ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN II TAHUN 2012

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I TAHUN 2015

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III Tahun 2017


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016

No. 05/02/81/Th.VI, 2 Pebruari 2015

No. 05/05/81/Th.VI, 4 Mei 2015

No. 05/08/81/Th.VII, 1 Agustus 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2014 PROVINSI RIAU

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2014


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2015


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN I TAHUN 2015

No. 05/05/81/Th.VII, 2 Mei 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2012

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN II TAHUN 2015


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG(IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2014

I. PERTUMBUHAN (q to q) PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2015 DI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECILTRIWULAN III TAHUN 2015 PROVINSI RIAU

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II TAHUN 2016


BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR JAWA TIMUR TRIWULAN IV TAHUN 2012

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN IV TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2011

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECILTRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI RIAU

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG TRIWULAN II 2017

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN IV TAHUN 2011

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

Analisis Perkembangan Industri

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) Triwulan IV Tahun

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I TAHUN 2017 PROVINSI BENGKULU

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2013

INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III TAHUN 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN I TAHUN 2012

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN IV TAHUN 2014 JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN III TAHUN 2016 PROVINSI BENGKULU

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV TAHUN 2015

Industri Manufaktur Besar dan Sedang

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG TRIWULAN III 2016

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA Oleh : Azwar Harahap Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kegiatan produksi dan penyerapan tenaga kerja industri mikro dan kecil di Indonesia tahun 2010-2014. Dalam analisis ini digunakan indeks produksi, pertumbuhan produksi, jumlah perusahaan, nilai input, nilai output, nilai tambah, tenaga kerja dan pengeluaran untuk tenaga kerja industri mikro dan kecil dari tahun 2010 2014. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa provinsi-provinsi di Indonesia yang memiliki perkembangan kegiatan produksi yang cenderung meningkat dari tahun 2010-2014 adalah Sumatra Utara Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Perkembangan industri mikro jauh lebih tinggi dibanding industri kecil hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah perusahaan industri mikro daripada industri kecil. Jumlah perusahaan industri mikro mencapai 88,34% dan industri kecil hanya 11,66%. Sedangkan penyerapan tenaga kerja industri mikro mencapai 72,23% dan industri kecil hanya 27,77%. Kata Kunci : indeks produksi, industri, mikro dan kecil, nilai input, nilai output, nilai tambah, tenaga kerja - 19 -

I. PENDAHULUAN Pembangunan sektor industri berkembang dengan pesat dalam perekonomian Indonesia. Kontribusi sektor industri dalam perekonomian Indonesia pada tahun 2013 sebesar Rp. 2.152,80 triliun dan meningkat menjadi sebesar Rp. 2,394,00 triliun pada tahun 2014 atau peranannya sebesar 25,49%. Dilihat dari pembagian industri pengolahan dalam perhitungan Produk Domestik Bruto menunjukkan bahwa kontribusi industri tanpa migas lebih tinggi dari industri migas. Pada tahun 2014 kontribusi industri migas sebesar Rp. 290,29 triliun sedangkan kontribusi industri tanpa migas sebesar Rp. 2.103,73 triliun. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami perlambatan, dimana pada tahun 2014 hanya mampu tumbuh sebesar 5,06%. Perlambatan tersebut juga diikuti oleh pertumbuhan sektor industri yang melambat. Secara umum sektor industi pada tahun 2014 tumbuh sebesar 4,86%. Pelambatan pertumbuhan sektor industri terutama disebabkan oleh pertumbuhan industri migas yang terkoreksi sebesar -2,27%. Sedangkan industri tanpa migas mampu tumbuh sebesar 5,34%. Tingginya kontribusi industri tanpa migas tersebut mengindikasikan tumbuh dan berkembangnya industri makanan, tektil, kayu, pupuk, semen, logam dan lainnya. Diantara industri tanpa migas tersebut merupakan industri mikro dan kecil yang turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri pengolahan. Pada tahun 2014 kontribusi industri tanpa migas antara lain makanan,minuman dan tembakau sebesar Rp. 776,86 triliun, tekstil barang kulit dan alas kaki sebesar Rp. 186,36 triliun, barang kayu dan hasil hutan lainya sebesar Rp. 106,84 triliun, kertas dan barang cetakan sebesar Rp. 80,60 triliun, dan semen dan barang galian bukan logam sebesar Rp. 67,93 triliun. Industri mikro dan kecil pada umumnya merupakan usaha informal, dimana diantara masih banyak yang tidak badan hukum. Berdasarkan data BPS industri mikro dan kecil di Indonesia yang tidak berbadan hukum jumlahnya terus meningkat. Pada tahun 1996 jumlah industri mikro dan kecil yang tidak berbadan hukum sebanyak 16.780.631 usaha. Ketika terjadi krisis banyak diantara mereka yang gulung tikar - 20 -

