UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; MEMUTUSKAN :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 70 TAHUN 1958 (70/1958) Tanggal: 4 SEPTEMBER 1958 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN TANDA-TANDA KEHORMATAN BINTANG SAKTI DAN BINTANG DARMA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 65 TAHUN 1958 (65/1958) Tanggal: 11 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERIAN TANDA-TANDA KEHORMATAN BINTANG SAKTI DAN BINTANG DARMA

Tentang: TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA. Indeks: TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA.

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1959

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SATYALANCANA "SEROJA" Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1978 Tanggal 6 Pebruari 1978 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 1958 TENTANG SATYALENCANA PERISTIWA GERAKAN OPERASI MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG "JALASENA" PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN BINTANG GARUDA Undang-Undang Darurat Nomor 2 Tahun 1959 Tanggal 16 April 1959 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PERINGATAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1959 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM MENGENAI TANDA-TANDA KEHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1960 TENTANG SATYA LENCANA JASADARMA ANGKATAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203 TAHUN 1961 TENTANG SATYALANCANA "SATYA DASAWARSA" BAGI PARA ANGGOTA-ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1961 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BHAYANGKARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KEBAKTIAN SOSIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KEBAKTIAN SOSIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1963 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG JASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG KARTIKA EKA PAKCI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG MAHAPUTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 204 TAHUN 1961 TENTANG TANDA-TANDA KEHORMATAN/PENGHARGAAN UNTUK KEPOLISIAN NEGARA

SATYALANCANA PERISTIWA GERAKAN OPERASI MILITER VIII "DHARMA PHALA" Peraturan Pemerintah Nomor: 19 Tahun 1968 Tanggal: 25 Juni 1968

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PERINTIS PERGERAKAN KEMERDEKAAN

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 5 TAHUN 1963 (5/1963) Tanggal: 22 JULI 1963 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PEMBANGUNAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TANDA-TANDA KEHORMATAN UNDANG UNDANG. NOMOR 4 Drt. TAHUN 1959 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN UMUM MENGENAI TANDA-TANDA KEHORMATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PERINTIS PERGERAKAN KEMERDEKAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1963 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG JASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG SWA BHUWANA PAKSA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Indeks: ANGKATAN PERANG. IKATAN DINAS SUKARELA (MILITER SUKARELA). ANGGOTA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 221 TAHUN 1961 TENTANG SATYALANCANA KEAMANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 10 TAHUN 1980 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1964 TENTANG SATYALANCANA WIRA DHARMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 1967 TENTANG VETERAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PJ. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 1957 TENTANG VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bintang Jasa. B. Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERHENTIAN MILITER SUKARELA DARI DINAS TENTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 221 TAHUN 1961 TENTANG SATYALANCANA KEAMANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tentang: VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA *) VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA.

3.Undang-undang Nomor 70 tahun 1958 (Lembaran-Negara tahun 1958 Nomor 124) tentang Tanda-tanda Penghargaan untuk Anggota-Angkatan Perang.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KEBUDAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1971 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG YUDHA DHARMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1971 (13/1971) Tanggal: 11 DESEMBER 1971 (JAKARTA)

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

TATA CARA PENGUSULAN DAN PEMAKAIAN TANDA KEHORMATAN RI Kamis, 26 Februari 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG VETERAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:23 TAHUN 1968 (23/1968) Tanggal:27 DESEMBER 1968 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1959 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 25/1994, TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1968 TENTANG SATYALENCANA WIDYA SISTHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1966 TENTANG PEMBERIAN PENSIUN, TUNJANGAN BERSIFAT PENSIUN DAN TUNJANGAN KEPADA MILITER SUKARELA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1957 TENTANG ANGGOTA ANGKATAN PERANG BERDASARKAN IKATAN DINAS SUKARELA (MILITER SUKARELA)

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prosedur Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Tahun 2015 Senin, 17 Oktober 2016

