkan jumlah jenis jamur Basidiomycetes yang ditemukan, sesuai dengan Kreb dan Leksono (dalam Rumahlu, 2007) yang menjelaskan bahwa suatu komunitas dikatakan memiliki kekayaan yang tinggi apabila pada komunitas tersebut terdapat jumlah jenis yang banyak. 6 Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya nilai kekayaan juga dipengaruhi oleh kestabilan dan kesesuaian iklim dengan kebutuhan organisme di area penelitian tersebut. 6 Ibid, hal.87

4. Kepadatan Relatif Studi tentang populasi merupakan informasi dasar yang sangat penting untuk diketahui. Kepadatan populasi merupakan jumlah individu dari suatu spesies yang terdapat dalam satu-satuan luas dan volume. 7 Berdasarkan hasil penghitungan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, kepadatan relatif jamur kelas Basidiomycetes yang diperoleh pada Dataran Tinggi dan Dataran Rendah di Kawasan Hutan Wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan mempunyai nilai yang berbeda-beda. Menurut Alexander (2002) menyatakan bahwa suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangaan suatu organisme, apabila nilai Kerapataan Kelatif (KR) > 10%. Semakin stabil dan sesuai iklim dengan kebutuhan organisme menyebabkan semakin padat spesies yang ada pada komunitas tersebut. C. Deskriptif Komparatif Berdasarkan hasil perhitungan keanekaragaman jamur yang terdapat pada kawasan hutan wisata desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan, diperoleh hasil indeks keanekaragaman jenis jamur Basidiomycetes pada kawasan dataran tinggi sebagai stasiun 1 adalah sebesar 2,3428 sedangkan indeks keanekaragaman jenis jamur Basidiomycetes pada kawasan dataran rendah sebagai stasiun 2 adalah sebesar 2,4284. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara keanekaragaman jamur kelas Basidiomycetes antara daerah dataran tinggi dan daerah dataran rendah. 7 Ibid, hal.87.

Hal ini dipengaruhi oleh jumlah jamur yang diperoleh tidak jauh berbeda dan masih dalam kategori indeks keanekaragaman yang sama yaitu kategori sedang. Meskipun indeks keanekaragamannya sama akan tetapi jenis jamur yang tumbuh antara daerah dataran tinggi dengan dataran rendah mempunyai perbedaan yang mana ada jenis jamur yang terdapat di dataran tinggi akan tetapi tidak terdapat pada dataran rendah, seperti jamur yang bergenus Hypholama, Lactarius dan Boletus. Sebaliknya ada sebagian jenis jamur yang terdapat di dataran rendah akan tetapi tidak terdapat pada dataran tinggi seperti jamur yang bergenus Pynoporus, Panus dan Auricularia