sehingga pada tahun 1998 jumlahnya menjadi 13.975.255 usaha. Membaiknya ekonomi Indonesia pasca krisis membawa angin segar bagi tumbuhnya industri mikro dan kecil namun tetap yang tidak berbadan hukum terus meningkat, dimana pada tahun 2004 jumlahnya mencapai 17.145.244 usaha. Selain berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, industri mikro dan kecil juga telah memberikan peluang kerja yang cukup besar. Pada tahun 1996 jumlah tenaga kerja yang mampu terserap oleh industri mikro dan kecil sebanyak 28.876.422 orang. Demikian juga pada saat krisis ekonomi 1998 industri mikro dan kecil masih mampu menyediakan lapangan kerja sebanyak 26.020.176 orang. Pasca krisis pada tahun 2000 industri mikro dan kecil menyerap tenaga kerja sebanyak 27.664.690 orang dan terus meningkat sampai pada tahun 2004 jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri mikro dan kecil sebanyak 30.547.132 orang. Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana perkembangan kegiatan produksi industri mikro dan kecil di Indonesia?. (2) Bagaimana perkembangan penyerapan tenaga kerja industri mikro dan kecil di Indonesia?. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Definisi industri sesuai dengan undang-undang nomor 3 tahun 2014 yang dimaksud industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan atau memanfaatkan sumberdaya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Menurut 2-digit KBLI, klasifikasi industri mikro dan kecil dapat dikelompokkan kedalam 23 subsektor (BPS, 2015) yaitu : 1. Industri Makanan 2. Industri Minuman 3. Industri Pengolahan Tembakau 4. Industri Tekstil 5. Industri Pakaian Jadi 6. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki - 21 -

7. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur), Barang Anyaman dari Rotan, Bambu dan sejenisnya. 8. Industri Kertas dan Barang dari Kertas 9. Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 10. Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 11. Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional 12. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 13. Industri Barang Galian Bukan Logam 14. Industri Logam Dasar 15. Industri Barang Logam bukan Mesin dan Peralatannya 16. Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik 17. Industri Peralatan Listrik 18. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL (yang tidak termasuk lainnya) 19. Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer 20. Industri Alat Angkut Lainnya 21. Industri Furnitur 22. Industri Pengolahan Lainnya 23. Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan Dinamika pembangunan industri di Indonesia mengalami pasang surut. Dalam kurun waktu 2005-2009 pembangunan industri di Indonesia masih ditandai dengan pertumbuhan industri pengolahan cenderung menurun, kemampuan sektor industri pengolahan untuk dapat tumbuh ditentukan oleh besarnya penanaman modal, persebaran industri masih belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Sekitar 66,9% dari total industri berada di pulau Jawa, dan sisanya diluar Jawa. Dalam rangka pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan upaya pembangunan industri lebih merata ke seluruh wilayah Indonesia perlu terus dilakukan. (Perpres nomor 5 tahun 2010). Menurut Bappenas dan BPS (2013) sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran berperan besar pada pertumbuhan ekonomi periode 2004 2012. Dalam krisis ekonomi yang melanda dunia, sektor ini masih mampu menjadi sumber pertumbuhan utama. - 22 -

Industri migas diperkirakan masih tetap tumbuh negatif disebabkan minimnya investasi di sektor ini. Oleh karena itu, pencapaian sasaran pertumbuhan industri secara keseluruhan membutuhkan kerja keras. Untuk itu pengembangan industri non-migas akan diarahkan pada industri-industri pengolah hasil pertanian dan pertambangan, serta industri yang memanfaatkan SDM yang tersedia serta pemenuhan kebutuhan domestik. (Bappenas, 2013). Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. (UU nomor 20 tahun 2008). B. Tenaga Kerja Penelitian Setiawan (2010) menunjukkan bahwa jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai output dan upah minimum sektor usaha mikro dan kecil secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Jumlah unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum secara parsial berpengaruh signifikan terhadap terhadap jumlah tenaga kerja, sedangkan nilai output tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Variabel yang paling berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM adalah jumlah unit usaha, sedangkan variabel nilai output memiliki pengaruh yang paling kecil di antara variabel yang lain. Menurut Simanjuntak (2001), tinggi rendahnya jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya jumlah barang yang diproduksi oleh tenaga kerja tersebut. Tinggi rendahnya barang yang diproduksi perusahaan tergantung pada tinggi rendahnya jumlah barang yang diminta konsumen. Semakin tinggi jumlah barang yang diminta oleh konsumen berarti jumlah barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan akan mengalami peningkatan, sehingga jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan tersebut juga akan semakin tinggi. - 23 -