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG GELAR KEHORMATAN, WARGA KEHORMATAN, DAN PENGHARGAAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 55 TAHUN 2003 (55/2003) TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa Angkatan Perang dalam usahanya menjadi pembela bangsa dan kedaulatan negara yang sempurna, perlu memenuhi syarat-syarat pemeliharaan jiwa keutuhan persatuan serta pemupukan mutu setinggi-tingginya untuk mencapai daya tempur yang sebesar-besarnya, sehingga wajiblah tiap-tiap anggota Angkatan Perang mendukung setinggi-tingginya norma-norma penyelenggaraan tugas, kesetiaan menjalankan dinas dan semangat berkorban; b. Bahwa untuk mengerahkan dan memelihara sifat-sifat utama keprajuritan, perlu diadakan ketentuan-ketentuan yang dapat mengembangkan jiwa keutuhan persatuan, kegembiraan bekerja dan mewujudkan perangsang semangat berbakti dan berkorban. c. Bahwa jiwa keutuhan persatuan, kegembiraan bekerja dan semangat berkorban bakti diantaranya dapat tercapai dengan pengakuan dan penghargaan yang setimpal atas jasa-jasa menurut norma-norma pendidikan yang sehat; d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diatur ketentuan-ketentuan tentang pemberian tanda-tanda penghargaan kepada seseorang sebagai penjelmaan pengakuan penghargaan atas jasa-jasa berdasarkan nilai-nilai jiwa bangsa Indonesia yang sesuai dengan kemampuan negara; e. Bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak, perlu peraturan sebagai yang dimaksud sub 4 diadakan dengan segera. Mengingat: Pasal 87 dan pasal 96 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Mengingat pula: Pasal 32 dan 33 Undang-undang Pertahanan No.29 tahun 1954. Mendengar: Dewan Menteri dalam rapatnya ke-93 pada tanggal 28 Maret 1958. MEMUTUSKAN: Menetapkan:

UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Kepada anggota Angkatan Perang yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan ini dapat diberikan tanda-tanda penghargaan berupa Satyalancana Bhakti, Satyalancana Teladan, Satyalancana Kesetiaan dan Satyalancana Peristiwa. BAB II SATYALANCANA BHAKTI Pasal 2 Kepada anggota Angkatan Perang yang mendapat luka-luka sebagai akibat langsung kegiatan musuh dan di luar kesalahannya sehingga memerlukan perawatan kedokteran diberi tanda penghargaan berupa sesuatu satyalancana yang bernama "Satyalancana Bhakti". Pasal 3 (1) "Satyalancana Bhakti" berbentuk seperti dilukiskan dalam daftar lampiran, ialah sebuah satyalancana segi tujuh, dibuat dari logam berwarna perunggu dengan garis tengah 25 milimeter, di sebelah muka satyalancana dilukiskan tulisan "Bhakti" dan di sebelah belakang satyalancana dilukiskan tulisan "Republik Indonesia". (2) Pita dari Satyalancana Bhakti bercorak seperti dilukiskan dalam daftar lampiran, berukuran lebar 25 milimeter, panjang 35 milimeter dan berwarna hijau laut dan kuning yang sama lebarnya di tengah-tengah strip tegak putih dengan lebar 2 milimeter. Pasal 4 Satyalancana Bhakti dapat dianugerahkan juga secara anumerta kepada anggota Angkatan Perang yang gugur dalam menjalankan tugasnya sebagai akibat langsung kegiatan musuh dan di luar kesalahannya sendiri. Pasal 5

Satyalancana Bhakti dapat dianugerahkan kepada warga negara Indonesia bukan anggota Angkatan Perang yang melakukan suatu perintah dari Angkatan Perang dan memenuhi ketentuan-ketentuan dimaksud dalam pasal 2 dan 4. BAB III SATYALANCANA TELADAN Pasal 6 Kepada anggota Angkatan Perang yang termasuk golongan Prajurit yang dalam waktu perang atau dalam operasi selama 1 tahun berturut-turut atau dalam waktu di luar keadaankeadaan seperti tersebut di atas sedikit-dikitnya 3 tahun berturut-turut menjalankan tugasnya dengan berkelakuan baik, setia, sungguh-sungguh, sehingga dapat menjadi teladan dalam memelihara sifat-sifat keprajuritan bagi yang lain, dapat diberikan suatu tanda penghargaan berupa suatu satyalancana dengan nama "Satyalancana Teladan" Pasal 7 (1) Satyalancana Teladan berbentuk seperti dilukiskan dalam daftar lampiran, ialah sebuah satyalancana segi lima, dibuat dari logam berwarna perunggu mempunyai garis tengah 25 milimeter, di sebelah muka satyalancana dilukiskan gambar bintang, jangkar dan burung garuda dengan dilingkari tulisan "Prajurit Utama", di sebelah belakang satyalancana dilukiskan tulisan "Republik Indonesia". (2) Pita dari Satyalancana Teladan bercorak seperti dilukiskan dalam daftar lampiran, berukuran lebar 25 milimeter, panjang 35 milimeter dan berwarna putih, kuning, biru, kuning, putih panjang sama lebarnya. Pasal 8 Kepada mereka yang telah mendapatkan anugerah Satyalancana Teladan dapat diberikan Satyalancana Teladan untuk kedua dan ketiga kalinya. Pasal 9 Pemberian ulangan tersebut dalam pasal 8 dilakukan dengan melekatkan pada pita sebuah bintang kecil berwarna perak untuk tiap-tiap Satyalancana Teladan Ulangan. Pasal 10 Kepada anggota Angkatan Perang yang menerima Satyalancana Teladan diberikan hadiah bulanan sebesar Rp. 25,-untuk tiap-tiap Satyalancana Teladan. BAB IV SATYALANCANA KESETIAAN

Pasal 11 Kepada anggota Angkatan Perang yang telah melakukan kewajiban dinas ketentaraan selama 8 tahun, 16 tahun atau 24 tahun penuh dengan tidak terputus-putus, berkelakuan baik, setia dan bekerja dengan sungguh-sungguh diberikan tanda penghargaan berupa suatu satyalancana bernama "Satyalancana Kesetiaan". Pasal 12 Satyalancana Kesetiaan berbentuk seperti dilukiskan dalam daftar lampiran, ialah sebuah satyalancana bundar, dibuat dari logam berwarna perunggu untuk dinas 8 tahun, berwarna perak untuk dinas 16 tahun dan berwarna emas untuk dinas 24 tahun, dan masing-masing mempunyai garis tengah 25 milimeter, di sebelah muka satyalancana dilukiskan rangkaian padi dan kapas dengan tulisan "Tamtama Setia" ditengahnya dan di bawah tulisan ini dilukiskan angka Rumawi VIII untuk dinas 8 tahun, angka Rumawi XVI untuk dinas 16 tahun dan angka Rumawi XXIV untuk dinas 24 tahun, di sebelah belakang satyalancana dilukiskan tulisan "Republik Indonesia". Pasal 13 Pita dari Satyalancana Kesetiaan bercorak seperti dilukiskan dalam daftar lampiran, berukuran lebar 25 milimeter, panjang 35 milimeter dan berwarna biru muda, biru tua, biru muda yang sama lebarnya. Pasal 14 Pada pita kecil Satyalancana Kesetiaan yang dipakai menurut ketentuan dalam pasal 29 ditempatkan angka Rumawi VIII, XVI, atau XXIV berturut-turut untuk Satyalancana Kesetiaan 8 tahun, 16 tahun atau 24 tahun dinas tentara dan dibuat dari logam bersama sama dengan satyalancananya. Pasal 15 Pemberian Satyalancana Kesetiaan untuk dinas tentara 16 tahun atau 24 tahun berarti penggantian dari Satyalancana Kesetiaan yang diterima sebelumnya. BAB V SATYALANCANA-SATYALANCANA PERISTIWA Pasal 16 Kepada anggota Angkatan Perang yang secara aktip telah mengikuti: a. Peristiwa-peristiwa, dalam mana Angkatan Perang mengambil suatu bagian aktip dalam mempertegak kekuasaan kedaulatan Negara terhadap musuh yang bersenjata, baik dari dalam maupun dari luar, atau b. Peristiwa-peristiwa penting dalam pertumbuhan dan sejarah Angkatan Perang; dan selama atau sesudah masa terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut di huruf a atau huruf b tidak melakukan sesuatu yang mencemarkan, merugikan atau mengurangi