Pada UMKM, kemampuan penyerapan tenaga kerja dihadapkan pada permasalahan terbatasnya modal, kurangnya keterampilan, kurang lancarnya supply bahan baku, dan lemahnya daya saing. Analisis Sudarno (2011), memperlihatkan bahwa Kemampuan UMKM dalam menyerap keseluruhan angkatan kerja sekitar 73%. Selain permasalahan tersebut menurut Rante (2010) permasalahan yang dihadapi UMKM adalah terkait dengan aspek perilaku kewirausahaan, potensi sumber daya alam, serta budaya. Keragaan industri mikro dan kecil yang tidak membutuhkan skill yang tinggi dan khusus menjadikan industri ini relatif lebih mudah menyerap tenaga kerja dengan tingkat ketrampilan yang masih terbatas. Menurut Raselawati (2011) tenaga kerja UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM karena tenaga kerja yang diserap tidak sebanding dengan nilai tambah yang dihasilkan. Namun demikian, penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro dan kecil dalam perekonomian masih sangat tinggi. Laporan BPS (2007) menunjukkan bahwa 79,67% tenaga kerja yang ada diserap oleh usaha mikro dan kecil, dimana sebesar 59,57% bekerja pada usaha mikro, dan 20,10% pada usaha kecil. III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini meliputi seluruh wilayah yang terdapat di Indonesia yang terdiri dari 5 Pulau (Sumatera, Jawa dan Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku, dan Papua) atau 33 Provinsi. B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dipublikasikan oleh badan, lembaga maupun instansi yang terkait dengan penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder yang dipublikasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS). - 24 -

C. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Analisa terhadap variabel penelitian dilakukan dengan cara pengelompokan data, penentuan nilai dan fungsi statistik, dan menyajikan data dalam bentuk tabel, gambar dan grafik. Sehingga memberikan informasi yang berguna untuk dapat dianalisis. Dalam rangka menarik kesimpulan umum dari karetistik data perkembangan industri mikro dan kecil digunakan nilai rata-rata, jumlah, simpangan baku, varians, nilai maksimum minimum, rentang, dan lainnya. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka analisis akan dilakukan terhadap pertama perkembangan produksi industri mikro, dan kedua terhadap perkembangan tenaga kerja industri mikro dan kecil. Data yang dibutuhkan dalam analisa : a. Perkembangan produksi industri mikro dan kecil terdiri dari data - Indeks produksi industri mikro dan kecil - Pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil - Jumlah perusahaan industri mikro dan kecil - Nilai input dari industri mikro dan kecil - Nilai output dari industri mikro dan kecil - Nilai tambah dari industri mikro dan kecil b. Perkembangan tenaga kerja industri mikro dan kecil terdiri dari data - Tenaga kerja industri mikro dan kecil - Pengeluaran untuk tenaga kerja industri mikro dan kecil IV. HASIL PENELITIAN A. Perkembangan Produksi Industri Mikro dan Kecil di Indonesia Perkembangan industri mikro dan kecil di Indonesia dapat dilihat dari beberapa aspek seperti produksi dan tenaga kerja. Perkembangan produksi dapat dilihat dari indeks produksi, pertumbuhan produksi, jumlah perusahaan, nilai input, nilai output, dan nilai tambah. Sedangkan perkembangan industri berdasarkan tenaga kerja dapat dilihat berdasarkan banyaknya tenaga kerja dan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tersebut. - 25 -