nilai dan sifat kelanjutan perjuangan, diberikan tanda-tanda penghargaan berupa satyalancana-satyalancana yang disebut "Satyalancana Peristiwa". Pasal 17 (1) Peristiwa-peristiwa yang dimaksud dalam pasal 16 huruf a ialah: a. Peristiwa Aksi Militer kesatu b. Peristiwa Aksi Militer kedua c. Peristiwa-peristiwa lain yang ditentukan dengan Peraturan Pemerintah. (2) Peristiwa-peristiwa yang dimaksud dalam pasal 16 huruf b ialah peristiwa-peristiwa yang merupakan kebangsaan Nasional atau Angkatan Perang yang ditentukan dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 18 (1) Selain syarat-syarat tersebut dalam pasal 16 huruf a dan b pemberian Satyalancanasatyalancana Peristiwa untuk peristiwa-peristiwa yang dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf a dan b, hanya dapat dilakukan dalam hal yang bersangkutan mengikuti secara aktip peristiwa-peristiwa tersebut dalam batas waktu tersebut di bawah: a. Mengikuti sepenuhnya atau sebagian, dengan sedikit-dikitnya 90 hari peristiwa Aksi Militer kesatu dari tanggal 20 Juni 1947 s/d 22 Pebruari 1948; b. Mengikuti sepenuhnya atau sebagian, dengan sedikit-dikitnya 90 hari peristiwa Aksi Militer kedua dalam jangka waktu 18 Desember 1948 s/d 27 Desember 1949; (2) Menteri Pertahanan dapat mengubah syarat waktu 90 hari yang ditentukan dalam ayat (1) huruf a dan b di atas. (3) Syarat-syarat waktu dan/atau syarat-syarat untuk pemberian Satyalancanasatyalancana Peristiwa untuk peristiwa-peristiwa yang dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf c dan ayat (2) ditentukan dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 19 (1) Nama dari Satyalancana-satyalancana Peristiwa yang disebut dalam pasal 17 ayat (1) huruf a dan b berturut-turut untuk: a. Peristiwa Aksi Militer kesatu disebut "Satyalancana Aksi Militer kesatu". b. Peristiwa Aksi Militer kedua disebut "Satyalancana Aksi Militer kedua". (2) Nama dari Satyalancana-satyalancana. Peristiwa lainnya yang dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf c dan ayat (2) ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 20 (1) Satyalancana-satyalancana Peristiwa berbentuk seperti dilukiskan dalam daftar lampiran, ialah sebuah satyalancana bundar berliku-liku, dibuat dari logam berwarna perunggu, mempunyai garis tengah 25 milimeter, di sebelah muka dilukiskan nama dari Satyalancana Peristiwa dengan dilingkari rangkaian padi dan kapas, di sebelah belakang satyalancana dilukiskan tulisan "Republik Indonesia".

(2) Pita satyalancana dari Satyalancana-satyalancana Peristiwa berukuran lebar 25 milimeter dan panjang 35 milimeter (3) Warna pita untuk tiap-tiap Satyalancana Peristiwa yang dimaksud di pasal 19 ayat (1) huruf a dan b, seperti dilukiskan dalam daftar lampiran yaitu: a. Untuk Satyalancana Aksi Militer kesatu, merah putih yang sama lebarnya. b. Untuk Satyalancana Aksi Militer kedua, dasar merah dengan pakai strip tegak putih di tengah-tengah yang lebarnya 2 milimeter. (4) Warna pita dari tiap-tiap Satyalancana Peristiwa yang dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 21 Satyalancana-satyalancana Peristiwa dapat diberikan, kepada warga negara bekas anggota Angkatan Perang menurut ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Peraturan Pemerintah. BAB VI PEMBERIAN Pasal 22 Satyalancana-satyalancana Bhakti, Teladan, Kesetiaan dan Peristiwa dianugerahkan oleh Menteri Pertahanan. Pasal 23 Tiap pemberian satyalancana disertai dengan penyerahan suatu piagam menurut bentuk seperti dilukiskan dalam lampiran. Pasal 24 Penyerahan satyalancana dan piagam dilakukan dengan upacara militer menurut ketentuan Kepala Staf Angkatan. Pasal 25 Tata cara pengusulan dan pemberian satyalancana yang dimaksud di pasal 23 ini ditetapkan oleh Kepala Staf Angkatan. Pasal 26 Pelaksanaan penyerahan tersebut di pasal 24 dapat diserahkan kepada pejabat-pejabat yang ditetapkan oleh Menteri Pertahanan. BAB VII URUTAN TINGKATAN Pasal 27

Urutan tingkatan dari atas ke bawah dari satyalancana-satyalancana tersebut dalam peraturan ini ialah 1. Satyalancana Bhakti 2. Satyalancana Teladan 3. Satyalancana Kesetiaan berturut-turut untuk 16-24 tahun dinas tentara. 4. Satyalancana-satyalancana Peristiwa dengan tidak ada perbedaan tingkatan. BAB VIII PEMAKAIAN Pasal 28 Satyalancana-satyalancana Bhakti, Teladan, Kesetiaan dan Peristiwa dipakai secara lengkap pada upacara Peringatan Hari Nasional, upacara Peringatan Hari Angkatan Perang dan upacara-upacara resmi lainnya yang ditentukan oleh Kepala Staf Angkatan, pada dada sebelah kiri dimulai dari sebelah kancing baju berjajar dari kanan ke kiri menurut urutan tingkatan satyalancana seperti ditetapkan dalam pasal 27 sebanyak-banyaknya 4 satyalancana. Dalam hal terdapat lebih dari 4 satyalancana maka deretan satyalancana kedua diletakkan tepat di bawah deretan satyalancana pertama sedemikian sehingga satyalancanasatyalancana dari deretan kedua nampak tepat di bawah dan di antara satyalancanasatyalancana deretan pertama. Demikian seterusnya untuk penempatan deretan ketiga, keempat dan selanjutnya. Pasal 29 Pada waktu di luar dari pada yang ditentukan pada pasal 28 di atas, tiap-tiap satyalancana dapat dipakai dalam bentuk sebuah pita kecil, berukuran 25 X 10 milimeter, berwarna menurut pita asli, pada dada sebelah kiri, di atas saku baju, dimulai dari sebelah kancing baju berjajar dari kanan ke kiri menurut urutan tingkat satyalancana seperti ditetapkan dalam pasal 27, sebanyak-banyaknya 4 pita. Dalam hal terdapat lebih dari 4 pita maka deretan kedua diletakkan di bawah deretan pertama; demikian pula seterusnya untuk deretan ketiga, keempat dan selanjutnya. Pasal 30 Satyalancana atau pita tidak boleh dipakai oleh yang berhak pada waktu ia menjalankan hukuman penjara, hukuman penahanan atau selama menjalankan pekerjaan lain sebagai hukuman. Pasal 31 Urutan pemakaian untuk Satyalancana-satyalancana Peristiwa ditentukan menurut urutan waktu terjadinya peristiwa untuk mana dianugerahkan tanda penghargaan. Pasal 32