Indeks produksi merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam kegiatan produksi atau untuk mengukur kenaikan dan penurunan hasil produksi. Rata-rata perubahan yang terjadi setiap tahun dalam kegiatan produksi di Indonesia berdasarkan indeks produksi mikro dan kecil dari tahun 2011 sampai 2015 triwulan pertama dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan produksi industri mikro dan kecil di provinsiprovinsi yang terdapat di pulau sumatra cenderung tidak stabil dari tahun ketahun. Provinsi-provinsi dipulau sumatra yang memiliki perkembangan produksi industri mikro dan kecil yang relatif meningkat dari tahun ketahun adalah provinsi Sumatra Utara dan Sumatra Selatan. Perkembangan produksi industri mikro dan kecil di pulau jawa sebagian besar terjadi peningkatan yang cukup signifikan setiap tahun seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Nusa Tenggara Barat. Sedangkan provinsi DI Yogyakarta dan Bali terjadi penurunan pada tahun 2012 dan Nusa Tenggara Timur terjadi penurunan pada tahun 2013 dan terjadi peningkatan ditahun-tahun berikutnya. Perkembangan produksi industri mikro dan kecil di pulau Kalimantan yang cenderung mengalami penurunan pada tahun 2012 yaitu provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dan mulai dari tahun 2012 sampai 2015 terus mengalami peningkatan. Provinsi Kalimantan Barat mengalami peningkatan setiap tahun sampai saat ini, sedangkan Provinsi Kalimantan Tengah terjadi penurunan terus menerus dari tahun 2011 sampai 2013. secara keseluruhan dari tahun 2013 sampai tahun 2015 provinsi-provinsi di pulau Kalimantan mengalami peningkatan produksi industri mikro dan kecil. Perkembangan produksi industri mikro dan kecil di pulau Sulawesi rata-rata meningkat dari tahun 2011-2014. Provinsi yang mengalami peningkatan adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Sedangkan provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo mengalami penurunan pada tahun 2012 dan mangalami peningkatan lagi sampai 2014. Provinsi Papua mengalami penurunan produksi industri mikro dan kecil dari tahun 2011 sampai tahun 2013. Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan produksi yang tidak stabil karena terjadi peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. - 26 -

Tabel 1. Indeks Produksi Mikro dan Kecil Berdasarkan Provinsi Provinsi Rata-rata Tahunan 2011 Rata-rata Tahunan 2012 Rata-rata Tahunan 2013 Rata-rata Tahunan 2014 Rata-rata Tahunan 2015* Aceh 114,45 116,97 109,49 119,65 120,85 Sumatera Utara 101,82 102,53 106,00 110,89 108,93 Sumatera Barat 108,27 105,11 113,06 110,43 106,28 R i a u 101,46 98,22 102,89 108,05 105,19 J a m b i 116,21 102,74 102,01 103,56 109,48 Sumatera Selatan 104,28 106,90 108,62 114,87 111,76 Bengkulu 112,96 105,94 102,05 111,42 111,75 Lampung 102,17 106,62 102,87 107,11 115,90 Kep. Bangka 109,38 110,62 110,09 110,36 106,26 Belitung Kepulauan Riau 103,46 100,35 102,17 110,99 125,83 DKI Jakarta 102,43 109,57 124,13 132,64 139,42 Jawa Barat 105,90 107,73 120,14 121,80 122,95 Jawa Tengah 101,48 105,96 117,12 121,11 125,36 DI Yogyakarta 106,56 100,94 113,40 117,89 113,41 Jawa Timur 109,69 114,93 125,25 130,87 131,82 Banten 103,00 114,05 114,68 122,49 127,37 B a l i 98,52 96,86 115,16 120,68 132,37 Nusa Tenggara 99,19 104,56 111,33 118,30 115,05 Barat Nusa Tenggara Timur 96,53 101,63 99,85 102,80 109,47 Kalimantan Barat 100,57 107,57 114,07 113,66 118,47 Kalimantan Tengah 111,30 106,48 101,30 106,09 111,69 Kalimantan Selatan 100,02 99,52 108,06 113,36 121,00 Kalimantan Timur 102,50 98,18 108,54 111,46 112,43 Kalimantan Utara - - - - 95,16 Sulawesi Utara 122,95 116,65 117,36 121,56 119,23 Sulawesi Tengah 101,17 110,72 115,33 131,70 137,62 Sulawesi Selatan 100,98 111,49 104,20 116,21 108,60 Sulawesi Tenggara 98,38 106,11 111,57 128,40 132,34 Gorontalo 107,64 104,48 119,74 121,57 132,94 Sulawesi Barat 100,74 105,43 106,78 112,55 125,05 Maluku 107,97 111,11 117,78 126,64 136,88 Maluku Utara 100,98 104,33 123,21 134,69 141,78 Papua Barat 106,61 112,54 106,72 113,24 125,83 Papua 111,57 109,70 106,85 109,03 119,45 Indonesia 104,71 108,97 117,15 122,91 125,56 Sumber data: BPS, 2015-27 -