Di samping yang ditentukan dalam pasal 30 Kepala Staf Angkatan dapat menentukan peraturan-peraturan lain tentang larangan pemakaian satyalancana-satyalancana. BAB IX PENCATATAN Pasal 33 Hak atas satyalancana-satyalancana dicabut apabila yang menerima: a. Dengan putusan hakim yang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman berupa dikeluarkan dari dinas ketentaraan, dengan atau tidak dengan pencabutan hak untuk masuk dalam dinas angkatan bersenjata; b. Dengan putusan pengadilan yang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman karena sesuatu kejahatan terhadap keamanan Negara atau karena desersi; c. Dengan putusan pengadilan yang tidak dapat diubah lagi, dikenakan hukuman penjara yang lamanya lebih dari satu tahun, atau dikenakan macam hukuman yang lebih berat. d. Diberhentikan dari dinas ketentaraan tidak dengan hormat; e. Memasuki dinas Angkatan Perang negara asing dengan tidak mendapat idzin dahulu dari Pemerintah Republik Indonesia. Pasal 34 Di samping ketentuan-ketentuan tersebut di pasal 33 maka Satyalancana Teladan dapat pula dicabut apabila yang memilikinya menjalankan tindakan-tindakan sehingga ia menurut pertimbangan Kepala Staf Angkatan tidak dapat lagi dijadikan teladan dalam memelihara sifat-sifat keprajuritan utama bagi yang lain. Pasal 35 Hak untuk memakai Satyalancana Teladan serta hak untuk penerimaan hadiah tersebut di pasal 10 menjadi hilang dengan sendirinya bilamana yang bersangkutan diberhentikan dari dinas ketentaraan atau diangkat dalam pangkat yang tidak termasuk golongan Prajurit. BAB X LANCANA KEMAHIRAN Pasal 36 (1) Kepada anggota Angkatan Perang yang mempunyai kemahiran dalam suatu kejuruan/vak dapat diberikan tanda penghargaan berupa Lancana Kemahiran (2) Segala sesuatu mengenai Lancana Kemahiran diatur oleh Menteri Pertahanan. BAB XI PENUTUP

Pasal 37 Segala sesuatu yang belum ditentukan dalam Peraturan ini diatur lebih lanjut dengan keputusan Menteri Pertahanan. Pasal 38 Undang-undang Darurat ini disebut Undang-undang Darurat tentang Tanda-tanda Penghargaan khusus Militer dan mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang Darurat ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 17 April 1958. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. SOEKARNO MENTERI PERTAHANAN, Ttd. DJUANDA Diundangkan, Pada Tanggal 18 April 1958. MENTERI KEHAKIMAN, Ttd. G.A. MAENGKOM LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1958 NOMOR 41

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG MODAL SEBAGAI TERSEBUT DALAM PASAL 23 UNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 2 TAHUN 1958 SURAT TANDA PENGHARGAAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA Mengingat: Undang-undang Darurat No.2 Tahun 1958 tentang Tanda-tanda Penghargaan untuk anggota Angkatan Perang Republik Indonesia. MEMUTUSKAN:

Menyatakan bahwa: NAMA :... PANGKAT :... N.R.P... JABATAN :... Dianugerahi: "Satyalancana...". sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai tersebut dalam pasal... dari Undang-undang Darurat No. 2 Tahun 1958 tersebut di atas. Dikeluarkan Di Jakarta, Pada Tanggal... MENTERI PERTAHANAN, Ttd. (...) PENJELASAN UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PENJELASAN UMUM Sebagai maklum, Angkatan Perang Republik Indonesia yang telah dibentuk secara resmi pada tanggal 5 Oktober 1945, telah mengambil bagian yang penting dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertegak dan mempertahankan kemerdekaannya yang telah diproklamirkan itu pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam usahanya mempertegak dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia Angkatan Perang telah mengalami kesulitan-kesulitan, kekurangan-kekurangan dan ujian-