Secara keseluruhan, perkembangan produksi industri mikro dan kecil di Indonesia berdasarkan data indeks produksi dapat dilihat pada grafik Gambar 1. Berdasar grafik tersebut, pada tahun 2011, selalu mengalami peningkatan setiap triwulan berturut-turut sebesar 1,5 poin, 2,27 poin, dan 4,77 poin. Tahun 2012, rata-rata mengalami penurunan pada triwulan kedua. Pada tahun 2013 dan 2014 rata-rata mengalami peningkatan pada triwulan kedua. Tahun 2015, data yang tersedia hanya triwulan pertama sebesar 125,56 poin. Gambar 1 Grafik Indeks Produksi Industri Mikro dan Kecil Rata-rata indeks produksi industri mikro dan kecil berbanding lurus dengan data pertumbuhan produksi seperti yang terlihat pada grafik Gambar 2. Pada grafik tersebut, tahun 2011 selalu mengalami peningkatan produksi setiap triwulan, tahun 2012, mengalami penurunan produksi pada triwulan kedua, tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan produksi pada triwulan kedua. - 28 -

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil Jika dilihat dari jumlah perusahaan industri mikro dan kecil di Indonesia setiap tahun, perkembangan jumlah perusahaan industri mikro jauh lebih tinggi dibanding perusahaan industri kecil. Jika dikolompokkan, Perusahaan industri mikro selalu meningkat, hal ini dapat dilihat dengan bertambahnya perusahaan industri mikro dari tahun 2010 sampai 2014. Sedangkan perkembangan industri kecil terjadi peningkatan dan penurunan atau tidak stabil dari tahun 2010 sampai 2014. Rata-rata perbandingan persentase antara jumlah perusahaan industri mikro dan kecil dari tahun 2010 sampai tahun 2014 adalah 88,34% berbanding 11,66%. Gambar 3. Grafik jumlah perusahaan industri mikro dan kecil - 29 -

Nilai input merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, bahan bakar, tenaga listrik, gas, sewa gedung, mesin dan alat-alat serta jasa non industri (BPS, 2015). Berdasarkan data BPS dari tahun 2010 sampai tahun 2014, nilai input industri mikro di Indonesia sempat jauh menurun pada tahun 2011 yaitu Rp. 15.520.641.000,- dan perlahan-lahan meningkat terus menerus sampai tahun 2014 yaitu Rp. 146.932.394.000,-. Sedangkan penggunaan nilai input industri kecil yang paling tinggi pada tahun 2013 yaitu berjumlah Rp. 201.018.097.000,-. Kenaikan tersebut kemungkinan terjadi seiring dengan meningkatnya harga bahan baku, bahan bakar, dan lain-lain. Secara visual, nilai input yang digunakan dari tahun 2010 sampai tahun 2014 dapat dilihap pada grafik Gambar 4. Gambar 4. Grafik nilai input industri mikro dan kecil - 30 -

Selain nilai input, industri mikro dan kecil juga sudah pasti memiliki nilai output. Nilai output merupakan nilai keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan industri yang terdiri dari barang-barang hasil proses produksi, tenaga listrik yang dijual, jasa industri yang diterima dari pihak lain, selisih stok nilai barang setengah jadi, dan penerimaan lain dari jasa non industri (BPS, 2015). Berdasarkan data BPS dari tahun 2010 sampai 2014, nilai output industri mikro terendah juga terjadi pada tahun 2011 yaitu berjumlah Rp.28.227.450.000,-. Hal ini disebabkan karena nilai input-nya juga kecil. Sedangkan nilai output industri kecil juga meningkat pada tahun 2013. Perkembangan nilai output industri mikro dan kecil dapat dilihat pada grafik Gambar 5. Gambar 5. Grafik nilai output industri mikro dan kecil Selisih nilai input dan nilai output disebut juga dengan nilai tambah (BPS, 2015). Nilai tambah industri mikro yang tertinggi dari tahun 2010 sampai tahun 2014 adalah pada tahun 2014 yaitu berjumlah Rp. 105.516.835.000,-. Sedangkan nilai tambah industri kecil yang tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu berjumlah Rp. 126.088.561.000,-. Pada tahun 2014, nilai tambah industri kecil menurun dibanding tahun 2013. Grafik yang menunjukkan perkembangan nilai tambah industri mikro dan kecil dapat dilihat pada Gambar 6. - 31 -

Gambar 6. Grafik nilai tambah industri mikro dan kecil B. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Mikro dan Kecil di Indonesia Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya pekerja/karyawan rata-rata perhari kerja baik pekerja yang dibayar maupun pekerja yang tidak dibayar (BPS, 2015). Jumlah tenaga kerja industri mikro pada tahun 2014 mencapai 6.039.855 orang (72,23%). Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah tenaga kerja industri kecil semakin menurun pada tahun 2014 mencapai 2.322.891 orang (27,77%) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai output dan upah minimum sektor usaha mikro dan kecil secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja seperti yang disampaikan Setiawan (2010). Walaupun jumlah total perusahaan industri mikro dan kecil tahun 2014 lebih meningkat dibanding tahun 2013, tetapi jumlah tenaga kerja tahun 2014 lebih berkurang dibandingkan dengan tahun 2013. Grafik yang menunjukkan perkembangan jumlah tenaga kerja industri mikro dan kecil di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 7. - 32 -

Gambar 7. Grafik jumlah tenaga kerja industri mikro dan kecil Perkembangan industri mikro dan kecil juga dapat dilihat berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerjanya. Berdasarkan data BPS tahun 2015, pengeluaran untuk tenaga kerja industri mikro tidak berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja. Gambar 8 menunjukkan grafik biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja industri mikro dan kecil. Pada grafik tersebut dari tahun 2012 sampai tahun 2014 menunjukkan penurunan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja industri mikro. Padahal, jumlah tenaga kerja pada tahun-tahun tersebut relatif terjadi peningkatan seperti yang terlihat pada Gambar 7. Tetapi, biaya yang dikeluarkan untuk industri kecil berbanding lurus dengan jumlah tenaga kerja yang ada. Gambar 8. Grafik pengeluaran untuk tenaga kerja industri mikro dan kecil - 33 -

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perkembangan industri mikro dan kecil di berbagai wilayah di Indonesia yang cenderung meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2015 triwulan pertama adalah Sumatra Utara Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara. 2. Pertumbuhan industri mikro cenderung meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan industri kecil dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara jumlah perusahaan industri mikro dan kecil yaitu 88,34% berbanding 11,66%. 3. Penyerapan tenaga kerja industri mikro mencapai 72,23% pada tahun 2014 dan 27,77% tenaga kerja industri kecil. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian Analisis Perkembangan Industri Mikro dan Kecil di Indonesia tahun 2010 2014, maka penulis memberikan saran walaupun pertumbuhan industri mikro dan kecil disebagian besar provinsi yang ada di Indonesia telah mengalami peningkatan, namun masih ada beberapa provinsi masih mengalami ketidakstabilan pertumbuhan industri. Oleh karena itu, bagi provinsi yang pertumbuhan industrinya masih rendah harus menjadi prioritas pemerintah untuk memberikan bantuan modal, sarana dan prasarana, serta segala sesuatu yang dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan industri mikro dan kecil diwilayah tersebut. - 34 -

DAFTAR PUSTAKA Bappenas dan BPS, 2013. Data dan Informasi : Kinerja Pembanguann 2004-2012 Bappenas, 2013. Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014 BPS Banten, 2007. Berita Resmi Statistik : Hasil Pendaftaran (Listing) Perusahaan/Usaha. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Banten. BPS, 2015. Data Ekonomi dan Perdagangan : Industri Mikro dan Kecil. Didownload dari www.bps.go.id tanggal 24 Juni 2015. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Rante, Y., 2010. Pengaruh Budaya Etnis dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha Mikro Kecil Agribisnis di Provinsi Papua. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, VOL.12, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 133-141 Raselawati, A., 2011. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia. Setiawan, A.H., 2010. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Kota Semarang. JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010. Hlm. 39 47. Simanjutak, P.J., 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE Universitas Indonesia, Jakarta. Sudarno, 2011. Kontribusi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Di Depok. Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri, Jakarta. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866. Undang-Undang nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian. - 35 -