ujian yang maha hebat, tetapi berkat kerelaan mempertahankan jiwa raganya, keuletan, kemauan dan cita-cita segenap anggotanya, maka segala kesukaran telah dapat diatasi, sekalipun dengan pengorbanan-pengorbanan yang tidak terkatakan. Dengan sendirinya teringatlah kita antara lain pada perjuangan-perjuangan menghadapi peristiwa-peristiwa Aksi Militer kesatu, Aksi Militer kedua, dan lain-lainnya. Pun di luar pertempuran, terlihat anggota-anggota Angkatan Perang yang dengan setia dan kesungguhan menjalankan dinas atau menyelenggarakan tugasnya sehari-hari, sehingga mereka dapat dijadikan teladan bagi teman-temannya yang lain atau mencapai suatu kemahiran dalam sesuatu kejuruan atau vak, Untuk dapat mengerahkan dan memelihara kesungguhan, kesetiaan berkorban itu dalam rangka usaha mengembangkan kegembiraan bekerja serta menjelmakan semangat pendorong, semangat berbakti dan berkorban, dengan kata lain agar Angkatan Perang dibimbing ke arah sifat-sifat yang utama dalam pengabdiannya untuk kepentingan negara dan bangsa, maka perlu diatur tata cara penghargaan. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL BAB I Ketentuan-ketentuan Umum. Pasal 1 BAB II Satyalancana Bhakti Pasal 2 Yang dimaksud di sini ialah anggota-anggota Angkatan Perang yang telah mendapat lukaluka sebagai akibat perjuangannya. Cukup Jelas. Pasal 3 Pasal 4 Yang dimaksudkan dengan pemberian anumerta adalah pemberian kepada mereka yang gugur atau meninggal dunia sebagai akibat luka-luka yang diperolehnya seperti tersebut di pasal 2. Pemberian dilakukan kepada ahli warisnya. Pasal 5

Satyalancana Bhakti dapat diberikan juga kepada warga negara Indonesia bukan anggota Angkatan Perang, yang mengikuti kesatuan Angkatan Perang atau dikarenakan ia bertugas dalam atau ditugaskan oleh Angkatan Perang. BAB III Satyalencana Teladan Pasal 6 Satyalencana ini hanya diberikan kepada golongan prajurit dengan pengertian bahwa golongan bintara dan golongan perwira sudah seharusnya memberikan teladan kepada bawahannya sehingga tidak perlu mendapat penghargaan lagi. Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Hadiah ini tidak dikenakan potongan sesuatu pajak. Pasal 10 BAB IV Satyalencana Kesetiaan Pasal 11 Yang dimaksud dengan dinas ketentaraan dalam pasal ini, ialah dinas ketentaraan dalam tentara Republik Indonesia sejak 5 Oktober 1945. Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14

Pasal 15 BAB V Satyalencana-satyalencana Peristiwa. Pasal 16 Pasal 17 Pasal ini memberikan kemungkinan kepada Pemerintah menentukan peristiwa-peristiwa lain untuk mengeluarkan Satyalencana Peristiwa. Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Yang dimaksud dengan warga negara bekas anggota Angkatan Perang dalam pasal ini, ialah anggota Angkatan Perang yang telah mengikuti salah satu peristiwa dalam pasal 18 peraturan ini, akan tetapi pada waktu keluarnya peraturan ini, telah diberhentikan dari dinas tentara. BAB VI Pemberian Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24

Pasal 25 Pasal 26 BAB VII Urutan Tingkatan Pasal 27 BAB VIII Pemakaian Pasal 28 Disesuaikan dengan peraturan tentang Pasal 29: pakaian dinas seragam Angkatan Perang. Pasal 30 Karena pemberian satyalencana ini merupakan suatu kehormatan sudah selayaknya tanda penghormatan ini tidak boleh dipakai pada waktu yang menerimanya mendapat hukuman. Pasal 31 Pasal 32 BAB IX Pencabutan Pasal 33, dengan alasan seperti penjelasan untuk Pasal 34 Pasal 35

BAB X Lencana Kemahiran. Pasal 36 BAB XI Penutup Pasal 37 Pasal 38 Diketahui: MENTERI KEHAKIMAN, Ttd. G. A. MAENGKOM TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1567